Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM FISIKA

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

KELARUTAN

DISUSUN OLEH :

ANDI CHAERUL ALIM MAULANA : PO713251171001


HERLINDA : PO713251161028
SANAWATI : PO713251191040
SERLY MARSELINA : PO713251191041
SHERLY SEPTIA NURFADLI : PO713251191042
SILVI ALFITRI : PO713251191043
SRI RAMADHANI : PO713251191044
SURYANTI SUARDI : PO713251191046
SYAFIRAH RAMADANI : PO713251191047
TRILTY WINDY : PO713251191048
UMY KALSUM : PO713251191049
USWATUN HASANAH : PO713251191050

KELOMPOK : A2
HARI PRAKTIKUM : JUMAT, 13 MARET 2020
PEMBIMBNG : MULI SUKMAWATY,S.Farm,Apt

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2020

1
DAFTAR IS

BAB I................................................................................................................3

PENDAHULUAN............................................................................................3

A. Latar Belakang........................................................................................3

B. Maksud & Tujuan Percobaan ................................................................ 4

C.Prinsip Percobaan.....................................................................................4

BAB II...............................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................5

A. Teori Umum............................................................................................5

B. Uraian bahan............................................................................................7

BAB III.............................................................................................................9

METODE KERJA............................................................................................9

A. Alat yang di gunakan...............................................................................9

B. Bahan yang di gunakan...........................................................................9

C. Cara Kerja..............................................................................................10

BAB IV...........................................................................................................11

HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................11

A. Hasil Pengamatan..................................................................................11

B. Pembahasan...........................................................................................12

BAB V............................................................................................................13

PENUTUP.......................................................................................................13

A.Kesimpulan.............................................................................................13

B.Saran.......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................14

LAMPIRAN....................................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan
jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air,
tubuh menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan.Sejalan dengan
pesatnya perkembangan penelitian di bidang obat, saat ini tersedia berbagai pilihan
obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat dalam pemilihan obat untuk
mengobati suatu penyakit, kelarutan sangat besar pengaruhnya terhadap pembuatan
obat dimana bahan-bahan dapat dicampurkan menjadi suatu larutan sejati, larutan
koloid, dan dispersi kasar.
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam
pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes
mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan untuk
sediaan obat lainnya seperti suspensi, tablet atau kapsul yang diberikan secara oral,
data ini tetap diperlukan karena didalam saluran cerna obat harus dapat melarut dalam
cairan saluran cerna yang komponen utamanya adalah air agar dapat diabsorpsi.
Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan
telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena itu
salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan
menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu adalah suhu, pH,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik bahan pelarut dan
penambahan surfaktan.
Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dan
dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau
kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul
pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi
dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.
Oleh karena itu , percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar kita dapat
mengetahui usaha – usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat
yang dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh manusia.

3
B. Maksud dan Tujuan
1. Menentukan kelarutan suatu zat
2. Mengetahui pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
3. Mengetahui pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat

C. Prinsip Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami perbandingan kelarutan Asam Benzoat
Asam Salisilat dengan menggunakan pelarut campuran di dalam air, alkohol dan
propilenglikol.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Kelarutan atau solubility (s) adalah kebanyakan senyawa dalam satuan garam
yang dapat membuat jenuh larutan. Jika volume larutan dm3 maka kelarutan itu
mempunyai satuan molar (m) (Martin, 1990).
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu larutan juneh dalam sejumlah solven. Pada suatu temperatur
tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak terlarut
merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik (Mochtar, 1989).
Jika gambar ionik dimasukkan kedalam air, maka banyaknya garam yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu merupakan nilai dari perkalian ion-ion
yang bergam dan merupakan salah stu sifat fisis dari senyawa/garam itu sendiri
(Martin, 1990).
Banyaknya garam yang dapat larut dalam sejumlah pelarut disebut kelarutan,
jika volume larutan yang dipakai untuk melarutkan 1 dm3, maka kelarutan garam
senyawa tersebut dapat dinyatakan sebagai kepekaan garam atau senyawa tersebut
(Arief, 2003).
Kelarutan suatu gram yang sedikit larut juga tergantung pada konsentrasi dari
zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation gram dan hasil hidolisasi seperti
dikatakan diatas adalah suatu contoh yang pereaksi pembentuk kompleksnya yaitu ion
hidroksida (Roth,1994).
Telah lazim dikenal dalam bidang kimia bahwa senyawa tidak larut pun tidak
memiliki kelarutan. Oleh karena itu senyawa seperti ini lebih tepat dikatakan sebagai
senyawa yang sukar larut (Anief, 2003).
Besarnya kelarutan suatu senyawa adalah jenuh, misalnya senyawa yang
bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu dan merupakan larutan yang
jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Ansel, 1989).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah
(Mirawati, 2007) :
1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan didalam dunia pengobatan adalah zat organik
yang bersifat asam lemah, kelarutan asam lemah seperti barbiturat dan sulfonamide
dalam akar akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuknya garam yang
mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organic seperti alkaloida dan anastetik
pada umumnya sukar larut.
2. Pengaruh temperatur
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada temperatur, titik leleh
zat padat, dan panas peleburan molar zat tersebut.

5
3. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
akan melarutkan lebih baik zat-zat polar ionik, begitu juga sebaliknya.
4. Pengaruh konstanta dielektrik
Telah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas
pelarut.
5. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu zat.
Konfigurasi molekul dan bentuk sediaan susunan kristal juga mempengaruhi.
Kelarutan dalam Farmakope Indonesia, diartikan dengan kelarutan pada suhu
20oC (FI III) atau 25oC (FI IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot zat padat atau 1
bagian volume zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut, kecuali diyatakan lain.
Kelarutan yang tanpa angka adalah kelarutan pada suhu kamar (25oC)
pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 gram zat padat atau 1 mL zat cair
dalam sejumlah mL pelarut.

Sangat mudah larut Kurang dari 1


Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1.000
Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

B. URAIAN BAHAN
a) Air suling (FI Eds. III ; 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling

6
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa
Kegunaan : sebagai sampel
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

b) Alcohol (FI Eds. III ; 65)


Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : etanol, alcohol
Pemerian : cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
eter P.
Kegunaan : sebagai sampel
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat
sejuk, jauh dari nyala api.

c) Asam benzoat (FI IV, hal.47)


Nama resmi : Acidum Benzoicum
Sinonim : Asam benzoat
RM/BM : C7H6O2/122,12
Rumus struktur : COOH
Pemerian : Hablur bentuk jarum, atau sisik , putih, sedikit berbau,
agak menguap pada suhu hangat
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
dalam kloroform dan dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan : Sebagai sampel

d) Asam salisilat (FI IV, hal. 51)


Nama resmi : Acidum Salicylicum
Sinonim : Asam salisilat
RM/BM : C7H6O3/138,12
Rumus struktur : COOH
Pemerian : Hablur putih, umumnya seperti jarum, atau serbuk
putih, tidak berbau atau berbau lemah
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut
dalam kloroform dan dalam eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel

e) Propilen glikol (Ditjen POM, FI IV : 712)

7
OH
HO
PROPYLENGLYCOL
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Sinonim : Propilen glikol
Rumus Molekul : C3H8O2
Berat Molekul : 76,09
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, menyerap air pada udara lembab
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan
kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak esensial tetapi tidak dapat
bercampur dengan minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut

f) Indikator Phenolptalein (FI Edisi III hal : 675)


Nama Resmi : FENOLFTALEIN
Nama Lain : Fenolftalein, Indikator PP
RM : C20H14O4
BM : 318,33
Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan lemah,
tidak beberbau, stabil di udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat
K/P : Zat tambahan, indicator

8
BAB III

METODE KERJA

A. Alat yang Digunakan


1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Pipet volume
4. Gelas ukur
5. Tissue
B. Bahan yang Digunakan
1. Aquadest
2. Asam Benzoat/ Asam Salisilat
3. Alcohol
4. Tween
5. Propilenglikol
6. Larutan NaOH 0,1 N
7. Indikator Phenolptalein
8. Kertas saring

C. Cara Kerja
a. Pengaruh pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat
 Buat dan bakukan larutan baku NaOH 0,1 N
 Buat campuran pelarut-pelarut seperti yang tertera pada tabel berikut:

Air (% v/v) Etanol (% v/v) Propilenglikol (% v/v)


30 0 20
30 2.5 17.5
30 5 15
30 7.5 12.5
30 10 10
30 15 5
30 17.5 2.5
30 20 0

 Larutkan asam salisil sedikit demi sedikit dalam masing-masing campuran pelarut
sampai diperoleh larutan yang jenuh.
 Kocok larutan dengan orbital shaker selama 2 jam, jika ada endapan yang larut
selama pengocokan tambahkan lagi asam salisil sampai didapat larutan yang jenuh
kembali.
 Saring larutan

9
 Pipet 10 mL larutan asam salisil untuk menentukan kadar asam salisil dengan cara
titrasi Alkalimetri.
 Buat grafik antara kelarutan asam salisil dengan % pelarut yang ditambahkan.

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

DATA PENGAMATAN

A. PENGARUH PELARUT CAMPUR

Konsentrasi Pelarut Volume Titrasi Kadar


No N NaoH
AIR ETANOL PG I II
1. 30 0 20 0,9992 0 5,1 617,805 mg
2. 30 2,5 17,5 0,9992 0 7,3 844,344 mg
3. 30 5 15 0,9992 5,1 10,6 666,286 mg
4. 30 7,5 12,5 0,9992 32 40 969,144 mg
5. 30 10 10 0,9992 0 9,5 1.150,858 mg
6. 30 15 5 0,9992 9,5 23 1.635,431 mg
7. 30 17,5 2,5 0,9992 10,6 24 1.623,316 mg
8. 30 20 0 0,9992 23 32 1.090,287 mg

B. PEMBAHASAN

Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan
adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya dibagi
menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat terlarutnya dapat melarut dalam zat
pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewad jenuh terjadi pada saat zat
terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya yang biasanya
ditandai dengan terbentuknya endapan. Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum
mencapai batas maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.

Dalam kelarutan dikenal istilah cosolvent dan cosolvency dimana cosolvent


merupakan bahan yang digunakan untuk meningkatkan kelarutannya misalnya seperti
penggunaan pelarut campur sedangkan cosolvency merupakan peristiwa peningkatan
kelarutan.

Pada percobaan ini, diperoleh hasil yang signifikan. Pada pelarut campur 1 diperoleh
kadar asam benzoat sebanyak 617,805 mg, pelarut campur kedua sebanyak 844,344 mg,
pelarut campur 3 sebanyak 666,286mg, pelarut campur 4 sebanyak 969,144 mg, pelarut
campur 5 sebanyak 1.150,858mg, pelarut campur 6 sebanyak 1.635,431mg, pelarut campur
7 sebanyak 1.623,316 mg, pelarut campur 8 sebanyak 1.090,287 mg.

11
BAB V

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Uji kelarutan asam salisilat secara kuantitatif menunjukan asam benzoat sukar larut
dalam air, hal ini sesuai literature bahwa asam benzoat larut dalam 300 bagian air.

12
2. Semakin tinggi konstanta dielektrik maka semakin sedikit asam benzoat yang terlarut,
hal ini sesuai dengan literature bahwa asam benzoat merupakan senyawa nonpolar
yang lebih larut dalam pelarut yang memiliki konstanta dielektrik rendah.

B. SARAN
Adanya komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten pendamping dalam
praktikum sehingga segala sesuatunya lebih terkoordinasi. Dan Sebaiknya dalam
parktikum ini menggunakan alat khusus untuk pengocokkan (Orbital Shaker)
sehingga didapatkan hasil yang sempurna, dan kesalahan pada saat praktikum dapat
diperkecil.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim Indonesia :


Makassar.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI ; Jakarta.

13
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Hardjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia Pestaka, Jakarta.

Anief, Moh. 2003. Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press; Yogyakarta.

Ansel, Haward. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas
Muslim Indonesia; Makassar.

Martin, Alfred dkk. 1990. Farmasi Fisika jilid I dan II Edisi III. Press; Yogyakarta.

Mohtar, 1989. Farmasi Fisika. Gajah Mada University Press ; Yogyakarta.

Ansel, Howart C . 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . Jakarta : Universitas


Indonesia.

Roth, Hermann, J . 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM-Press

LAMPIRAN

14
Perhitungan
 Pengaruh pelarut campuran terhadap kelarutan suatu zat
1) Konsentrasi : Air = 30
Etanol =0
PG = 20
Mgrek Asam Benzoat = Mgrek NaoH
Mg/ BE = V. N
Mg/ 122,12 = 5,1 . 0,992
Mg/ 122,12 = 5, 059
Mg = 5, 059. 122,21
Mg = 617, 805

2) Konsentrasi : Air = 30
Etanol = 2,5
PG = 17,5
Mgrek Asam Benzoat = Mgrek NaoH
Mg/ BE = V. N
Mg/ 122,12 = 7,3 . 0,992
Mg/ 122,12 = 7,241
Mg = 7,241 . 122,21
Mg = 844,344

3) Konsentrasi : Air = 30
Etanol =5
PG = 15
Mgrek Asam Benzoat = Mgrek NaoH
Mg/ BE = V. N
Mg/ 122,12 = 5,5 . 0,992
Mg/ 122,12 = 5,456
Mg = 5,456 . 122,21
Mg = 666,286

4) Konsentrasi : Air = 30
Etanol = 7,5

15
PG = 12,5
Mgrek Asam Benzoat = Mgrek NaoH
Mg/ BE = V. N
Mg/ 122,12 = 8 . 0,992
Mg/ 122,12 = 7,936
Mg = 7,936 . 122,21
Mg = 969,144

5) Konsentrasi : Air = 30
Etanol = 10
PG = 10
Mgrek Asam Benzoat = Mgrek NaoH
Mg/ BE = V. N
Mg/ 122,12 = 9,5 . 0,992
Mg/ 122,12 = 9,424
Mg = 9,424 . 122,21
Mg = 1.150,858

6) Konsentrasi : Air = 30
Etanol = 15
PG =5
Mgrek Asam Benzoat = Mgrek NaoH
Mg/ BE = V. N
Mg/ 122,12 = 13,5 . 0,992
Mg/ 122,12 = 13,392
Mg = 13,392 . 122,21
Mg = 1.635,431

7) Konsentrasi : Air = 30
Etanol = 17,5
PG = 2,5
Mgrek Asam Benzoat = Mgrek NaoH
Mg/ BE = V. N
Mg/ 122,12 = 13,4 . 0,992

16
Mg/ 122,12 = 13,292
Mg = 13,292 . 122,21
Mg = 1.623,316

8) Konsentrasi : Air = 30
Etanol = 20
PG =0
Mgrek Asam Benzoat = Mgrek NaoH
Mg/ BE = V. N
Mg/ 122,12 = 9 . 0,992
Mg/ 122,12 = 8,928
Mg = 8,928 . 122,21
Mg = 1. 090,287

17

Anda mungkin juga menyukai