Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya pada kelompok kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan PBL modul
Anemia sistem hematologi tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin ya
robbal alamin.
Laporan ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas wajib yang dilakukan setelah
selesai membahas kasus PBL. Pembuatan laporan inipun bertujuan agar kita bisa mengetahui
serta memahami mekanisme serta aspek lain tentang sistem hematologi.
Terimakasih kami ucapkan pada tutor kami dr.Airiza yang telah membantu kami dalam
kelancaran pembuatan laporan ini. Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam mencari informasi, mengumpulkan data dan menyelesaikan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami pada khususnya dan bagi pada
pembaca pada umumnya.
Laporan kami masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk menambah kesempurnaan
laporan kami.
A. Latar Belakang
Modul Anemia diberikan pada mahasiswa semester tiga yang mengambil mata
kuliah sistem Hematologi. Masalah yang ada di modul Anemia ini adalah
merupakan bagian dari pembelajaran sistem Hematologi yang terdiri dari
beberapa unit yang masing-masing membicarakan tentang gangguan pada
sistem Hematologi. Mahasiswa diharapkan dapat mengerti secara menyeluruh
tentang konsep dasar mekanisme penyakit yang akan didiskusikan.
B. Tujuan Pembelajaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Skenario
Seorang wanita umur 30 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan cepat lelah dan lemah.
Disaat bersepeda pernah mau pingsan.Sering demam, dan mimisan. Menurut keluarganya dia
terlihat lebih pucat dari biasanya. Setelah pemeriksaan fisik ditemukan anemia dan sclera
sedikit ikterik.
Kata Sulit
1. sclera = bagian pelindung mata yang berwarna putih dibagian luar bola mata
2. ikterik = perubahan warna kulit menjadi kuning, selaput lendir dan bagian putih pada bola
mata yang disebabkan peningkatan jumlah bilirubin pada darah
Kata/Kalimat Kunci
1. wanita, 30 tahun.
2. Keluhan cepat lelah, lemah, terlihat lebih pucat dari biasanya, sering demam dan
mimisan.
Pertanyaan
1. Jelaskan komponen darah dan fungsinya serta jelaskan struktur dan fungsi
membran sel darah ? (Dona)
4. Sebutkan dan jelaskan zat gizi essensial yang berkaitan dengan anemia?
(Grisel)
PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume serta 5 liter pada
wanita dan 5,5 liter pada pria.darah terdiri dari 3 jenis elemen selular khusus.
Eritrosit (sel darah merah)
Leukosit (sel darah putih)
Trombosit (keeping darah)
Eritrosit dan leukosit adalah sel utuh sertakan trombosit adalah fragmen atau
potongan sel.
ERITROSIT
Setiap milliliter darh mengandung sekitar 5 milyar eritrosit,secara merata ,yang secara klinis
sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah sebagai 5 juta sel per milliliter kubik.
Fungsi
berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang
belakang.
Struktur eritrosit
Eritrosit adalah sel datar berbentuk piringan yang mencekung dibagian tengah dikedua
sisi,seperti donat dengan bagian tengah menggepeng bukan lubang (yaitu eritrosit adalah
piringan bikonkaf). Ciri anatomic terpenting yang memungkinkan SDM mengangkut O2
adalah adanya hemoglobin didalamnya.
Hemoglobin
Hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen.Hemoglobin akan mengambil
oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati
pembuluh kapiler.karena kandungan besinya maka hemoglobin tampak kemerahan jika
berikatan dengan O2 dan keunguan jika mengalmi deoksigenasi.karena,itu adalah darah arteri
yang teroksigenasi penuh akan berwarna merah dan darah vena yang telah kehilangan
sebagian dari kandungan O2nya di tingkat jaringan,memiliki rona kebiruan.
Tidak adanya nucleus dan organel
Untuk memaksimalkan kandungan hemoglobinya,satu eritrosit dipenuhi oleh lebih dari 250
juta molekul hemoglobin,menyinkirkan hamper semua organel yang lain.sel darah merah
tidak mengandung nucleus,organel,ribosom.selama perkembangan sel,struktur-struktur ini
dikeluarkan untuk menyediakan ruang lebih banyak bagi hemoglobin.karena itu,SDM
terutama adalah satu kantung penuh hemoglobin yang dibungkus oleh membrane plasma.
LEUKOSIT
Adalah satuan mobile pada system pertahanan tubuh. Imunotas adalah kemampuan tubuh
menahan atau menyingkirkan benda asing yang berpotensi merugikan atau sel
abnormal.leukosit dan turunanya bersama berbagai protein plasma membentuk system
imun.suatu pertahanan internal yang mengenali dan menghancurkan atau menetralkan benda-
benda dalam tubuh yang asing bagi diri normal. Jumlah sel pada orang dewasa berkisar
antara 6000 9000 sel/cc darah.
Fungsi
Fungsi utama leukosit adalah sebagai agen pertahanan di luar darah.untuk melaksanakan
fungsinya,leukosit umumnya menggunakan strategi cari dan hancurkan yaitu,sel-sel ini
pergi ketempat invasi atau kerusakan jaringan.penyebab utama SDP berada didalam darah
adalah agar cepat diangkut dari tempat produksi atau penyimpananya ketempat manapun
yang membutuhkan.
Jenis-jenis leukosit
Granulosit
Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki butir-butir kasar (granula).
Jenisnya adalah eosinofil, basofil dan netrofil.
Agranulosit
Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granola. Jenisnya adalah limfosit dan monosit.
Eosinofil
mengandung granola berwama merah (Warna Eosin) disebut juga Asidofil. Berfungsi pada
reaksi alergi (terutama infeksi cacing).
Basofil
mengandung granula berwarna biru (Warna Basa). Berfungsi pada reaksi alergi.
Netrofil
(ada dua jenis sel yaitu Netrofil Batang dan Netrofil Segmen). Disebut juga sebagai sel-sel
PMN (Poly Morpho Nuclear). Berfungsi sebagai fagosit.
Limfosit
(ada dua jenis sel yaitu sel T dan sel B). Keduanya berfungsi untuk menyelenggarakan
imunitas (kekebalan) tubuh.
sel T4 = imunitas seluler
sel B4 = imunitas humoral
Monosit
merupakan lekosit dengan ukuran paling besar
Disebut pula sel darah pembeku.
Jumlah sel pada orang dewasa sekitar 200.000 500.000 sel/cc.
Di dalam trombosit terdapat banyak sekali faktor pembeku (Hemostasis) antara lain adalah
Faktor VIII (Anti Haemophilic Factor)
Jika seseorang secara genetis trombositnya tidak mengandung faktor tersebut, maka orang
tersebut menderita Hemofili.
TROMBOSIT
Keping darah, lempeng darah, trombosit (en:platelet, thrombocyte adalah sel anuclear
nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan bentuk tak beraturan dengan
ukuran diameter 2-3 m[1] yang merupakan fragmentasi dari megakariosit.[2]. Keping darah
tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam proses
pembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma keping darah normal
berkisar antara 150.000-400.000 keping/mm, nilai dibawah rentang tersebut dapat
menyebabkan pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan
risiko trombosis. Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti,
berukuran lebih kecil dari eritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.
Fungsi
trombosit inilah yang sangat berjasa dalam pembekuan darah. Saat ada jaringan pembuluh
darah yang rusak, baik itu di bagian dalam maupun luar tubuh, trombosit akan menggumpal
dan saling melekat satu sama lain. Dalam trombosit juga terdapat enzim yang berpengaruh
dalam pembuatan benang-benang fibrin, benang yang juga menjadi salah satu bahan untuk
pembekuan darah.
2. Jelaskan proses hematopoiesis?
HEMATOPOIESIS
Hematopoiesis atau hemopoiesis ialah pembentukan darah. Tempat hemopoesis pada
manusia berpindah-pindah sesuai dengan umur :
Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum
tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
Sel induk hemopoetik ialah sel-sel yang akan berkembang menjadi sel-sel darah,
termasuk eritrosit, lekosit, trombosit, dan juga beberapa sel dalam sumsum tulang seperti
fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem cell.
a. Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan pernah habis
meskipun terus membelah;
b. Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
c. Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan fungsi-
fungsi tertentu.
Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk
tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :
a. Menyediakan nutrisi dan bahan hemopoesis yang dibawa oleh peredaran darah mikro
dalam sumsum tulang.
b. Komunikasi antar sel (cell to cell communication), terutama ditentukan oleh adanya
adhesion molecule.
c. Menghasilkan zat yang mengatur hemopoesis : hematopoietic growth factor, cytokine,
dan lain-lain.
a. Asam folat dan vitamin B12 : merupakan bahan pokok pembentuk inti sel.
d. Asam amino.
4. Mekanisme regulasi
Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan sel
dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum
tulang dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang
berlebihan ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Zat-zat
yang berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah :
b. Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9,
IL-9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti
limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-sel penunjang, seperti
fibroblast dan endotil. Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel induk
(stimulatory cytokine), sebagian lagi menekan pertumbuhan sel induk (inhibitory
cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini sangat menentukan proses hemopoesis
normal.
c. Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin : merupakan hormon yang dibentuk
diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
d. Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti :
Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme
umpan balik yang dapat merangsang hemopoesisjika tubuh kekurangan komponen darah
(positive loop) atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu
(negative loop).
ERITROPOIESIS
12
Setiap orang memproduksi sekitar 10 eritrosit baru tiap hari melalui
proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis
berjalan dari sel induk menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali
pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel
besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah dan nucleoli, serta
kromatin yang sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan
terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah
pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung sejunlah hemoglobin yang
makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma, warna
sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus
yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti
akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut didalam sumsum tulang dan
menghasilkan stadium retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA
ribosom dan masih mampu mensintesis hemoglobin.
Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2
hari dalam sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari
sebelum menjadi matur, terutama berada di limpa, saat RNA hilang
seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya, adlah cakram
bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit
matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila
eritropoiesis terjadi diluar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan
juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak
ditemukan dalam darah tepi manusia yang normal.
GRANULOPOIESIS
Stem sel
Promyelocyte
o Nukleus yang relatif besar
o Sitoplasma basopilik
Myelocytes, terbagi menjadi 3 berdasarkan pewarnaan granul di dalam
sitoplasma:
o Basophilic myelocytes
o Neutrophilic myelocytes
o Eosinophilic myeloytes
Metamyelocytes
o Granul menjadi terkonsentrasi di dalam sel
o Inti sel mulai berlobus
o Menghasilkan:
Matur basophil
Matur eosinophil
Sel pita
Sel pita adalah neutrofil imatur yang berkembang di dalam sumsum tulang yang
selanjutnya inti selnya akan berlobus.
MONOSITOPOIESIS
LIMFOSITOPOIESIS
Limfositopoiesis merupakan pembentukan limfosit dalam sumsum tulang dan
limfonodus dan limfa. Limfositopoiesis di bagi menjadi 3 kelas besar: sel B, sel T, dan sel
NK
Diferensiasinya:
Sel B
o Early pre-B cell
o Pre-B cell
o Immature B cell
o Mature B cell
Sel T
o Pre-T cell
o Early thymocytes
o Intermediet thymocytes
o Lates thymocytes
o Mature T cell
TROMBOSITOPOIESIS
ANEMIA
DEFINISI ANEMIA
Berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin, dan volume packed red cells (hematokrit) per 100 ml darah. Penurunan
jumlah massa eritrosit sehinngah tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam junmlah yang cukup ke jaringan perifer. Atau keadaan dimana sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah dibawah normal.
ETIOLOGI ANEMIA
Anemia hanyalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh bermacam penyebab.
Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1.) Gangguan pembentukan eritrosit oleh
sumsum tulang; 2.) Kehilangan darah keluar tubuh (pendarahan); 3.) Proses
penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
C. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular
a. Gangguan membrane eritrosit (membranopati)
b. Gangguan enzim eritrosit (enzimopati): anemia akibat defisiensi G6PD
c. Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
- Thalassemia
- Hemoglobinopati structural: HbS, HbE, dll
2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler
a. Anemia hemolitik autoimun
b. Anemia hemolitik mikroangiopatik
c. Lain-lain
D. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan pathogenesis yang kompleks
Gejala umum anemua adalah gejala yang timbul pada setiap kasus anemua, apapun
penyebabnya, apabila timbul karena: 1.) Anoksia organ; 2.) Mekanisme kompensasi tubuh
terhadap berkurangnya daya angkut oksigen.
Gejala umum anemia menjadi jelas (anemia simtomatik) apabila kadar hemoglobin telah
turun di bawah 7 g/dl. Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada: a) Derajat
penurunan hemoglobin; b.) Kecepatan penurunan hemoglobin; c.) Usia; d.) Adanya kelainan
jantung atau paru sebelumnya.
Gejala umum gejala anemia, disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena
iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan
kadar hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan
hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7 g/dl). Sindrom anemia terdiri dari rasa
lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kaki terasa
dingin, sesak napas dan dyspepsia. Pada pemeriksaan, pasien tampak pucat, yang
mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di bawah
kuku. Sindrom anemia bersifat tidak spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit
di luar anemia dan tidak sensitive karena timbul setelah penurunan hemoglobin yang
berat.
Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia sangat bervariasi
tergantung dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala akibat infeksi cacing
tambang: sakit perut, pembengkakan parotis, dan warna kuning pada telapak tangan.
Pada kasus tertentu sering gejala penyakit dasar lebih dominan, seperti misalnya pada
anemia akibat penyakit kronik oleh karena arthritis rheumatoid.
Meskipun tidak spesifik, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting pada kasus
anemia untuk mengerahkan diagnosis anemia. Tetapi pada umumnya diagnosis
anemia memerlukan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan darah seri anemia meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung retikulosit,
dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatic hematology analyzer
yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih baik.
Pemeriksaan Khusus
Anemia defisiensi besi : serum iron. TIBC (total iron binding capacity), saturasi
transferin, protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor transferin dan pengecatan besi
pada sumsum tulang.
Anemia megaloblastik : folat serum, vitamin B12 serum, tes supresi deoksiuridin dan
tes Schiling.
Anemia hemolitik : bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis hemoglobin dan lain-
lain.
PENDEKATAN TERAPI
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi pada pasien anemia
adalah: 1) Pengobatan hendaknya diberikan berdasarkan diagnosis definitive yang
telah ditegakkan terlebih dahulu; 2) Pemberian hematinik tanpa indikasi yang jelas
tidak dianjurkan; 3) Pengobatan anemia dapat berupa: a) Terapi untuk keadaan darurat
seperti misalnya pada pendarahan akut akibat anemia aplastik yang mengancam jiwa
pasien, atau pada anemia pasca pendarahan akut yang disertai gangguan
hemodinamik, b) Terapi suportif, c) Terapi yang khas untuk masing-masing anemia,
d) Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut;
4) Dalam keadaan di mana diagnosis definitive tidak dapat ditegakkan, kita terpaksa
memberikan terapi percobaan (terapi ex juvantivus). Di sini harus dilakukan
pemantauan yang ketat terhadap respon terapi dan perubahan perjalanan penyakit
pasien dan dilakukan evaluasi terus-menerus tentang kemungkinan perubahan
diagnosis; 5) Transfusi diberikan pada anemia pasca pendarahan akut dengan tanda-
tanda gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik transfuse hanya diberikan jika
anemia bersifat simptomatik atau adanya ancaman payah jantung.
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
ANEMIA APLASTIK
Gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk di sumsum tulang, yang sel-sel
darahnya diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi. Dapat bersifat kongenital,
idiopatik (penyebabnya tidak diketahui), atau sekunder akibat penyebab-penyebab
industri atau virus. Individu dengan anemia aplastik mengalami pansitopenia
(kekurangan semua jenis sel-sel darah). Secara morfologis, SDM terlihat normositik
dan normokromik, jumlah retikulosit rendah atau tidak ada, dan biopsi sumsum tulang
menunjukkan keadaan pungsi kering dengan hipoplasia dan penggantian dengan
jaringan lemak. Penyebab-penyebab sekunder anemia aplastik (sementara atau
permanen) diantaranya adalah :
3. Terapi radiasi
4. Antibiotik tertentu
6. Zat-zat kimia seperti benzen, pelarut organik, dan insektisida (agen yang diyakini
merangsang sumsum tulang secara langsung)
Tanda dan gejalanya meliputi anemia, disertai kelelahan, kelemahan, dan napas
pendek saat latihan fisik. Tanda dan gejala lain diakibatkan oleh defisiensi
trombosit dan sel-sel darah putih. Defisiensi trombosit dapat menyebabkan (1)
ekimosis dan petekie (perdarahan di dalam kulit), (2) epistaksis (perdarahan
hidung), (3) perdarahan saluran cerna, (4) perdarahan saluran kemih dan kelamin,
(5) perdarahan sistem saraf pusat. Defisiensi sel darah putih meningkatkan dan
kerentanan dan keparahan infeksi, termasuk infeksi bakteri, virus, dan jamur.
Anemia aplastik didapat seringkali bermanifestasi yang khas, dengan onset hitung
darah yang rendah secara mendadak pada dewasa muda yang terlihat normal;
hepatitis seronegatif atau pemberian obat yang salah dapat pula mendahului onset
ini. Diagnosis pada keadaan seperti ini tidak sulit. Biasanya penurunan hitung
darah moderat atau tidak lengkap, akan menyebabkan anemia, leucopenia, dan
thrombositopenia atau dalam beberapa kombinasi tertentu.
Aplasia berat disertai penurunan (kurang dari 1%) atau tidak adanya retikulosit,
jumlah granulosit kurang dari 500/mm3 dan jumlah trombosit kurang dari 20.000
menyebabkan kematian akibat infeksi dan/atau perdarahan dalam beberapa minggu
atau beberapa bulan. Sepsis adalah penyebab tersering dari kematian tersebut.
Epidemiologi
Insiden terjadinya anemia aplastik didapat di Eropa dan Israel adalah dua kasus per 1
juta populasi setiap tahunnya. Di Thailand dan Cina, angka kejadiannya yaitu lima
hingga tujuh orang per satu juta populasi. Pada umumnya, pria dan wanita memiliki
frekuensi yang sama. Distribusi umur biasanya biphasic, yang berarti puncak
kejadiannya pada remaja dan puncak kedua pada orang lanjut usia.
Pada individu muda dengan anemia aplastik berat yang sekunder akibat kerusakan sel
induk, diindikasikan untuk melakukan transplantasi sel induk alogenik dengan donor
yang cocok (saudara kandung dengan histocompatible leucocyte antigens [HLA]
manusia yang cocok). Pada pasien yang lebih tua dengan anemia aplastik atau kasus
yang diyakini dimediasi secara imunologis, antibody yang mengandung globulin
antihimosit (ATG) terhadap sel T digunakan bersama dengan kortikosteroid dan
siklosporin.
Manifestasi Klinik
Riwayat/Anamnesis
Anemia aplastik dapat muncul dengan mendadak atau memiliki onset yang
berkembang dengan cepat. Perdarahan merupakan gejala awal yang paling sering
terjadi; keluhan mudah terjadi memar selama beberapa hari hingga minggu, gusi yang
berdarah, mimisan, darah menstruasi yang berlebihan, dan kadang-kadang peteki.
Adanya thrombositopenia, perdarahan massif jarang terjadi, namun perdarahan kecil
pada sistem saraf pusat dapat berbahaya pada intracranial dan menyebabkan
perdarahan retina. Gejala anemia juga sering terjadi termasuk mudah lelah, sesak
napas, dan tinnitus pada telinga. Infeksi merupakan gejala awal yang jarang terjadi
pada anemia aplastik (tidak seperti pada agranulositosis, dimana faringitis, infeksi
anorektal, atau sepsis sering terjadi pada permulaan penyakit). Gejala yang khas dari
anemia aplastik adalah keterbatasan gejala pada sistem hematologist dan pasien sering
merasa dan sepertinya terlihat sehat walaupun terjadi penurunan drastis pada hitung
darah. Keluhan sistemik dan penurunan berat badan sebaiknya mengarahkan
penyebab pasitopenia lainnya. Adanya pemakaian obat sebelumnya, paparan zat
kimia, dan penyakit infeksi virus sebelumnya mesti diketahui. Riwayat kelainan
hematologis pada keluarga dapat mengindikasikan penyebab konstitusional pada
kegagalan sum-sum.
Pemeriksaan Fisik
Peteki dan ekimosis sering terjadi dan perdarahan retina dapat ditemukan.
Pemeriksaan pelvis dan rectal tidak dianjurkan namun jika dikerjakan, harus dengan
hati-hati dan menghindari trauma; karena pemeriksaan ini biasanya menyebabkan
perdarahan dari servikal atau darah pada tinja. Kulit dan mukosa yang pucat sering
terjadi kecuali pada kasus yang sangat akut atau yang telah menjalani transfusi.
Infeksi pada pemeriksaan pertama jarang terjadi namun dapat timbul jika pasien telah
menjadi simptomatik setelah beberapa minggu. Limfadenopati dan splenomegaly juga
tidak sering terjadi pada anemia aplastik. Bintik Caf au lait dan postur tubuh yang
pendek merupakan tanda anemia Fanconi; jari-jari yang aneh dan leukoplakia
menandakan dyskeratosis congenita.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Apusan menunjukkan eritrosit yang besar dan kurangnya platelet dan granulosit.
Mean corpuscular volume (MCV) biasanya meningkat. Retikulosit tidak ditemukan
atau kurang dan jumlah limfosit dapat normal atau sedikit menurun. Keberadaan
myeloid immature menandakan leukemia atau MDS; sel darah merah yang bernukleus
menandakan adanya fibrosis sum-sum atau invasi tumor; platelet abnormal
menunjukkan adanya kerusakan perifer atau MDS.
Sumsum Tulang
Sumsum tulang biasanya mudah diaspirasi namun menjadi encer jika diapuskan dan
biopsi specimen lemak terlihat pucat pada pengambilan. Pada aplasia berat, apusan
dari specimen aspirat hanya menunjukkan sel darah merah, limfosit residual, dan sel
strome; biopsi (dimana sebaiknya berukuran >1 cm) sangat baik untuk menentukan
selularitas dan kebanyakan menunjukkan lemak jika dilihat dibawah mikroskop,
dengan sel hematopoetik menempati sumsum yang kosong, sedangkan hot-spot
hematopoiesis dapat pula terlihat pada kasus yang berat. Jika specimen pungsi krista
iliaka tidak adekuat, sel dapat pula diaspirasi di sternum. Sel hematopoietik residual
seharusnya mempunyai morfologi yang normal, kecuali untuk eritropoiesis
megaloblastik ringan; megakariosit selalu sangat berkurang dan biasanya tidak
ditemukan. Sebaiknya myeloblast dicari pada area sekitar spikula. Granuloma (pada
specimen seluler) dapat mengindikasikan etiologi infeksi dari kegagalan sum-sum.
Diagnosis
Diagnosis anemia aplastik biasanya dilakukan dengan cepat, berdasar dari kombinasi
pansitopenia dengan sum-sum tulang kosong dan berlemak. Anemia aplastik
merupakan penyakit dewasa muda dan sebaiknya menjadi diagnosis utama pada
seorang remaja atau dewasa yang mengalami pansitopenia. Jika yang terjadi adalah
pansitopenia sekunder, diagnosis utama biasanya ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisis : pembesaran limpa seperti pada sirosis alkoholik, riwayat
metastasis kanker, atau sistemik lupus eritematosus, atau tuberculosis miliar pada
gambaran radiology.
Masalah diagnosis dapat timbul dengan gambaran penyakit yang atipikal dan merata.
Dimana pansitopenia sangat umum terjadi, beberapa pasien dengan hiposelularitas
pada sumsum memiliki penurunan hanya pada satu atau dua dari tiga jenis sel darah,
seringkali memperlihatkan perkembangan menjadi anemia aplastik yang jelas.
Sumsum tulang pada anemia aplastik sulit dibedakan secara morfologis dengan
aspirat pada penyakit didapat. Diagnosis dapat dipengaruhi oleh riwayat keluarga,
hitung jenis darah yang abnormal, atau keberadaan dari anomali fisik yang terkait.
Anemia aplasia lebih sulit dibedakan dari variasi hiposeluler dari MDS : MDS
ditandai dengan penemuan abnormalitas morfologis, terutama megakariosit dan sel
bakal myeloid, dan abnormalitas sitogenik tipikal.
Prognosis
Sifat alami dari perkembangan anemia aplastik adalah penurunan kesehatan dan
kematian. Persiapan sel darah merah dan kemudian transfusi sel darah putih serta
antibiotic platelet terkadang berguna, namun hanya segelintir pasien memperlihatkan
penyembuhan spontan. Penentu utama prognosis adalah hitung darah, beratnya
penyakit diindikasikan oleh dua dari tiga parameter ini : hitung netrophil absolute
<500/l,>
Pada individu muda dengan anemia aplastik berat yang sekunder akibat kerusakan sel
induk, diindikasikan untuk melakukan transplantasi sel induk alogenik dengan donor
yang cocok (saudara kandung dengan histocompatible leucocyte antigens [HLA]
manusia yang cocok). Pada pasien yang lebih tua dengan anemia aplastik atau kasus
yang diyakini dimediasi secara imunologis, antibody yang mengandung globulin
antihimosit (ATG) terhadap sel T digunakan bersama dengan kortikosteroid dan
siklosporin.
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Kebutuhan minimal folat sehari kira-kira 50 mg. Sumber yang paling banyak
adalah daging merah, seperti, hati dan ginjal, serta sayuran berdaun hijau. Selain
gejala-gejala anemia yang telah dijelaskan, pasien-pasien anemia megaloblastik
sekunder akibat defisiensi folat dapat terlihat malnutrisi dan mengalami glositis berat
(lidah meradang, nyeri), diare, dan kehilangan nafsu makan. Kadar folat serum
menurun (kurang dari 4ng/ml). Jumlah retikulosit biasanya menurun disertai
penurunan hematokrit dan hemoglobin.
Etiologi
Penyebab anemia megaloblastik adalah sebagai berikut :
b. Malabsopsi
Dewasa
(naomisin,etanol,KCL)
Anak-anak
a. Asupan kurang
b. Peningkatan kebutuhan
berikut ini :
a. defisiensi enzim congenital
Patofisiologi
Timbulnya mebaloblas adalah akibat gangguan maturasi sel karena terjadi gangguan
sintesis DNA sel-sel eritroblast akibat defisiensi asam folat dan vitamin B12, diman
vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA onti sel dan secara
khusus untuk vitamin B12 penting dalam pembentukan mielin. Akibat gangguan
sintesis DNA pada inti eritoblas ini, maka meturasi ini lebih lambat sehingga kromatin
lebih longgar dan sel menjadi lebih besar Karena pembelahan sel yang lambat. Sel
eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta susunan kromatin yang lebih longgar
di sebut sebagai sel megaloblast. sel megaloblast ini fungsinya tidak
normal,dihancurkan saat masih dalam sumsum tulang sehingga terjadi eritropoesis
inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek yang berujung pada terjadinya anemia.
Manifestasi Klinis
Semua pasien ini memiliki temuan khas anemia megaloblastik bersama dengan nyeri
lidah. Gejala defisiensi asam folat dan vitamin B12 hampir mirip, dan kedua anemia
ini dapat terjadi bersama. Tetapi manifestasi neurologist defisiensi asam folat dan
akan menetap bila tidak diberikan tambahan vitamin B12. maka harus dibedakan
dengan teliti antara kedua bentuk anemia tersebut. Kadar serum kedua vitamin
tersebut dapat di ukur.
Gejala klinis yang biasanya muncul pada anemia megaloblastik adalah sebagai berikut
:
4. Glositis dengan lidah berwarna merah, halus, seperti daging (buff tongue),
berikut:
- Neuropati perifer
Gangguan posisi,vibrasi
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Tepi :
trombositopenia
2. Sumsum Tulang:
megaloblas basofil).
Penatalaksanaan
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12. vegetarian dapat di
cegah atau di tangani dengan penambahan vitamin per oral atau melalui susu kedelai
yang diperkaya. Apabila defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik,dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Pada awalnya, B12 diberikan tiap hari, namun kemudian kebanyakan pasien dapat
ditangani dengan pemberian vitamin b12 100 gram IM tiap bulan, cara ini dapat
menimbulkan penyembuhan dramatis pada pasien yang sakit berat. Hitung retikulasi
meningkat dalam beberapa hari. Manifestasi neurorologis memerlukan waktu lebih
lama untuk sembuh,apabila terdapat neuropati berat, paralisis dan inkontinensia,
pasien mungkin tidak dapat sembuh secara penuh.
1. Terapi suportif
Diberikan asam folat 1-5 mg/hari per oral selama empat bulan, asal
Selain tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anemia, penderita defisiensi
yang berat mempunyai rambut yang rapuh dan halus serta kuku tipis, rata, mudah
patah dan sebenarnya berbentuk sendok (koilonikia). Selain itu, atrofi papilla lidah
mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging, meradang, dan
sakit. Dapat juga timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa
sakit di sudut-sudut mulut.
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir normal
dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sedian hapus darah perifer, eritrosit mikrositik
dan hipokrom (MCV dan MCHC berkurang, dan MHC berkurang) disertai
poikilositosis dan anisositosis. Jumlah retikulosit mungkin normal atau berkurang.
Kadar besi berkurang walaupun kapasitas mengikat besi serum total meningkat.
Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan
penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat
perdarahan aktif yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan, dan hemoroid;
perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau
individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirasi dalam jumlah
besar. Walaupun modifikasi diet dapat menambah besi yang tersedia (misalnya, hati),
masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan
mengembalikan persediaan besi. Besi tersedia dalam bentuk parenteral atau oral.
Sebagian besar penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa-senyawa oral
seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif, sebab
harganya mahal dan mempunya insidens besar terjadi reaksi yang merugikan.
ANEMIA HEMOLITIK
Pengertian
Anemia hemolitik adalah anemia karena hemolisis, kerusakan abnormal sel-sel darah
merah (sel darah merah), baik di dalam pembuluh darah (hemolisis intravaskular) atau
di tempat lain dalam tubuh (extravascular)..
Etiologi
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu faktor intrinsik
& faktor ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu sendiri sel eritrosit.
Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Sferositosis
Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh kelainan membran
eritrosit. Kadang-kadang penyakit ini berlangsung ringan sehingga sukar dikenal.
Pada anak gejala anemianya lebih menyolok daripada dengan ikterusnya, sedangkan
pada orang dewasa sebaliknya. Suatu infeksi yang ringan saja sudah dapat
menimbulkan krisis aplastik
Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang telah lama menderita
kelainan ini. Pada 40-80% penderita sferositosis ditemukan kolelitiasis.
Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval (lonjong). Dalam keadaan
normal bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan
secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya tidak seberat
sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan radiologis tulang. Splenektomi
biasanya dapat mengurangi proses hemolisis dari penyakit ini.
A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang menyebabkan umur eritrosit
tersebut menjadi pendek. Diduga kelainan bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh
kelainan komposisi lemak pada dinding sel.
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah, misalnya pada
panmielopatia tipe fanconi.
Defisiensi Glutation
Defisiensi Piruvatkinase
Defisiensi Heksokinase
c. Hemoglobinopatia
Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobinnya (95%),
kemudian pada perkembangan selanjutnya konsentrasi HbF akan menurun, sehingga
pada umur satu tahun telah mencapai keadaan yang normal
Sebenarnya terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan hemoglobin ini, yaitu:
2. Faktor Ekstrinsik :
Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang dibentuk
oleh tubuh sendiri.
Patofisiologi
Hemolisis adalah acara terakhir dipicu oleh sejumlah besar diperoleh turun-temurun
dan gangguan. etiologi dari penghancuran eritrosit prematur adalah beragam dan
dapat disebabkan oleh kondisi seperti membran intrinsik cacat, abnormal hemoglobin,
eritrosit enzimatik cacat, kekebalan penghancuran eritrosit, mekanis cedera, dan
hypersplenism.Hemolisis dikaitkan dengan pelepasan hemoglobin dan asam laktat
dehidrogenase (LDH). Peningkatan bilirubin tidak langsung dan urobilinogen berasal
dari hemoglobin dilepaskan.
Manifestasi Klinis
Kadang kadang Hemolosis terjadi secara tiba- tiba dan berat, menyebabkan krisis
hemolotik, yang menyebakan krisis hemolitik yang di tandai dengan:
Demam
Mengigil
Perasaan melayang
Penurunan tekana darah yang berarti
Pemeriksaan Diagnostik
Lebih dari 200 jenis anemia hemolitik ada, dan tiap jenis memerlukan perawatan
khusus. Oleh karena itu, hanya aspek perawatan medis yang relevan dengan sebagian
besar kasus anemia hemolitik yang dibahas di sini.
1. Terapi transfusi
2. Menghentikan obat
Penisilin
Sefalotin
Ampicillin
Methicillin
Kina
Quinidine
Jawab :
Defisiensi
Defisiensi vitamin B12 biasanya terjadi karena kekurangan factor intrinsik yang
diperlukan untuk penyerapannya. Keadaan ini dapat terlihat pada orang-orang yang
sekresi lambungnya terganggu, atau pada orang yang mengalami gastrektomi total.
Zat besi
Zat besi diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, yaitu suatu konstituen dari sel-
sel darah merah. Hemogloblin memegang peranan penting dalam pengangkutan
oksigen serta karbon dioksida antara paru-paru dan jaringan. Hemogloblin ini juga
memberikan warna merah pada darah, disamping dalam hemogloblin, zat besi juga
ditemukan dalam pigmen otot, myoglobin. Zat besi juga menjadi konstituen pada
banyak system enzim. 0,5 g hingga 1gm zat besi tersimpan dalam bentuk ferritin
dalam hati, lien dan sumsum tulang. Zat besi ini dipakai untuk mengembalikan kadar
hemoglobin kepada nilai normalnya setelah terjadi perdarahan.
Defisiensi
Zat besi yang tidak mencukupi bagi pembentukan sel darah akan mengakibatkan anemia
defisiensi besi.
Kobalt
Kobalt merupakan konstituen vitamin B12 yang diperlukan bagi perkembangan
normal sel-sel darah merah. Sebagian di antara unsur-unsur mineral ini merupakan
unsur esensial tetapi sebagian besar diantaranya masih belum diketahui fungsinya.
Kebutuhan asam folat meningkat pada saat hamil. Anemia megaloblastik yang
kadang-kadang muncul pada saat hamil dan bereaksi terhadap pengobatan dengan
asam folat.
Defisiensi folat kadang-kadang terjadi pada bayi premature, yang menyertai sindrom
mal-absorpsi dan pada orang-orang lanjut usia yang dietnya jelek. Defisiensi
asamfolat dalam diet akan menimbulkan anemia, terutama dijumpai di negara-negara
beriklim tropis.
Tembaga (Cu)
Tembaga bersama-sama zat besi diperlukan untuk mempercepat kesembuhan dari
anemia pada bayi salah gizi di kalangan masyarakat yang menjadimiskin. Dimana
pemberian makanan bayi tergantung hanya pada susu sapi dan sereal. Susu sapi
memiliki kandungan tembaga yang rendah.
5. Jelaskan macam-macam metabolisme sel darah?
Metabolisme eritrosit
a. Jalur Embden-Meyerhof
Dalam rangkaian reaksi biokimia ini, glukosa di metabolisme menjadi laktat. Untuk tiap
molekul glukosa yang dipakai, dihasilkan dua molekul ATP dan dengan demikian dihasilkan
dua ikatan fosfat energi tinggi. ATP menyediakan energi tinggi untuk mempertahankan
volume, bentuk, dan kelenturan eritrosit. Eritrosit mempunyai tekanan osmotik lima kali lipat
plasma dan adanya kelemahan intrinsik membran menyebabkan pergerakan Na+ dan K+
yang terjadi terus menerus. Diperlukan pompa natrium ATPase membran dan pompa ini
menggunakan satu molekul ATP untuk mengeluarkan 3 ion natrium dari sel dan memasukkan
dua ion kalium ke dalam sel.
Sekitar 5% glikolisis terjadi melalui jalur oksidatif ini, dengan perubahan glukosa-6-fosfat
menjadi 6-fosfoglukonat dan kemudian menjadi ribulosa-5-fosfat. NADPH dihasilkan dan
berkaitan dengan glutation yang mempertahankan gugus sulfhidril (SH) tetap utuh dalam sel,
termasuk SH dalam hemoglobin dan membran eritrosit. NADPH juga digunakan oleh
methemoglobin reduktase lain untuk mempertahankan besi hemoglobin dalam keadaan Fe2+
yang aktif secara fungsional. Pada salah satu kelainan eritriosit diturunkan yang sering
ditemukan (yaitu defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase/G6PD), eritrosit sangat rentan
terhadap stres oksidasi.
6. Jelaskan hubungan mimisan, demam dan pingsan pada
anemia?
Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin, dan volume packed red cells (hematokrit) per 100 ml darah. Penurunan jumlah massa
eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam junmlah yang
cukup ke jaringan perifer. Atau keadaan dimana sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel
darah merah dibawah normal.
berkurangnya Hb karena Anemia mengacu penurunan di bawah normal kapasitas darah yang
mengangkut oksigen yangdisebabkan oleh penurunan kecepatan eritropoiesis sehingga kehilangan
eritrositnya berlebihan . karena hilangnya berlebihan sehingga terjadi kurangnya pasokan oksigen .
Eritrosit itu fungsi utamanya mengangkut oksigen dalam darah. Karena kurangnya oksigen tersebut
asupan ke otak berkurang karena berkurangnya asupan maka menyebabkan timbulnya pusing.
Berkurang karena Eritrosit mgkt oksigen dlm darah sehingga terjadinya penurunan kecepatan
eritropoiesis. penurunnan kesadaran jadi hipoksia . hpoksia kekurangan oksigen pd jaringan tubuh.
Suplay oksigen keseluruh jaringan akan berkurang makanya jadi mengakibatkan pusing atau
penurunan kesadaran .
Anemia yang mengakibatkan destruksi sel darah merah berlebihan sehingga sel darah putih jadi kena
imbasnya dan akhirnya manusia gampang pingsan, karna ada hubungan nya dengan demam dan
mimisan karena ada gangguan fungsi pembekuan darah dan adanya kelebihan hilangnya eritrosit.
Dan ketika demam, bisa dikaitkan dengan terjadinya leukositopeni yang bisa menyebabkan tubuh
lebih gampang kena infeksi. Leukosit merupakan komponen sel darah yang fungsinya sebagai
pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk, baik bakteri, virus, jamur atau benda asing
lainnya. Jadinya kalau ada defisit dari leukosit, pertahanan tubuh terhadap agen asing itupun
berkurang.
Akibatnya, tubuh akan rentan terhadap infeksi benda asing yang masuk kedalam tubuh.
sedangkan Mimisan bisa dikaitkan sama trombositopeni, karena fungsi trombosit itu untuk koagulasi.
Dan trombositnya terganggu, jadi kalau terjadi difisiensi eritrosit, tubuh bakal rentan sama gejala-
gejala perdarahan, yang salah satunya kaya epistaksis.Ketika pingsan berarti anemianya sudah sangat
berat.
Pada orang dengan anemia tertentu, biasanya eritrosit dan hemoglobin itu menurun, maka oksigen pun
akan menurun. Kejadian ini bisa berdampak ke metabolisme-metabolisme tubuh yang salah satunya
menyebabkan hipoksia pada otak. Akibatnya pingsan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan dari analisis yang didapat maka penyakit yang sesuai dengan skenario
kasus ini kemungkinan besar adalah ANEMIA HEMOLITIK.
Daftar Pustaka
Antony AC. Megoblastic anemias. In: Hoffman R, Benz EJ, Shattil SS, et al.,
eds. Hematology: Basic Principles and Practice. 5th ed. Philadelphia, Pa: Elsevier
Churchill Livingstone; 2008:chap 39.
Atul Mehta & Victor Hoffbrand, at a glance hematologi edisi kedua, Erlangga,
Jakarta, 2006
Bakta, I Made. 2007. Hematologi klinik ringkas. Jakarta : EGC.
Dewoto, Hedi R. Wardhini B.P, S. 2007 Antianemia Defisiensi dan Eritropoietin.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK UI.
Elizabeth J. Corwin, buku saku patofisiologi, EGC, Jakarta, 2008
Guyton, Arthur C; alih bahasa Irawati, editor Luqman Yanuar Rachman. 2007. Buku
ajar Fisiologi Kedokteran/ Arthur C. Guyton, John E. Hall. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI
HoffBrand A.V, Kapita Selekta Hematologi, edisi VI, 2010.