Anda di halaman 1dari 15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tanaman Pandan Wangi

1. Sistem Klasifikasi Tanaman

Berikut ini merupakan klasifikasi dari pandan wangi (Pandanus

ammarylifolius Roxb.):

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Pandanales

Suku : Pandanaceae

Marga : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb (Van Steenis, 2003).

Gambar 1. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb )

commit to user

5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

2. Morfologi Tanaman

Pandan wangi merupakan tanaman perdu tahunan dengan tinggi 1-2 m.

Batang bulat dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar tunjang

keluar di sekitar pangkal batang dan cabang. Daun tunggal duduk, dengan

pangkal memeluk batang, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helai daun

berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, bertulang sejajar, panjang

40-80 cm, lebar 3-5 cm, berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan

bawah bagian ujung-ujungnya dan berwarna hijau. Bunga mejemuk, bentuk

bongkol, warnanya putih. Buahnya buah batu, menggantung, bentuk bola,

diameter 4-7,5 cm, dinding buah berambut dan berwarna jingga (Dalimartha,

1999).

3. Khasiat

Secara tradisional pandan wangi digunakan dengan cara diminum hasil

perasan air daunnya yang segar yang telah direbus atau diseduh atau ditumbuk.

Untuk pemakaian luar, daun pandan wangi dicuci bersih dan digiling halus,

kemudian diturapkan pada luka atau kulit kepala yang berketombe (Tasia, 2014).

Selain kegunaan tersebut, pandan wangi juga dilaporkan memiliki

aktivitas antidiabetik pada ekstrak air, antioksidan pada ekstrak air dan metanol,

antikanker pada ekstrak etanol dan metanol, dan antibakteri pada ekstrak etanol

dan etil asetat (Prameswari dan Widjanarko, 2014; Ghasemzadeh dan Jaafar,

2013; Chong et al.,2012; Murhadi dkk., 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

4. Kandungan Kimia

Kandungan kimia pandan wangi diantaranya alkaloid, saponin,

flavonoid, polifenol, tanin, dan zat warna (Dalimartha, 1999). Daun pandan

wangi sedikit mengandung minyak atsiri (beberapa ppm), terdiri dari 6-42%

hidrokarbon seskuiterpen dan 6% merupakan linalool hanya sebagai

monoterpen (Guzman dan Siemosna, 1999). Minyak atsiri pandan wangi

memiliki komponen kimia 3-alil 6-metoksi fenol, 3-metil 2 (5H) furanon,

dietil ester 1,2 benzenadikarboksilat, dan 1,2,3- propanetril ester asam

dodekanoat (Sukandar, 2007). Pada akar terdapat asam 4 –hidrobenzoik

(Hean, 2008).

Penelitian Buttery (1983), menyebutkan bahwa komposisi utama yang

menyebabkan aroma pada pandan wangi tidak diketahui dengan pasti.

Kemungkinan senyawa utama penyusun aroma pada daun pandan wangi

adalah 2-acetyl-1-pyrroline (2AP) kemudian dilanjutkan oleh penelitian Tasia

(2014) yang menunjukkan komponen penyusun aroma pada pandan wangi

berwarna kuning sebagai hasil oksidasi pigmen karotenoid.

Ekstrak etil asetat daun pandan wangi mengandung senyawa asam

lemak dan turunannya (asam palmitat, metil linolenat, asam 9,12-oktadienoat,

asam palmitat beta-monogliderida, asam linolenat dan etil linolenat), terpenoid

(3,7,11,15-tetrametil-2-heksadekena, neofitadiena, fitol, skualena dan γ-cis-

seskuisiklogeraniol) dan steroid (4α, 5α-kolestan4,5-epoksi, 3,5-dedihidro

stigmastan-6,22-dien, stigmastan-3,5-dien, kampesterol, stigmastan-5,22-dien-

3-ol dan γ-sitosterol) (Sukandar, 2008). Ekstrak air daun pandan wangi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

mengandung tanin, alkaloid, flavonoid, dan polifenol (Prameswari dkk,

2014).

B. Antibakteri

Antibakteri adalah suatu zat atau senyawa yang dapat menekan atau

membunuh pertumbuhan atau reproduksi bakteri. Senyawa atau zat yang

digunakan untuk membasmi bakteri penyebab infeksi pada manusia, harus

memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin, artinya senyawa tersebut harus

bersifat sangat toksik terhadap bakteri tetapi relatif tidak toksik untuk hospes

(Ganiswara, 1995). Kandungan daun pandan wangi yang meliputi flavonoid,

alkaloid, saponin, tanin, polifenol, dan zat warna, diduga memiliki kontribusi

terhadap aktivitas antibakteri (Arisandi dan Andriani, 2008).

Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri yaitu dapat menyebabkan

kebocoran protein dan enzim dari dalam sel. Saponin akan menurunkan tegangan

permukaan dinding sel bakteri dan merusak permeabilitas membran. Rusaknya

membran sel ini sangat mengganggu kelangsungan hidup bakteri (Harborne,

2006).

C. Ekstrak

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya

dengan menggunakan pelarut (Agoes, 2007). Ekstrak adalah sediaan pekat yang

diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia

hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian

hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan ekstrak antara lain :

1) Jumlah simplisia yang akan diekstraksi

Jumlah ini digunakan untuk perhitungan dosis obat

2) Derajat kehalusan simplisia

Penting untuk proses penarikan dapat berjalan semaksimal mungkin.

Kehalusan menyakut luas permukaan yang akan kontak langsung dengan

pelarut ekstraksi.

3) Jenis pelarut yang digunakan

Pelarut yang digunakan harus aman. Selain itu, pelarut menentukan efisiensi

proses penarikan zat berkhasiat dari tanaman obat.

4) Suhu penyari

Digunakan untuk menentukan jumlah dan kecepatan penyarian.

5) Lama waktu penyarian

Penting untuk menentukan jumlah bahan yang tersari.

6) Proses ekstraksi

Adanya bahan atau komponen ekstrak yang peka terhadap cahaya maka proses

ekstraksi yang harus terlindung dari cahaya (Agoes, 2007).

Pada penelitian ini digunakan metode maserasi. Maserasi merupakan

penyarian simplisia menggunakan bermacam pelarut pada suhu kamar selama

beberapa waktu (Agoes, 2007). Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling

sederhana (Voigt, 1984). Pada metode maserasi,penyarian zat aktif dilakukan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada

temperatur kamar, terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke dalam

sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi

antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi

akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah

(proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Voigt, 1984).

Pemilihan pelarut organik yang digunakan dalam ekstraksi komponen-

komponen bioaktif dari tanaman merupakan faktor penting dan menentukan untuk

mencapai tujuan dan saasaran ekstraksi komponen (Murhadi, 2007). Larutan

penyari yang baik harus memenuhi kriteria yang murah, mudah diperoleh, stabil

secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah

terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak

mempengaruhi zat berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturan (Anonim, 1986).

Dalam penelitian ini digunakan pelarut etil asetat. Menurut Houghton dan Raman

(1998), etil asetat mampu melarutkan komponen dari golongan alkaloida, aglikon,

glikosida.

D. Salep

1. Definisi salep

Salep atau unguenta adalah sediaan setengah padat yang mudah

dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau

terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anonim, 1979).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Salep dipilih sebagai bentuk sediaan dalam penelitian ini karena

stabilitasnya yang baik, berupa sediaan halus, mudah digunakan, mampu

menjaga kelembaban kulit, tidak mengiritasi kulit dan mempunyai tampilan

sediaan yang lebih menarik (Ansel, 1989).

2. Sifat-sifat salep yang baik

Pengaturan konsistensi sangat penting pada pembuatan produk salep,

hal ini berpengaruh pada daya pakainya. Adapun kualitas dasar salep yang

baik adalah :

1) Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari

inkompabilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam

kamar.

2) Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan menjadi lunak dan

homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, dan inflamasi.

3) Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi yang paling mudah dipakai

dan dihilangkan dari kulit.

Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara

fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Terdistribusi merata, obat

harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan

(Anief, 2007).

3. Macam-macam dasar salep

a. Dasar salep hidrokarbon

Dasar salep ini sukar dicuci, dan dapat digunakan sebagai penutup

oklusif yang dapat menghambat penguapan kelembapan secara normal dari


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

kulit. Sedikit sekali air yang dapat dimasukkan ke dalam basis berminyak

ini tanpa penambahan zat-zat lainnya (Joenoes, 1998).

Dasar salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat

dengan kulit. Dasar minyak dapat dipakai terutama untuk efek emolien.

Dasar salep tersebut bertahan pada kulit untuk waktu yang lama dan tidak

memungkinkan larinya lembab ke udara dan sukar dicuci (Ansel, 1989).

b. Dasar salep serap

Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama

terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi

air dalam minyak (paraffin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompok

kedua terdiri atas emulsi minyak dalam air yang dapat bercampur dengan

sejumlah air tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi sebagai

emolien walaupun tidak menyediakan derajat penutupan seperti yang

dihasilkan dasar salep berlemak (Ansel, 1989).

c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep

hidrofilik (krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai salep yang dapat

dicuci dengan air, karena mudah dicuci kulit atau dilap basah sehingga

lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik (Anief, 1997).

d. Dasar salep larut dalam air

Bahan pembawa yang larut dalam air dibuat dari campuran polietilen

glikol dengan bobot molekul yang tinggi dan polietilen glikol dengan bobot

molekul yang rendah. Dalam kelompok ini, glikol dengan bobot molekul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

rendah berupa cairan dan polietilen glikol dengan bobot molekul yang lebih

tinggi lagi berupa padatan. Kombinasi dari polietilen glikol dengan bobot

molekul yang tinggi dan polietilen glikol dengan bobot molekul yang

rendah akan menghasilkan produk-produk dengan konsistensi seperti salep,

yang melunak atau meleleh jika digunakan pada kulit (Joenoes, 1998).

Keuntungan menggunakan PEG yaitu tidak mengiritasi, memiliki daya

lekat dan distribusi yang baik pada kulit dan tidak menghambat pertukaran

gas dan produksi keringat, sehingga efektifitas lebih lama (Voigt, 1984).

4. Metode pembuatan

Baik dalam ukuran besar maupun kecil, salep dibuat dengan dua

metode umum sebagai berikut :

a. Pencampuran

Dalam metode pencampuran, komponen dari dasar salep dicampur

dengan segala cara sampai sediaan yang rata tercapai.

b. Peleburan

Dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan

pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen-komponen yang

tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada cairan yang sedang mengental

setelah didinginkan. Bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir

bila temperatur dari campuran telah cukup rendah tidak menyebabkan

penguraian atau penguapan dari komponen (Ansel, 1989).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

5. Pengujian salep

Pemeriksaan kestabilan sediaan salep meliputi pemeriksaan

organoleptis, homogenitas, uji pH, uji daya sebar, dan uji daya lekat.

a. Organoleptis

Pengujian organoleptis bertujuan untuk mengetahui organoleptis

sediaan yang meliputi warna, aroma, dan konsistensinya. Organoleptis

yang baik turut mempengaruhi penerimaan sediaan salep terhadap kulit

(Hairima dkk., 2014)

b. Homogenitas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat secara fisik mengenai

keseragaman salep. Sediaan salep dikatakan homogen apabila tidak

terdapat gumpalan atau butiran kasar pada tiap-tiap bagian (Paputungan

dkk., 2014).

c. Pemeriksaan pH

Derajat keasaman suatu produk ditunjukan oleh nilai pH produk

tersebut. Pengukuran pH menggunakan pH meter. pH meter dikalibrasi

menggunakan buffer pH 7 dan buffer pH 4. Setelah dikalibrasi, kemudian

pH dicelupkan ke dalam sediaan, didiamkan sesaat hingga didapat pH

yang konstan (Jufri, 2006). Kadar keasaman atau pH sediaan topikal harus

sesuai dengan pH penerimaan kulit. Persyaratan nilai pH yang aman untuk

kulit, yaitu pH 4,5 sampai 7 (Swastika dkk., 2013).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

d. Uji daya sebar

Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan

penyebaran salep pada kulit. Semakin mudah salep diratakan pada kulit

maka akan semakin memperluas area kontak dengan kulit sehingga

absorpsi zat aktifnya semakin besar (Hairima dkk., 2014).

e. Uji daya lekat

Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan

untuk bertahan pada kulit. Semakin lama salep melekat pada kulit maka

efek yang ditimbulkan akan semakin baik. (Hairima dkk., 2014).

E. Pemerian Bahan

1. Vaselin Album

Vaselin album adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah

diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemerian massa lunak, lengket,

bening, putih, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin

tanpa diaduk. Berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan, tidak berbau, hampir

tidak berasa. Kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P,

larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan

kadang-kadang beropalesensi lemah (Anonim, 1979).

2. Cera Alba

Cera alba atau malam putih dibuat dengan memutihkan malam yang

diperoleh dari sarang lebah Apis mellifera L atau spesies Apis lain. Pemerian

commit
zat padat, lapisan tipis bening, putih to user
kekuningan, bau khas lemah. Kelarutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P dingin,

larut dalam kloroform P, dalam eter P hangat, dalam minyak lemak dan dalam

minyak atsiri (Anonim, 1979).

3. Cetaceum

Cetaceum adalah malam padat murni, diperoleh dari minyak lemak

yang terdapat pada kepala lemak dan badan Physeter catodon L. dan

Hyperoodan costralos Muller (Billberg). Pemerian massa hablur, bening,

licin, putih mutiara, bau dan rasa lemah. Kelarutan praktis tidak larut dalam air

dan dalam etanol (95%) P mendidih, dalam kloroform P, dalam eter P, dalam

karbondisulfida P, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri (Anonim,

1979).

4. PEG 400

Pemerian cairan kental, jernih, tidak berwana atau praktis tidak

berwarna, bau khas lemah, agak higroskopik. Kelarutan larut dalam air, dalam

etanol (95%) P, dalam aseton P, dalam glikon lain dan dalam hidrokarbon

aromatik, praktis tidak larut dalam eter P dan dalam hidrokarbon alifatik

(Anonim, 1979).

5. PEG 4000

Pemerian serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading, praktis

tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan mudah larut dalam air, dalam etanol

(95%) P dan dalam kloroform P, praktis tidak larut dalam eter P (Anonim,

1979).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

6. Propilenglikol

Pemerian cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak

manis, higroskopik. Kelarutan dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)

P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur

dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak (Anonim, 1979).

7. Nipagin

Pemerian serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak

mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan larut

dalam 500 bagain air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol

(95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P dan dalam

larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40

bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih

(Anonim, 1979). Metil paraben digunakan sebagai antimikroba.

Penggunaannya pada sediaan topikal sebanyak 0,02-0,3% (Rowe dkk., 2009).

8. Nipasol

Pemerian serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan

sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dalam 3

bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak

lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida (Anonim, 1979). Propil

paraben digunakan sebagai antimikroba. Penggunaannya pada sediaan topikal

sebanyak 0,01-0,6% (Rowe dkk., 2009).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

F. Kerangka Pemikiran

Resistensi merupakan masalah yang sering timbul dalam pengobatan

penyakit infeksi. Peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik memberikan

peluang untuk mendapatkan senyawa antibakteri dari tanaman. Salah satu

tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri adalah daun pandan wangi. Penelitian

terdahulu menyatakan bahwa ekstrak etil asetat daun pandan wangi memiliki

aktivitas antibakteri dengan nilai KHM sebesar 1,1% terhadap Staphylococccus

aureus. Kandungan senyawa dalam ekstrak etil asetat daun pandan wangi yang

mempunyai aktivitas sebagai antibakteri adalah saponin.

Untuk memudahkan dalam penggunaan sehingga perlu dilakukan

formulasi dalam bentuk salep. Formulasi pada sediaan salep akan mempengaruhi

jumlah dan kecepatan zat aktif yang dapat diabsorbsi. Bahan pembawa yang

digunakan untuk sediaan topikal memiliki pengaruh besar terhadap absorbsi obat.

Pembuatan sediaan salep ekstrak daun pandan wangi dengan menggunakan basis

hidrokarbon dan basis larut air. Perbedaan tipe basis salep dimaksudkan untuk

mengetahui pengaruh basis salep yang digunakan dalam formulasi salep terhadap

sifat fisik salep ekstrak daun pandan wangi. Basis hidrokarbon memiliki

keuntungan sukar dicuci air sehingga memperpanjang kontak bahan obat dengan

kulit dan memiliki efek emolien sehingga meningkatkan hidrasi pada kulit. Basis

larut air memiliki keuntungan mudah dicuci, tidak mengiritasi, tidak menghambat

pertukaran gas dan keringat sehingga efektivitas lebih lama. Setiap formula

dilakukan uji sifat fisik meliputi uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

uji daya lekat, uji iritasi dan uji pH. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis

secara statistik menggunakan One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.

G. Hipotesis

Perbedaan tipe salep basis hidrokarbon dan basis larut air diduga

berpengaruh terhadap sifat fisik salep ekstrak daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.).

commit to user

Anda mungkin juga menyukai