PENDAHULUAN
Di dalam tubuh manusia, terdapat alat transportasi yang berguna sebagai pengedar oksigen dan
zat makanan ke seluruh sel-sel tubuh serta mengangkut karbon dioksida dan zat sisa ke organ
pengeluaran. Alat transportasi yang dimaksud ialah darah. Darah merupakan cairan yang berada
dalam tubuh manusia dan memiliki fungsi yang penting. Adapun fungsi darah yaitu
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, kemudian juga
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme tubuh serta sebagai pertahanan tubuh dari
agen infeksi. Di dalam darah, tersusun atas sel penyusun yaitu sel darah merah /eritrosit, sel
darah putih/leukosit serta keping darah/trombosit. Sel darah merah memiliki fungsi
mengangkut oksigen karena mengandung hemoglobin di dalamnya. Sel darah putih dapat
dibagi lagi menjadi bagian-bagiannya yang lebih spesifik dan memiliki fungsi sebagai
antibodi melawan infeksi. Sedangkan keping darah atau trombosit berperan dalam
pembekuan darah. Perlu diketahui pada sel darah juga dapat ditemukan kelainan-kelainan,
baik kuantitaif maupun kualitatif. Kuantitatif menyangkut jumlah sedangkan kualitatif
menyangkut perubahan fungsi dari sel darah tersebut. Berbagai kelainan itu dapat membawa
kepada suatu penyakit yang bisa membahayakan tubuh manusia karena terganggunya sistem
kerja tubuh.
Obat merupakan salah satu penunjang sarana kesehatan. Segala macam penyakit tidak dapat
lepas dari keberadaan obat. Dalam penggunaan obat kita harus mengikuti aturan-aturan tertentu,
karena obat dalam penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek toksin (meracuni tubuh),
sedangkan penggunaan racun dalam jumlah sedikit justru akan menjadi obat bagi tubuh kita. Salah
atau efek toksin dari obat ialah dapat menyebabkan kelainan/penyakit pada darah ( Drug Induce
Hemat ologi Disorder). Oleh karena itu penting halnya untuk mengetahui efek dari obat yang
menyebabkan kelainan pada fungsi hematologi.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi darah
2. Mengetahui bentuk, struktur, dan sifat dari darah
3. Mengetahui macam-macam kelainan Hematologi
4. Mengetahui obat-obat yang bersifat Drug Induce Hematologi Disorder
5. Mengetahui penatalaksanaan pada hematologi disorder
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sel Darah Beserta Komposisi
Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total manusia. Darah terdiri dari tiga jenis
elemen selular khusus, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping
darah) yang membentuk suspensi dalam cairan kompleks plasma darah.
2.1.1 Plasma Darah
Berikut adalah komponen Plasma darah beserta fungsinya terdiri dari:
a. Air : Medium transpor ; membawa panas
b. Elektrolit : Eksitabilitas membran ; distribusi osmotik cairan antara CES dan CIS ;
menyangga perubahan PH
c. Nutrien, Zat sisa, gas, hormon : diangkut dalam darah; gas CO2 darah berperan dalam
keseimbangan asam-basa
d. Protein Plasma : secara umum, menghasilkan efek osmotik yang penting dalam distribusi
CES antara kompartemen vaskular dan interstisium; menyangga perubahan PH
a) Albumin : mengangkut banyak bahan ; berperan paling besar dalam menentukan
tekanan osmotik koloid
b) Globulin Alfa dan beta : mengangkut banyak bahan tak larut air; molekul prekursor
inaktif Gama : Antibodi
e. Fibrinogen : Prekursor inaktif untuk jalinan fibrin pada pembekuan darah
2.2 Hematopoieses
Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan pematangan sel-sel darah. Berikut ini adalah
fase-fase hematopoiesis yang terjadi secara umum pada manusia :
1. Mesoblastik
Terjadi pada masa prenatal, yaitu saat embrio berumur 2 10 minggu. Terjadi di dalam
yolksac yang berada dekat dengan mesenkim batang tubuh. Mesenkim ini menyusutkan
cabang-cabangnya lalu berkembang menjadi eritoblas primitif, sel basophil bulat yang
mengumpul membentuk agregat yang disebut dengan pulau darah. Mereka berpoliferasi
membentuk hemoglobin dan eritrosit polikromatofilik. Lalu basophil-basofil mulai
menghilang dan jadilah eritrosit primitif, yaitu eritrosit yang memiliki inti sel.
2. Hepatik
Fase ini terjadi pada masa prenatal juga yaitu ketika janin sudah berusia 6 minggu. Pada usia
6 minggu ini sel basophil muncul di premodium hati lalu berpoliferasi menjadi eritroblas
definit yang berkembang menjadi eritrosit definit yang sudah tidak berinti lagi. Pada minggu
ke-8 ditemukan juga leukosit granuler dan megakariosit pada hati. Lalu pada usia 12 minggu
limfa juga menjadi tempat terjadinya hematopoiesis.
3. Mieloid
Fase ini dimulai saat rangka janin sudah terbentuk yaitu sekitar minggu ke-20. Rangka yang
terbentuk pada janin masih berbentuk tulang rawan hialin. Lalu sel darah dan mesenkim
menerobos masuk ke dalam rongga tulang rawan tersebut kemudian berdiferensiasi menjadi
osteoblast dan sel retikulum yang membentuk stroma sumsum tulang. Setelah terbentuknya
pusat penulangan, dimulailah proses produksi sel darah dalam sum-sum tulang dan terjadi
pula penurunan produksi sel darah pada hati dan limfa.
Setelah hematopoiesis diambil alih oleh sumsum tulang semenjak trimester terakhir hingga
postnatal, organ-organ tempat terjadinya hematopoiesis yang sebelumnya seperti hati dan limfa tidak
berfungsi lagi untuk memproduksi sel darah namun masih memiliki kemampuan untuk melakukan
proses tersebut dalam keadaan yang sangat dibutuhkan. Sel darah yang sudah matang akan keluar dari
sumsum dengan mekanisme transeluler. Sel darah tersebut akan masuk ke lumen melalui pori migrasi
yang terbentuk akibat desakan sel-sel darah terhadap endotel sehingga abluminal dan adluminal
endotel menempel dan membentuk pori sementara. Pori tersebut akan merapat lagi seperti semula
setelah proses migrasi sel darah matang selesai.
Yang memiliki peran utama dalam hematopoiesis adalah sel induk. Sel tersebut ditemukan
dalam sumsum dalam keadaan tidak aktif. Sel induk hemopoietik pluripotent ini memiliki
kemampuanuntuk membelah diri dalam interval tertentu untuk memperbanyak dirinya dan
berdiferensiasi menjadi sel progenitor. Perbedaan sel induk hemopoietik pluripotent dengan sel
progenitor adalah, sel induk hemopoietik pluripotent memiliki kemampuan untuk berkembang
menjadi bermacam-macam jenis sel darah, sementara sel progenitor memiliki kemampuan yang lebih
terbatas yaitu hanya bisa berkembang menjadi satu jenis sel spesifik. Terdapat beberapa jenis sel
progenitor, yaitu :
a. CFU-GM (unit pembentuk granulosit dan monosit)
b. CFU-G (unit pembentuk granulosit)
c. CFU-M (unit pembentuk monosit)
d. CFU-E (unit pembentuk eritrosit)
e. CFU-Eo (unit pembentuk eosinophil)
f. CFU-Meg (unit pembentuk megakariosit), dll
Faktor yang mempengaruhi hematopoiesis :
1. Faktor lingkungan mikro
Pembentukan sel darah memerlukan lingkungan yang kondusif. Lingkungan tersebut
dipengaruhi oleh sifat sel serta unsur ekstraseluler stroma sumsum tulang. Perbedaan lokasi
pembentukan di dalam organ yang sama menentukan turunan dari sel darah yang dibentuk.
Selain itu lingkungan juga menyediakan faktor perangsang pertumbuhan seperti GM-CSF dan
faktor perangsang koloni yang merupakan glikoprotein.
2. Faktor pengaturan humoral
Pengaturan humoral mengontrol dan memantau jumlah dari setiap jenis sel darah yang
diproduksi sehingga tidak terjadi kekurangan atau kelebihan. Selain itu, faktor humoral
mengontrol kecepatan dalam pembentukan dan pelepasan sel darah. Faktor humoral juga akan
memberikan sinyal jika terdapat kondisi yang membutuhkan produksi sel darah lebih banyak
atau lebih sedikit dari produksi normal. Faktor humoral yang mengontrol produksi eritrosit
bergantung pada rangsangan eritropoietin terhadap sumsum tulang, kesanggupan sumsum
tulang dalam merespon, serta ketersediaan zat besi sebagai bahan baku utama.
2.2.1 Eritropoiesis
diferensiasi membelah
membelah Eritroblas Eritroblas
CFU- Proeritoblas Polikromatof
basofilik
E
Berinti dua Sitoplasma Ukuran lebih kecil,
sangat basofilik kromatin
memadat,
Sitoplasma
Ribosom dan
berwarna
organel lainnya
kelabubiru
dihancurkan
Eritrosit Retikulosit Eritroblas
Ortokromati
Sudah menjadi eritrosit dewasa
yang dialirkan ke peredaran, Inti mengecil lalu
tetapi masih memiliki dikeluarkan
organelseperti ribosom sehingga (di fagosit oleh
warna masih kehijauan. makrofag),
2.2.2 Granulopoiesis
Membelah
membelah sekali/lebih
Mieoblas azuroflik, Promiesit dini Promiesit
Bulat, inti besar, kromatin Granul azuroflik,
lanjut
sel yang lebih kecil
menyebar, sitoplasma basofilik metakromatik
sedang dan tanpa granul.
Hal ini menyebabkan pengangkutan oksigen menjadi tidak maksimal dan mengalami
hipoksemia. Penyakit ini dapat dideteksi dengan elektroforesis hemoglobin
2.5.5 Hemoglobin Tidak Stabil
Penyakit ini terjadi karena adanya pewarisan gen yang menimbulkan kelainan pada
rantai hemoglobin yang tidak stabil dapat menyebabkan terbentuknya badan Heinz yang
dibentuk oleh limpa, yang kemudian menimbulkan anemia hemolitik. Pada apusan darah
perifer tidak dijumpai sferositosis. Penyakit ini dapat diuji lab dengan uji stabilitas panas atau
dengan obat isopropanol.
Thalasemia adalah penyakit keturunan yang merupakan akibat dari kekurangan salah
satu dari keempat rantai asam amino yang pembentuk hemoglobin. Hal ini menyebabkan
pasokan energi yang dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun
terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan aktivitasnya secara normal. Thalasemia
merupakan kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah yang mudah rusak.
Oleh karena itu umurnya pun relatif lebih pendek dibanding sel darah normal yaitu 23 hari.
Sel darah merah yang rusak diuraikan menjadi zat besi didalam limpa. Karena kerusakan
darah terjadi dengan cepat dan masif, maka kandungan zat besi dalam tubuh menumpuk dan
bisa mengganggu fungsi organ lain seperti jantung, hati hingga berujung pada kematian.
Gejala Thalasemia sebagai berikut :
a. Wajah pucat
b. Insomnia atau susah tidur
c. Tubuh mudah merasa lemas
d. Berkurangnya nafsu makan
e. Tubuh mudah mengalami infeksi
f. Jantung bekerja lebih keras untuk memenuhi pembentukan hemoglobin
g. Mengalami kerapuhan dan penipisan tulang. Hal ini disebabkan oleh sumsum tulang
yang berperan penting dalam menghasilkan hemoglobin tersebut
h. Terjadi pembesaran limpa karena sel darah merah yang rusak sangat berlebihan
sehingga kerja limpa sangat berat.
Klasifikasi Thalasemia
1. Thalasemia Alfa
Terjadi karena kurangnya rantai globin alfa karena mutasi dan kelainan genetik.
Gejalanya klinis yang timbul umumnya yaitu anemia dan hipoksia. Rantai alfa
globin disandikan oleh suatu gen pada kromosom 16.
a. Thalasemia alfa minor. Termasuk jenis thalasemia ringan yang tidak
menyebabkan gejala pada fungsi tubuh, tetapi bersifat sebagai pembawa
sifat yang membawa gen thalasemia
b. Thalasemia alfa mayor. Jenis thalasemia satu ini umumnya terjadi pada
bayi sejak masih dalam kandungan. Thalasemia jenis ini terjadi apabila
seseorang tidak memiliki gen perintah produksi protein globin alfa.
Keadaan ini akan membuat janin atau bayi menderita anemia yang cukup
parah, penyakit jantung, dan penimbunan cairan tubuh. Oleh karenanya,
apabila bayi sudah diketahui menderita penyakit kelainan darah seperti
thalasemia ini, bayi harus mendapatkan tranfusi darah sejak dalam
kandungan dan setelah lahir agar tetap sehat.
Klasifikasi Trombositopenia
1. Trombositopenia akibat obat-obatan
Pemakaian obat kemoterapi menyebabkan trombositokopenia sehingga pada terapi ini
dibutuhkan transfusi trombosit. Obat lain yaitu kuinin dan kuinidin. Beberapa obat
yang dapat menjadi penyebabdengan frekuensi lebih jarang adalah digitalis, heparin,
tiozide, dan aspirin. Efek obat ini bekerja dengan membentuk kompleks
antigenantibodi yang menyebabkan kerusakan trombosit akibat lisis yang diperantarai
komplemen. Bahan kimia lain yang dapat menjadi penyebab tombositokopenia:
a. Klorotiazide
Menimbulkan trombositopenia pada 25% orang yang mengonsumsi tetapi jarang
menimbulkan perdarahan
b. Alkohol
Menimbulkan trombositopenia baik sesaat setelah konsumsi maupun pada
pengonsumsi tetap
Tabel 1: Daftar obat yang berpotensi menyebabkan trombositopenia
Obat yang berpotensi menyebabkan trombositopenia
Abciximab Digoxin
Acetaminophen Eptifibatide
Acyclovir Hydroclortiazid
Aminosalysilad acid Ibuprofen
Amiodarone Levamisole
Amphotericin B Octreotide
Ampicillin Phenytoin
Karbamazepin Quinine
Chlorpropamid Rifampicin
Danazol Tamoxifen
Diatrizoate meglumine Tirofiban
diclofenac Trimetrophim dan vankomisin