Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KONSEP DASAR FARMAKOLOGI

DOSEN

EL RAHMAWATI

Disusun Oleh:

MELDY AJI SAPUTRA (1714401057)


Tingkat 1 Regguler 2

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya persembahkan kepada Allah Yang Maha Esa, berkat
rahmad dan karunianya saya dapat menyelesaikan tugas individu
Makalah Farmakologi yang diberikan kepada saya .Yang dimana
makalah ini saya beri judul, Konsep dasar Farmakologi. Makalah ini saya
susun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
“Farmakologi’’ yang dibimbing oleh ibu El Rahmayanti. Makalah ini saya
susun dengan sebaik mungkin dengan menggunakan beberapa refrensi
dari buku beberapa ahli dalam bidang farmakologi .Serta mengajak kita
semua agar dapat mengetahui tentang Konsep Dasar Farmakologi.
Untuk itu saya sangat berharap agar makalah yang saya buat ini dapat
digunakan sebagai acuan yang positif , serta bermanfaat bagi seluruh
masyarakat .

Bandar Lampung 11 Februari 2018

Meldy Aji saputra


DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………………..ii

Daftar isi …………………………………………………………………………………………iii


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah..………………………………………………….………………………….1

1.3 Tujuan…………..……………………………………………………….……………………………2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Famasentik …………………………………………………………………………………………………………….2

2.2 Farmakokinetik………………………………………………………………………………………………………..2

2.3 Farmakodinamik……………………………………………………………………………………………………………..4

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………….8

3.2 Saran ………………………………………………………………………………………………….8

3.3 Daftar pustaka……………………………………………………………………………………….8


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Farmakologi berasal dari bahasa yunani pharmacon (=obat) dan logos (=ilmu
pengetahuan), sehingga berarti “ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu mengenai obat”.
Farmakologi berhubungan erat dengan berbagai disiplin ilmu lain seperti: ilmu botani,ilmu
kimia (berhubungan dengan sumber obat),fisiologi, patologi (berhubungan dengan
farmakodinamika dan farmakokinetik obat), bakteriologi (berhubungan dengan antibiotik
dan kemoteraputik), farmasi, farmakognosi, posologi,terapeutik, toksikologi dan lain-lain.
Untuk mahasiswa keperawatan, terutama harus mempelajari (1) pengunaan obat-obatan
untuk tujuan pengobatan, diagnosis dan pencegahan penyakit; (2) obat-obat dan zat kimia
dalam lingkungan kehidupan manusia sehari-hari, khususnya di rumah tangga dan industri;
(3) penyalahgunaan dan penggunasalahan obat dengan segala akibatnya pada masyarakat.
Penggunaan obat untuk maksud sosial, keagamaan atau pengobatan agaknya telah ada
sejak pra-peradaban. Diduga bahwa nenek moyang kita sudah memanfaatkan tumbuhan dan
substansi lain sebagai “obat”, mungkin 50000 tahun yang lalu. Di antara resep yang terekam,
terdapat peninggalan dari orang Samaria. Diantara resep-resep itu yang masih ada, terlihat
adanya penggunaan garam sampai akar-akar, biji-bijian, kulit pohon, dan lain-lain.
Banyak obat yang ada sekarang ini sudah ada sejak dahulu, antibiotik, yang berasal dari
jenis jamur, umumnya dianggap sebagaiobat moderen. Akan tetapi, orang Cina sudah
mengobati bisul dengan ramuan jamur dari jaman dahulu kurang lebih sebelum masehi.
Orang Yunani memakai ekstrak kulit pohon tertentu untuk mengobati pasien yang demam.
Ternyata aspirin sangat erat hubungannya dengan ekstrak ini.
Perlu diingat bahwa tujuan pemberian obat adalah untuk membantu proses penyebuhan
alami tubuh. Obat yang kini beredar berasal dari berbagai sumber, seperti tumbuh-
tumbuhan, hewan, mineral, bakteri, dan substansi sintesis. Kebanyakan obat moderen adalah
sintesis, artinya dirakit di laboratorium. Sebagian besar obat moderen sekarang ini
ditemukan dalam kurun waktu 50 tahun terkahir ini.
Sebelum sebuah obat dapat dipasarkan, obat tersebut harus lulus uji coba terlebih dahulu,
mula-mula uji coba laboratorium pada hewan, kemudian uji coba klinis (sukarelawan).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan farmasetik?


2. Apa yang dimaksud dengan farmakokinetik?
3. Apa yang dimaksud dengan farmakodinamik?
1.3. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari farmassetik, farmakokinetik dan


farmakodinamik
2. Mahasiswa mampu memahami tentang absorsi , distribusi, metabolisme, dan ekskresi
pada farmakokinetik
3. Mahasiswa mampu memahami tentang mula, puncak, dan lama kerja obat serta efek
samping yang di timbulkan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Farmasetik

Farmasetik adalah ilmu yang memepelajari mempelajari tentang cara penyediaan obat obat
menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, seni peracikan obat, serta
pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat,
serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk
sediaan obat yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien.

2.2. pengertian farmakokinetik

Farmakokinetik adalah ilmu yangmempelajari tentang absorbsi yang memepelajari


Mengenai % bioavaibilitas, berbagai macam proses absorsi (difusi pasif, transportasi aktif,
dan lain-lain. Distribusi yang mempelajari oleh ikatan protein plasma, volume distribusi,
sawar darah otak dan sawar urine, metabolisme reaksi fase I dan fase II, interaksi obat serta
ekskresi yang membahas tentang reabsorsi dan sekresi aktif beserta transporter yang terlibat.

2.2.1. absorpsi
Absorsi adalah cara molekul obat masuk kedalam darah. Kebanyakan obat, kecuali
obat yang digunakan secara topkal untuk memeperoleh efek lokal, harus masuk ke
dalam sirkulasi sistematik untuk menghasilkan efek yang teraupetik. Faktor-faktor
yang memengaruhi absorsi obat antara lain rute pemberian obat, daya larut obat, dan
kondisi di tempat absorpsi.
Setiap rute pemberian obat memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat,
bergantung pada setruktur fisik jaringan. Kulit relatif tidsak dapat ditembus zat
kimia, sehingga absorpsi menjadi lambat, membran mukosa dan saluran napas
mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa dan permukaan
kapiler-alveolar. Karena obat yang diberiakn per oral harus melewati sistem
pencernaan untuk di absorpsi, kecepatan absoprbsi secara keseluruhan melambat.
Injeksi intravena menghasilkan absorpsi yang paling cepat karena dengan rute ini
obat dengan cepat masuk kedalam sirkulasi sistematik.
Daya larut obat yang diperikan per oral setelah di ingesti sangat bergantung pada
bentuk atau preparat obat tersebut. Larutan dan suspensi, yang tersedia dalam bentuk
cair, lebih mudah diabsorpsi daripada tablet tau kapsul. Bentuk dosis padat
harusdipecah terlebih dahulu untuk memanjakan zat kimia pada sekresi lambung dan
usus halus. Obat yang asam melewati mukosa lampung dengan cepat. Obat yang basa
tidak terabsorpsi sebelum menxapai usus halus.
Kondisi di tempat absorpsi mempengaruhi kemudahan obat masuk ke dalam
sirkulasi sistematik. Apabila kulit tergores, obat topikal lebih mudah diabsorpsi. Obat
topikal yang biasanya diprogramkan untuk memeperoleh efek lokal dan
menimbulkan reaksi yang serius ketika di absorpsi melaluli lapisan kulit.adanya
edema pada memebran mukosa memeperlambat absorpsi obat karena obat
membutuhkan waktu yang lama untuk berdifusi kedalam pembuluh darah.
Obat oral lebih mudah di absorpsi, jika diberiakn diantara waktu makan. Saat
lambung terisi makanan, isi lambung secara perlahan diangkut ke duodenum,
sehingga absorpsi obat melambat. Bebrapa makanan dan natasida membuat obat
berikatankompleks yang tidak dapat melewati lapisan saluran cerna. Contoh, susu
menghambat absorpsi zat besi dan tetrasiklin. Beberapa obat hancur akibat
peningkatan keasaman isi lambung dan pencernaan protein selama makan, sehingga
obat tidak dapat dicerna di dalam saluran cerna bagian atas. Selubung juga
melindungi lapisan lambung dari iritasi obat.
Rute pemberian obat diprogramkan oleh pemberi perawat kesehatan. Perawat
dapat meminta obat diberikan dalam cara atau bentuk yang berbeda, berdasarkan
pengkajian fisik klien. Contoh, klien tidak dapat menelan tablet maka perawat akan
meminta abat dlam bentuk eliksir atau sirup. Pengetahuan tentang faktor yang dapat
mengubah atau menurukan absorbsi obat membantu perawat melakukan pemberian
obat dengan benar. Kecepatan dan luas absorpsi juga dapat dipengaruhi oleh
makanan. Perawat harus mengetahui implikasi keperawatn untuk setiap obat yang
diberikan. Contohnya, obat seperti aspirin, zat besi, dan fenitoin natrium (dilatin)
mengiritasi saluran cerna dan harus diberikan bersama makanan atau segera setelah
makanan. Bagaimanapun, makanan dapat memepengaruhi absorbsi obat, misalny
klokasilin natrium dan penisilin. Oleh karena itu, obat-obatan tersebut harus
diberikan satu sampai dua jam sebelum atau dua sampai tiga jam setelah makan.
Sebelum memberikan buku obat keperawatan, informasi obat, atau berkonsultasi
dengan apoteker rumah sakit mengenai interaksi dan nutrien.

2.2.2. Distribusi Metabolisme

Setelah mencapai tempat kerjanya, obat di metabolisme menjadi bentuk tidak aktif.
Sehingga lebih mudah di ekskresi. Sebagian besar biotrnsformasi berlangsung di
bawah pengaruh enzim yeng medetokfifikasinya, mengurai dan melepas zat kimia
aktif secara biologis. Kebanyakan biotransformasi berlangsung di dalam hati,
malaupun paru-paru, ginjal, darah, dan usus juga memetabolisme obat.
Hati sangat penting karena strukturnya yang khusus mengoksidasi dan mengubah
banyak zat toksik. Hati mengurai banyak zat kimia berbahaya sebelum didistribusi ke
jaringan. Penurunan fungsi hati memengaruhi kecepatan eliminasi obat dari tubuh.
Perlambatan metabolisme yang dihasilkan membuat obat terakumulasi di dalam
tubuh. Perlambatan metabolisme yang di hasilkan membuat obat terakumulasi di
dalam tubuh. Akibatnya klien lebih beresiko mengalami toksitas obat. Apabila organ
yang berpartisipasi dalam metabolisme obat mengalami perubahan, klien beresiko
mengalami toksisitas obat.

2.2.3. Ekskresi

Setelah di metabolisme, obat keluar dari tubuh melalui ginjal, hati, usus, perut, dan
kelenjar eksokrin.
Kelenjar eksokrin mengekskresikan obat larut lemak. Ketika obat keluar melalui
kelenjar keringat, kulit dapat mengalami iritasi. Perawat membantu klien melakukan
praktik higiene yang baik untuk meningkatkan kebersihan dan integritas kulit.
Apabila obat keluar melalui kelenjar mammae, bayi yang di susui dapat
mengabsorpsi zat kima obat tersebut. Ibu yang menyusui harus meneliti keamanan
setiap pbat. Risiko pada bayi yang menerima obat dan risiko pada ibu yang tidak
mendapatkan obat harus di pertimbangkan dengan cermat.
Saluran cerna adalah jalur lain ekskresi obat. Banyak obat masuk ke dalam
sirkulasi hati untuk di pecah oleh hatidan di ekskresi kedalam empedu. Setelah zat
kima masuk kedalam usus melalui saluran empedu, zat tersebut diabsorpsi kembali
oleh usus. Faktor-faktor yang meningkatkan peristaltik, misalnya laksatif dan enema,
mempercepat ekskresi obat melalui feses, sedangkan faktor-faktor yang
memperlambat peristaltik, misalnya tidak melakukan aktivitas atau diet yang tidak
tepat, memeperpanjang efek obat.
Ginjal adalah organ utama ekskresi obat. Beberapa obat tidak mengalami
metabolisme yang luas dan masuk kedalam urine dalam bentuk yang relatif sama.
Obat lain menjalani biotransformasi di hati sebelum di eksdkresi oleh ginjal. Apabila
fungsi ginjal menurun, yang merupakan perubahan yang umum terjadi dalam
penuaan, risisko toksisitas obat meningkat. Apabila ginjal dapat mengeluarkan obat
secara adekuat, dosis obat mungkin perlu dikurangi. Apbila asupan cariran yang
normal di pertahankan, obat akan di eliminasi dengan tepat.
Karena struktur kimia dan kerja fisiologisnya, sebuah obat dapat menghasilkan
lebih dari satu efek.

2.3. Pengertian Farmakodinamika

Farmako dinamika adalah ilmu yang mempelajari efek obat terhadap biokimia, fisiologi,s
dan mekanisme kerja obat. Dalam farmakodinamika dipelajari analisa kerja obat yang utama
atau reslutante dari berbagai kerja obat pada berbagai organ tubuh dan sifat-sifat keseluruhan
efek. Dengan perkecualian tertentu, diketahui bahwa obat dapat menimbulkanefek setelah
molekul obat bergabung dengan enzim pada membran sel atau bagian-bagian khusus lainnya
dari sel. Interaksi obat dengan sel ini di duga mengubah fungsi komponen sel yang
kemudian memulai suatu seri perubahan biokimia dan fisiologi yang khas untuk obat
tersebut. Proses bergabungnya obat dengan sel disebut “efek obat” . obyek penyelidikan aksi
utama, menerangkan reaksi kimia yang terjadi antara obat dan sel, dan karakteristik dari
keseluruhan rangkaian aksi efek.
Tujuan mengetahui dan memahami farmakodinamika ialah agar kita dapat memberikam
dasar terpi yang rasional, atau mampu merancang bahan kimia baru yang lebih baik dan
lebih unggul sebagai ibat
Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam farmakodinamika ialah (1) mekanisme
kerja obat, (2) hubungan antara struktur dan aktivitas, dan (3) hubungan antara dosis dengan
respons obat.

2.3.1. Mula, Puncak, dan Lama Kerja Obat

Mula kerja, puncak, dan lama kerja obat dipengaruhi oleh kecepatan absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat. Keepatan obsobsi ini dipengaruhi oleh
banyak faktor, dan faktor terbesar adalah kelarutan obat dalam lemak, obat diabsorsi
terutama di usus halus karena permukaannya luas.
Mula kerja obat adalah ketika obat memasuki plasma sel dan berakhir pada saat
mencapai konsentrasi minimum (MEC= minum efek konsentrasi). Puncak kerja obat
ketika mencapai kensentrasi tinggi dalam darah , puncak kerja obat dilihat dari dosis
yang masuk dan diabsorsi oleh sel. Lama kerja obat adalaah lamanya obat memiliki
efek farmakologis dengan satuan waktunya jam

Setelah diabsorsi, obat didistribusikan di dalam tubuh ke jaringan dan organ tubuh
dan akhirnya ketempat kerja obat tersebut. Laju dan luas distribusi bergantung pada
sifat fisik dan kimia obat dan struktur fisiologis individu yang menggunakannya.
2.3.2. Efek Samping

Sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yang tidak diinginkan.
Efek samping ini mungkintidak berbahaya atau bahkan menimbulkan cidera. Contoh,
penggunaan kodeinfosfat dapat membuat seorang klien mengalami konstipasi, dan
penggunaan teofilin dapat membuat klien sakit kepaladan pusing. Efek samping ini
dianggap tidak berbahaya. Namun, digoskin dapat mengakibatkan disatrimia juntung,
yang dapat menyebabkan kematian. Apabila efek samping cukup serius hingga
menghilangkan efek teraupetik obat, dokter dapat menghentikan peberian obat.
Akibat efek samping tersebut, klien sering kali berhenti meminum obatnya tanpa
mengkonsultasikannya ke tenaga kesehatan.

BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan

Farmakologi adalah ilmu pengatuhan yang mempelajari tentang segala macam obat, baik
itu obat tradisional maupun moderen. Selain itu, farmakologi juga mempelajari tentang
bagai mana cara meracik serta membuat obat yang efeknya dapat bermanfaat bagi tubuh,
walaupun dalam obat itu sendiri terdapat beberapa efek yng dapat menimbulkan hilangya
efek teraupetik obat itu sendiri baik yang bersifat rinagn maupun berat.
Setelah membaca makalah ini mahasiswa mampu menjelaskan atau
mengambarkan tentang konsep farmakologi yang dibahas di atas, serta dapat
menjalankan tanggung jawabnya sesuai dengan metodologi pemberian obat kepada klien
dengan benar.

1.2. Saran

Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang farmakologi ini, semoga kita
semua bisa benar-benar memahami tentang apa yang seharusnya kita lakukan sebagai
perawat terhadap klien. Selain itu juga dapat di jadikan tolak ukur kita sebagai wadah
dalam upaya memberikan hak dan kewajiban kita kepada klien.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Berman A. Snynder 2008 foundamental of nursing

Buku ajar, foundamental keperawatan, volume 1, edisi 4

Tanzil sutomo,1991, farmakologi, penerbit buku kedokteran

Dr. Jan tambayong 2002, farmakologi untuk keperawatan

Jurnal keperawatan

Moh. Anief. 1993. farmasetika

Anda mungkin juga menyukai