Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

FARMASI FISIKA

“ KELARUTAN”

“Diajukan untuk memenuhi persyaratan nilai praktikum farmasi fisika”

OLEH:

KELAS : D3-A FARMASI

KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN : AHMAD RIFLY SULEMAN S.Farm

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan banyak
kenikmatan .Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta sahabat-sahabatnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “KELARUTAN” ini. Dalam penyusunan
laporan ini masih, masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kami
sebagai penyusun laporan ini mohon maaf dan meminta kritik atau saran dari
pembaca. Kami juga berterima kasih kepada kakak asisten laboratorium bahan
alam di jurusan Farmasi. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat bagi kita
semua, terima kasih .
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, 21 Oktober 2023

Wavika Zahra Zakia

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum......................................................................................2
1.3 Maksud Praktikum....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Dasar Teori................................................................................................3
2.2 Prosedur Kerja...........................................................................................6
BAB IV METODE KERJA.....................................................................................7
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................................7
3.2 Alat Dan Bahan.........................................................................................7
3.2.1 Alat yang digunakan..........................................................................7
3.2.2 Bahan yang digunakan.......................................................................7
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................8
4.1 Hasil...........................................................................................................8
4.1.1 Tabel Perhitungan..............................................................................8
4.1.2 Hasil Pergitungan...............................................................................8
4.2 Pembahasan.............................................................................................11
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................13
5.1 Kesimpulan..............................................................................................13
5.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Larutan memainkan peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam kebanyakan reaksi berlangsung
dalam larutan air, tubuh menyerap mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk
larutan.Sejalan dengan pesatnya perkembangan penelitian di bidang obat, saat ini
tersedia berbagai pilihan obat, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat
dalam pemilihan obat untuk mengobati suatu penyakit, kelarutan sangat besar
pengaruhnya terhadap pembuatan obat dimana bahan-bahan dapat dicampurkan
menjadi suatu larutan sejati, larutan koloid, dan dispersi kasar.
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam
pembuatan sediaan farmasi. Sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes
mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan
untuk sediaan obat lainnya seperti suspensi, tablet atau kapsul yang diberikan
secara oral, data ini tetap diperlukan karena didalam saluran cerna obat harus
dapat melarut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya adalah air
agar dapat diabsorpsi.
Pada umumnya obat baru dapat diabsorpsi dari saluran cerna dalam keadaan
telarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena
itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah
dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu adalah suhu, pH,
jenis pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielektrik bahan pelarut dan
penambahan surfaktan.
Dalam bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui
dan dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk
obat atau kombinasi obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu
yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan
lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.

1
Oleh karena itu , percobaan kelarutan sangat penting dilakukan agar kita
dapat mengetahui usaha – usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan
suatu obat yang dapat mempermudah absorpsi obat didalam tubuh manusia.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif.
2. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan satu zat.
3. Menjelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu zat
aktif dalam air dalam pembuatan sediaan cair.
1.3 Manfaat Praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan percobaan farmasi fisika tentang bobot jenis
2. Mahasiswa mampu menerangkan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
suatu zat.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan usaha-usaha yang digunakan untuk
meningkatkan kelarutan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.4 Dasar Teori
Kelarutan atau solubility (s) adalah kebanyakan senyawa dalam satuan
garam yang dapat membuat jenuh larutan. Jika volume larutan dm 3 maka
kelarutan itu mempunyai satuan molar (m) (Martin, 1990).
Kelarutan suatu zat didefinisikan sebagai jumlah solut yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu larutan juneh dalam sejumlah solven. Pada suatu
temperatur tertentu suatu larutan jenuh yang bercampur dengan solut yang tidak
terlarut merupakan contoh lain dari keadaan kesetimbangan dinamik (Mochtar,
1989).
Jika gambar ionik dimasukkan kedalam air, maka banyaknya garam yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut tertentu merupakan nilai dari perkalian ion-ion
yang bergam dan merupakan salah stu sifat fisis dari senyawa/garam itu sendiri
(Martin, 1990).
Banyaknya garam yang dapat larut dalam sejumlah pelarut disebut
kelarutan, jika volume larutan yang dipakai untuk melarutkan 1 dm 3, maka
kelarutan garam senyawa tersebut dapat dinyatakan sebagai kepekaan garam atau
senyawa tersebut (Arief, 2003).
Kelarutan suatu gram yang sedikit larut juga tergantung pada konsentrasi
dari zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation gram dan hasil hidolisasi
seperti dikatakan diatas adalah suatu contoh yang pereaksi pembentuk
kompleksnya yaitu ion hidroksida (Roth,1994).
Telah lazim dikenal dalam bidang kimia bahwa senyawa tidak larut pun
tidak memiliki kelarutan. Oleh karena itu senyawa seperti ini lebih tepat dikatakan
sebagai senyawa yang sukar larut (Anief, 2003).
Besarnya kelarutan suatu senyawa adalah jenuh, misalnya senyawa yang
bersangkutan yang larut dalam sejumlah pelarut tertentu dan merupakan larutan
yang jenuh yang ada dalam kesetimbangan dengan bentuk padatnya (Ansel,
1989).

3
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain
adalah (Mirawati, 2007) :

1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan didalam dunia pengobatan adalah zat
organik yang bersifat asam lemah, kelarutan asam lemah seperti barbiturat dan
sulfonamide dalam akar akan bertambah dengan naiknya pH karena terbentuknya
garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organic seperti alkaloida
dan anastetik pada umumnya sukar larut.
2. Pengaruh temperatur
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada temperatur, titik
leleh zat padat, dan panas peleburan molar zat tersebut.
3. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
akan melarutkan lebih baik zat-zat polar ionik, begitu juga sebaliknya.
4. Pengaruh konstanta dielektrik
Telah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas
pelarut.
5. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu
zat. Konfigurasi molekul dan bentuk sediaan susunan kristal juga mempengaruhi.
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan
kelarutan suatu zat. Surfaktan mempunyai kecenderungan berasosiasi membentuk
agregat yang dikenal sebagai misel.
Sifat yang penting dari misel ini adalah kemampuannya untuk menaikkan
kelarutan zat yang biasanya sukar larut dalam air. Proses ini dikenall sebagai
solubility. Solubility terjadi karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi
dengan misel membentuk suatu larutan yang jernih dan stabil secara
termodinamika. Lokasi molekul zat terlarut dalam misel tergantung pada pelarut

4
zat tersebut. Molekul non polar akan masuk kedaerah polisade dan membentuk
suatu misell campuran (Mirawati, 2007).
Selain penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk
kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat, misalnya penambahan ureten
dalam pembuatan injeksi khirin (Mohtar, 1989).
Kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu diketahui dengan membuat
larutan jenuh dari zat itu pada suhu yang spesifik dan penentuan jumlah zat yang
larut pada sejumlah berat tertentu dan larutan dengan cara analisis kimia (Ansel,
2005).
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain, terutama
ion-ion dalam campuran itu (Hardjaji, 1993).
Tipe larutan yang paling umum yang kita jumpai di laboratorium terdiri atas
solute yang terlarut dalam zat cair, oleh karena itu sebagian besar perhatian kita,
kita arahkan terhadap larutan tipe ini. Larutan yang berbentuk cair (contohnya
NaCl dalam air), melarutkan zat cair dalam zat cair (contohnya etilen glikol dalam
air, larutan anti beku), atau melarutkan gas dalam zat cair contohnya CO 2 dalam
air, efferfescens) (Ditjen POM, 1979).
Untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian
umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia
yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam
bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20oC dan kecuali dinyatakan
lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair
larut dalam bagian volume tertentu pelarut, pernyataan kelarutan yang tidak
disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar, kecuali dinyatakan lain, zat jika
dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas
saring, serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1
g zat padat atau 1 ml zat cair dalam sejumlah dalam sejumlah ml pelarut (Ditjen
POM, 1979).

5
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
ditunjukkan dengan istilah sebagai bentuk (Ditjen POM, 1979).
Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 10
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1.000
Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

6
BAB IV
METODE KERJA
1.5 Waktu dan Tempat
Pada kegiatan praktikum farmasi kimia ini tentang kelarutan ini
dilaksanakan pada hari kamis 28 september 2023 dimulai pukul 07.00 sampai
dengan 10.00 di labolatorium teknologi sediaan farmasi fakultas olahraga dan
Kesehatan universitas negri Gorontalo.
1.6 Alat Dan Bahan
1.6.1Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gelas kimia,
erlenmeyer, gelas ukur, batang pengaduk, kertas saring, cawan penguap, buret,
penangas air, pipet tetes, spektrofozz, kuvet, corong, oven, dan timbangan
analitik.
1.6.2Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Air es, Air panas,
Air netral, larutan benzozt, laruran asam sillsilat Tween 80,Kertas Saring,

7
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.7 Hasil
1.7.1Tabel Perhitungan
No zat Massa zat terlarut pelarut suhu Kelaruutan Kelarutan
(s) %

1 Asam  0,1336 Air es o


10 C 0,0547 66,8%
benzoat  0,1183 Airpanas O
60 C 0,0484 59,15%
Air biasa O 0,0168 20,6%
 0,0412 30 C
2 Asam  0,0833 Air es o
10 C 0,1046 41,65%
silsilat  0,0673 Airpanas O
60 C 0,0845 33,65%
Air biasa O 0,1118 43%
 0,0868 30 C

1.7.2Hasil Pergitungan
1. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam benzoate 10o C
 Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6615 – 0,5951
= 0.664 g
 Sampel yang larut = berat awal – berat residu
= 0,2 – 0,6664
= 0,1336 g
0,1336
 Kelarutan (s) = 122
0 , 02 g
= 0,0547 mL/g
0,1336
 Kelarutan % = × 100 %
0 ,2 g
= 66,8%

8
2. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam benzoate 60 oC
 Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6660 – 0,5843
= 0.0817 g

 Sampel yang larut = berat awal – berat residu


= 0,2 – 0,0817
= 0,,1183 g
0,1183 /122
 Kelarutan (s) =
0 , 02 g
= 0,0484 mL/g
0,1183
 Kelarutan % = ×100 %
0,2g
= 59,15%
3. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam benzoate 30o C
 Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6753 – 0,5165
= 0,1588g
 Sampel yang larut = berat awal – berat residu
= 0,2 – 0,1588
= 0,0412 g
0,0412/122
 Kelarutan (s) =
0 , 02 g
= 0,0168 mL/g
0,0412
 Kelarutan % = ×100 %
0 ,2 g
= 20,6%
4. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam silsilat 10o C
 Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6567– 0,5400
= 0.1167 g

9
 Sampel yang larut = berat awal – berat residu
= 0,2 – 0,1167g
= 0,0833 g
0,0833/39 , 8
 Kelarutan (s) =
0 , 02 g
= 0,1046 mL/g

0,0833
 Kelarutan % = × 100 %
0 ,2 g
= 41,65%
5. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam silsilat 60 oC
 Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6920 – 0,5593
= 0.1327g
 Sampel yang larut = berat awal – berat residu
= 0,2 – 0,1327
= 0,0673 g
0,0673/39 , 8
 Kelarutan (s) =
0 , 02 g
= 0,0845 mL/g
0,0673
 Kelarutan % = × 100 %
0 ,2 g
= 33,65%
6. Kelarutan suatu zat secara kuantitatif asam silsilat 30o C
 Residu = berat zat – berat kertas timbang
= 0,6920 – 0,5788
= 0,1132 g
 Sampel yang larut = berat awal – berat residu
= 0,2 – 0,1132
= 0,0868 g
0,0673/39 , 8
 Kelarutan (s) =
0 , 02 g

10
= 0,1118 mL/g
0,086
 Kelarutan % = × 100 %
0 ,2 g
= 43%

1.8 Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut.
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan
pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat
terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal.
Larutan lewad jenuh terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas maksimal
zat pelarut untuk melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya
endapan. Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas
maksimal zat pelarut untuk melarutkannya.
Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National
Formulary definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1
gram zat terlarut.
Proses kelarutan diatur oleh tiga factor. Factor pertama adalah gaya kohesi
zat terlarut. Factor kedua adalah gaya kohesi pelarut dan yang ketiga adalah hasil
interaksi antara zat terlarut yang terdisolusi dan molekul pelarut setelah
pemutusan.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. pH
Zat organik yang bersifat asam lemah/basah lemah adalah zat aktif yang
sering digunakan dalam dunia pengobatan. Kelarutannya dipengaruhi pH, yakni
untuk dapat larut. Zat organik yang bersifat asam lemah diberikan atau
dicampurkan dulu dengan larutan basa agar berbentuk garam organik yang mudah
larut dalam air, demikian sebaliknya.

11
2. Temperatur
Ada 3 pernyataan tentang kelarutan yang dipengaruhi oleh temperature yaitu :
a. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila didinginkan dia
akan mengendap.
b. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat.
c. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan kecil.
3. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, maka kelarutan zat tersebut akan meningkat,
begitu pula sebaliknya.
4. Pengaruh jenis pelarut
Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar atau ionik, begitu pula
sebaliknya. Pelarut non polar akan melarutkan lebih baik zat-zat non polar atau
molekul.
5. Pengaruh konstanta dielektrik
Besarnya dielektrik diatur dengan penambahan pelarut lain.
6. Pengaruh penambahan zat-zat lain
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam
pembuatan sediaan farmasi.Sediaan farmasi cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes
mata, injeksi dan lain-lain dibuat dengan menggunakan pembawa air. Bahkan
untuk bentuk sediaan obat lainnya seperti suspense, tablet atau kapsul yang
diberikan secara oral, data ini tetap diperlukan karena dalam saluran cerna obat
harus dapat melarut dalam cairan saluran cerna yang komponen utamanya adalah
air agar dapat diabsorbsi.
Pada umumnya obat baru dapat di absorbsi dari saluran cerna dalam keadaan
terlarut kecuali kalau transport obat melalui mekanisme pinositosis. Oleh karena
itu salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah
dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya di dalam air.
Adapun kesalahan yang diperoleh karena beberapa faktor yaitu :
 Kurang teliti dalam melihat endapannya, sehingga dilakukan penambahan
terus-menerus walaupun sudah lewat jenuh
 Kurang teliti dalam menimbang hasil residu

12
 Terlalu sebentar dikocok di stirrer , sehingga asam salisilat belum larut
sempurna.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.9 Kesimpulan
a. Semakin lama pengocokan maka kelarutan suatu zat semakin besar.
b. Semakin tinggi konstanta dialektrik suatu zat maka semakin tinggi pula
kelarutan suatu zat.
c. Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan maka semakin
tinggi pula kelarutan suatu zat.
d. Semakin tinggi pH suatu zat maka semakin cepat pula kelarutan suatu zat.
1.10Saran
Adanya komunikasi yang baik antara praktikan dan asisten pendamping
dalam praktikum sehingga segala sesuatunya lebih terkoordinasi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI ; Jakarta.

Hardjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia Pestaka, Jakarta.

Anief, Moh. 2003. Ilmu Meracik Obat, Gajah Mada University Press; Yogyakarta.

Ansel, Haward. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Fakultas Farmasi


Universitas Muslim Indonesia; Makassar.

Martin, Alfred dkk. 1990. Farmasi Fisika jilid I dan II Edisi III. Press;
Yogyakarta.

Mohtar, 1989. Farmasi Fisika. Gajah Mada University Press ; Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai