Anda di halaman 1dari 37

RANGKUMAN SISTEM HEMATOLOGIK DISUSUN DALAM RANGKA

MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN INTENSIF


Dosen Pembimbing: Loetfia Dwi Rahariyani, S.Kp.,M.Si

Disusun Oleh :

Nama : Lailatul Azizah


NIM : P27820419043
Kelas : 3A

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
2021/2022
RANGKUMAN SISTEM HEMATOLOGIK

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SITEM HEMATOLOGI

Sistem hematologi adalah cabang ilmu kesehtan yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah, dan penyakitnya.

Hematopoisis adalah proses pembentukan darah dan system imun, menghasilkan semua
sel darah tubuh. termasuk sel darah untuk pertahanan imunologis. Terjadi di sumsum
tulang, dimana sel batang multipotensial memunculkan 5 jenis sel yang berbeda yang
dikenal sebagai sel batang unipotensial.

Sistem hematologi tersusun atas:

1. Darah
2. Tempat darah diproduksi, termasuk  sumsum tulang dan nodus limpa.

DARAH

 Merupakan medium transport tubuh

 Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yg diperlukan oleh sel-sel di seluruh


tubuh.
 7-10% BB normal
 Pada orang dewasa + 5 liter
 Keadaan & jumlah darah pada setiap orang tidak sama, tergantung : usia, pekerjaan,
kondisi jantung dan pembuluh darah

FUNGSI DARAH

1. Sebagai pembwa zat makanan dari sistem pencernaan ke seluruh sel tubuh
2. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
3. Mengangkut sisa-sisa metabolisme (mis : CO2) dari seluruh sel tubuh ke organ-
organ ekskresi (mis : paru-paru)
4. Mengangkut hormon dari kelenjar hormon ke organ sasaran
5. Memelihara keseimbangan cairan tubuh
6. Mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme/ zat asing lain,yang
dijalankan oleh sel-sel darah putih (leukosit)
7. Memelihara suhu tubuh

KOMPONEN UTAMA DARAH

 Plasma darah : bagian cair darah yang terdiri atas air, elektrolit dan protein darah
 Sel-sel darah (butir darah/blood corpuscles)
1. Eritrosit /sel darah merah/RDP
2. Leukosit/Sel darah putih/WBC
3. Trombosit/butir pembeku darah/platelet

SEL DARAH MERAH (ERITROSIT)

 Berbentuk bikonkaf
 Diameter 7 mikron
 Bikonkavitas memungkinkan gerakan O2 masuk dan keluar sel secara cepat dengan
jarak yang pendek antara membran dan inti sel
 Warnanya merah kekuningan karena mengandung hemoglobin

 Komponen eritrosit adalah membrane eritrosit, sistem enzim; enzim G6PD


(Glucose6-Phosphatedehydrogenase) dan hemoglobin yang terdiri atas heme dan
globin.
 Fungsi utama eritrosit adalah melindungi Hb, hemoglobin inilah yang berfungsi
mengangkut O2 ke seluruh jaringan dan sel tubuh dengan tujuan membantu proses
metabolisme.

Pembentukannya diatur oleh eritropoietin, suatu hormon yang di sintesis di ginjal,


kemudian keluar ke aliran darah menuju sumsum tulang sebagai respons terhadap adanya
hypoxia jaringan. Dalam sumsum tulang selanjutnya terjadi mobilisasi sel stem
multipoten. Sel stem multipoten ini akan membentuk progenitor myeloid yang kemudian
akan menghasilkan calon sel darah merah dan trombosit serta granulosit dan monosit.

NILAI NORMAL ERITROSIT

Diklasifikasikan menurut usia dan jenis kelamin.

 Dewasa laki-laki berkisar 4,5 – 5,5 juta sel/mm3


 Dewasa perempuan berkisar 3,8 – 4,8 juta sel/mm3
 Anak-anak 1 Th berkisar 3,9 – 5,1 juta sel/mm3
 Anak-anak 2-12 Th berkisar 4,0 – 5,2 juta sel/mm3
 BBL berkisar 5,0 – 7,0 juta sel/mm3

HEMOGLOBIN

 Hemoglobin terdiri dari


1. Heme : gabungan protoporfirin dengan besi
2. Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta
 Terdapat 300 molekul Hb dalam setiap sel darah merah
 Berfungsi untuk mengikat Oksigen, juga menyerap CO2 dan ion hodrogen untuk
dilepaskan di paru
 Oksihemoglobin merupakan hemoglobin yang berikatan dengan O2
 Pembentukan sel darah merah (eritropoesis) pada orang dewasa terutama terjadi di
sum-sum tulang
 Pada produksi eritrosit sum-sum tulang memerlukan besi, vit B12, asam folat,
piridoksin (B6), kobal, asam amino dan tembaga
 Eritrosit hidup 74-154 hari (+ 120 hari), setelah itu eritrosit akan hancur
 Normal Hb Laki-laki dewasa 13 g/dL dan perempuan dewasa 12 g/dL

KELAINAN ERITROSIT

a. Kelainan jumlah

Apabila kadar Hb dibawah normal disebut anemia. Jika Hb meningkat diatas normal
disebut polisetemia.

b. Kelainan morfologi
1) Kelainan ukuran eritrosit (anisositosis)
 Makrositik : ukuran eritrosit lebih besar dari normal (>8 mikron)
 Mikrositik : ukuran lebih kecil dari normal (<7 mikron)
2) Kelainan bentuk (poikilositosis)
a) Sel lonjong
b) Achantosit : eritrosit mempunyai tonjolan-tonjolan seperti duri, disebabkan
oleh metabolisme fosfolipid dari membran aeritrosit
c) Tear Drop Cell : bentuk seperti tetes air
d) Pear Shape Cell : bentuk seperti buah pear
e) Stomatosit : kelainan pada bagian central palor eritrosit berbentuk seperti
mulut atau topi meksiko
f) Anulosit : kelainan pada bagian cental palor eritrosit yang terlalu lebar
g) Sferosit : eritrosit tidak berbentuk bikonkaf tetapi bentuknya
sferik/cembung dg tebal 3 mikron atau lebih sehingga warna lebih gelap
(hiperkromik)
h) Sickle Cell / sel sabit : berbentuk seperti bulan sabit
i) Sel burr : bentuk eritrosit yang kecil atau fragmentosit yang memiliki
tonjolan tumpul besar-besar pada permukaan eritrosit
3) Kelainan warna eritrosit
 Hipokromik : eritrosit berwarna lebih pucat akibat konsentrasi Hb kurang
dari normal
 Hiperkromik : eritrosit berwarna lebih gelap akibat penebalan membran
eritrosit.

PENGHANCURAN SEL DARAH MERAH

 Penghancuran sel darah merah dapat terjadi karena proses penuaan dan proses
patologis (hemolisis)
 Proses penghancuran mengakibatkan terurainya komponen HB menjadi :
1. Kompinen protein yaitu globin akan dikembalikan ke penyimpanan (pool) protein
dan dapat digunakan kembali
2. Komponen Heme akan dipecah menjadi 2, yaitu :
- Besi/Fe akan disimpan dan digunakan kembali
- Biliribun akan dieksresikan melalui urin dan feses, melalui proses di hati

SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT)

Struktur leukosit

 Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaraan kaki kapsul
(pseudopodia)
 Dibentuk di sum-sum tulang
 Tidak berwarna (bening)
 Mempunyai macam-macam inti sel, sehingga dapat dibedakan menurut inti selnya.
 Yang bergranula/ granulosit :
Memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya, memiliki diameter 10-12 mikron.
Dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan pewarnaannya:
a) Neutrofil. Granula yang tidak berwarna. Merupakan granulosit terbanyak.
Banyaknya sekitar 60-70%. Fagosit kuat menangkap, mencerna, membuang benda
asing.  
b) Eosinofil merupakan sejenis fagositik yang mengatur respon alergi dan  bertahan
melawan parasit. Granula berwarna merah, banyaknya kira-kira 24%.
c) Basofil normalnya bukanlah fagositik tetapi dapat melepaskan histamine dan amin
vasoaktif lain pada reaksi alergi akut. Granula berwarna biru dengan pewarnaan
basa, sel ini lebih kecil daripada eosinofil.

Eusinofil, neutrofil dan basofil berfungsi sebagai fagosit dalam mencerna dan
menghancurkan mikroorganisme dan sisa-sisa sel.

 Agranulosit
a) Linfosit. Memiliki nucleus bear bulat dengan menempati sebagian besar sel
limfosit  berkembang dalam jaringan limfe.
- Limfosit T yang matang di dalam thymus. Setelah meninggalkan timus, sel-sel
ini beredar dalam darah sampai mereka bertemu dengan antigen dimana
mereka telah di program untuk mengenalinya. Setelah dirangsang oleh
antigennya, sel-sel ini menghasilkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan
mikrooranisme dan memberitahu sel darah putih lainnya bahwa telah terjadi
infeksi.
- Limfosit B, terbentuk di sumsum tulang, lalu bersirkulasi dalam darah sampai
menjumpai antigen dimana mereka telah diprogram untuk mengenalinya. Pada
tahap ini limfosit B mengalami pematangan lebih lanjut dan menjadi el
plasma serta menghasilkan antibodi.
b) Monosit. Dibentuk dalam bentuk imatur dan mengalami proses  pematangan
menjadi makrofag setelah masuk ke jaringan. Fungsinya sebagai fagosit.
Jumlahnya 34% dari total komponen yang ada di sel darah putih.
FUNGSI SEL DARAH PUTIH

 Sebagai pertahan tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan bibit  penyakit,
bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (sistem retikulo endotel).
 Sebagai pengangkut, yaitu mengangkut/ membawa zat lemak dari dinding usus mealui
limpa terus ke pembuluh darah.

JUMLAH LEUKOSIT NORMAL

 Laki-laki : 5.000-10.000 leukosit/mcl darah


 Perempuan : 4.500-11.000 leukosit/mcl darah
 Anak-anak : 5.000-10.000 leukosit/mcl darah
 BBL : 9.000-30.000 leukosit/mcl darah
 Anak-anak <2 th : 6.200-17.000 leukosit/mcl darah

- Neutrofil : 40-60% dari total leukosit normal


- Limfosit : 20-40% dari total leukosit normal
- Monosit : 2-8% dari total leukosit normal
- Eosinofil: 1-4% dari total leukosit normal
- Basofil : 0,5-1% dari total leukosit normal

KEPING DARAH (TROMBOSIT)

 Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang. Berbentuk
cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti dan hidup sekita 10 hari

 Jumlah trombosit 150.000- 400.000/ml

 30-40% Terkonsentrasi di limpa dan sisanya bersirkulasi dalam darah


FUNGSI TROMBOSIT

 Berperan dalam pembentukan bekuan darah/ pembekuan darah


 Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah,
namun dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh darah, trombosit akan
tertarik ke daerah tersebut.
 Trombosit akan menjadi lengket dan menggumpal bersama membentuk sumbat
trombosit (platelet plug) yang akan menambal daerah yang luka.

PLASMA DARAH

Plasma darah adalah bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening
kekuningan dan sebagian besar tersusun oleh air. Sekitar 90% plasma darah terdiri atas air.
Selebihnya adalah zat terlarut yang terdiri dari protein plasma (albumin, protrombin,
fibrinogen, dan antibodi), garam mineral, dan zat-zat yang diangkut darah (zat makanan,
sisa metabolisme, gas-gas, dan hormon).

Protein plasma adalah protein yang ditemukan dalam plasma darah, jelas, kaya protein
cairan yang tertinggal ketika trombosit, sel darah merah, dan sel darah putih yang
dikeluarkan dari darah.

Protein dalam plasma terdiri atas :

a) Antihemofilik, berguna mencegah anemia


b) Tromboplastin, berguna dalam proses pembekuan darah
c) Protombin, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah
d) Fibrinogen, mempunyai peranan penting dalam pembekuan darah
e) Albumin, berguna dalam pemeliharaan tekanan osmosis darah
f) Gammaglobulin, berguna dalam senyawa antibodi. Menjaga suhu tubuh,
mengedarkan air, hormon dan enzim ke seluruh tubuh, melawan infeksi dengan
antibodi dan leukosit.

55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Serum darah adalah plasma


tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya.

FUNGSI PLASMA DARAH


Fungsi plasma darah adalah mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa
pembakaran dari sel ke tempat pembuangan serta menghasilkan zat kekebalan tubuh
terhadap  penyakit atau zat antibodi.

Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum merupakan
plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan cara memutar darah
dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat antibodi. Antibodi ini
berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk ke dalam tubuh. Protein asing
yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen.

Berdasarkan cara kerjanya, antibodi dalam plasma darah dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Aglutinin : menggumpalkan antigen.


2. Presipitin : mengendapkan antigen.
3. Antitoksin : menetralkan racun.
4. Lisin : menguraikan antigen

Antigen yang terdapat dalam sel darah dikenal dengan nama aglutinogen, sedangkan
antibodi terdapat di dalam plasma darah dinamakan aglutinin.

ISI KANDUNGAN PLASMA DARAH MANUSIA

1. Gas oksigen, nitrogen dan karbondioksida


2. Protein seperti fibrinogen. albumin dan globulin
3. Enzim
4. Antibodi
5. Hotmon
6. Urea
7. Asam urat
8. Sari makanan dan mineral seperti glukosa, gliserin, asam lemak, asam amino,
kolesterol, dsb.

SUMSUM TULANG

Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan vaskularisasi
yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang spons. Tulang-tulang
rangka axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan pektoral, serta di bagian epifisis
proksimal tulang humerus dan femur adalah tulang-tulang dengan sumsum tulang
terbanyak di tubuh manusia.
 Sumsum tulang sebagai mesin pembentuk sel darah
 Pada orang dewasa normal menghasilkan dan melepaskan kurang lebih 2.5 juta sel
darah merah, 2.5 juta trombosit, dan satu juta granulosit per kg BB.
 Semua sel darah yang beredar di dalam tubuh berasal dari satu sel induk yang
pluripoten (Pluripotent Stem Cell) : proliferasi, diferensiasi dan maturasi.
 Sel Induk Hemopoesis akan mampu menjadi sel darah apa saja setelah melalui
diferensiasi menjadi sel progenitor/ bakal sel darah merah, bakal sel lekosit (granulosit
dan non granulosit) serta bakal sel trombosit.
 Pada sistem pertahanan tubuh, sumsum tulang berfungsi menghsilkan limfosit, yaitu
salah satu komponen sel darah putih yang berfungsi untuk melawan bakteri, kuman,
dan benda asing yang masuk dalam tubuh.

Terdapat dua jenis sumsum tulng pada manusia, yaitu sumsum tulang merah dan kuning.
Pada neonatus, selru sumsum tulangnya berwarna berwarna merah yang bermakna
sumsum tulang yang bersifat hemopoietik, sedangkan ketika dewasa, sebagian besar dari
sumsum tulang merahnya akan inaktif dan berubah menjadi sumsum tulang kuning (fatty
marrow).

FUNGSI LIMPA

 Pembentukan eritrosit (hanya pada janin)


 Destruksi sel eritrosit tua
 Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihanncurkan
 Produksi bilirubin
 Pembentukan limfosit
 Pembentukan imunoglobulin
 Pembuangan partikel asing dari darah

Pada orang dewasa, dalam kondisi fisiologis, semua hematopoesis terjadi pada sumsum
tulang. Dalam keadaan patologis, hematopoesis terjadi di luar sumsum tulang terutama di
limpa yang disebut hematopoesis ekstra medular.
B. KELAINAN HEMATOLOGI

PENYAKIT KELAINAN DARAH YANG MEMPENGARUHI SEL DARAH


MERAH

1. ANEMIA

Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari
normal. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi
ukuran/jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin. Semakin rendah kadar
hemoglobin maka anemia yang diderita semakin berat (Wirakusumah, 2014).

Batasan kadar hemoglobin anemia berdasarkan usia

Kelompok Hemoglobin (gr/dl)


Anak usia 6 bln - 6 thn <11
Anak 6 thn – 14 thn <12
Wanita dewasa <12
Laki-laki dewasa <13
Ibu hamil <11
Ibu menyusui >3 bulan <12

Klasifikasi

1) Anemia Makrositik
Pada anemia makrositik, ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah
hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik, yaitu
anemia megalobastik dan anemia non-megalobastik. Penyebab anemia
megalobastik adalah kekurangan vitamin B12, asam folat, atau gangguan sintesis
DNA. Sedangkan anemia nonmegalobastik disebabkan oleh eritropoiesis yang
dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran (Wirakusumah, 2014).
2) Anemia Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda anemia
mikrositik. Penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin
dan heme, serta gangguan metabolism besi lainnya (Yatim, 2013).
3) Anemia Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah. Penyebabnya
adalah kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara
berlebihan, penyakitpenyakit hemolitik, gangguan endokrin ginjal dan hati
(Wirakusumah, 2014).

Tanda dan Gejala


1) Lemah
2) Sakit kepala
3) Telinga mendenging
4) Penglihatan berkunang-kunang
5) Merasa cepat letih
6) Mudah tersinggung
7) Gangguan saluran cerna
8) Sesak nafas
9) Nadi lemah dan cepat
10) Hipotensi ortostatik (Yatim, 2013).

Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangasel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia → viskositas darah menurun → resistensi aliran darah perifer →
penurunan transport O2 ke jaringan → hipoksia, pucat, lemah → beban jantung
meningkat → kerja jantung meningkat → payah jantung

2. POLISITEMIA VERA
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah
merah akibat pembentukan sel darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak
memproduksi sel darah merah. Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan
hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas batas normal melebihi
6 juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi 18 g/dl.
Polisitemia vera adalah salah satu kelompok kanker darah yang di kenal sebagai
neoplasma myelopraliferatifive ini terjadi ketika mutasi pada gen menyebabkan
masalah dengan produksi sel darah.

PENYAKIT KELAINAN DARAH YANG MEMPENGARUHI SEL DARAH


PUTIH

1. LIMFOMA

Limfoma adalah jenis kanker darah yang memengaruhi kelenjar getah bening,
kelenjar timus, sumsum tulang, dan bagian tubuh lainnya. Kondisi ini terjadi akibat
sel darah putih yang berkembang tidak normal dan di luar kendali. Limfoma terdiri
dari berbagai jenis, tetapi dua kategori utama dari limfoma adalah limfoma
Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin.

Tanda dan Gejala


 Benjolan atau pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau
selangkangan, yang tidak nyeri.

 Kelelahan terus menerus.


 Demam.

 Berkeringat pada malam hari.

 Batuk atau sesak napas.

 Kulit gatal-gatal.

 Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas.

 Bengkak atau perasaan seperti kenyang di perut (terutama bila sel kanker
memengaruhi bagian perut).

2. LEUKEMIA

Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel


imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit
dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
trombisitopenia (Hidayat, 2006).

Leukemia merupakan kelompok kelainan yang ditandai dengan akumulasi leukosit


ganas di sumsum tulang dan darah tepi. Sel abnormal tersebut menyebabkan
gejala: (1) kegagalan sumsum tulang (mis. Anemia, neutropenia, trombositopenia);
dan (2) infiltrasi terhadap organ-organ (mis. Hati, limpa, kelenjer limfe, meningen,
otak, kulit atau testis), (A.V. Hoffbrand dan P.A. H. Moss, 2011).

Klasifikasi

1) Leukemia Mielositik Akut (LMA)


LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia granulositik akut
(LGA) yang dikarakteristikkan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. LMA
sering terjadi pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast
menginfiltrasi sumsum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang
disertai keterlibatan orang lain.

2) Leukemia Limfositik Akut (LLA)


LLA sering menyerang pada masa anak-anak dengan persentase 75% - 80%.
LLA menginfiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik yang menyebabkan
anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi (neutropenia). Limfoblas
biasanya di temukan dalam darah tepi dan selaluada di sumsum tulang, hal ini
mengakibatkan terjadinya limfedenopati, splenomegali, dan hepatomegali 70%
anak dengan leukemia limfatik akut ini bisa disembuhkan.

3) Leukemia Limfositik Kronis (LLK)


LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan peningkatan
jumlah leukosit disertai limfositosis, Perjalanan penyakit biasanya jinak dan
indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul gejala.

4) Leukemia Mielositik Kronis (LMK)


LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK), gambaran
menonjol adalah :
a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah kromosom
abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum tulang
b. Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh poroliferasi tibatiba dari
jumlah besar mieloblast

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan,
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura
merupakan hal yang umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat infiltrasi
kedalam susunan saraf pusat dapat 28 ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro
spinal mengandung protein yang meningkatkan dan glukosa yang menurun.
Tampaknya juga terdapat beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down
(mongolisme) :
1) Pucat.
2) Malaise.
3) Keletihan (letargi).
4) Perdarahan gusi.
5) Mudah memar.
6) Petekia dan ekimosis
7) Nyeri abdomen yang tidak jelas
8) Berat badan turun
9) Iritabilitas.
10) Muntah.
11) Sakit kepala (pusing)

Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang fatal dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertamatama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di
dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ
yang lebih besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal
terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trobosit.
Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel
imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya dan mengarah kepembelahan sel yang cepat dan sitopenia
atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie
dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau perdarahan hidung,
hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran
kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang.

3. MULTIPLE MYELOMA
Multiple myeloma adalah salah satu kanker yang terjadi pada sel darah putih
(leukosit), tepatnya pada sel B atau yang disebut sel plasma.
Multiple myeloma bisa saja tanpa gejala. Pada kondisi tertentu dapat menimbulkan
gejala berupa:
 Nyeri tulang.
 Tulang keropos.
 Perdarahan.
 Anemia.
 Hiperkalsemia.
 Gagal ginjal.
 Kesemutan.
 Rentan terhadap infeksi, terutama infeksi saluran napas.

4. SINDROM MIELODIPLASTIK (PRALEUKEMIA)


Sindrom Mielodisplasia atau praleukimia adalah kelainan yang disebabkan oleh sel
darah yang terbentuk tidak sempurna alias disfungsional. Praleukimia terjadi saat
sumsum tulang mengalami gangguan.

Gejala
Pada tahap awal, sindrom Mielodisplasia jarang menunjukkan tanda atau gejala.
Ketika gejala muncul, biasanya dapat berupa:

 Pucat karena anemia;


 Infeksi yang sering terjadi akibat jumlah sel darah putih matang yang rendah;
 Mudah memar atau berdarah karena rendahnya jumlah trombosit;
 Kelelahan;
 Sesak napas; dan
 Bintik merah di bawah kulit akibat perdarahan.

PENYAKIT KELAINAN DARAH YANG MEMPENGARUHI TROMBOSIT

1. TROMBOSITOPENIA

Trombositopenia adalah kondisi dimana seseorang mempunyai sedikit trombosit


yang bersirkulasi di-darah atau adanya penurunan jumlah trombosit dalam darah
perifer . Hal ini disebabkan karena trombosit tidak / kurang diproduksi sum-sum
tulang atau karena kerusakan trombosit pada sirkulasi darah. Trombositopenia
merupakan keadaan dimana trombosit kurang dari normal, di bawah 100.000 mm3.
Keadaan trombositopenia menyebabkan perdarahan spontan jika jumlah trombosit
kurang dari 20.000 mm3.

Tanda dan Gejala


 Banyak pasien yang menderita Trombositopenia tanpa gejala
 Adanya petekhie pada ekstermitas dan tubuh
 Menstruasi yang banyak
 Perdarahan pada mukosa, mulut, hidung, dan gusi
 Muntah darah dan batuk darah
 Perdarahan Gastro Intestinal
 Adanya darah dalam urin dan feses
 Perdarahan serebral, terjadi 1 – 5 % pada ITP

Patofisiologi
Normalnya trombosit hidup dalam sirkulasi darah antara 8 – 10 hari. Oleh karena
faktor tertentu seperti Autoimun (suatu kelainan  pada sistem imun yang
disebabkan oleh produksi antibody yang menyerang trombisit, sehingga jumlah
trombosit menjadi sangat rendah, selain itu trombosit yang dihasilkan mudah sekali
pecah atau lisis), maka akan terjadi kerusakan trombosit. Sehingga masa hidupnya
berkurang menjadi 1 – 3 hari atau kurang. Keadaan ini yang kemudian
menimbulkan berkurangnya trombosit dalam sirkulasi darah.

2. TROMBOSITEMIA ESENSIAL

Trombositemi/trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit di atas


350000/mm3 atau 400000/mm3 . Terdapat 3 kelainan utama penyebab
trombositemi, yaitu : kelainan klonal (Trombositemi esensial/primer dan kelainan
mieloproliferatif lain), familial (mutasi trombopoietin) dan trombositosis reaktif
terhadap berbagai penyebab akut dan kronis.

Trombositemi esensial adalah kelainan klonal sel induk hematopoietik


multipotensial, termasuk kelainan mieloproliferatif dengan ekspresi fenotipe
predominan pada jalur megakariosit dan trombosit.

Gambaran Klinis
Kelainan fisik yang dapat ditemukan :
 Manifestasi perdarahan ( 13-37 % penderita) : epistaksis, easy bruising, petekie,
perdarahan traktus gastrointestinal berulang
 Manifestasi trombosis (18-84 % penderita)
- Banyak ditemukan pada orang tua
- Trombosis vena : vena hepatica (sindroma budd-chiari), mesenterika,
lienalis, priapism (trombosis vena penis), emboli paru
- Trombosis arteri : transient cerebral ischemia, eritromelalgia (obstruksi
mikrosirkulasi jari-jari kaki/tangan), dapat berlanjut menjadi akrosianois
 Spenonegali ringan dapat ditemukan pada 40 % penderita, splenonegali
moderate ditemukan pada 20-50 % penderita
 Hepatomegali
 Limfadenopati (jarang)
 Ulkus peptikum, varises gaster dan esofagus
 Gout
 Abortus berulang dan gangguan pertumbuhan fetus , karena adanya infark
multipel di plasenta yang disebabkan thrombus trombosit yang mengakibatkan
insufisiensi plasenta
3. TROMBOFILIA
Trombofilia adalah suatu keadaan dimana darah menjadi lebih mudah membeku,
atau kekentalan darah yang meningkat. Keadaan ini disebut juga
hiperkoagulabilitas. Mudahnya darah membeku menyebabkan lebih mudah terjadi
sumbatan dalam pembuluh darah yang disebut trombosis

GANGGUAN FAKTOR PEMBEKUAN DARAH

1. HEMOFILIA

Hemofilia adalah penyakit genetik yang menyebabkan darah menjadi sulit


membeku. Kondisi ini disebabkan karena tubuh kekurangan protein pembekuan
darah (faktor pembekuan).

Manifestasi Klinis
Gejala umum hemofilia yaitu:

1. Lutut, sikut, pinggul, bahu, otot lengan dan kaki tiba-tiba terasa
nyeri, bengkak, atau terasa hangat.
2. Pendarahan yang berlangsung lama setelah mengalami luka.
3. Sakit kepala parah dan lama.
4. Muntah-muntah.
5. Terasa sangat lelah.
6. Nyeri leher.
7. Penglihatan bermasalah, biasanya rabun.
Penderita hemofilia yang cukup parah akan mengalami gejala yang
lebih berbahaya, misalnya berdarah tiba-tiba. Gejala lainnya dapat
berupa:
1. Memar-memar yang tidak jelas penyebabnya, ukurannya besar dan cukup
dalam.
2. Sendi terasa nyeri dan bengkak, disebabkan oleh pendarahan internal.
3. Bercak darah pada urine.
4. Berdarah cukup banyak dan lama setelah terluka atau operasi.
5. Mimisan tanpa penyebab jelas.
6. Sendi terasa kaku.

2. TROMBOSIS VENA DALAM

Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis merupakan penggumpalan darah
yang terjadi di pembuluh balik (vena) sebelah dalam. Bekuan yang terbentuk
didalam suatu pembuluh darah disebut trombus. Trombus bisa terjadi di vena
superfisial ( vena permukaan) maupun di vena dalam. Trombosis vena dalam adalah
terbentuknya bekuan darah didalam lumen vena dalam yang diikuti oleh reaksi
inflamasi dinding pembuluh darah dan jaringan perivena. Trombosis vena dalam
lebih banyak terjadi pada vena tungkai seperti vena femoralis dan vena poplitea
(Smeltzer, 2007)

Manifestasi Klinis
Pasien yang mengalami Thrombosis vena dalam akan merasa nyeri pada ekstremitas
yang mengalami thrombosis. Ekstremitas ini akan mengalami perubahan bentuk
yakni menjadi lebih besar atau bengkak dan mengalami perubah warna kulit menjadi
lebih gelap dari sebelumnya. Komplikasi kronis dari thrombosis vena dalam dilihat
dari adanya gejala postphlebitic syndrom yakni nyeri, bengkak dan adanya ulserasi
pada ekstremitas (Andalas, 2008).

Patofisiologi
Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena, karna statis atau hiperkoagulabilitas
tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis. Trombosis
vena mampu terjadi pada semua vena namun yang paling sering terjadi yakni pada
vena ekstremitas. Trombus vena tersusun atas agregat vena yang menempel pada
dinding vena, dengan begitu vena akan mengalami penyumbatan atau obstruksi yang
lama kelamaan akan menimbulkan oedem pada ekstremitas tersebut. Diameter
oedem yang semakin besar mampu pecah dan menyebabkan ulkus atau ganggren
vena. Trombus yang mudah terlepas dan mengikuti aliran darah bisa masuk kedalam
paru-paru dan menyebabkan emboli paru pada pasien (Hasdianah 2016).

3. DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION

Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID/DIC) adalah suatu sindrom yang ditandai


dengan adanya perdarahan akibat trombin bersirkulasi dalam darah pada daerah
tertentu. Dasarnya adalah pembentukan bekuan darah dalam pembuluh-pembuluh
darah kapiler, diduga karena masuknya tromboplastin jaringan ke dalam darah.
Akibat pembekuan ini terjadi trombositopenia, pemakaian faktor-faktor pembekuan
darah dan fibrinolisis.

4. VON WILLEBRAND DISEASE

Penyakit Von Willebrand adalah kelainan darah bawaan lahir yang mengakibatkan
darah sulit membeku. Orang-orang yang mengidap kondisi ini mengalami
kekurangan protein pembekuan darah yang disebut dengan faktor Von Willebrand.

Fungsi dari faktor Von Willebrand adalah membantu darah membeku ketika terjadi
perdarahan. Namun, pengidap penyakit ini memiliki faktor Von Willebrand yang
terlalu sedikit atau tidak bekerja dengan normal.

Tanda dan Gejala


 Perdarahan berlebihan setelah terluka, menjalani operasi, atau cabut gigi

 Mimisan yang tidak berhenti dalam 10 menit


 Perdarahan berat saat menstruasi

 Darah muncul saat buang air kecil atau buang air besar

 Lebih mudah mengalami memar, yang terkadang disertai benjolan


 Gejala anemia, seperti mudah lelah dan sesak napas

C. PERBEDAAN MACAM-MACAM ANEMIA


a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan suatu penyebab utama anemia di dunia dan
terutama sering dijumpai pada perempuan usia subur, disebabkan oleh kehilangan
darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan.
Menurut Almatsier anemia defisiensi besi atau anemia zat besi adalah anemia yang
disebabkan oleh kekurangan zat besi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin,
baik karena kekurangan konsumsi atau karena gangguan absorpsi.

Tanda dan Gejala


Selain tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anemia, penderita defisiensi besi yang
berat (besi plasma lebih kecil dari 40 mg/ 100 ml;Hb 6 sampai 7 g/100 ml)mempunyai
rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya
berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu atropi papilla lidah mengakibatkan
lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging, dan meradang dan sakit. Dapat
juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit di
sudut-sudut mulut.

b. Anemia Defisiensi Vitamin C


Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka
waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah kurangnya asupan vitamin C
dalam makanan sehari-hari. Vitamin C banyak ditemukan pada cabai hijau, jeruk,
lemon, strawberry, tomat, brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta
semangka. Salah satu fungsi vitamin C adalah membantu penyerapan zat besi,
sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan
berkurang dan bisa terjadi anemia.
c. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dan
vitamin B12 yang mengakibatkan sintesis DNA terganggu. Anemia ini sering
ditemukan pada wanita yang jarang mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan
dengan protein hewani tinggi.
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari
normal. Penyebabnya kemungkinan karena keturunan atau karena salah satu dari
beberapa penyakit, termasuk leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak
normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi berat.
e. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk disumsum tulang yang
dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang dihasilkan
tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah,
sel darah putih dan trombosit.
Pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini
disebut idiopatik. Beberapa keadaan seperti ini diduga merupakan keadaan
imunologis.

Gejala-gejala anemia aplastik

Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan pansitopenia. Gejala-gejala lain


yang berkaitan dengan anemia adalah defisiensi trombosit dan sel darah putih.
Defisiensi trombosit dapat mengakibatkan: (1) ekimosis dan ptekie (perdarahan dalam
kulit) (2) epistaksis (perdarahan hidung) (3) perdarahan saluran cerna (4) perdarahan
saluran kemih (5) perdarahan susunan saraf pusat.

f. Anemia Sel Sabit (sickle cel anemia)


Anemia sel sabit adalah penyakit keturunan dimana molekul hemoglobin yang
berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada
rantai polipeptida beta.Akibatnya, sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit
dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah.Sel-sel terdistorsi ini menutup kapiler
dan mengganggu aliran darah (Sloane, 2004).
g. Anemia Hemoragi
Anemia hemoragi terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara
bertahap akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali ke kondisi normal.
h. Anemia Pernicious
Anemia pernicious atau anemia biermer terjadi akibat penurunan jumlah sel darah
merah karena tubuh tidak dapat menyerap cukup vitamin B12.Penyebab umum
terjadinya anemia pernicious adalah melemahnya lapisan perut atau kondisi
autoimun.Gejalanya berupa kelelahan dan lemah.Apabila tidak segera diobati, anemia
pernicious dapat menyebabkan kerusakan jantung dan saraf.
i. Anemia thalasemia
Thalasemia juga termasuk salah satu jenis anemia yang diturunkan dalam keluarga.
Thalasemia terjadi saat tubuh membuat bentuk hemoglobin yang tidak normal.
Akibatnya, sel-sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan benar dan tidak
membawa cukup oksigen. Sel darah abnormal disebabkan oleh mutasi genetik atau
hilangnya gen penting tertentu dalam faktor pembuatan darah.
Gejala thalasemia tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan jenis yang Anda
miliki. Penderita thalasemia sedang atau berat mengalami berisiko masalah
pertumbuhan, pembesaran limpa, masalah tulang, dan penyakit kuning.
j. Anemia Hemolitik Autoimun (AHAI)
Anemia hemolitik auto imun (AHAI) merupakan sebuah kelainan yang
dikarakteristikkan dengan adanya reaksi autoantibodi yang diproduksi sistem
imun tubuh sendiri yang menyerang langsung sel darah merah sehingga
mengalami lisis.
k. Diamond Blackfan Anemia (DBA)
Diamond Blackfan Anemia (DBA) adalah kelainan darah langka yang biasanya
didiagnosis pada anak-anak selama tahun pertama kehidupan mereka. Anak-anak
dengan DBA tidak membuat cukup sel-darah merah.
Sebagian besar, tanda-tanda atau gejala anemia muncul pada usia 2 bulan, dan
diagnosis DBA biasanya dibuat pada tahun pertama kehidupan anak. Penderita DBA
mengalami gejala umum anemia, seperti:
 Kulit pucat
 Kantuk
 Sifat lekas marah
 Denyut jantung yang cepat
 Murmur jantung

Dalam beberapa kasus, tidak ada gejala-gejala fisik yang jelas dari DBA. Namun,
sekitar 30-47% penderita DBA memiliki cacat lahir atau fitur abnormal yang
umumnya melibatkan wajah, kepala, dan tangan (terutama jempol). Selain itu,
penderita DBA juga kemungkinan memiliki cacat jantung, ginjal, saluran kemih, dan
organ genital. Anak yang menderita DBA cenderung memiliki usia yang lebih pendek
dan mungkin mengalami pubertas lebih lambat dari anak normal.
l. Anemia fanconi
Dikutip dari Stanford Children’s Health, anemia fanconi adalah gangguan darah di
mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel darah yang cukup atau membuat jenis sel-
sel darah abnormal. Kondisi ini dapat menurun dalam keluarga, diturunkan dari
generasi ke generasi.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda dan gejala anemia fanconi:
1. Cacat lahir yang melibatkan ginjal, tangan, kaki, tulang, tulang belakang,
penglihatan, atau pendengaran
2. Berat badan lahir rendah
3. Kesulitan makan
4. Kurangnya keinginan untuk makan
5. Ketidakmampuan belajar
6. Pertumbuhan tertunda atau lambat
7. Kepala kecil
8. Kelelahan
9. Anemia atau jumlah darah yang rendah
m. Anemia sideroblastik
Anemia sideroblastik adalah jenis anemia langka, ditandai dengan adanya kelebihan zat
besi. Anemia sideroblastik disebabkan oleh sumsum tulang yang menghasilkan sel
darah imatur (sideroblas) berbentuk cincin, bukannya kepingan cakram seperti sel
darah merah yang sehat (eritrosit).
Pada orang yang memiliki anemia sideroblastik, tubuhnya memiliki zat besi tetapi tidak
dapat memasukkannya ke dalam hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang
dibutuhkan sel darah merah untuk mengangkut oksigen secara efisien. Kelebihan zat
besi di dalam tubuh membuat sel imatur mengandung banyak radikal bebas yang dapat
menghancurkan sel-sel darah merah sehat. Akibatnya, sel darah merah jadi lebih cepat
mati dan berkurang jumlahnya.
Beberapa gejala anemia sideroblastik lainnya yang mungkin muncul, antara lain:
 Warna kulit pucat
 Denyut jantung yang cepat (takikardia)
 Sakit kepala
 Palpitasi jantung
 Sakit pada dada

D. PERBEDAAN MACAM-MACAM LEUKIMIA

Leukemia adalah kanker yang terjadi pada sel darah putih. Jika seharusnya sel
darah putih membantu tubuh dalam melawan infeksi, pada leukemia sumsum tulang
menghasilkan sel darah putih abnormal.
Leukemia dapat berkembang dengan cepat atau lambat dan menjadi kronis secara
perlahan. Pada leukemia akut, sel-selnya sangat abnormal dan jumlahnya meningkat
dengan cepat. Pada orang dewasa bisa mendapatkan jenis leukemia apapun, namun 
anak-anak dengan leukemia paling sering memiliki tipe akut. Beberapa leukemia
seringkali dapat disembuhkan. Tetapi pada jenis lainnya sulit disembuhkan. Perawatan 
yang perlu dilakukan untuk leukemia dapat berupa kemoterapi, radiasi dan transplantasi
sel induk. Bahkan meski gejalanya hilang, orang yang pernah terserang leukemia
mungkin perlu terapi untuk mencegah terjadinya kambuh.
Jenis-jenis Leukemia :
1) Leukemia Limfositik Akut
Pada Leukemia Limfositik Akut, juga disebut leukemia limfoblastik akut, terdapat
terlalu banyak jenis sel darah putih spesifik yang disebut limfosit atau limfoblas.
ALL adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Leukemia Limfositik
Akut memiliki beberapa gejala, antara lain:
1. Lemas atau merasa lelah
2. Demam
3. Mudah memar atau berdarah
4. Ada gumpalan darah di bawah kulit
5. Sesak napas
6. Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas atau kehilangan nafsu makan
7. Merasa nyeri di tulang atau perut
8. Merasa sakit atau perasaan kenyang di bawah tulang rusuk
9. Terdapat benjolan tanpa rasa sakit di leher, ketiak, perut, atau pangkal paha

2) Leukemia Myeloid Akut


Pada Leukemia Myeloid Akut, terdapat terlalu banyak jenis sel darah putih spesifik
yang disebut myeloblast. Leukemia Myeloid Akut adalah jenis leukemia akut yang
umum ditemukan pada orang dewasa. Kanker jenis ini dapat memburuk dengan
cepat jika tidak dilakukan penanganan lebih lanjut. Faktor risiko dari leukemia jenis
ini, antara lain merokok, pernah menjalankan perawatan kemoterapi, dan paparan
radiasi.
Gejala dari leukemia jenis ini, yaitu:
1. Demam
2. Sesak napas
3. Mudah memar atau berdarah
4. Berdarah di bawah kulit
5. Kelemahan atau perasaan lelah
6. Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas atau kehilangan nafsu makan
3) Leukemia Limfositik Kronis
Pada leukemia jenis ini adalah kondisi dimana terdapat terlalu banyak limfosit,
sejenis sel darah putih. Leukemia jenis ini adalah jenis leukemia kedua yang paling
umum pada orang dewasa. Biasanya penyakit ini sering terjadi selama atau setelah
usia pertengahan dan jarang terjadi pada anak-anak.
Biasanya leukemia jenis ini tidak menimbulkan gejala. Namun jika terdapat gejala,
berikut gejala-gejala leukemia limfositik kronis yang mungkin dialami seseorang.
1. Pembengkakan kelenjar getah bening tanpa nyeri di leher, ketiak, perut, atau
selangkangan
2. Merasa kelelahan tanpa penyebab yang jelas
3. Rasa sakit atau perasaan kenyang di bawah tulang rusuk
4. Demam dan infeksi
5. Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas
4) Leukemia Myeloid Kronis
Pada Leukemia Myeloid Kronis, terdapat terlalu banyak granulosit, yang merupakan
sejenis sel darah putih. Kebanyakan orang dengan leukemia myeloid kronis ini
memiliki mutasi gen (perubahan) yang disebut kromosom Philadelphia. Terkadang
Lekuemia Myeloid Kronis tidak menyebabkan gejala apa pun. Namun jika terdapat
gejala, mungkin gejalanya dapat berupa:
1. Kelelahan tanpa penyebab yang jelas
2. Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas
3. Berkeringat di malam hari
4. Demam
5. Rasa sakit atau perasaan penuh di bawah tulang rusuk di sisi kiri

E. ASKEP TENTANG PENYAKIT HEMATOLOGI

1. ASKEP HEMOFILIA PADA ANAK


1) Gejala
 Masa bayi ( untuk diagnosis)
a. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi.
b. Ekimosis sudkutan diatas tonjolan – tonjolan tulang ( saat berumur 3- 4
bulan )
c. Hematoma besara setelah infeksi
d. Perdarahan dari mukosa oral.
e. Perdarahan jaringan lunak
 Episode perdarahan ( selama rentang hidup )
a. Gejala awal, yaitu nyeri.
b. Setelah nyeri, yaitu bengkak
1. Perdarahan berkepanjangan pada setiap tempat dari atau di dalam tubuh
2. Perdarahan akibat trauma tanggalnya gigi susu, sirkumsisi, luka tersayat,
epistaksis, injeksi
3. Dapat timbul saat bayi mulai merangkak
4. Memar yang berlebihan akibat bahkan akibat cidera ringan seperti terjatuh
5. Perdarahan subkutan dan intramuskular
2) Keluhan Utama

- Perdarahan lama ( pada sirkumsisi )

- Epitaksis

- Memar, khususnya pada ekstremitas bawah ketika anak mulai berjalan dan
terbentur pada sesuatu.

- Bengkak yang nyeri, sendi terasa hangat akibat perdarahan jaringan lunak
dan hemoragi pada sendi

- Pada hemofilia C biasanya perdarahan spontan


3) Pemeriksaan Fisik
a) Hemotalogi
- Kulit : warna pucat, petekie, memar, perdarahan membran mukosa atau
dari luka suntikan atau fungsi vena
b) Aktivitas
Tanda : Kelemahan otot
Gejela : Kelelahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivias.
c) Sirkulasi
Tanda : Kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda
perdarahan serebral
Gejala : Palpitasi
d) Nyeri
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel.
Gejala : Nyeri ulang, sendi nyeri tekan sentral, kram otot.
4) Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
1. Dx : Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hemoragi
Tujuan : Pasien tidak mengalami perdarahan atau perdarahan minimal
Kriteria hasil : Pasien mengalami episode perdarahan yang minimum atau
tidak sama sekali
Intervensi :
1) Ciptakan lingkungan seaman mungkin dengan pengawasan ketat
Rasional : Untuk meminimalkan cedera tanpa penghambatan
2) Anjurkan anak lebih besar untuk memilih aktivitas tetapi menerima
tanggung jawab untuk keamanan dirinya sendiri
Rasional : Untuk mendorong kemandirian dan rasa tanggung jawab
3) Beri dorongan intelektual / aktifitas kreatif
Rasional : Klien didorong untuk bergerak perlahan dan mencegah
stress pada sendi yang terkena
4) Lakukan pencegahan perdarahan
Rasional : Klien dan keluarga diberi informasi tentang resiko
perdarahan
5) Tekan pada bagian yang diinjeksi setelah injeksi
Rasional : . Tekanan setelah melakukan injeksi dapat meminimalkan
perdarahan
6) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat mengurangi rasa sakit saat terjadi cidera.
2. Dx : Nyeri berhubungan dengan perdarahan dalam jaringan dan sendi
Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri atau menurun sampai tingkat yang
dapat diterima
Kriteria hasil :

- Anak mengalami episode perdarahan yang lebih sedikit

- Anak menerima perawatan yang tepat dengan segera


Intervensi
1) Gunakan skala peringkat nyeri
Rasional : Karena skala ini memberikan pengukuran subjektif dan
kuantitatif tentang intensitas nyeri
2) Dorong klien untuk secara hati-hati memposisikan bagian tubuh
menekan sakit
Rasional : Menurunkan rasa nyer
3) Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam
Rasional : Meningkatkan asupan O2 sehingga menurunkan nyeri
4) Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri
Rasional : Distraksi ( pengalihan perhatian ) dapat menurunkan stimulus
internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin dan
enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri, sehingga menurunkan persepsi nyeri
5) Kompreskan kantong es pada daerah nyeri
Rasional : Untuk meredakan rasa nyeri
6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai ketentuan
Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri sehubungan dengan
hematoma otot yang besar dan perdarahan sendi yang analgetika oral
dan opioid diberikan untuk menghindari ketergantungan terhadap
narkotika pada nyeri kronis
3. Dx : Risiko tinggi gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek
hemoragi dalam sendi dan jaringan lain
Tujuan : Untuk mencegah gangguan mobilitas fisik
Kriteria hasil : Anak berpartisipasi dalam program latihan mempertahan
mobilitas
Intervensi
1) Kaji kemampuan mobilitas : cacat faktor yang potensial meningkatkan
cidera
Rasional : Menjadi data dasar dan meminimalkan resiko cidera

2) Lakukan latihan rentang gerak aktif setelah fase akut


Rasional : Karena hal ini memungkinkan anak untuk mengontrol
derajat latihan sesuai dengan tingkat ketidaknyamanan.

3) Latih sendi dan otot yang sakit


Rasional : Untuk mempertahankan mobilitas

4) Lakukan latihan rentang gerak pasif pada anggota gerak yang sakit
Rasional : Melatih persendian dan menurunkan resiko perlukaan

5) Lakukan pencegahan perdarahan


Rasional : Pecegahan perdarahan pada klian hemofilia sangat penting
diketahui klian atau orang tua dengan tujuan menurunkannya

6) Kolaborasi pemberian antibiotika


Rasional : Antibiotic bersifat bakteriosida / baktiostatika untuk
membunuh / menghambat perkembangan kuman
4. Dx : Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan anak yang
menderita penyakit serius
Tujuan : Klien dan keluarga mampu mengembangkan koping yang positif
Kriteria hasil : Klien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan, mampu
menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi
yang sedang terjadi, mampu menyatakan peniramaan diri terhadap situasi,
mengakui dan mengabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri yang negatif
Intervensi

1) Kaji perubahan diri gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat


ketidakmampuan
Rasional : Menentukan bantuan individu dalam menyusun rencana
perawatan dan pemilihan intervensi

2) Identifikasikan arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien


Rasional : Beberapa klien dapat menerima dan mengatur perubahan
fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sedangkan yang
lain mempunyai kesulitan membandingkan mengenal dan mengatur
kekurangan

3) Anjurkan klien untuk mengespresikan perasaan termasuk, permusuhan


dan kemarahan
Rasional : Menunjukan penerimaan membantu klien untuk mengenali
dan mulai menyesuaikan dan perasaan tersebut

4) Berikan informasi status kesehatan pada klien dan keluarga


Rasional : Klien dengan hemofilia sering memerlukan bantuan dalam
menghadapi kondisi kronis, keterbatasan ruang kehidupan, dan
kenyataan bahwa kondisi tersebut merupakan penyakit yang akan
diturunkan ke generasi berikutnya

5) Dukung mekanisme koping efektif


Rasional : Sejak masa anak-anak, klien dibantu menerima dirinya
sendiri dan penyakit serta mengidentifikasi aspek positif dari
kehidupan mereka

6) Hindari faktor peningkatan stres emosional


Rasional : Perawat harus mengetahui stres tersebut secara profesional
dan personal serta menggali semua sumber dukungan untuk mereka
sendiri bgitu juga untuk klien dan keluarganya

7) Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan perbaiki kebiasaan


Rasional : Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
mengontrol lebih dari satu era kehidupan
2. ASKEP POLISITEMIA VERA

1. Gejala
a) Hiperviskositas
b) Penurunan shear rate
- epistaksis, ekimosis dan perdarahan gastrointestinal.
c) Trombositosis (hitung trombosit > 400.000/mm3)
d) Basofilia
e) Splenomegali
f) Hepatomegali
g) Gout.
h) Defisiensi vitamin B12 dan asam folat.
i) Muka kemerah-merahan (Plethora )
j) Keluhan lain yang tidak khas seperti : cepat lelah, sakit kepala, cepat lupa,
vertigo, tinitus, perasaan panas.
2. Keluhan Utama
- Pucat
- Cepat lelah
- Takikardi
- Palpitasi
- Takipnoe
3. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan perubahan
afinitas hemoglobin untuk oksigen .
Tujuan : perfusi jaringan dapat efektif
Kriteria hasil : mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik,
fungsi kognitif, fungsi motorik/sensorik
Intervensi
1) Observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, saturasi, RR, suhu, pupil).
2) Observasi balance cairan.
3) Observasi status neurologis
4) Tinggikan kepala tempat tidur 15- 30 derajat
5) Pertahankan lingkungan yang tenang dan batasi jumlah pengunjung
6) Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan terapi
2. Nyeri akut berhubugan dengan agen cedera biologis
Tujuan : menunjukkan nyeri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : terlihat tenang dan rileks dan tidak ada keluhan nyeri
Intervensi
1) Kaji tingkat, frekuensi, intensitas, dan reaksi nyeri
2) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam
3) Libatkan keluarga dalam tata laksana nyeri dengan memberikan
kompres hangat
4) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien
5) Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan neuromuskular,
Nyeri
Tujuan : untuk menghindari bahaya imobilitas, mencegah kecacatan, dan
membantu pasien dalam memulihkan, melestarikan, atau mempertahankan
mobilitas
Kriteria hasil : Klien meningkat dalam aktivitas fisik
Intervensi
1) Periksa tingkat fungsionalitas mobilitas.
2) Kaji kekuatan untuk melakukan ROM ke semua sendi.
3) Pantau kebutuhan nutrisi yang berkaitan dengan imobilitas.
4) Hadirkan lingkungan yang aman: rel tempat tidur, tempat tidur di posisi
bawah, barang penting yang dekat.
5) Jalankan latihan ROM pasif atau aktif ke semua ekstremitas.
4. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Perubahan turgor (elastisitas
kulit)
Tujuan : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
Intervensi
1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2) Hindari kerutan pada tempat tidur
3) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4) Monitor kulit akan adanya kemerahan
5) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
6) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi terkait
penyakit
Tujuan : Kowlwdge : disease process
Kriteria hasil : Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.
Intervensi
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
4) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5) Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
6) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang
tepat

F. KASUS-KASUS YANG DAPAT MENYEBABKAN HEPATOMEGALI

Hepatomegali adalah kondisi membesarnya hati melebihi ukuran normalnya. Kondisi


ini merupakan tanda telah terjadinya gangguan pada hati. Hepatomegali bisa
menyebabkan gejala berupa rasa begah, membesarnya perut, hingga munculnya penyakit
kuning.

Penyebab Hepatomegali
Hepatomegali bisa disebabkan oleh penyakit hati atau organ lain yang berhubungan
dengan hati. Berikut ini adalah beberapa penyakit atau kondisi yang bisa menyebabkan
hepatomegali:
 Hepatitis atau radang hati, akibat infeksi virus hepatitis
 Abses hati atau kista hati
 Penyakit perlemakan hati akibat alkohol atau NASH (non-alcoholic fatty liver
disease)
 Tumor, kanker hati, atau metastasis kanker dari organ lain ke hati
 Gangguan atau penyakit darah, termasuk leukemia, limfoma, atau anemia hemolitik
 Gangguan atau penyakit pada kandung empedu dan salurannya, termasuk primary
biliary cirrhosis atau cholangitis
 Penyakit jantung, seperti gagal jantung kongestif
 Kelainan genetik, seperti Wilson’s disease
 Gangguan pada aliran darah vena hati, seperti Sindrom Budd-Chiari
 Efek penggunaan obat-obatan atau paparan zat kimia tertentu

Hepatomegali dapat menyerang siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita hepatomegali, yaitu:
 Mengalami kecanduan alkohol
 Menggunakan obat-obatan sembarangan atau dosis yang berlebihan
 Mengonsumsi suplemen herbal yang terbuat dari tanaman cohosh hitam, ephedra, atau
valerian
 Menderita penyakit autoimun, penyakit infeksi, atau obesitas

Anda mungkin juga menyukai