Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FISIKA FARMASI
“ PERANAN ILMU FISIKA DALAM KEFARMASIAN ”

Dosen Pengampu : Susi Novaryatiin, S.Si., M.Si.

Disusun oleh:
Sisi Solikha (19.71.020995)
Farmasi A

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI ..................................................................................................... i
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
BAB 2. PEMBAHASAN .................................................................................. 2
2.1 Hubungan Ilmu Farmasi Dengan Ilmu Fisika................................. 2
2.2 Peranan Ilmu Farmasi Fisika .......................................................... 2
BAB 3. PENUTUP ............................................................................................ 6
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 7

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmasi membutuhkan ilmu lain seperti ilmu fisika yang dapat


digabungkan menjadi suatu ilmu yang disebut Farmasi Fisika. Farmasi dalam
bahasa Yunani (Greek) disebut farmakon yang berarti medika atau obat.
Sedangkan Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat fisika dari suatu
zat. Jadi, Farmasi Fisika adalah kajian atau cabang ilmu hubungan antara
fisika (sifat-sifa Fisika) dengan kefarmasian (sediaan Farmasi, farmakokinetik,
serta farmakodinamiknya) yang mempelajari tentang analisis kualitatif serta
kuantitatif senyawa organik dan anorganik yang berhubungan dengan sifat
fisikanya serta menganalisis pembuatan dan pengujian hasil akhir dari sediaan
obat.
Penerapan ilmu fisika telah berkembang seiring dengan berkembangnya
ilmu tersebut. Berbagai disiplin ilmu kini juga berkaitan dengan fisika dan
Membutuhkan ilmu fisika , baik secara langsung maupun tidak langsung.
Salah satu contohnya yaitu keterkaitan antara ilmu fisika dengan dunia
farmasi. Keterkaitan tersebut dapat ditunjukkan pada salah satu sifat
fisika, yaitu kelarutan dengan ilmu farmasi. Pada penerapannya pun,
kelarutan memegang peranan penting karena berkaitan dengan berbagai
bentuk sediaan dan formulasi obat. Oleh karena itu, ilmu fisika sangat penting
penerapannya untuk mendukung seorang farmasis menghasilkan produk
farmasi dengan konsistensi yang baik dan kualitas terjamin.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa hubungan ilmu farmasi dengan ilmu fisika?
2. Bagaimana peranaan ilmu fisika dalam dunia farmasi?

2.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui hubungan ilmu farmasi dengan ilmu fisika
2. Untuk mengetahui peranaan ilmu fisika dalam proses disolusi obat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Ilmu Farmasi Dengan Ilmu Fisika
Ilmu Farmasi erat hubungannya dengan ilmu fisika yaitu senyawa obat
memiliki sifat fisika yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, dan
sifat-sifat fisika ini akan sangat memengaruhi cara pembuatan dan cara
formulasi sediaan obat, yang pada akhirnya akan memengaruhi efek
pengobatan dari obat serta kestabilan dari sebuah sediaan obat.
ilmu Farmasi Fisika akan menghasilkan suatu sediaan farmasi yang
berstandar baik, berefek baik, dan mempunyai kestabilan yang baik pula.
Pengetahuan mengenai sifat fisika molekul zat obat merupakan dasar dalam
penyusunan formula sediaan obat karena sifat fisika molekul obat lah yang
akan memengaruhi aspek-aspek formulasi zat obat menjadi sebuah sediaan
farmasi yang memenuhi syaratSifat-sifat fisika dari suatu senyawa obat
mencakup massa jenis, momen dipol, konstanta dielektrikum, indeks bias,
rotasi optik, kelarutan, titik lebur, titik didih, pH, danlain-lain. Sifat-sifat ini
lah yang merupakan dasar dalam formulasi sediaan farmasi. Sifat-sifat fisika
ini akan menentukan kemurnian dari suatu zat yang akan dijadikan obat.
Selain itu, berdasarkan sifat-sifat fisika di atas, akan mengiring seorang
farmasis dalam memformulasi suatu zat baik yang dapat maupun tidak dapat
dibuat menjadi sebuah sediaan, yang akhirnya akan menghasilkan suatu
sediaan farmasi yang bermutu dan berefek.

2.2 Peranan  Ilmu Farmasi Fisika


Ilmu Farmasi Fisika sangat penting adanya dalam dunia kefarmasian yaitu
Farmasi Fisika mempelajari sifat fisika dari berbagai zat yang digunakan untuk
membuat sediaan obat, ketika sudah menjadi sediaan obat, dan juga meliputi
evaluasi akhir dari sediaan obat tersebut sehingga mampu membuat obat yang
sesuai standar, aman, dan stabil hingga sampai ke tangan pasien.
1. Farmasi Fisika mempelajari sifat-sifat zat aktif dan excipient
(bahan pembantu) agar dapat dikombinasikan sehingga menjadi suatu

2
sediaan farmasi yang aman, berkhasiat,dan berkualitas. Misalnya, dalam
hal melarutkan zat aktif. Jika senyawa obat tidak memiliki sifatkelarutan
yang baik, maka Farmasi Fisika mempelajari bagaimana senyawa tersebut
dibantu kelarutannya, misalnya

a. Penambahan zat penambah kelarutan (disebut kosolven) seperti
surfaktan berupa tween dan span, alkohol, gliserin, dan lain-lain.

b. Pemilihan zat dalam bentuk turunannya berupa garam misalnya zat
dalam bentuk basenya seperti piridoksin yang sifatnya tidak larut

dalam air.

c. membantu kelarutannya dalam air maka dipilih bentuk garam yaitu


piridoksinHCl yang sifatnya mudah larut dalam air.
d. Kelarutan dibantu dengan adanya reaksi kompleksometri misalnya zat 
iodium (I2) tidak dapat larut air, namun dengan penambahan kalium
iodida (KI), maka akan terjadi reaksi kompleks sehingga iodium dapat
larut dalam air.
e. Selain itu, senyawa tersebut dapat diformulasi dalam bentuk sediaan
yang diperuntukkan bagi zat-zat yang tidak dapat larut yaitu berupa
sediaan suspensi.
2. Farmasi Fisika mempelajari cara pengujian sifat molekul zat obat agar 
Memastikan tingkat kemurnian senyawa tersebut, sehingga senyawa yang
akan diformulasi, benar-benar dipastikan asli dan murni serta memenuhi
standar dan syarat. Pengujiantersebut meliputi pengukuran indeks bias
menggunakan refraktometer, rotasi optik dengan menggunakan polarimeter,
massa jenis dengan menggunakan piknometer,viskositas cairan dengan
menggunakan viskometer, dan lain-lain.
3. Farmasi Fisika mempelajari kestabilan fisik
meliputi kinetika kimia sediaan famasi yang akan beredar di pasaran. Hal
ini memastikan agar sediaan tersebut dapat bertahan lama dalam jangka
waktu tertentu, tanpa mengubah keefektifan efek zat tersebut. Obat yang
telah dibuat tentu harus tetap stabil selama proses distribusi obat, agar
ketika diterima oleh pasien, obat masih dalam keadaan yang stabil, tidak

3
ada pengurangan aktivitas atau terjadi kerusakan zat aktif. Melalui
penerapan ilmu farmasi fisika, dapat ditetapkan beberapa  point   yaitu
a. Waktu kadaluarsa berdasarkan hasil uji sediaan pada berbagai kondisi
dalam ilmu kinetika kimia.
b. Pengukuran kadar zat aktif menggunakan alat spektrofotometer.
c. Pengujian partikel zat berupa ukuran partikel dalam pembuatan tablet.

Pengujian keefektifan zat dalam sediaan, melarut dalam cairan tubuh


manusia. Ilmu ini mencakup dalam uji disolusi obat. Uji ini menyatakan
kecepatan sediaan dalam melarutkan zat sehingga zat tersebut dapat
berefek dalam tubuh manusia. Misalnya, pengujian kestabilan fisis yaitu
pengujian pada sediaan emulsi, yang dikenal istilah kondisi
yangdipercepat ( stress condition ) yaitu sediaan ditempatkan pada dua
suhu yang berbeda 25oC dan 40oC minimal dilakukan dalam 10 siklus.
Kelarutan juga sangat berpengaruh terhadap “perjalanan” obat di dalam
tubuh. Jika obat tidak dapat larut dalam air maka akan sangat sulit baginya
untuk terdisolusi dari sediaannya. Sedangkan jika tidak mampu melarut
dalam lipid maka akan terhambat proses absorbsinya. Dengan demikian
obat seharusnya memiliki kedua sifat baik lipofil maupun hidrofil. Secara
sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat melarut. Secara prinsip
dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dengan pelarut. Dalam
penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat
terlibat berbagai proses disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik
fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media
disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi, dan
degradasi sediaan, merupakan sebagaian dari aktor yang mempengaruhi
karakteristik disolusi obat dari sediaan. Suatu bahan obat yang diberikan
dengan cara apapun dia harus memiliki daya larut dalam air untuk
kemanjuran terapeutiknya. Senyawa-senyawa yang relatif tidak dapat
dilarutkan mungkin memperlihatkan absorpsi yang tidak sempurna, atau
tidak menentu sehingga menghasilkan respon terapeutik yang minimum.
Daya larut yang ditingkatkan dari senyawa-senyawa ini mungkin

4
dicapai dengan menyiapkan lebih banyak turunan yang larut, seperti
garam dan ester dengan teknik seperti mikronisasi obat atau kompleksasi.
Sifat-sifat kimia, fisika, bentuk obat dan juga fisiologis dari sistem biologis
mempengaruhi kecepatan absorbsi suatu obat dalam tubuh. Oleh karena itu
konsentrasi obat, bagaimana kelarutannya dalam air, ukuran molekulnya,
pKa dan ikatan proteinnya adalah faktor-faktor kimia dan fisika yang
harus dipahami untuk mendesain suatu sediaan. Hal ini meliputi faktor
difusi dan disolusi obat.
Pada saat suatu sediaan obat masuk ke dalam tubuh, selanjutnya terjadi
proses absorbsi ke dalam sirkulasi darah dan akan didistribusikan
ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif pada sediaan obat
tersebut memiliki pelarut yang cepat berarti efek yang ditimbulkan juga
akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya. Pelepasan dari bentuk-bentuk
sediaan kemudian diabsorbsi dalam tubuh dan dikontrol oleh sifat fisika,
kimia obat dan bentuk obat yang diberikan dan juga fisiologis dari sistem
biologis. Konsentrasi obat, kelarutan dalam air, ukuran molekul,
bentuk,kristal, pKa dan ikatan protein adalah faktor-faktor fisika
dan kimia yang harus dipahami untuk mendesain pemberian yang
menunjukkan suatu karakteristik terkontrol. Lepasnya suatu obat dari
sistem pemberian meliputi faktor disolusi dan difusi. Proses pelarutan
tablet melalui proses disolusi yaitu melarutnya senyawa aktif dari bentuk
sediaannya (padat) ke dalam media pelarut. Setelah obat dalam larutan,
selanjutnya terjadi proses absorbsi ke dalam darah dan di bawa ke seluruh
cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif memiliki kecepatan pelarut
yang cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga semakin cepat, begitu pula
sebaliknya. Lepasnya suatu obat dari sistem pemberian meliputi
faktor disolusi dan difusi. Laju disolusi adalah sebagai salah satu faktor
yang meliputi dan mempengaruhi pelepasan obat.

5
BAB II

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Fisika Dasar
Konsep Fisika Dalam
Farmasi : Kelarutan dan
Disolusi Obat
10
Ilmu Farmasi erat hubungannya dengan fisika yaitu senyawa obat
memiliki sifat fisika yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,
dan sifat-sifat fisika ini akan sangat memengaruhi cara formulasi sediaan
obat, yang pada akhirnya akan memengaruhi efek pengobatan dari obat
serta kestabilan dari sebuah sediaan obat.
Pada proses disolusi obat terdapat banyak kaitan terhadap
ilmu fisika, terutama kelarutan suatu zat. Kelarutan suatu zat dalam
pelarut tertentu merupakan sifat fisika. Dimana pengertian kelarutan itu
sendiri adalah dispersi molekuler dari suatu zat dalam satu medium.
Sedangkan pada disolusi obat, peranan dan pengaruh kelarutan sangat
penting karena sangat berpengaruh terhadap “perjalanan” obat di dalam
tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu fisika memiliki kaitan yang besar
dengan dunia farmasi, baik dalam pembuatan sediaan ataupun alat yang
digunakan serta tehnik pembuatan sediaan. Kaitan disolusi obat
dengan kelarutan hanya satu dari sekian banyak contoh kaitan ilmu
fisika dalam dunia farmasi. Peranan ilmu farmasi fisika sangat penting
dalam dunia kefarmasian yaitu meliputi hal berikut.

6
a. Farmasi fisika mempelajari sifat-sifat zat aktif dan excipient
(bahan pembantu) agar dapat dikombinasikan sehingga menjadi suatu
sediaan farmasi yang aman, berkhasiat,dan berkualitas.
b. Farmasi Fisika mempelajari cara pengujian sifat molekul zat obat agar 
memastikan tingkat kemurnian senyawa tersebut, sehingga senyawa
yang akan diformulasi, benar-benar dipastikan asli dan murni.
c. Farmasi Fisika mempelajari kestabilan fisik
meliputi kinetika kimia sediaan famasi yang akan beredar di pasaran.
Hal ini memastikan agar sediaan tersebut dapat bertahan lama dalam
jangka waktu tertentu, tanpa mengubah keefektifan efek zat tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Santi Sinala. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.

Nadira Nurshadrina. 2016. Hubungan Ilmu Farmasi Dengan Ilmu Dasar


(Farmasi Fisika). URL: http://shaadrinas.blogspot.com/2016/12/hubungan-ilmu-
farmasi-dengan-ilmu-dasar.html?m=1 Diakses tanggal 01 Oktober 2020 Pukul
21.11 WIB.

A Mutia Herawaty. 2013. Konsep Fisika Dalam Farmasi : Kelarutan dan


Disolasi Obat. URL: https://dokumen.tips/documents/konsep-fisika-dalam-dunia-
farmasi-kelarutan-dan-disolusi-obat.htmll Diakses tanggal 01 Oktober 2020 Pukul
21.11 WIB.

Anda mungkin juga menyukai