Anda di halaman 1dari 16

METABOLISME ABSORPSI

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI


TUGAS FARMAKOLOGI
Dosen Pembimbing : Tanty Wulan Dari S.Kep, Ns., M.Kes

Disusun oleh :
KELOMPOK 1/2A
1. Adhis Putri Ramadhani (01)
2. Ainun Maf Ulah (04)
3. Anis Duwita (07)
4. Aprilia Arika (10)
5. Chintya Huda Wati (15)
6. Dinda Indah Sari (18)
7. Emilia Sokhibatul I (21)
8. Exel Onealdi O (24)
9. Gita Kurnia (33)
10. Ida Ayu Rachmawati (38)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Mekanisme Absorpsi.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti mata
kuliah Farmakologi. Makalah ini menyajikan tentang metabolisme absorpsi.
Makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Suprianto,S.Kep,Ns,M.Psi selaku Kepala Prodi D3 Keperawatan
Sidoarjo
2. Tanty Wulan Dari S.Kep, Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing mata
kuliah Farmakologi.
3. Bapak/Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi D3
Keperawatan Sidoarjo.
4. Teman-teman atas usaha dan kerjas kerasnya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kurang sempurna. Penulis berharap dengan makalah sederhana ini bermanfaat
bagi pembaca bagi semua kalangan dibidang akademis.

Sidoarjo, 28 Agustus 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ...................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................2
1.4 Manfaat ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Absorpsi Obat ....................................................................3
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat ............................3
2.3 Faktor Fisiologi Biologi Yang Berpengaruh Pada Absorpsi Gastro
Intestinal ..............................................................................................4
2.4 Pengaruh Faktor-Faktro Fisika Kimia Atas Absorpsi GI ...................6
2.5 Terjadinya Absorpsi Obat ....................................................................6
2.6 Mekanisme Absorpsi Obat ...................................................................7
2.7 Efek-Efek Makanan Atas Absorpsi .....................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................12
3.2 Saran .....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul
obat kedalam tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah melewati
sawar biologik (Aiache, et al., 1993). Absorpsi obat adalah peran yang
terpenting untuk akhirnya menentukan efektivitas obat (Joenoes, 2002). Agar
suatu obat dapat mencapai tempat kerja di jaringan atau organ, obat tersebut
harus melewati berbagai membran sel. Membran sel mempunyai pori yang
bergaris tengah antara 3,5-4,2 Ǻ, merupakan saluran berisi air dan dikelilingi
oleh rantai samping molekul protein yang bersifat polar. Zat terlarut dapat
melewati pori ini secara difusi karena kekuatan tekanan darah (Siswandono
dan Soekardjo, 2000). Sebelum obat diabsorpsi, terlebih dahulu obat itu larut
dalam cairan biologis. Kelarutan serta cepat-lambatnya melarut menentukan
banyaknya obat terabsorpsi. Dalam hal pemberian obat per oral, cairan
biologis utama adalah cairan gastrointestinal, dari sini melalui membran
biologis obat masuk ke peredaran sistemik.
Umumnya absorpsi obat pada saluran cerna terjadi secara difusi pasif
sehingga untuk dapat diabsorpsi, obat harus larut dalam cairan gastrointestinal.
Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskular dipengaruhi oleh
sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat absorpsi, serta sifat-sifat fisikokimia
obat tersebut. Obat-obat yang diabsorpsi oleh difusi pasif, yang menunjukkan
kelarutan dalam air rendah, cenderung memiliki laju absorpsi oral lebih lambat
daripada yang menunjukkan kelarutan dalam air yang tinggi. Berdasarkan hal-
hal tersebut, penulis tertarik membahas lebih lanjut mengenai mekanisme
absorpsi obat pada tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian absorbsi obat?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat?
3. Apa saja faktor fisiologi biologi yang berpengaruh pada absorpsi

1
gastrointestinal?
4. Bagaimana pengaruh faktor-faktor fisika kimia atas absorpsi GI?
5. Bagaimana proses terjadinya absorbsi obat?
6. Bagaimana mekanisme absorbsi obat?
7. Bagaimana efek- efek makanan atas absorpsi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian absorbsi obat
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
3. Mengetahui faktor fisiologi biologi yang berpengaruh pada absorpsi
gastrointestinal
4. Mengetahui pengaruh faktor-faktor fisika kimia atas absorpsi GI
5. Mengetahui proses terjadinya absorbsi obat
6. Mengetahui mekanisme absorbsi obat
7. Mengetahui efek- efek makanan atas absorpsi

1.4 Manfaat
Bagi mahasiswa
1. Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang tata Mekanisme Absorbsi
2. Dapat menambah pengetahuan mahasiswa akan hal baru yang belum
pernah diketahui sebelumnya

Bagi pembaca
1. Dapat mengetahui pengertian absorbsi obat
2. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
3. Dapat mengetahui faktor fisiologi biologi yang berpengaruh pada
absorpsi gastrointestinal
4. Dapat mengetahui pengaruh faktor-faktor fisika kimia atas absorpsi gi
5. Dapat mengetahui proses terjadinya absorbsi obat
6. Dapat mengetahui mekanisme absorbsi obat
7. Dapat mengetahui efek- efek makanan atas absorpsi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Absorbsi Obat


Secara umum, absorpsi adalah proses penyerapan ke dalam organ
tertentu. secara khusus absorpsi adalah penyerapan zat yang memasuki
tubuh melalui mata, kulit, perut, usus, atau paru-paru. Absorbsi obat
adalah pengambilan obat dari tempat aplikasinya ke sirkulasi sitemik .
Pengambilan obat dari permukaan tubuh (termasuk juga mukosa saluran
cerna) atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ dalaman ke sistem
saluran cairan tubuh (pembuluh darah atau pembuluh limfe) untuk
kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tubuh.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Absorpsi Obat


A. Biologis/ Hayati
1. Kecepatan pengosongan lambung
Obat yang diabsorpsi di usus akan meningkat proses
absorpsinya jika kecepatan pengosongan lambung besar dan
sebaliknya.
Kecepatan pengosongan lambung besar → penurunan proses
absorpsi obat-obat yang bersifat asam.
Kecepatan pengosongan lambung kecil → peningkatan proses
absorpsi obat-obat yang bersifat basa.
2. Motilitas usus
Motilitas dapat diartikan pergerakan, dalam hal ini
merupakan pergerakan usus. Jika kecepatan motilitas usus ini besar
maka akan mengurangi absorpsi obat karena kontak antara obat
dengan absorpsinya adalah pendek. Motilitas usus ini besar
contohnya adalah pada saat diare. Jika terjadi motilitas usus yang
besar (ex : diare), obat sulit diabsorpsi.
3. pH medium
Lambung : asam → untuk obat-obat yang bersifat asam

3
Usus : basa → untuk obat-obat yang bersifat basa.
4. Jumlah pembuluh darah setempat
Intra muskular dengan sub kutan. Intra muscular absorpsinya lebih
cepat, karena jumlah pembuluh darah di otot lebih banyak dari
pada di kulit.

B. Hakiki/ Obat
Polaritas → koefisien partisi
Semakin non polar semakin mudah diabsorpsi
C. Makanan
Paracetamol terganggu absorpsinya dengan adanya makanan dalam
lambung, maka dapat diberikan 1 jam setelah makan.
D. Obat lain
Karbon aktif dapat menyerap obat lain.
E. Cara pemberian
Pada cara pemberian ini dibedakan menjadi dua, yaitu obat yang
diberikan secara enteral dan secara parental. Pada pemberian enteral
ini contohnya seperti pemberian secara oral, sublingual, dan secara
perrektal. Sedangkan pada pemberian parental contohnya seperti
injeksi dan inhalasi. Pada pemberian secara parental pastinya
memberikan efek lebih cepat daripada pemberian secara enteral

2.3 Faktor Fisiologi Biologi Yang Berpengaruh Pada absorpsi Gastro


Intestinal
A. PH di lumen gastro intestinal
Keasaman cairan gastro intestinal yang berbea-beda di lambung
(pH 1-2) duodenum (pH 4-6)→ sifat-sifat dan kecepatan berbeda
dalam absorpsi suatu obat.
Menurut teori umum absorpsi : obat-obat golongan asam lemah
organic lebih baik di absorpsi di dalam lambung dari pada di
intestinum karena fraksi non ionic dari zatnya yang larut dalam lipid

4
lebih besar dari pada kalau berada di dalam usus yang pHnya lebih
tinggi.
- Absorpsi basa-basa lemah seperti antihistamin dan anti
depressant lebih berarti atau mudah di dalam usus halus karena
lebih berada dalam bentuk non ionic daripada bentuk ionik.
Sebaliknya sifat asam cairan lambung bertendensi melambatkan
atau mencegah absorpsi obat bersifat basa lemah.
- Penyakit dapat mempengaruhi pH cairan lambung.
- Lemak-lemak dan asam-asam lemak telah diketahui
menghambat sekresi
Lambung
- Obat-obat anti spasmodic seperti atropine, dan anti histamine
H2 bloker seperti cimetidin dan ranitidin→ pengurangan
sekresi asam lambung
B. Motilitas gastro intestinal dan waktu pengosongan lambung
Lama kediaman (residence time) obat di dalam lambung juga
menentukan absorpsi obat dari lambung masuk ke dalam darah.
Faktor-faktor tertentu dapat mempengaruhi pengosongan lambung
akan dapat berpengaruh terhadap lama kediaman obat di suatu segmen
absorpsi. Pengosongan lambung diperlama oleh lemak dan asam-asam
lemak dan makanan,depresi mental, penyakit-penyakit seperti gastro
enteritis, tukak lambung (gastric ulcer) dll.
Pemakaian obat-obat juga dapat mempengaruhi absorpsi obat
lainnya, baik dengan cara mengurangi motilitas (misal obat-obat yang
memblokir reseptor-reeptor muskarinik) atau dengan cara
meningkatkan motilitas (misalnya metoklopropamid, suatu obat yang
mempercepat pengosongan lambung).
C. Aliran darah (blood flow) dalam intestinal
Debit darah yang masuk ke dalam jaringan usus dapat berperan
sebagai kecepatan pembatas (rate limited) dalam absorpsi obat. Dalam
absorpsi gastro intestinal atau in vivo sebagai proses yang nyata untuk

5
proses penetrasi zat terlarut lewat barrier itu sendiri. Maka ditentukan
oleh 2 langkah utama, Yaitu :
- Permeabilitas membrane GI terhadap obat, dan
- Perfusi atau kecepatan aliran darah didalam barrier GI membawa
zat terdifus ke hati.
Aliran darah normal disini ± 900ml/menit

2.4 Pengaruh Faktor-Faktor Fisika Kimia Atas Absorpsi GI


A. Antibiotik Penisilin
Penisilin oral bisa diformulasikan sebagai asam bebas yang bersifat
sukar larut, atau dalam bentuk garam yang mudah larut. Jika penisilin
dalam bentuk garam kalium diberikan, maka obat tersebut akan
mengendap sbg asam bebas setelah mencapai lambung, dimana pH nya
rendah, membentuk suatu suspensi dengan partikel-partikel halus dan
diabsorpsi dengan cepat. Tetapi bila diberikan dalam bentuk asam,
maka penisilin bentuk asam ini sukar larut dalam lambung dan
absorpsinya jauh lebih lambat, sebab partikel-partikel yng terbentuk
adalah besar.
B. Antibiotik Tetrasiklin
Tetrasiklin mengikat ion-ion Ca dengan kuat, dan makanan yang
kaya kalsium (terutama susu) dapat mencegah absorpsi tetrasiklin
C. Pemberian Paraffin Cair
Sebagai pencahar akan menghambat absorpsi obat-obat yang
bersifat lipofilik seperti vitamin K.

2.5 Terjadinya Absorbsi Obat


a. Absorpsi obat melalui saluran cerna
Absorpsi obat melalui saluran cerna terutama tergantung pada :
• Ukuran partikel mol obat
• Kelarutan obat dlm lemak/air
• Derajat ionisasi

6
b. Absorpsi obat melalui mata
Obat diberi secara lokal ke mata. Sebagian diserap melalui
membran konjungtiva dan sebagian lagi melalui kornea. Kecep penetrasi
tergantung pada derajat ionisasi dan koefisien partisi obat. Bentuk tidak
terionisasi dan mudah larut dalam lemak cepat diserap oleh membran
mata. Penetrasi obat bersifat asam lemah lebih cepat dalam suasana asam.
Penetrasi obat bersifat basa lebih cepat dalam suasana basa.
c. Absorpsi obat melalui paru
Obat anestesi sistemik secara inhalasi. Diserap melalui epitel paru
dan membran mukosa saluran napas. Karena mempunyai luas permukaan
besar, maka absorpsi melalui buluh darah paru berjalan dengan cepat.
d. Absorpsi obat melalui kulit
Untuk memperoleh efek setempat (lokal). Sangat tergantung pada
kelarutan obat dalam lemak, karena epidermis kulit juga berfungsi sebagai
membrane lemak biologis. Dewasa ini sedang dikembangkan bentuk
sediaan obat yang digunakan melalui kulit dengan tujuan mendapatkan
efek sistemik.
e. Media Pembawa Transport
Secara teoritis, obat-obat lipofilik dapat menembus sel atau
melaluinya. Jika suatu obat memiliki Bobot Molekul rendah dan lipofilik,
membran lemak tidak dapat menjadi sarana untuk proses difusi obat dan
absorpsi. Di dalam usus, molekul yang lebih kecil dari 500 MW dapat
diabsorpsi oleh sistem absorpsi paraselular. Sejumlah media pembawa
spesifik sistem transport berada di dalam tubuh, terutama di dalam usus
untuk absorbsi ion dan pengambilan nutrisi oleh tubuh.

2.6 Mekanisme Absorbsi obat


A. Difusi Pasif
Merupakan proses dimana difusi molekul secara spontan dari
daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi dari suatu obat

7
meliputi derajat kelarutan, koefisien partisi (k), daerah permukaan dan
ketebalan suatu membrane hipotetical (h).
Untuk obat-obat yang dapat menyebar seperti obat non elektrolit
atau obat-obat yang mengalami ionisasi, konsentrasi obat pada salah satu
sisi membrane adalah sama seimbang. Untuk obat-obatan elektrolit,
konsentrasi total obat pada kedua sisi membrane tidak sama seimbang,
jika pH dari media tersebut berbeda-beda.
B. Transfer konvectif
Transpor konvektif sering disebut juga sebagai filtrasi, transport
paraseluler, atau transport pori. Transpor konvektif adalah mekanisme
absorpsi lintas membrane melalui pori-pori di sekitar membrane secara
pasif. Dikatakan secara pasif dikarenakan obat terbawa oleh cairan yang
disebabkan karena tekanan hidrostatik atau perubahan osmosis. Cairan
yang menyebabkan gaya alir terjadinya transport konvektif disebut
pelarut obat.
Sebagian besar membrane (membrane seluler epitel usus halus dan
lain-lain) memiliki ukuran pori-pori yang kecil (4-7 nanometer).
Mekanisme absorpsi secara transport konvektif penting untuk absorpsi
obat yang berat molekulnya rendah dan ukuran molekulnya kecil (lebih
kecil dari diameter pori).
Rute absorpsi transport konvektif penting untuk transpor ion
seperti kalsium dan untuk transport gula, asam amino dan peptide pada
konsentrasi di atas kapasitas pembawanya. Obat kecil yang bermuatan
hidrofilik yang tidak didistribusi ke dalam membrane sel menembus
epitelium gastrointestinal melalui jalur ini. Berat molekul untuk dapat
melalui rute ini yaitu lebih kecil dari 150 Dalton untuk senyawa yang
bulat atau lebih kecil dari 400 Dalton jika molekulnya terdiri atas rantai
panjang.
C. Transpor aktif
Transpor aktif adalah proses transportasi obat dengan bantuan
pembawa, dimana proses ini sangat penting pada proses absorpsi di
gastrointestinal dan sekresi ginjal dari beberapa obat dan metabolisme.

8
Beberapa obat yang tidak larut dalam lemak yang menyerupai metabolit
fisiologis alami (seperti 5-fluorourasil) dapat diabsorpsi dari saluran
pencernaan melalui proses ini.
Karakteristik transport aktif adalah transportasi obat yang melawan
suatu gradien konsentrasi, dari konsentrasi obat yang rendah menuju
konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, sistem ini memerlukan suatu
asupan energi. Selanjutnya transport aktif ini merupakan proses yang
spesifik untuk menghasilkan suatu pembawa yang berikatan dengan obat
untuk membentuk kompleks obat – pembawa yang membawa obat dari
satu sisi membran menembus sisi lainnya, untuk kemudian terdisosiasi.
Molekul pembawa memiliki selektifitas yang tinggi terhadap
molekul obat. Jika struktur obat menyerupai substrat alami yang
ditransportasi secara aktif, maka akan mengalami transportasi dengan
mekanisme pembawa yang sama. Obat-obat dengan struktur yang sama,
dapat berkompetisi pada sisi adsorpsi pada pembawa.
Obat-obat dengan struktur yang sama, dapat berkompetisi pada
sisi adsorpsi suatu pembawa. Karena hanya satu bagian dari pembawa
yang tersedia, seluruh sisi ikatan pada pembawa dapat menjadi jenuh
jika konsentrasi obat sangat tinggi.
Contoh transpor aktif :
1. Sekresi H+ dari lambung.
2. Pelepasan Na+ dr sel saraf & otot.
3. Penyerapan kembali glukosa dlm tubulus renalis.
4. Transpor aktif K+ & Na+ dari sel darah merah.
5. Transpor aktif obat : penisilin ke tubulus renalis.
D. Transport Fasilitatif
Transport fasilitatif disebut juga difusi dipermudah. Pada dasarnya
sama dengan transport aktif, perbedaannya tidak melawan gradient
konsentrasi. Difusi dengan pertolongan carrier akan tetapi tidak
membutuhkan energi luar dan berjalan sesuai engan gradient
konsentrasi. Contoh klasik vitamin B12, dimana vitamin B12
membentuk kompleks dengan factor intrinsik yang di produksi

9
lambung, kemudian bergabung dengan carrier membran. Perpindahan
obat berhubungan dengan suatu gradien konsentrasi (dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah). Oleh karena itu, sistem ini tidak
memerlukan energi. Akan tetapi sistem dapat menjadi jenuh dan selektif
terhadap struktur obat serta menunjukkan kompetisi kinetik untuk obat
– obat dengan struktur yang sama. Dalam penyerapan obat, difusi
terfasilitasi memegang peranan yang sangat kecil.
E. Ion-Pair ( Tranfer Pasangan Ion)
Obat-obat yang bersifat elektrolit kuat, dapat terionisasi dengan cepat.
Contoh : Senyawa Nitrogen Kuartener (dengan rentang pKa tinggi dan
kecilnya penyerapan membran). Ketika obat yang telah mengalami
ionisasi lalu berhubungan dengan muatan ion yang berlawanan,maka
sepasang ion akan terbentuk (bermuatan netral). Kompleks ini lebih
cepat berdifusi melewati membran.
Contoh : Propanolol – Asam Oleat
Kinin – Heksilsalisilat
F. Pinositosis
Suatu proses yang memungkinkan pelaluan molekul-molekul besar
melewati membrane, dikarenakan kemampuan membrane membalut
mereka dengan membentuk sejenis vesicula (badan dibalut) yang
menembus membran.
Suatu obat mungkin di absorpsi lebih dari satu mekanisme, seperti :
 Vitamin B12 : transport fasilitatif + difusi pasif
 Glikosida Jantung : transport aktif dan sebagian difusi pasif
 Molekul kecil : difusi pasif dan transport konvektif.

Absorpsi tergantung juga pada tersedianya mekanisme transport di


tempat kontak obat. Bermacam-macam mekanisme transport tersedia di
organ-organ dan jaringan-jaringan:
a) Dalam rongga mulut : difusi pasif + transport konvektif.
b) Dalam lambung : difusi pasif + transport konvektif dan mungkin
transport aktif

10
c) Dalam usus kecil : Difusi pasif + transport konvektif + transport
aktif + transport fasilitatif + ion pair + pinositosis.
d) Dalam usus besar dan rectum : difusi pasif + transport konvectif +
pinositosis
e) Pada kulit : difusi pasif + transport konvektif.

2.7 Efek- Efek Makanan Atas Absorpsi


Secara umum absorpsi obat berhasil dalam kondisi lambung kosong.
 Kadang-kadang tak bisa diberikan dalam kondisi demikian karena obat
dapat mengiritasi lambung. contoh : Asetosal ( dapat menyebabkan
iritasi karena bersifat asam).
 Kecepatan absorpsi kebanyakan obat akan berkurang bila diberikan
bersama makanan. Contoh : Digoksin, Paracetamol, Phenobarbital (obat
sukar larut).
 Pemakaian antibiotika setelah makan seringkali → penurunan
bioavailabilitasnya maka harus diberikan sebelum makan. Contoh :
Tetraciklin, Penisilin, Rifampisin, Erytromycin strearat
 Absorpsi griseofulvin meningkat bila makanan mengandung lemak

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mekanisme kerja obat setelah melalui proses absorpsi, distribusi, dan
metabolism obat akan dikeluarkan dari tubuh. Fase ini dinamakan fase
ekskresi, ekskresi dapat melalui ginjal, urin, feses, keringat, dan lain-lain.
Ginjal adalah ekskresi paling serinng terjadi.
Dalam memberikan dosis obat harus sesuai dengan kondisi dan usia
pasien. Dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan untuk menentukan
dosis yang tepat agar pasien merasa puas atas tindakan keperawatan yang
diberikan.

3.2 Saran
Dalam proses ekskresi juga dibutuhkan organ yang sehat agar semua
berjalan dengan lancar, dan menjaga kesehatan adalah hal yang utama.
Dalam memberikan dosis obat yang tepat dan juga akurat. Dibutuhkan
kemampuan untuk mengetahui dan menerapkan rumus perhitungan dosis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aslam, Mohamed. dkk. 2003. FARMASI KLINIS (CLINICAL PHARMACY)


Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia

Krismanita, Natasya. Mekanisme Absorbsi.


https://www.academia.edu/9189133/Mekanisme_Absorpsi (diakses tanggal 28
Agustus 2020)

Anang. 2018. Makalah Absorbsi Obat.


http://annangdsz.blogspot.com/2018/04/makalah-absorbsi-obat.html?m=1
(diakses tanggal 28 Agustus 2020)

13

Anda mungkin juga menyukai