Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SISTEM HEMATOLGI ANEMIA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KMB 1

SISTEM HEMATOLOGI

DISUSUN OLEH :

MARIA YUNITA ASUNG

NPM : 19201036

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhab yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya saya
dapat menyelesaikan makalah keperawatan Medikal Bedah 1 (KMB) yang berjudul Asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan system hematologi “Anemia”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas matkuliah KMB agar dapat berguna bagi saya dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan saya sebagai mahasiswa keperawatan. Saya juga
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang
diharapkan. Oleh karena itu saya sangat membutuhkan adanya saran untuk memperbaiki
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………….

BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI PADA SISTEM HEMATOLOGI……………

BAB II KONSEP ANEMIA………………………………………….

2.1 Definisi…………………………………………………….

2.1 Etiologi……………………………………………………

2.3 Patofisiologi…………………………………………….

2.4 Manifestasi Kliik…………………………………………

2.5 Komplikasi………………………………………………..

2.6 patofisiologi dan patoflodiagram……………………………………

2.7 Pemeriksaan diagnostic…………………………………………..

2.8 Discharge planning………………………………………….

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA

3.1 Gambaran Kasus……………………………………………….

3.2 Pengkajian………………………………………………………

3.3 Diagnosa keperawatan (DO dan DS)……………………………..

3.4 Intervensi (NIC dan NOC)………………………………………

3.5 Implementasi…………………………………………………….

3.6 Evaluasi…………………………………………………………

BAB IV HASIL PENELITIAN TERKAIT PENATALAKSANAAN…………….

BAB V PENUTUP………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM HEAMTOLOGI

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sy stem transport. Darah
merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma
darah dan bagian korpuskuli. Hematologi juga dikenal sebagai cabang imu kedokteran
mengenai sel darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta
organ pembentuk darah. Darah terdiri atas 3 jenis unsur sel khusus, eritrosit, leukosit, dan
trombosit yang terpendam dalam cairan kompleks plasma. Pergerakan konstan darah sewaktu
mengalir melalui pembuluh darah menyebabkan unsure-unsur sel terbesar relative merata
didalm plasma.

Darah manusia berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada 2 jenis warna
merah pada manusia. Warna merah terang menandahkan bahwa darah tersebut mengandung
banyak oksigen, sedangkan warna merah tua menandahkan bahwa darah tersebut
mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain mengandung banyak karbondioksida. Warna
merah pada darah disebabkan oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah protein
pernafasan (respiratory protein) yang mengandung besi (Fe) dalam bentuk hemoglobin yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah juga mengangkut bahan-
bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke
ginjal untukdibuang sebagai air seni.

Darah memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut :

 Sebagai pembawa zat makanan dari system pencernaan keseluruh sel tubuh
 Mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh
 Mengangkut sisa-sisa metabolisme dari seluruh sel tubuh ke organ-organ ekskresi
(paru-paru).
 Mengangkut hormon dari kelenjar hormone ke organ sasaran
 Memelihara keseimbangan cairan tubuh
 Mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme atau zat asing lain yang
dijalankan oleh sel-sel darah putih
 Memelihara suhu tubuh
Komponen penyusun darah antara lain sebagai berikut:

a. Plasma darah, fungsi plasma darh antara lain:


 Sebagai pelarut bahan-bahan kimia
 Membawa mineral-mineral terlarut seperti glukosa, asam amino, vitamin, CO2,
dan bahan buangan lain
 Menyebarkan panas dari organ yang lebih hangat ke organ yang lebih dingin
 Menjaga keseimbangan antara cairan di dalam sel dan cairan diluar sel. Plasma
darah mengandung protein-protein penting seperti: fibrinogen (pembekuan
darah), globulin (pertahanan tubuh), albumin (membantu aliran darah dan
mengatur tekanan osmosis)
b. Sel darah
1) Sel darah merah (eritrosit)

Anatomi :

 Berbentuk cakram bikonkaf


 Bersifat elastic
 Tidak memiliki inti
 Diameter 8 cm
 Umur eritrosit kurang lebih 120 hari

Fisiologi :

1. Mengangkut O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh tubuh komponen sel darah
merah:

 Membrane eritrosit
 Enzim G6PD
 Hemoglobin

Harga normal Hb:

Pria : 13-16 g%

Wanita : 12-14g%

Anak (6-12 th) :11,5-15,5gr%


Jumlah normal eritrosi:

Pria : 4,5 juta-5,5 juta/mm2

Wanita :4 juta-5 juta/mm2

 Produksi sel darah merah (eritropoiesis)


Adalah proses pembuatan eritrosit pada janin dan bayi. Proses ini berlangsung di
limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa terbatas hanya pada sumsum
tulang
 Mekanisme eritropoiesis
Sel darah berasal dari system hemopoetik pluripoten yang berada pada sumsum
tulang_akan membentuk bermacam-macam sel tepi_membentuk sel stem
commitet/sel ini akan menghasilkan unit pembentuk koloni eritrosit (CFU-GM) –
CFU-E membentuk banyak sel proeritroblas akan membela berkali-kali_banyak sel
darah merah matur yaitu basofil eritroblas / selanjutnya akan berdiferensiasi menjadi
retikulosit dengan sel yang sudah dipenuhi dengan Hb-retikulosit masih
mengandunng sedikit bahan basofilik-bahan basofilik ini akan menghilang dalam
waktu 1-2 hari menjadi eritrosit matur.
 Metabolisme eritrosit
 Umur eritrosit adalah 120 hari
 Eritrosit mati mengalami destruksi di limpa hemoglobin-haem+globin
 Haem-besi+porfirin, zat besi digunakan untuk membentuk eritrosit baru
 Tempat pembuatan sel eritrosit adalah sumsum tulang limpa dan hepar
1. Sel darah putih (leukosit)
Fungsi sebagai pertahnan tubuh dari serangan mikroorganisme.
Macam-macam leukosit antara lain:
a) Granuler (leukosit berganula)
 Neutrophil

Nama lain sel polimorfonuklear (sel PMN)

Anatomi :Inti sel terpisah-pisah

Protoplasmanya banyak bintik-bintik halus/glandula

Granula berisi enzim hidrolisis berwarna ungu pucat.


Fisiologi:punya kemampuan fagositosis untuk memangsa dan menghancurkan bakteri serta
sel-sel tubuh yang mati.

 Eosinofil
Anatomi:
 Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrophil tetapi granula dan
sitoplasmanya lebih besar
 Berwarna merah terang jika diwarnai dengan eosin
 Banyaknya kira-kira 24%
Fisiologi:
 Membunuh parasit
 Membunuh sel-sel kanker
 Berperan dalam reaksi alergi
 Basofil
Anatomi:
 Sel ini kecil dari eosinofil
 Mempunyai inti yang bentuknya teratur
 Didalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar yang berwarna biru
Fisiologi
 Berperan sebagai agen anti alergi
 Menghasilkan histamine
 Mengandung heparin suatu senyawa yang mencegah pembekuan darah didalam
pembuluh darah
b. Agranuler
 Limfosit
Anatomi:
Bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil ,didalam sitoplasmanya tidak terdapat
glandula dan intinya besar ,banyaknya kira-kira 15-20 %
Fisiologi:
Berperan dalam pertahanan tubuh dengan cara membentuk suatu protein yang disebut
antibody
Membunuh dan memakan bakteri yang masuk dalam jaringan tubuh
Macam-macam limfosit
 Sel B membuat antibody yang mengikat pathogen dan menghancurkannya
 Sel T untuk mengkoordinir tanggapan ketahanan menahan bakteri intraseluler
 Sel natural killer sel pembunuh alami dan dapat membunuh sel tubuh yang
tidak menunjukan sinyal
 Monosit
Dikenal sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah sert masuk ke dalam
jaringan
Anatomi:
Berukuran paling besar di antara sel darah putih lainnya ,inti selnya bulat dan panjang
warnannya lembayun muda

Produksiseldarahputih

 Dimulai dari diferensiasi dini dari sel system hemopoietik pluripotent –


berbagai tipe sel system commited-membentuk eritrosit dan leukosit –
pembentukan leukosit terdapat dua tipe mielositik dan limfositik
 Pembentukan leukosit tipe mielositik dimulai dengan sel muda yang berupa
mieloblas progranulacyte –eosinofil-basofil dan neutrofil
 Pembentukan leukosit tipe limfositik dimulai dengan sel muda yang berupa
limfoblas agranulocyte dan limfocyte
 Monoblast-agranulocyte-monocyte

1. Keeping darah (trombosit)

Anatomi:

Memiliki bentuk yang tidak teratur

Tidak memiliki inti sel

Berukuran sangat kecil

Fisiologi:

Berperan dalam proses pembekuan darah

Harga normal 200000-400000/mm3

Proses pembentukan trombosit


Trombosit berasal dari sel megakariosit yang pecah menjadi bagian kecil yang disebut
platelet atau trombosit megakariosit berasal dari sel mieloblast yang juga merupakan
induk sel leukosit.
BAB II

KONSEP ANEMIA

2. 1 Definisi

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
atau hematokrit di bawah normal (brunner dan suddarth, 2000:22). Anemia adalah suatu
keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai normal (emma, 1999).

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah
dari harga normal yaitu bila Hb <14 g/dL dan Ht<41% pada pria atau Hb<12 gd/L dan
Ht<37% pada wanita (mansjoer, 1999:547).

Klasifikasi anemia dibagi menjadi 5 yaitu anemia mikrositik hipokrom (anemia


defisiensi besi, anemia penyakit kronis), anemia makrositik (defisiensi vitamin B12,
defisiensi asam folat), anemia perdarahan, anemia hemolitik, anemia aplastik (mansjoer,
1999:547).

Anemia defisiensi besi adalah (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrient tersering
pada anak diseluruh dunia terutama di Negara sedang berkembang termasuk Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita. Fungsi zat besi yang
paling penting adalah dalam perkembangan system saraf yaitu diperlukan dalam proses
mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolisme saraf. Kekurangan zat besi
sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga
merupakan sumber energy bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan
b ekerja terutama pada remaja.

2.2 Etiologi

Menurut mansjoer, (1999:547), anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik.


Penyebab lainnya yaitu:

1. Diet yang tidak mencukupi


2. Absorbsi yang menurun
3. Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan
4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah.
5. Hemoglobin
6. Penyimpangan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
7. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
8. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan)
9. Proses pengahancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis)

2.3 Patofisiologi

Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 5 gr besi, hampir
dua pertiga besi terdapat hemoglobin dilepas pada proses penuaan serta kematian sel dan
diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk eritropoiesis. Pada perderan zat
besi berkurang, maka besi dari zat diet tersebut diserap oleh lebih banyak. Besi yang dimakan
diubah menjadi besi keto dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada
duodenum dan jejenum proksimal, kemudian besi diangkat oleh transferin plasma ke sumsum
tulang, untuk sintesis hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.

Pembentukan Hb terjadi pada sumsum tulang melalui semua stadium pematangan besi
merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi rendah dalam tubuh
maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu sehingga produksi sel darah
merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau menurun mengakibatkan hemoglobin
menurun sehingga transportasi oksigen dan nutrisi ke jaringan menjadi berkurang, hal ini
mengakibatkan metabolisme tubuh menurun (price, 1995).

Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh
berbagai enzim sebagai factor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan
untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan
oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukan gejala yang khas (asymptomatic) sehingga
anemia pada balita sukar untuk dideteksi.

2.4 Manifestasi klinik

Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat, takikardi, sakit
dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan, tinnitus, penderita defesiensi
yang berat mempunyai rambut rapuh dan halus, kuku tipis rata mudah patah, atropi papilla
lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat,merah daging meradang dan sakit
(guyton, 1997). Manifestasi klinis anemia besi adalah pusing, cepat lelah, takikardi, sakit
kepala, edema mata kaki dan dispnea waktu bekerja. (gasche C,1997:126
2.5 Komplikasi
Anemia yang tidak tertangani dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
komplikasi yang membahayakan. Salah satunya adalah masalah pada jantung, seperti detak
jantung yang cepat dan tidak beraturan. Kondisi ini dapat memicu kardiomegali atau gagal
jantung. Untuk wanita hamil, komplikasi yang timbul dari anemia defisiensi besi
adalah kelahiran prematur atau berat badan lahir yang rendah pada bayi.

Pada bayi dan anak-anak, komplikasi yang dapat muncul adalah gangguan
pertumbuhan. Selain itu, anak-anak penderita anemia ini juga rentan terkena infeksi. Kondisi
ini dapat dicegah dengan memberi asi pada bayi selama 1 tahun, dan memberi sereal yang
diperkaya zat besi (setelah bayi berusia 6 bulan) sampai bayi bisa mengonsumsi makanan
padat lainnya.

2.6 patofisiologi dan patoflodiagram


2.7 Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan diagnostic pada anemia adalah :

1. Jumlah darah lengkap (JDL) dibawah normal (hemoglobin, hematokrit, dan SDM).
2. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi.
3. Kadar B12 serum rendah pada anemia hemolitik autoimun.
4. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimun.
5. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormalpada penyakit
sel sabit.

Diagnosis anemia defisiensi zat besi dapat diperoleh melalui pemeriksaan darah. Tes
hitung darah lengkap dapat menunjukkan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, dan
hematokrit (persentase sel darah merah dalam darah). Anemia ditandai dengan kadar
hemoglobin dan hematokrit yang lebih rendah dari normal.

Selain tes hitung darah lengkap untuk melihat anemia, tes darah lainnya juga dapat dilakukan
untuk:

 Melihat banyaknya zat besi dalam darah, dan ferritin atau proteinyang menyimpan zat
besi dalam tubuh.
 Melihat kemampuan tubuh mengikat zat besi (transferrin and total iron-binding
capacity) dan jumlah sel darah merah tidak matang (retikulosit), yang biasanya rendah
dalam anemia defisiensi zat besi.
 Melihat ukuran dan bentuk sel darah merah melalui apusan darah tepi (peripheral
blood smear). Anemia defisiensi besi umumnya ditunjukkan dengan ukuran sel darah
merah yang lebih kecil dari normal dan warna darah yang lebih pucat.

Setelah pemeriksaan darah menujukkan pasien mengalami kekurangan zat besi, sejumlah
pemeriksaan penunjang lain diperlukan untuk memastikan penyebab anemia tersebut.
Pemeriksaan tersebut berupa:

 Pemeriksaan darah dalam tinja. Pemeriksaan feses atau tinja ini dilakukan jika
dicurigai penyebab anemia defisiensi besi adalah perdarahan saluran cerna.
 Endoskopi. Pemindaian ini dilakukan untuk melihat sumber perdarahan dalam
saluran pencernaan yang bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
 USG panggul. Pemeriksaan ini dilakukan pada wanita yang mengalami menstruasi
dengan perdarahan banyak, untuk melihat penyebab kondisi tersebut.

2.8 Discharge Planing


Perencanaan pulang pada pasien yang anemia adalah :

 Pemeliharaan nutrisi yang adekuat yaitu mengkonsumsi makanan bergizi seperti


mengandung asam folat dan vitamin B12 contoh : sayur-sayuran berwarna hijau;
bayam, tempe, hati, ginjal, atau suplemen tambahan dan lain sebagainya.
 Istirahat dan toleransi terhadap aktivitas.
 Mencegah adanya komplikasi dengan segera minta bantuan kesehatan terdekat.
 Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat besi terutama yang berasal
dari sumber hewani seperti ikan, hati, susu, keju, telur. Sedangkan zat besi yang
berasal dari sumber nabati/tumbuh-tumbuhan yaitu bayam, kangkung, daun singkong,
kacang panjang, kecipir, daun katuk, sawi hijau, kacang – kacangan, tahu, tempe.
 Menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan agar tubuh tidak
kemasukan cacing.
 Agar zat besi dapat diserap dengan baik oleh tubuh maka konsumsi juga makanan
yang mengandung vitamin C yang terdapat pada buah-buahan.
s

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA

3.1 Gambaran Kasus

Seorang wanita berusia 25 tahun masuk ke rumah sakit BLUD dr Ben Mboi dengan
keluhan utama merasa kelemahan dan kelelahan setiap waktu. Data pada saat pengkajian: TD
120/80 mmHg, pernapasan 22x/menit, nadi 102x/menit, pasien tampak pucat, konjungtiva
pucat dan ekstermitas teraba dingin. Hasil pemeriksaan laboratorium, Hb 8 mg/dl. Diagnosa
medis : anemia.

3.2 Pengkajian

Saat ini pasien dirawat di rumah sakit dengan diagnosa medis anemia. Keluhan
utamanya merasa lemah dan kelelahan setiap waktu. Saat dikaji tekanan darahnya 120/80
mmHg, pernapasan 22x/menit, nadi 102x/menit, pasien tambah pucat, konjungtiva pucat,
ekstermitas teraba dingin dan Hb nya 8 mg.

3.3 Diagnosa Keperawatan (DO dan DS)

DS : pasien mengeluh lemah dan lelah setiap waktu.


DO : pasien tampak pucat, konjungtiva pucat, ekstermitas terabadingin, Hb 8mg/dL,
pernapasan 22x/menit, denyut nadi 102x/menit.

Diagnosa keperawatan :

Dari kasus diatas berdasarkan data subyektif dan obyektif kita dapat mengangkat diagnose
sebagai berikut :

1. Resijo tinggi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya


pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah
merah disirkulasi.
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake, mual, muntah, anoreksia.
3. Defisit perawatan diri.

3.4 Intervensi (NIC dan NOC)

Sesuai dengan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan, maka menurut nursing
outcome classification (NOC) digunakan jenis skala likert dengan semua criteria hasil dan
indicator yang menyediakan sejumlah pilihan yang adekuat untuk menunjukan varibilitas
didalam status/kondisi, prilaku atau persepsi yang digambarkan oleh criteria hasil.

Pada kasus anemia pada seorang wanita yang berumur 25 tahun intervensi
keperawatan pada diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah monitor status
homeodinamik meliputi nadi dan tekanan darah, monitor asupan dan pengeluaran, moniter
adanya data laboratorium terkait dengan kehilangan darah (hemoglobin), dukung asupan
cairan oral, berikan produk darah yang diresepkan oleh dokter. Secara umu tujuan
keperawatan pada pasien yang mengalami perfusi pada jaringan perifer yang tidak efektif
tergantung pada batasan karakteristik pada masing-masing individu. Dipilih outcome ini
karena pada pasien memiliki data yang mendukung seperti pasien mengeluh lemah,
konjungtiva pucat, dan ektermitas teraba dingin. Diagnose kedua adalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh maka dipilih intervensi seperti menentukan status gizi
pasien dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi, identifikasi adanya alergi makanan
yang dimiliki pasien, anjurkan pasien untuk makan pada porsi yang sedikit dan sering.
Intervensi ini cocok untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi. Diagnosa ketiga
adalah deficit perawatan diri :mandi dengan intervensi yang dipilih seperti pertimbangan usia
pasien saat mempromosikan aktivitas perawatan diri, intervensi ini dipilih untuk melatih
kemandirian pasien dalam beraktivitas karena pasien tidak merasa pusing saat beraktivitas.

3.5 Implementasi

 Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai


Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
 Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
 Anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien
melakukan aktifitas semampunya tanpa memaksakan diri
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki
stamina tanpa kelemahan.
 Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit dan kondisinya sekarang
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
 Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanannya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
 Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

3.6 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik atau terencana tentang kesehatan


pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, dan keluarga, serta tenaga medis lainnya

Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah

1. Infeksi tidak terjadi


2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3. Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan ambulasi atau aktivitas
4. Peningkatan perfusi jaringan
BAB IV

HASIL PENELITIAN TERKAIT PENATALAKSANAAN ANEMIA

1. Tata Laksana Anemia

 Anemia (yang tidak berat)


Anak (umur<6 tahun) menderita anemia jika kadar Hb <9,3 g/dl.
 Beri pengobatan di rumah dengan zat besi (tablet besi/folat atau sirup setiap
hari) selama 14 hari.
 Minta orang tua anak untuk datang lagi setelah 14 hari.
 Jika anak berumur >2 tahun dan belum mendaptkan mebendazol dalam kurun
waktu 6 bulan, berikan satu dosis mebendazol (500mg) untuk kemungkinan
adanya infeksi cacing cambuk atau cacing pita.
 Ajari ibu mengenai praktik pemberian makan yang baik.

2. Anemia Berat

Beri transfuse darah sesegera mungkin

 Semua anak dengan kadar Ht<12% atau H<5g/dl


 Periksa frekuensi napas dan denyut nadi anak setiap 15 menit. Jika mengalami
peningkatan, lambatkan transfusi.
 Bila setelah transfusi, kadar Hb masih tetap sama dengan sebelumnya,
 Pada anak dengan gizi buruk, kelebihan cairan merupakan komplikasi yang umum
terjadi dan serius. Berikan komponen sek darah merah atau darah utuh, 10 ml/kgBB
(bukan 20 ml/kgBB) hanya sekali dan jangan ulangi transfusi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin
atau hematokritdibawah normal. Klasifikasi anemia dibagi menjadi 5 yaitu anemia mikrositik
hipokrom, anemia makrositik, anemia perdarahan, anemia hemolitik, anemia aplastik.
DAFTAR PUSTAKA

Hilman RS, Ault KA.Iron Deficiency Anemia. Hematology in clinical practice. A Guide to
diagnosis and management New York:McGraw HILL,1995:72-85

Doenges, Mariliynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan, Jakarta : EGC

Bruner dan suddart. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 1. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai