FARMASI FISIKA
“KELARUTAN”
“Diajukan untuk memenuhi persyaratan nilai praktikum farmasi fisika”
OLEH:
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………..……………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan......................................................................................2
1.3 Manfaat Percobaan....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Dasar Teori................................................................................................3
2.2 Uraian Bahan.............................................................................................6
BAB III METODE KERJA.....................................................................................8
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................8
3.2 Alat dan bahan...........................................................................................8
3.3 Prosedur kerja............................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................10
4.1 Hasil Pengamatan....................................................................................10
4.2 Pembahasan.............................................................................................13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................16
5.1 Kesimpulan..............................................................................................16
5.2 Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................18
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung
dalam larutan air, tubuh menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk
larutan.Sejalan dengan pesatnya perkembangan penelitian di bidang obat, saat ini
tersedia berbagai pilihan obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat
dalam pemilihan obat untuk mengobati suatu penyakit, kelarutan sangat besar
pengaruhnya terhadap pembuatan obat dimana bahan-bahan dapat dicampurkan
menjadi suatu larutan sejati, larutan koloid, dan dispersi kasar.
Kelarutan adalah kemampuan sebuah zat untuk larut atau terlarut dalam
suatu pelarut. Kelarutan zat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu,
tekanan, dan jenis pelarut. Praktikum kelarutan dilakukan untuk mengamati
faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan zat serta untuk menentukan kelarutan
suatu zat dalam pelarut tertentu pada suhu dan tekanan yang diberikan. Praktikum
kelarutan juga dapat digunakan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia suatu zat
serta untuk mengetahui fakyor factor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat dan
menjelaskan usaha-usaha yang dapat di gunakan untuk meningkatkan kelarutan
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam
pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes
mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan
untuk sediaan obat lainnya seperti suspensi, tablet atau kapsul yang diberikan
secara oral, data ini tetap diperlukan karena didalam saluran cerna obat harus
dapat melarut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya adalah air
agar dapat diabsorpsi.
Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan
telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena
itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah
dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.
1
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu adalah suhu, pH,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik bahan pelarut dan
penambahan surfaktan.
Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui
dan dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk
obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu
yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan
lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.
Oleh karena itu , percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar kita
dapat mengetahui usaha – usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan
suatu obat yang dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh manusia.
1.2 Tujuan Percobaa
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
3. Menjelaskan usaha- usaha yang dapat di gunakan untuk meningkatkan
kelarutan zat aktif dalam air untuk pembuatan sediaan zat cair
1.3 Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa mampu melakukan percobaan farmasi fisika tentang bobot
jenis.
2. Mahasiswa mampu menerangkan factor-faktor yang memengaruhi kelarutan
suatu zat
3. Mahasiswa mampu menjelaskan usaha-usaha yang di gunakan untuk
meningkatkan kelarutan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.4 Dasar Teori
Kelarutan atau solubility (s) adalah kebanyakan senyawa dalam satuan
garam yang dapat membuat jenuh larutan. Jika volume larutan dm 3 maka
kelarutan itu mempunyai satuan molar (m) (Martin, 1990).
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu larutan juneh dalam sejumlah solven. Pada suatu
temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak
terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik (Mochtar,
1989).
Jika gambar ionik dimasukkan kedalam air, maka banyaknya garam yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu merupakan nilai dari perkalian ion-ion
yang bergam dan merupakan salah stu sifat fisis dari senyawa/garam itu sendiri
(Martin, 1990).
Banyaknya garam yang dapat larut dalam sejumlah pelarut disebut
kelarutan, jika volume larutan yang dipakai untuk melarutkan 1 dm 3, maka
kelarutan garam senyawa tersebut dapat dinyatakan sebagai kepekaan garam atau
senyawa tersebut (Arief, 2003).
Kelarutan suatu gram yang sedikit larut juga tergantung pada konsentrasi
dari zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation gram dan hasil hidolisasi
seperti dikatakan diatas adalah suatu contoh yang pereaksi pembentuk
kompleksnya yaitu ion hidroksida (Roth,1994).
Telah lazim dikenal dalam bidang kimia bahwa senyawa tidak larut pun
tidak memiliki kelarutan. Oleh karena itu senyawa seperti ini lebih tepat dikatakan
sebagai senyawa yang sukar larut (Anief, 2003).
Besarnya kelarutan suatu senyawa adalah jenuh, misalnya senyawa yang
bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu dan merupakan larutan
yang jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Ansel,
1989).
3
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah
(Mirawati, 2007):
1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan didalam dunia pengobatan adalah zat organik
yang bersifat asam lemah, kelarutan asam lemah seperti barbiturat dan
sulfonamide dalam akar akan bertambah dengan naiknya pH karena
terbentuknya garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa
organic seperti alkaloida dan anastetik pada umumnya sukar larut.
2. Pengaruh temperatur
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada temperatur, titik leleh
zat padat, dan panas peleburan molar zat tersebut.
3. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
akan melarutkan lebih baik zat-zat polar ionik, begitu juga sebaliknya.
4. Pengaruh konstanta dielektrik
Telah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas
pelarut.
5. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat.
Konfigurasi molekul dan bentuk sediaan susunan kristal juga mempengaruhi.
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan
suatu zat. Surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk
agregat yang dikenal sebagai misel.
Sifat yang penting dari misel ini adalah kemampuannya untuk menaikkan
kelarutan zat yang biasanya sukar larut dalam air. Proses ini dikenall sebagai
solubility. Solubility terjadi karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi
dengan misel membentuk suatu larutan yang jernih dan stabil secara
termodinamika. Lokasi molekul zat terlarut dalam misel tergantung pada pelarut
4
zat tersebut. Molekul non polar akan masuk kedaerah polisade dan membentuk
suatu misell campuran (Mirawati, 2007).
Selain penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk
kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan ureten
dalam pembuatan injeksi khirin (Mohtar, 1989).
Kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu diketahui dengan membuat
larutan jenuh dari zat itu pada suhu yang spesifik dan penentuan jumlah zat yang
larut pada sejumlah berat tertentu dan larutan dengan cara analisis kimia (Ansel,
2005).
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama
ion-ion dalam campuran itu (Hardjaji, 1993).
Tipe larutan yang paling umum yang kita jumpai di laboratorium terdiri atas
solute yang terlarut dalam zat cair, oleh karena itu sebagian besar perhatian kita,
kita arahkan terhadap larutan tipe ini. Larutan yang berbentuk cair (contohnya
NaCl dalam air), melarutkan zat cair dalam zat cair (contohnya etilen glikol dalam
air, larutan anti beku), atau melarutkan gas dalam zat cair contohnya CO 2 dalam
air, efferfescens) (Ditjen POM, 1979).
Untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian
umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia
yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam
bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20oC dan kecuali dinyatakan
lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair
larut dalam bagian volume tertentu pelarut, pernyataan kelarutan yang tidak
disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar, kecuali dinyatakan lain, zat jika
dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas
saring, serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1
g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah dalam sejumlah ml pelarut (Ditjen
POM, 1979).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah sebagai bentuk (Ditjen POM, 1979).
5
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 10
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1.000
Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
1.5 Uraian Bahan
1.5.1 Alkohol 70% (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etanol, cthyl alcohol
Berat molekul : 46,07
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus struktur :
6
1.5.2 Aquadest (Dirjen POM, 2010)
Sinonim : Aqua destillata
Berat molekul : 18,02
Rumus molekul : H2O
Rumus Struktur :
7
BAB III
METODE KERJA
1.6 Waktu dan Tempat
Pada kegiatan praktikum farmasi kimia ini tentang kelarutan ini
dilaksanakan pada hari kamis 28 september 2023 dimulai pukul 07.00 sampai
dengan 10.00 di labolatorium teknologi sediaan farmasi fakultas olahraga dan
Kesehatan universitas negri Gorontalo.
1.7 Alat dan bahan
1.7.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah Gelas kimia,
batang pengaduk, cawan penguap, buret, labu Erlenmeyer, pipet tetes, penangas
air.
1.7.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest,
alcohol 70%, kertas saring, NaOH 0,1 N , indikator fenolfalein, asam salisilat, air
es, tween 80.
1.8 Prosedur kerja
a. Penentuan kelarutan asam benzoate
1. Timbang 1 gram asam benzoate
2. Masukan asam benzoate yang telah di timbang, kedalam gelas kimia
50ml,kemudian tambahkan air suling sebanyak 50ml . Aduk campuran
tersebut selama 2 menit pada suhu kamar.
3. campuran tersebut menggunakan kertas saring. Letakan kertas saring tsb
kedalam cawan penguap, kemudian keringkan do dalam oven pada 100°C
selama 30 menit.
b. Pengaruh suhu pada kelarutan Asam benzoate
1. Timbang 1 gram asam benzoate
8
2. Masukan asam benzoate yang telah di timbang, kedalam gelas kimia 50ml,
kemudian tambahkan air suling sebanyak 50ml yang bersuhu 10°C.. Aduk
campuran tersebut selama 2 menit .
3. Saring campuran tersebut menggunakan kertas saring. Letakan kertas
saring tsb kedalam cawan penguap, kemudian keringkan do dalam oven
pada 100°C selama 30 menit
4. Timbanf sisa asam benzoate kering yang tertinggal di atas kertas saring.
5. Hitung kelarutan asam benzoate
6. Bandingkan kelaritan asam benzoate pada suhu 10°C, 45°C, 65°C.
c. Pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan suatu zat
1. Buatlah 50ml campuran bahan pelarut
Air (% v/v) Etanol (70 % v/v)
- 50
50 -
30 20
20 30
25 25
2. Ambul 20 ml campuran pelarut , tambahkan asam benzoat sebanyak 1 gram
kedalam masing masing campuran pelarut. Aduk campuran selama 2 menit.
3. Saring larutan. Ambil sebanyak 5ml larutan tentukan kadar asam benzoat
yang larut dengan cara titirasi asam basa dengan pointer NaOh 0,1 dan
indicator fenolfalein
4. Bandingkan kelarutan asam benzoat pada masing-masing campuran pelarut.
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.9 Hasil Pengamatan
1.9.1 Tabel Perhitungan
a. Pengaruh suhu pada kelarutan asam benzoate
No. zat Massa zat Pelarut Suhu Kelarutan % Kelarutan
1. Asam 1,3 gr 0,05 L 10°C 0,1 0,3 %
benzoat
2. Asam 1,3 gr 0,05 L 45°C 0,2 0,45 %
benzoat
3. Asam 1,1 gr 0,05 L 65°C 0,4 0,53 %
benzoat
b. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suaru zat
No zat Massa zat terlarut Aquades Alkohol % kelarutan
.
1. Asam 0,1 gr - 0,05 L 0,75 %
benzoate
2. Asam 0,1 gr 0,05 L - 0,25%
benzoate
3. Asam 0,1 gr 0,045 L 0,05 L 0,14%
benzoate
4. Asam 0,1 gr 0,03 L 0,02 L 0,22%
benzoate
5. Asam 0,1 gr 0,02 L 0,03 L 0,83%
benzoate
6. Asam 0,1 gr 0,025 L 0,025 L 0,14%
benzoate
10
1.9.2 Hasil Pergitungan
1. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam benzoate 10o C
Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6615 – 0,5951
= 0.664 g
Sampel yang larut = berat awal – berat residu
= 0,2 – 0,6664
= 0,1336 g
0,1336
Kelarutan (s) = 122
0 , 02 g
= 0,0547 mL/g
0,1336
Kelarutan % = × 100 %
0 ,2 g
= 66,8%
2. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam benzoate 60 oC
Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6660 – 0,5843
= 0.0817 g
Sampel yang larut = berat awal – berat residu
= 0,2 – 0,0817
= 0,,1183 g
0,1183 /122
Kelarutan (s) =
0 , 02 g
= 0,0484 mL/g
0,1183
Kelarutan % = ×100 %
0,2g
= 59,15%
3. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam benzoate 30o C
Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6753 – 0,5165
11
= 0,1588g
0,0833
Kelarutan % = × 100 %
0 ,2 g
= 41,65%
5. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam silsilat 60 oC
Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6920 – 0,5593
= 0.1327g
Sampel yang larut = berat awal – berat residu
= 0,2 – 0,1327
12
= 0,0673 g
0,0673/39 , 8
Kelarutan (s) =
0 , 02 g
= 0,0845 mL/g
0,0673
Kelarutan % = × 100 %
0 ,2 g
= 33,65%
6. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam silsilat 30o C
Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6920 – 0,5788
= 0,1132 g
Sampel yang larut = berat awal – berat residu
= 0,2 – 0,1132
= 0,0868 g
0,0673/39 , 8
Kelarutan (s) =
0 , 02 g
= 0,1118 mL/g
0,086
Kelarutan % = × 100 %
0 ,2 g
= 43%
1.10 Pembahasan
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat untuk larut dalam suatu pelarut
tertentu. Kelarutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sifat kimia zat
tersebut, sifat kimia pelarut, suhu, dan tekanan.Sifat kimia zat, seperti polaritas
dan kelarutan dalam air, mempengaruhi apakah suatu zat akan larut atau tidak
dalam pelarut tertentu. Apabila zat polar, maka kemungkinan besar akan larut
dalam pelarut polar seperti air. Sebaliknya, zat nonpolar cenderung akan larut
dalam pelarut nonpolar seperti eter atau bensin.
Sifat kimia pelarut juga mempengaruhi kelarutan zat dalam pelarut tertentu.
Misalnya, zat polar akan lebih mudah larut dalam pelarut polar seperti air atau
alkohol daripada larut dalam pelarut nonpolar seperti bensin.Suhu juga
mempengaruhi kelarutan zat dalam pelarut. Umumnya, semakin tinggi suhu,
13
semakin besar kelarutan zat dalam pelarutnya. Namun, ada beberapa zat yang
kelarutannya semakin berkurang dengan peningkatan suhu.
Tekanan juga dapat mempengaruhi kelarutan dari beberapa zat dalam
pelarut tertentu. Namun, pengaruhnya tidak signifikan kecuali pada zat-zat
tertentu yang memiliki keterkaitan dengan jenis pelarutnya. Dalam praktikum
kimia, kelarutan dapat diukur dengan membuat larutan jenuh yang diketahui
konsentrasinya. Larutan jenuh adalah larutan di mana zat sudah terlarutkan
maksimal sesuai kapasitas larutnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan jenuh
kemudian diuji dengan menambahkan zat yang ingin diuji kelarutannya dalam
larutan tersebut. Apabila zat tersebut belum terlarut sepenuhnya, maka dapat
dihitung kelarutannya sebagai persentase dari kapasitas larut zat tersebut pada
suhu dan tekanan tertentu.
Proses kelarutan diatur oleh tiga factor. Factor pertama adalah gaya kohesi
zat terlarut. Factor kedua adalah gaya kohesi pelarut dan yang ketiga adalah hasil
interaksi antara zat terlarut yang terdisolusi dan molekul pelarut setelah
pemutusan.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. pH
Zat organik yang bersifat asam lemah/basah lemah adalah zat aktif yang
sering digunakan dalam dunia pengobatan. Kelarutannya dipengaruhi pH, yakni
untuk dapat larut. Zat organik yang bersifat asam lemah diberikan atau
dicampurkan dulu dengan larutan basa agar berbentuk garam organik yang mudah
larut dalam air, demikian sebaliknya.
2. Temperatur
Ada 3 pernyataan tentang kelarutan yang dipengaruhi oleh temperature
yaitu:
a. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila didinginkan dia
akan mengendap.
b. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat.
c. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan kecil.
3. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
14
Semakin kecil ukuran partikel, maka kelarutan zat tersebut akan meningkat,
begitu pula sebaliknya.
4. Pengaruh jenis pelarut
Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar atau ionik, begitu pula
sebaliknya. Pelarut non polar akan melarutkan lebih baik zat-zat non polar atau
molekul.
5. Pengaruh konstanta dielektrik
Besarnya dielektrik diatur dengan penambahan pelarut lain.
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam
pembuatan sediaan farmasi.Sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes
mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan
untuk bentuk sediaan obat lainnya seperti suspense, tablet atau kapsul yang
diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena dalam saluran cerna obat
harus dapat melarut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya adalah
air agar dapat diabsorbsi.
Pada umumnya obat baru dapat di absorbsi dari saluran cerna dalam keadaan
terlarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena
itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah
dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.
Adapun kesalahan yang diperoleh karena beberapa faktor yaitu :
Kurang teliti dalam melihat endapannya, sehingga dilakukan penambahan
terus-menerus walaupun sudah lewat jenuh
Kurang teliti dalam menimbang hasil residu
Terlalu sebentar dikocok di stirrer , sehingga asam salisilat belum larut
sempurna.
15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.11 Kesimpulan
a. Semakin lama pengocokan maka kelarutan suatu zat semakin besar.
b. Semakin tinggi konstanta dialektrik suatu zat maka semakin tinggi pula
kelarutan suatu zat.
c. Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan maka semakin
tinggi pula kelarutan suatu zat.
d. Semakin tinggi pH suatu zat maka semakin cepat pula kelarutan suatu zat.
1.12 Saran
1.12.1 Saran untuk jurusan
Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di jurusan farmasi,
Universitas Negeri Gorontalo
1.12.2 Saran untuk laboratorium
Meningkatkan sarana dan prasarana serta alat dan bahan yang di
butuhkan saat praktikum di laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi , Jurusan
Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo.
1.12.3 Saran untuk asisten
Membumbung praktikan dalam menjalankan praktikum
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar.
Anief, Moh. 2003. Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press; Yogyakarta.
Martin, Alfred dkk. 1990. Farmasi Fisika jilid I dan II Edisi III. Press;
Yogyakarta.
17
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1: Alat dan Bahan
1. Alat
Alat Gambar Fungsi
Gelas Kimia sebagai tempat
mereaksikan bahan
18
2. Bahan
Alat Gambar Fungsi
Alkohol 70% Sebagai bahan pelarut
19
Lampiran 2 : Diagram Alir
Asam Benzoat
C₇H₆O
20
Asam Benzoat
C₇H₆O
21
Asam Benzoat
Buatlah 100 mil campuran bahan pelarut yang tertera pada table
Ambil 20 mil campuran pelarut tambahkan asam benzoat
sebanyak 1 gram ke dalam masing-masing campuran pelarut
aduk campur selama 2 menit
Saring campuran tersebut menggunakan kertas saring. Letakkan
kertas saring tsb ke dalam cawan penguap, kemudian keringkan
di dalam oven pada suhu 100° C selama 30 menit.
Timbang sisa asam benzoat kering yang tertinggal di atas kertas
saring.
Hitung kelarutan asam benzoat.
C₇H₆O
22
Lampiran 3 : Skema Kerja
Dikeringkan Ditimbang
dalam oven kembali massa
asam benzoat
setelah
dikeringkan
23