Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMAKOLOGI

“ FARMAKOKINETIK “

Nama Anggota Kelompok :

1. Anisa Dwi Darmawanti : P07224320076


2. Erni Agustina : P07224320082
3. Iin Dea Lestari : P07224320085
4. Mayank Sari : P07224320089
5. Syifa Alya Khansa : P07224320106
6. Tsyakina Breliana Vaqih : P07224320108

Dosen Pengampu :

Eka Parfina,S.Farm,MPH

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN + PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat dan
hidayat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang diberi judul “ Farmakodinamik ” makalah
ini kami buat berdasarkan tugas yang diberikan.

Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan, oleh
sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran serta masukkan dari pembaca sekalian yang
bersifat membangun. Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kami pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Samarinda, 28 januari 2022

(Penulis)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
A. Pengertian Farmakokinetik.................................................................................................6
B. Proses Farmakokinetik.........................................................................................................6
C. Dosis......................................................................................................................................14
BAB III.........................................................................................................................................16
PENUTUP....................................................................................................................................16
A. Kesimpulan..........................................................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk
tenagamedis, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat untuk
maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu agar mengerti bahwa
penggunaanobat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Farmakologi mencakup
pengetahuan tentang sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan
biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan
penggunaan obat. Seiring berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut
telah berkembang menjadi ilmu tersendiri.
Cabang farmakologi diantaranya farmakognosi ialah cabang ilmu farmakologi
yang memepelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat,
farmasi ialah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan, menyimpan, dan
menyediakan obat. farmakologi klinik ialah cabang farmakologi yang mempelajari efek
obat pada manusia. farmakoterapi cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan
obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, toksikologi ialah ilmu yang
mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah
tangga, pestisida dan lain-lain serta farmakokinetik ialah aspek farmakologi yang
mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresinya dan farmakodinamik yang mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan
biokimia berbagai oran tubuh serta mekanisme kerjanya. Pada penulisan makalah ini
akan di bahas tentang aspek farmakologi yaitu farmakokinetik.

4
B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian dari farmakokinetik ?
b. Bagaimana proses terjadinya farmakokinetik ?
c. Bagaimana pembagian dosis obat pada farmakokinetik ?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian dari farmakokinetik
b. untuk mengetahui proses terjadinya farmakokinetik
c. untuk mengetahui dosis obat pada farmakokinetik

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah ilmu yang mempelajari penyerapan (absorbsi) obat,
penyebaran (distribusi) obat, mekanisme kerja (metabolisme) obat, dan pengeluaran
(ekskresi) obat. Dengan kata lain, Farmakokinetik adalah mempelajari pengaruh tubuh
terhadap suatu obat.
(Drg. Nita Noviani, Mkm & Drg. Vitrinurilawaty, M.Kes, 2017)
Keseluruhan proses atau kejadian yang dialami molekul obat mulai saat masuknya
obat ke dalam tubuh sampai keluarnya obat tersebut dari dalam tubuh, disebut proses
farmakokinetik. Jadi melalui berbagai tempat pemberian obat, misalnya pemberian obat
melalui alat cerna atau diminum (peroral), otot-otot rangka (intramuskuler), kulit
(topikal), paru-paru (inhalasi), molekul obat masuk ke dalam cairan intra vaskuler setelah
melalui beberapa dinding (barrier) dan disebarkan ke seluruh tubuh serta mengalami
beberapa proses. Pada umumnya obat baru dikeluarkan (ekskresi) dari dalam tubuh
setelah mengalami biotransformasi di hepar. Ekskresi obat dapat melalui beberapa
tempat, antara lain ginjal (urin) dan kulit (keringat). Farmakokinetik atau kinetika obat
adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup
4 (empat) proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi
(E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif sebagai
proses eliminasi obat (Gunawan, 2009). Obat mempunyai 3 (tiga) nama yaitu nama
kimia, generik dan paten atau merek.

B. Proses Farmakokinetik
Proses kerja obat yang dibahas dalam bidang Farmakokinetik ini secara berurutan
adalah absorpsi, distribusi, metabolism, dan ekskresi. Keterangan untuk masing-masing
proses tersebut akan diterangkan sebagai berikut: (Drg. Nita Noviani, Mkm & Drg.
Vitrinurilawaty, M.Kes, 2017)

6
a. Absorbsi dan Biovabilitas Obat :
Rute Pemberian Obat Sebelum membahas lebih jauh tentang absorbsi obat, akan
dibahas tentang rute pemberian obat, yang terkait dengan cara masuknya obat ke
dalam tubuh. Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari
penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute
pemberian obat yang utama, yaitu enteral dan parenteral.
i. Enternal
Enteral adalah rute pemberian obat yang nantinya akan melalui saluran cerna.

1). Oral: Memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat
yang paling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling
rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun,
duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena
permukaan absorbsinya yang lebih besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari
saluran cerna dan masuk ke hati sebelum disebarkan ke sirkulasi umum.
Metabolisme langakah pertama oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak
obat ketika diminum per oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat
mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat
waktu pengosongan lambung sehingga obat yang tidak tahan asam,
misalnyapenisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karena itu,
penisilin atau obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut
enterik yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah
iritasi lambung. Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa
diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat lepas lambat.

2). Sublingual : Penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut


berdifusi kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai
keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan hati dan obat tidak
diinaktivasi oleh metabolisme.

3). Rektal : 50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal;
jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal

7
mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh
enzim usus atau pH rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga
berguna jika obat menginduksi muntah ketika diberikan secara oral atau jika
penderita sering muntah-muntah. Bentuk sediaan obat untuk pemberian rektal
umumnya adalah suppositoria dan ovula.

ii. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk
melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam
saluran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien
yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.
Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang
sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.
1) Intravena (IV): suntikan intravena adalah cara pemberian obat
parenteral yan sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral,
sering tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran
cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati. Rute
ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali atas kadar
obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat dalam saluran
cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil kembali seperti emesis
atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena beberapa obat
dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi yang
tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke
dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus harus
dikontrol dengan hati-hati. Perhatiab yang sama juga harus berlaku untuk
obat-obat yang disuntikkan secara intra-arteri.
2) Intramuskular (IM): obat-obat yang diberikan secara intramuskular
dapat berupa larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa
suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat
dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung
lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut mengendap
pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan

8
memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama
dengan efek terapetik yang panjang.
3) Subkutan: suntukan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan
dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin
kadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area
kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi
pembuangan. Obat seperti lidokain, dari tempat pemberian. Contoh-contoh
lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-bahan padat seperti kapsul
silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang diimplantasi unutk
jangka yang sangat panjang.
iii. Lain-lain
1. Inhalasi: inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati
permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan
efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat secara
intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita dengan
keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena
obat diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.
2. Intranasal: Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan
diabetes insipidus; kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon
peptida yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis, tersedia dalam
bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara
mengisap.
3. Intratekal/intraventrikular: Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-
obat secara langsung ke dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada
leukemia limfostik akut.
4. Topikal: Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat
diinginkan untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk
krem secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin
atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan
memudahkan pengukuran kelainan refraksi.

9
5. Transdermal: Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan
pemakaian obat pada kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”.
Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada
tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk
pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.
Jadi, absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian
ke dalam darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat
adalah saluran cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain.
Palingpenting untuk diperhatikan adalah cara pemberian obat per oral, dengan
cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan
absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter
4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili) (Gunawan, 2009).

Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui
jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi
melalui beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif. Faktor-faktor
yang mempengaruhi absorsi obat adalah sebagai berikut.

a. Metode absorpsi

 Transport pasif. Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan
proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke
daerah dengan konsentrasi rendah. Transport pasif dapat terjadi selama
molekulmolekul kecil dapat berdifusi sepanjang membran dan berhenti bila
konsentrasi pada kedua sisi membran seimbang.

 Transport Aktif. Transport aktif membutuhkan energi untuk menggerakkan obat


dari daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi.

b. Kecepatan Absorpsi. Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sistemik
hanya sedikit sel, maka absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level
pengobatan dalam tubuh. Waktu untuk berbagai cara absorpsi obat adalah:

 Detik s/d menit: IV, inhalasi

10
 Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot

 Lambat sekali, berjam-jam/berhari-hari: per rektal/sustained release.

c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan obat adalah:

 Aliran darah ke tempat absorpsi

 Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi

 Waktu kontak permukaan absorpsi

d. Kecepatan Absorpsi dapat:

 diperlambat oleh nyeri dan stress, nyeri dan stress mengurangi aliran darah,
mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster;

 makanan tinggi lemak, makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat
pengosongan lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat;

 faktor bentuk obat, absorpsi dipengaruhi formulasi obat seperti tablet, kapsul,
cairan, sustained release, dan lain-lain; dan

 kombinasi dengan obat lain, interaksi satu obat dengan obat lain dapat
meningkatkan atau memperlambat absorpsi tergantung jenis obat. Obat yang diserap
oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hepar
memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan
efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga
menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang
diberikan harus banyak.

b. Distribusi Obat:
Distribusi Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke
jaringan dan cairan tubuh.Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa
faktor yaitu :
a) Aliran darah. Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ
berdasarkan jumlah aliran darah. Organ dengan aliran darah terbesar adalah jantung,

11
hepar, dan ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti kulit, lemak, dan otot
lebih lambat.
b) Permeabilitas kapiler. Distribusi obat tergantung pada struktur kapiler dan
struktur obat.
c) Ikatan protein. Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan
protein dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat
bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan
protein tinggi bila >80% obat terikat protein.
c. Metabolisme Obat :
Metabolisme atau biotransformasi obat adalah proses tubuh mengubah komposisi
obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh. Obat dapat
dimetabolisme melalui beberapa cara yaitu:
a) menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan; dan menjadi metabolit aktif,
memiliki kerja farmakologi tersendiri dan bisa dimetabolisme lanjutan.

Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme
baru menjadi aktif (prodrugs). Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di
membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme
yang lain (ekstrahepatik) adalah: dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit,
juga di lumen kolon (oleh flora usus). Tujuan metabolisme obat adalah mengubah
obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi
melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi
inaktif, tapi sebagian dapat berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi
toksik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme adalah sebagai berikut :

a) Kondisi Khusus : Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme,


antara lain penyakit hepar seperti sirosis.

b) Pengaruh Gen : Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat


memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.

12
c) Pengaruh Lingkungan : Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme,
contohnya: rokok, keadaan stress, penyakit lama, operasi, dan cedera

d) Usia : Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, yaitu usiabayi versus


dewasa versus orang tua.

d. Ekskresi Obat :
Ekskresi obat artinya eliminasi atau pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar
obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui
paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan traktusintestinal. Organ
terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk
aktif merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjal
melibatkan 3 (tiga) proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus, dan
reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia
6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Organ ke dua yang berperan
penting, setelah ginjal, untuk ekskresi obat adalah melalui empedu ke dalam usus dan
keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas anastetik
umum (Gunawan, 2009).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik adalah sebagai berikut :

a. Waktu Paruh : Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari
obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi,
metabolism dan ekskresi.Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa
sering obat harus diberikan.

b. Onset puncak, dan durasi kerja obat : Onset adalah waktu dari saat obat diberikan
hingga obat terasa kerjanya. Waktu onset ini sangat tergantung pada rute pemberian
dan farmakokinetik obat. Puncak, adalah waktu di mana obat mencapai konsentrasi
tertinggi dalam plasma. Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka
konsentrasinya di dalam tubuh semakin meningkat sehingga mencapai konsentrasi
puncak respon. Durasikerjaobat adalah lama waktu obat menghasilkan suatu efek
terapi atau efek farmakologis.

13
(Drg. Nita Noviani, Mkm & Drg. Vitrinurilawaty, M.Kes, 2017)

C. Dosis
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan berat
(gram, milli gram, mikrogram) atau satuan isi (liter, mililiter) atau unit-unit lainnya (unit
internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat yaitu
sejumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa, juga disebut
dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik. Bila dosis obat yang diberikan
melebihi dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi
keracunan, dinyatakan sebagai dosis toksik. Dosis toksik ini dapat sampai mengakibatkan
kematian disebut sebagai dosis letal. Obat-obat tertentu memerlukan dosis permulaan
(inisial dose) atau dosis awal (loading dose) yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan
(maintenance dose). Dengan memberikan dosis permulaan yang lebih tinggi dari dosis
pemeliharaan (misalnya dua kali), kadar obat yang dikehendaki dalam darah dapat
dicapai lebih awal. Hal ini dilakukan antara lain pada pemberian oral preparat sulfa
(sulfasoxasol, Trisulfa pyrimidin), diberikan dosis permulaan 2 gram dan diikuti dengan
dosis pemeliharaan 1 gram tiap 6 jam waktu berikutnya. (Ansel H. Prince S.J, 2006)
 Macam-macam Dosis Obat :
a. Dosis Terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan orang sakit.
b. Dosis Maksimum merupakan batas dosis yang relatif masih aman yang diberikan
kepada penderita. Dosis terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk
pemakaian sekali dan sehari .
c. Dosis Toksik adalah dosis yang diberikan melebihi dosis terapeutik, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya keracunan obat
d. Dosis Letal (Lethal dose)yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila
dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan mengalami
kelebihan dosis (Over dose)
e. Initial Dose merupakan dosis permulaan yang diberikan pada penderita dengan
konsentrasi/kadar obat dalam darah dapat dicapai lebih awal.

14
f. Loading Dose adalah dosis obat untuk memulai terapi, sehingga dapat mencapai
konsentrasi terapeutik dalam cairan tubuh yang menghasilkan efek klinis.
g. Maintenance Dose adalah dosis obat yang diperlukan untuk memelihara dan
mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai dengan regimen
dosis. Diberikan dalam tiap obat untuk menggantikan jumlah obat yang dieliminasi dari
dosis sebelumnya. Penghitungan dosis pemeliharaan yang tepat dapat mempertahankan
suatu keadaan stabil konsentrasi obat di dalam tubuh. (Ansel H. Prince S.J, 2006)
 Cara penghitungan Dosis Obat.
A. Dosis Maksimum Kecuali dinyatakan lain, dosis maksimum adalah dosis maksimum
dewasa (20-60 tahun) untuk pemakaian melalui mulut, injeksi sub kutan dan rektal.
Untuk orang lanjut usia karena keadaan fisik sudah mulai menurun, pemberian dosis obat
harus lebih kecil dari dosis maksimum. (Ansel H. Prince S.J, 2006)
B. Dosis maksimum gabungan ( DM sinergis ) Jika dalam satu resep terdapat dua atau
lebih zat aktif (bahan obat) yang kerjanya pada reseptor atau tempat yang sama maka
jumlah obat yang digunakan tidak boleh melampaui jumlah dosis obat-obat yang berefek
sama tersebut, baik sekali pemakaian ataupun dalam pemberian dosis harian. Contoh obat
yang memiliki efek yang sama - Atropin sulfat dengan ekstrak belladoina - Pulvis opii
dengan pulvis overi - Kofein dan aminofilin - Arsen trioxida dan Natrii arsenas.
(Ansel H. Prince S.J, 2006)

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya mengalami
absorpsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan menimbulkan efek.
Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat di ekskresi dari dalam tubuh. Seluruh
proses ini di sebut farmakokinetik.
Farmakodinamik ialah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat
serta mekanisme kerjanya.  Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti
efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta
spectrum efek dan respon yang terjadi.

B. Saran
Pemahaman mahasiswa kebidanan terhadap bidang ilmu farmakologi dalam hal ini aspek
farmakokinetik harus terus di tingkatkan dengan proses pembelajaran yang kontinyu selain
untuk meningkatkan pemahaman yakni sebagai upaya meningkatkan displin ilmu yang lebih
kompeten, berjiwa pengetahuan dan selalu berfikir kritis terhadap ilmu tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ansel H. Prince S.J. (2006). Kalkulasi Farmaseuti . Jakarta : EGC.

Drg. Nita Noviani, Mkm & Drg. Vitrinurilawaty, M.Kes. (2017). FARMAKOLOGI. Kemenkes, RI: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia.

17

Anda mungkin juga menyukai