Anda di halaman 1dari 18

FARMAKOLOGI KEPERAWATAN

ULFA MULIANTI
2114201298
KELAS F

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES FLORA MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Dengan menyebut nama allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadiran-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Farmakologi Keperawatan”.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Suherni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku
dosen pembimbing karena dengan adanya tugas ini dapat menambah wawasan saya.
Penyusunan makalah ini untuk tugas mata kuliah farmakologi dalam ujian tengah
semester. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karna itu tanda tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah tentang “Farmakologi Keperawatan” ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan.

Wassalamualaikum wr.wb.

Meulaboh, 27 November 2021


Penyusun

Ulfa Mulianti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ......................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN ...................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................2

A. PENGERTIAN FARMAKOLOGI ................................................................2


B. CABANG-CABANG FARMAKOLOGI .......................................................2
C. KONSEP OBAT ...............................................................................................4

BAB III PENUTUP .....................................................................................................14

A. KESIMPULAN ...............................................................................................14
B. SARAN .............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Betran G. Katzung, Farmakologi dapat dirumuskan sebagai


kajian terhadap bahan-bahan yang berinteraksi dengan system kehidupan
melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul-molekul regulator
yang mengaktifkan atau menghambat proses-proses tubuh yang normal.
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu ilmu
mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan dan menyediakan obat.
Farmakologi terutama terfokus pada sub disipilin, yaitu farmakodinamik dan
farmokinetik.
Sedangkan obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang
dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna
mencegah, meringankan dan menyebuhkan penyakit.
Obat tersedia dalam berbagai bentuk atau preparat. Bentuk obat menentukan
rute obat. Misalnya, kapsul diberikan peroral dan ralutan diberikan perintravena.
Komposisi obat dibuat untuk meningkatkan absorpsi dan metabolisme didalam
tubuh. Banyak obat tersedia dalam beberapa bentuk misalnya, suppositoria,
spray, salep, ekstrak dan lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dari Farmakologi?
2. Bagaimana konsep dari Obat?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui konsep dari farmakologi
2. Untuk mengetahui konsep dari obat

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FARMAKOLOGI

Farmakologi (pharmacology) berasal dari bahasa Yunani, yaitu pharmacon

adalah obat dan logos adalah ilmu. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat

mempengaruhi proses hidup pada tingkat molekular. Farmakologi sendiri dapat

didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi obat

dengan konstituen (unsure pokok) tubuh untuk menghasilkan efek terapi

(therapeutic).

Menurut Betran G. Katzung, Farmakologi dapat dirumuskan sebagai kajian

terhadap bahan-bahan yang berinteraksi dengan system kehidupan melalui

proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul-molekul regulator yang

mengaktifkan atau menghambat proses-proses tubuh yang normal.

B. CABANG-CABANG FARMAKOLOGI

Farmakologi mempunyai cabang-cabang ilmu yang mempelajari obat

secara lebih spesifik. Cabang-cabang farmakologi adalah sebagai berikut:

1. Farmakognosi

Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan

bahan lain yang merupakan sumber obat. Istilah farmakognosi berasal dari

kata Yunani yaitu: Pharmacon (obat) dan Gnosis (ilmu pengetahuan). Istilah

ini diperkenalkan oleh S.A.Seydler, seorang mahasiswa kedokteran di

Halle/Saale, Jerman, yang menggunakan judul Analectica

Pharmacognoistica dalam disertasinya pada tahun 1815. Namun penelitian

sejarah terakhir telah menemukan penggunaan istilah Farmakognosi yang

2
lebih awal J.A. Schmidt menggunakan istilah tersebut dalam Lehrbuch der

Materia Medica, dipublikasikan di Vienna tahun 1811 yang menjelaskan

tentang studi tumbuhan obat dan sifat-sifatnya.

2. Farmakokinetik

Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari perjalanan obat dalam tubuh.

Istilah farmakokinetik menurut ilmu farmakologi sebenarnya dapat diartikan

sebagai proses yang dilalui obat di dalam tubuh atau tahapan perjalanan obat

tersebut di dalam tubuh. Proses farmakokinetik ini dalam ilmu farmakologi

meliputi beberapa tahapan mulai dari proses absorpsi atau penyerapan obat,

distribusi atau penyaluran obat ke seluruh tubuh, metabolisme obat hingga

sampai kepada tahap ekskresi obat itu sendiri atau proses pengeluaran zat

obat tersebut dari dalam tubuh.

3. Farmakodinamik

Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari tentang efek obat

terhadap fisiologi dan biokimia dari sel jaringan/organ tubuh beserta

mekanisme kerjanya (fisiologis).

4. Farmakologiklinik

Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari efek obat pada manusia

(morfologi). Farmakologiklinik adalah ilmu farmakologi yang mempelajari

pengaruh kondisi klinis pasien terhadap efikasi obat, misalkan kondisi hamil

dan menyusui, neonatus dan anak, geriatrik, inefisiensi ginjal dan hepar.

5. Farmakoterapi

Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari penggunaan obat untuk

pencegahan dan menyembuhkan penyakit.

3
6. Toksikologi

Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari keracunan zat kimia

termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, industri, maupun

lingkungan hidup lain. Dalam cabang ini juga dipelajari cara pencegahan,

pengenalan dan penanggulangan kasus-kasus keracunan.

7. Farmasi

Farmasi adalah bidang profesional kesehatan yang merupakan

kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung

jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Profesional

bidang farmasi disebut farmasi atau apoteker.

C. KONSEP OBAT

1. Pengertian Obat

Menurut WHO, obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktifitas

fisik atau psikis. Sedangkan menurut Kebijakan Obat Nasional (KONAS),

pengertian obat adalah bahan atau sediaan yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam

rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari

rasa sakit, gejala sakit, dan atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan

dan kontrasepsi.

Dengan pengertian obat menurut KOMAS tersebut, maka obat

merupakan bahan yang terkemas, diberi dan penandaan yang memuat

informasi pernyataan dan atau klaim.

4
2. Penggunaan Obat di Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-undang Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 disebutkan

bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, maka rumah sakit wajib

diakreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Saat ini akreditasi

rumah sakit di Indonesia dilakukan mengacu pada standar yang ditetapkan oleh

KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) atau JCI (Joint Commission

International). Salah satu bab yang penting dalam standar akreditasi tersebut

adalah Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO).

Manajemen Penggunaan Obat memiliki peranan penting dalam

pengobatan simtomatik, preventif, kuratif, dan paliatif maupun rata kelola

penyakit dan kondisinya. Manajemen obat-obatan ini meliputi sistem dan

proses yang digunakan rumah sakit untuk menyediakan farmakoterapi bagi

pasiennya. Hal ini biasanya merupakan suatu upaya multidisiplin yang

terkoordinasi oleh sraf rumah sakit. Adapun prinsip-prinsip yang diterapkan

mencakup merancang proses yang efektif, penerapan, dan perbaikan terhadap

pemilihan, pengadaan, penyimpanan, permintaan/peresepan, penyalinan,

distribusi, persiapan, pengeluaran, pemberian, dokumentasi dan pemantauan

rerapi obat-obatan.

Dokter bertanggung jawab atas diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan

dengan menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca, baik oleh

perawat atau apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk penjelasan.

Perawat mempunyai tugas yang paling penting yaitu pemberian obat

kepada pasien. Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien.

5
Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada

pasien.

3. Prinsip-prinsip 6 benar dalam pemberian obat

Adapun prinsip 6 benar dalam pemberian obat yaitu :

1) Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa. Hal ini dapat

dilakukan dengan bertanya langsung ke klien atau keluarg ataupun

mengecek di papan identitas (biasanya ditempelkan di tempat tidur) ataupun

gelang identitas yang dipasang di tangan klien. Jika pasien tidak sanggup

berespon secara verbal, perawat dapat melihat respon non verbal, misalnya

anggukan klien. Jika pasien tidak saggup mengidentifikasi diri akibat

gangguan mental ataupun adanya penurunan kesadaran, perawat harus

mencari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada

keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2) Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Jika perawat menemukan

nama dagang yang asing (baru pertama kali didengar namanya) maka

perawat harus memeriksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker

untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Lakukan

pengecekan label pada botol atau kemasannya sebanyak 3 kali sebelum

memberi obat kepada pasien. Pertama, saat membaca permintaan obat dan

botolnya diambil dari rak obat. Kedua, pada saat label botol dibandingkan

dengan obat yang diminta dan yang ketiga saat dikembalikan ke rak obat.

Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus

6
dikembalikan ke bagian farmasi. Saat memberi obat, perawat harus ingat

untuk apa obat itu diberikan. Hal ini dapat membantu perawat untuk

mengingat nama obat dan bagaimana cara kerja obat tersebut.

3) Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,

perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau

apoteker sebelum dilanjutkan klien. Ada beberapa obat (baik ampul maupun

tablet) yang memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.

Misalnya Ondansentron 1 ampul yang memiliki dosis 4 mg dan 8 mg atau

obat antibiotic 1 vial yang memiliki dosis 1 gr (1000 mg) dan 500 mg.

4) Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang

menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,

kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat

kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral,

topikal, rektal, dan inhalasi.

a. Oral

Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak

dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga

diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet

ISDN.

b. Sublingual

Pemberian obat sublingual adalah cara pemberian obat yang

diberikan di bawah lidah klien.

7
c. Parenteral

Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron

berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui

saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus), muscular,

kutan/dermal atau subkutan.

d. Topikal

Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya

salep, losion, krim, spray, tetes mata.

e. Rektal

Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria

yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk

memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid

(anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian

obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian

obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan

dalam bentuk supositoria.

f. Inhalasi

Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas

memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian

berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya

salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam

keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

8
5) Benar Waktu

Beberapa obat harus diminum dalam waktu yang khusus, misalnya

sebelum makan ataupun sesudah makan. Asam Manefat, misalnya ia harus

diminum setelah makan untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada

lambung. Perawat harus membaca etiket obat sebelum pemberian obat

mengenai waktu terbaik pemberian obat. Bahkan, perawat harus

memperhatikan pula dengan menggunakan air apa klien minum obat

tersebut, misalnya air putih, susu, the ataupun kopi. Secara umum, setiap

pemberiam obat akan lebih baik jika menggunakan air putuh yang dinilai

bersifat netral. Pemberian obat bersamaan dengan susu akan mengakibatkan

berkurangnya efektifitas obat karena susu dapat mengikat sebagian obat itu

sebelum dapat diserap.

6) Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu

dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya,

atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

4. Teknik /cara dalam pemberian obat

Adapun teknik/cara dalam pemberian obat bergantung pada keadaan umum

pasien, kecepatan respons yang diinginkan, sifat obat, dan tempat kerja obat

yang diinginkan.

9
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :

1. Bentuk obat

a) Bentuk padat

Obat dalam kelompok ini dapat diberikan melalui empat rute, yaitu

oral, topical, rectal dan vaginal.

1) Bentuk oral

Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada

umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan paling

nyaman untuk diberikan. Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul,

dan lozenges (obat hisap).

(1). Tablet

Bentuk, ukuran, warna dan berat tablet itu bervariasi.

Tablet itu dapat mengandung obat murni, atau diencerkan dengan

substansi inert agar , mencapai berat sesuai, atau mengandung dua

atau lebih obat dalam kombinasi. Tablet ini dapat berupa tablet

padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan di bawah lidah), tablet

bucal (dilarutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut-gula

(menutupi bau atau rasa tidak enak), tablet bersalut-enterik (untuk

mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru

pecah), atau tablet lepas-berkala (untuk melepaskan obat selang

waktu panjang).

10
(2). Kapsul

Kapsul mengandung obat berupa bubuk, butiran bersalut

dengan ketebalan berbeda agar larut dengan kecepatan berbeda,

yaitu kapsul keras atau cairan dalam kapsul lunak.

(3). Lozenges

Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut.

Obat ini berguna bila diperlukan kerja setempat di mulut atau

tenggorok.

2) Bentuk topikal

Bentuk obat ini dipakai untuk permukaan luar badan dan

berfungsi melindungi atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat.

Bentuk paling penting adalah salap dank rim. Salap dipakai untuk lesi

kering dan bertahan di kulit lebih lama. Krim umumnya di pakai untuk

lesi basah.

3) Bentuk suppositoria

Suppositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan

mencair pada suhu badan. Suppositoria adalah cara memberi obat

melalui rectum untuk lesi setempat atau agar diserap sistemik.

4) Bentuk pesarri

Serupa dengan suppositoria namun bentuknya dirancang khusus

untuk vagina.

5) Bentuk cairan

Bentuk obat cairan terdapat tiga kelompok utama yaitu larutan,

suspense, dan emulsi.

11
(1). Larutan, adalah preparat yang terdiri atas satu atau lebih obat yang

dilarutkan dalam larutan, biasanya air. Jenis-jenisnya adalah sirup

(larutan gula “pekat” dalam air yang telah ditambahkan obat,

misalnya sirup Tolu), eliksir (larutan manis yang mengandung

alcohol dan air, obat dan penyedap, misalnya eliksir fenobartion),

tinktura, dan obat suntik (larutan dengan obat yang diberikan

melalui suntikan biasa atau secara intravena).

(2). Suspense, adalah preparat bubuk halus yang disuspensi dalam

cairan dan umumnya perlu dikocok dahulu sebelum dipakai.

Mereka dapat digunakan untuk suntikan (misalnya, suspense

penisilin), atau untuk obat luar (misalnya, losion kalamin).

(3). Emulsi, adalah preparat terdiri atas butiran-butiran air dalam

minyak dengan agens pengemulsi atau lemak atau butiran minyak

dalam air (misalnya, emulsi paraffin). Perlu dikocok dulu sebelum

dipakai.

6) Bentuk gas

Bentuk ini bersifat terapetik atau anestetik

(1). Gas terapetik, oksigen untuk mengatasi hipoksia atau melawan

keracunan CO (karbon monoksida), dan CO2 (kabon dioksida)

dipakai bersama oksigen untuk mengatasi depresi pernapasan,

asfiksia, dan keracunan CO. pada tindakan bedah, dipakai untuk

meningkatkan kecepatan induksi dan pemulihan setelah anestesi.

12
(2). Bentuk anastetik, contohnya halotan.

- Bentuk aerosol

Obat bentuk ini ada di bawah tekanan, berupa larutan atau bubuk.

Yang berbentuk larutan disemprotkan berupa “kabut” dalam mulut

serta dihirup ke dalam paru, mis. Salbutamol (ventolin) dengan alat

penyemprot khusus.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari interaksi obat dengan konstituen (unsure pokok) tubuh untuk
menghasilkan efek terapi (therapeutic).
Sedangkan obat adalah bahan atau sediaan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa
sakit, gejala sakit, dan atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan
kontrasepsi

B. SARAN
Dengan adanya penulisan makalah ini, diharapkan perawat dalam
memberikan obat kepada pasien harus memperhatikan 6 prinsip pemberian
obat yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara/rute, benar
waktu, dan benar dokumentasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Tambayong, Jan. 2001. Farmakologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Widya Medika.

Aryani, Ratna, dkk. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : Trans Info Media.

15

Anda mungkin juga menyukai