Anda di halaman 1dari 7

ISOLASI FLAVONOID DARI DAUN PANDAN WANGI

SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI FARMASI


MENGGUNAKAN METODE MASERASI
Aliyudin Rafsanzani1, M. Amar Rafli2
1
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Sekolah Tinggi Teknologi Fatahillah-Cilegon
Jl. Raya Waringin Kurung, Cilegon, Banten 42161.
*
Email: Udinali428@gmail.com

Abstrak
Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya sebagai bahan
tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi aroma. Daun
pandan memiliki banyak manfaat antara lain sebagai pewarna dan pemberi aroma pada
makanan, untuk kerajinan, sebagai pengawet alami pada makanan bahkan pengobatan luka
dalam luka luar karena memiliki kandungan flavonoid. Senyawa flavonoid memiliki
aktivitas sebagai antioksidan, antiaging, antiinflamasi, antivirus, antikanker, antidiabetes,
antibakteri, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik. Metode pengambilan
senyawa flavonoid dari suatu tanaman dapat dilakukan dengan cara ekstraksi, yang
dilakukan dengan 3 metode yaitu metode sokletasi, perkolasi dan metode maserasi. Dalam
penelitian ini pembuatan ekstrak daun pandan dengan metode maserasi atau perendaman,
dimana 10 gram serbuk dimaserasi menggunakan larutan etanol 99,95% dan aseton 80%,
sebanyak 250 ml selama T menit dalam erlenmeyer. Hasil maserasi disaring menggunakan
kertas saring dan ditampung di labu alas bulat, pekatkan ekstrak dengan rotary evaporator,
atur suhu waterbath pada suhu titik didih pelarut, pelarut akan teruapkan dan tertampung di
labu penampung, uapkan pelarut hingga volume ekstrak sekitar 20 ml, setelah itu
pindahkan ekstrak yang sudah dipekatkan ke dalam cawan porselen, setelah itu
dimasukkan cawan porselen berisi ekstrak ke dalam oven dengan suhu 50 0 hingga
diperoleh ekstrak kering.
Kata kunci: flavonoid, maserase, daun pandan.

PENDAHULUAN dahulu telah mengenal dan memanfaatkan


Indonesia termasuk negara tropis tanaman yang mempunyai khasiat obat atau
yang memiliki aneka ragam tanaman yang menyembuhkan penyakit, atau dapat
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan disebut sebagai tanaman obat tradisional
manusia. masyarakat Indonesia sejak jaman atau obat herbal. Salah satu tanaman
tersebut adalah daun pandan wangi daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga,
(Dalimarta, 2008). buah dan biji (Markham, 1988).
Pandanus Amaryllifolius (Pandan Senyawa flavonoid terdapat dalam
wangi) atau dapat disebut pandan yang semua tumbuhan hijau sehingga dapat
merupakan jenis tanaman monokotil dari ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan.
famili Pandanaceae. Daun yang merupakan Flavonoid adalah kelas senyawa yang
komponen penting dalam tradisi masakan tersebar secara luas di alam. Hingga saat
Indonesia di negara-negara Asia Tenggara ini, lebih dari 9000 senyawa flavonoid telah
lainnya (Rohmawati, 1995). dilaporkan dan jumlah kebutuhan flavonoid
Kandungan daun pandan wangi yang bervariasi antara 20 mg dan 500 mg.
meliputi flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, terutama terdapat dalam suplemen
polifenol dan zat warna, diduga memiliki makanan termasuk teh, anggur merah, apel,
kontribusi terhadap aktivitas antibakteri bawang dan tomat. Flavonoid ditemukan
(Arisandi dan Andriani, 2008). pada tanaman, yang berkontribusi
Daun pandan wangi banyak memiliki memproduksi pigmen berwarna kuning,
manfaat, sebagai rempah-rempah dalam merah, orange, biru dan warna ungu dari
pengolahan makanan, pemberi warna hijau buah, bunga dan daun (Xiao, 2015).
pada masakan dan juga sebagai bahan baku Sebagian besar flavonoid yang
pembuatan minyak wangi. Daunnya harum terdapat pada tumbuhan terikat pada
jika diremas atau diiris-iris. Selain itu, daun molekul gula sebagai glikosida dan dalam
pandan wangi juga memiliki banyak bentuk campuran, jarang sekali dijumpai
manfaat dalam bidang pengobatan seperti berupa senyawa flavonoid yang berbeda
pengobatan lemah saraf, pengobatan kelas. Misalnya antosianin dalam mahkota
rematik dan pegel linu, dan menghitamkan bunga yang berwarna merah, ungu dan biru.
rambut dan mengurangi rambut rontok, Pigmen ini juga terdapat di berbagai bagian
menghilangkan ketombe, penambah nafsu tumbuhan lain, misalnya buah tertentu,
makan dan mengatasi hipertensi. batang, daun dan bahkan kar. Sering
Flavonoid adalah suatu kelompok flavonoid terikat di sel epidermis.
senyawa fenol tersebar yang ditemukan di Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai
alam dan yang memiliki potensial sebagai fungsi sebagai pigmen warna. Fungsi
antioksidan serta bioaktivitas sebagai obat. senyawa ini dalam tubuh manusia sebagai
Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat antioksidan, antibakteri, dan anti inflamasi
pada semua bagian tumbuhan termasuk sehingga baik untuk pencegahan kanker
(Markham, 1988).
Flavonoid merupakan senyawa polar aktif menggunakan pelarut yang sesuai.
karena memiliki sejumlah gugus hidroksil Teknik ekstraksi ini digunakan untuk
yang tidak tersubstitusi. Pelarut polar memisahkan kandungan kimia yang
seperti etanol, metanol, etil asetat atau terdapat dalam tanaman. Ekstraksi istilah
campuran dari pelarut tersebut dapat yang digunakan secara farmasi, melibatkan
digunakan untuk mengekstraksi flavonoid pemisahan bagian aktif tumbuhan atau
dari jaringan tumbuhan (Rijke, 2005). jaringan hewan dari komponen aktif dengan
Flavonoid merupakan golongan menggunakan pelarut sesuai dalam standar
terbesar senyawa fenol alam dan prosedur ekstraksi. Pada proses ekstraksi
merupakan senyawa polar karena dilakukan pengeringan bahan-bahan
mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada
tak tersulih atau suatu gula, sehingga akan derajat kehalusan tertentu (S.S. Handa,
larut dalam pelarut polar seperti etanol, 2008).
metanol, butanol, aseton, dimetil Ekstraksi adalah kegiatan penarikan
sulfoksida, dimetilformamida, dan air kandungan kimia yang dapat larut sehingga
(Markham, 1988). terpisah dari bahan yang tidak dapat larut
Analisis flavonoid lebih baik dengan dengan menggunakan suatu pelarut cair.
memeriksa aglikon yang terdapat dalam Senyawa aktif yang terdapat dalam
ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis berbagai simplisia dapat digolongkan
sebelum memperhatikan kerumitan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid,
glikosida yang ada dalam ekstrak asal flavonoid dan lain-lain. Tujuan utama
(Harborne, 1987) ekstraksi ini adalah untuk pelarut
mendapatkan atau memisahkan sebanyak
mungkin zat-zat yang memiliki khasiat
pengobatan (Kesehatan, 2000).
Maserasi merupakan salah satu
metode ekstraksi yang paling umum
dilakukan dengan cara memasukan serbuk
tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam
Gambar 1. Struktur Dasar Senyawa suatu wadah inert yang ditutup rapat pada
Flavonoid suhu kamar (Tetti, 2006)
(Sumber: Juariyah, 2019) Spektrofotometri adalah ilmu yang
Ekstraksi adalah pemisahan bagian- mempelajari tentang penggunaan
bagian jaringan tanaman dan hewan yang spektrofotometer. Spektrofotometer
merupakan pengukuran suatu interaksi ini memberikan cara sederhana untuk
antara radiasi elektromagnetik dan molekul menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
atau atom dari suatu zat kimia. Analisis flavonoid ini dapat dilakukan
Spektrofotometer adalah alat yang dengan menggunakan Spektrofotometer
digunakan untuk mengukur energi secara UV-Vis karena flavonoid memiliki sistem
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, aromatik yang terkonjugasi sehingga
direfleksikan atau diemisikan sebagai menunjukan pita serapan kuat pada daerah
fungsi dari panjang gelombang spektrum sinar ultra-violet dan sinar
(Sastrohamidjojo, 1985). tampak.
Spektrofotometer UV-Vis merupakan Absorbansi maksimum dari larutan
spektrum UV yang suatu gambaran berwarna terjadi pada daerah warna yang
menyatakan tentang hubungan antara berlawanan dengan warna yang diamati,
panjang gelombang atau frekuensi serapan misalnya larutan berwarna merah akan
terhadap intensitas serapan. Sinar UV menyerap radiasi maksimum pada daerah
mempunyai panjang gelombang antara 200- warna hijau. Dengan kata lain warna yang
400 nm. Serapan cahaya oleh molekul diserap adalah warna komplementer dari
dalam daerah spektrum UV tergantung pada warna yang diamati (Day dan Underwood,
struktur elektronik dari molekul yang 2002).
bersangkutan (Sastrohamidjojo, 1985).
Penyerapan radiasi UV terjadi melalui METODOLOGI
eksitasi elektron dalam suatu molekul ke 1. Alat Percobaan
level energi yang lebih tinggi. Transisi ini Pada penelitian ini menggunakan alat
terjadi dari keadaan vibrasional bahwa percobaan seperti timbangan digital 1 pcs,
dalam keadaan elektronik dasar suatu magnetic stirrer 1 pcs, blender 1 pcs,
molekul ke salah satu level vibrasional ayakan 30 mess 1 pcs, gelas ukur 2 pcs,
apapun dalam keadaan elektron tereksitasi. breaker gelas 2 pcs, Erlenmeyer 2 pcs, labu
Transisi dari energi keadaan dasar tunggal ukur 1 pcs, labu leher 2 1 pcs, thermometer,
ke salah satu dari sejumlah keadaan pemanas listrik, kaca arloji 1 pcs, corong
tereksitasi memberikan spektrum UV yang kaca 1 pcs, pipet tetes 1 pcs, batang
lebar (G. I. Gandjar, 2012). pengaduk 1 pcs, oven 1 pcs, cawan penguap
Sampel yang dinyatakan positif 1 pcs, Buchner funnel 1 pcs, timer 1 pcs,
mengandung flavonoid dilakukan uji petrofotometer UV-Vis 1 pcs.
kuantitatif penetapan kadar dengan metode
Spektrofotometer UV-Vis karena metode 2. Bahan Percobaan
Selain alat yang digunakanm adapun dalam selulosa sehingga serat dapat lebih
bahan penelitian yang digunakan adalah mudah untuk mengalami pencacahan.
ekstrak daun pandan wangi muda 10 gram Dilanjutkan dengan menghaluskan
yang berfungsi sebagai zat aktif, methanol dengan blender sampai menjadi serbuk.
99,9% 250 ml berfungsi sebagai pelarut Daun yang telah kering dihaluskan dengan
polar, aseton 80% 250 ml berfungsi sebagai blender, kemudian diayak menggunakan
pelarut semi-polar, dan quersetin p.a ayakan 30 mess agar diperoleh derajat
berfungsi sebagai kurva standar kehalusan yang sama sehingga ekstraksi
pengukuran. dapat berjalan lebih optimal.

3. Variabel Penelitian 5. Analisis Bahan Baku


Penelitian in meliputi 1 variabel Dalam menganalisis kadar air yang
waktu yaitu dengan menggunakan waktu 30 dilakukan dengan cara menimbang bahan
menit dan menggunakan 2 jenis pelarut yang sudah dihaluskan sebanyak 2 gram
berupa methanol dan aseton masing masing dalam botol timbang yang telah diketahui
sebanyak 250 ml. beratnya. Kemudian dikeringkan dalam
oven pada suhu 1000 – 1050C selama 3 jam.
4. Prosedur Penelitian kemudian didinginkan dalam eksikator dan
Persiapan bahan baku yang akan ditimbang. Panaskan lagi dalam oven
digunakan adalah meliputi penyiapan daun selama 30 menit, didinginkan dalam
pandan, setelah itu dilakukan pencucian eksikator dan ditimbang, perlakuan ini
yang berfungsi untuk menghilangkan diulang sampai tercapai berat konstan
padatan pengotor dari daun pandan. (selisih penimbangan berturut-turut kurang
Pencucian daun pandan ini diutamakan dari 0,2 mg). pengurangan berat merupakan
untuk memakai air panas dibandingkan banyaknya air dalam bahan pengulangan
dengan pemakaian air dingin karena dilakukan hingga diperoleh berat konstan.
kelarutan selulosa dalam air panas sebesar
2,5% (Roganda et al., 2015) sehingga pada 6. Pembuatan Ekstrak Daun Pandan
saat pengotor disisihkan dari daun pandan, Tahap pembuatan sampel yaitu
selulosa tidak akan ikut terbuang. Setelah ekstraksi dengan metode maserasi atau
dilakukannya pencucian, daun pandan perendaman, 10 gram serbuk dimaserasi
dijemur atau dikeringkan atau di angina- menggunakan etanol 99,9% dan aseton
anginkan selama 5 hari sampai kering 80%, sebanyak 250 ml selama T menit
sempurna untuk menguapkan kadar air dalam Erlenmeyer. T menit mewakili
variable waktu maserasi. Penelitian pengukuran absorbansi inilah yang
dilakukan menggunakan metode optimasi kemudian digunakan untuk membuat kurva
pada variable pertama yaitu volume pelarut standar flavonoid. Analisis hasil dilakukan
kemudian hasil terbaik dari variable dengan menimbang 50 mg sampel, larutkan
pertama digunakan untuk menentukan dalam 50 ml etanol 99,9%, larutan dipipet
optimasi pada variable kedua yaitu waktu 10 ml ke dalam labu ukur 50 ml lalu
maserasi. ditambahkan 1 ml AlCl3 10%, 1 ml kalium
Sebelum waktu maserasi mulai asetat 1 M dan encerkan hingga tanda batas,
dihitung, dilakukan pengadukan diukur serapannya dengan menggunakan
menggunakan pengaduk merkuri spektrofotometer UV-Vis pada panjang
berkecepatan 200rpm. Hasil maserasi gelombang yang sesuai. Dilakukan hal yang
disaring menggunakan kertas saring dan sama dengan pelarut aseton 80%.
ditampung di labu alas bulat, pekatkan
ekstrak dengan rotary evaporator, atur suhu 8. Hipotesa
wakterbath pada suhu titik didih pelarut, Dari tinjauan pustaka diatas,
pelarut akan teruapkan dan tertampung di menghasilkan hipotesis sebagai berikut:
labu penampung, uapkan pelarut hingga Terdapat flavonoid yang tinggi pada
volume ekstrak sekitar 20 ml, setelah itu daun pandan wangi yang sudah tua di
pindahkan ekstrak yang sudah dipekatkan karenakan semakin hijau daun maka
ke dalam cawan porselen. semakin tinggi pula kandungan
Setelah itu masukkan cawan porselen flavonoidnya.
berisi ekstrak ke dalam oven (suhu 50 0C) Teh yang terbuat dari daun tua
hingga diperoleh ekstrak kering. memiliki nilai rata-rata total flavonoid lebih
tinggi dibandingkan dengan daun muda
7. Analisis Kuantitaif Flavonoid Hasil yaitu, 54,08 mg QE/g bk bahan dan 33,54
Penelitian mg QE/g bk bahan. Hasil penelitian
Langkah awal yaitu pembuatan menunjukan bahwa daun alpukat tua
larutan standar flavonoid quercetin sebagai mengandung kadar flavonoid yang lebih
kurva standar, yaitu menimbang 15 mg tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian
quercetin diencerkan menjadi koonsentrasi Mu’nisa et al, 2011.
100 ppm, lalu dibuat larutan dalam
beberapa konsentrasi yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 10, DAFTAR PUSTAKA

15, 20 ppm dan diukur absorbansinya pada


panjang gelombang yang sesuai. Hasil dari
G. I. Gandjar, A. R. (2012). Analisis Obat Xiao, H. C. (2015). Microbial
Secara Spektrofotometri dan Kromatografi. biotransformation of bioactive flavonoids.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2014-233.
Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia
Penuntun Cara Modern Menganalisis. G. I.
Gandjar, A. R. (2012). Analisis Obat
Secara Spektrofotometri dan Kromatografi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia


Penuntun Cara Modern
Menganalisis. Bandung:
Diterjemahkan oleh Kokasih
Padmawinata dan Imam Sudiro
Edisi-1.

Kesehatan, R. D. (2000). Parameter


Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat (Pertama ed.). Dikjen POM.

Markham, K. (1988). Cara


Mengidentifikasi Flavonoid.
Terjemehan Kokasih Padmawinata.
Bandung: ITB Press.

Rijke, E. (2005). Trace-Level


Determination of Flavonoids and
Their Conjugates Application Ti
Plants of The Leguminosae Family .

S.S. Handa, S. K. (2008). Extraction


Technologies for Medicine and
Aromatic Plants. ICS UNIDO, 21-
22.

Tetti, M. (2006). Ekstraksi. Pemisahan


Senyawa . dan Identifikasi Senyawa
Aktif. 2. 361-367.

Anda mungkin juga menyukai