Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM HEMATOLOGI DHF

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KMB 1

ASKEP DHF

DISUSUN OLEH :

MARIA YUNITA ASUNG

19201036

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhab yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya saya
dapat menyelesaikan makalah keperawatan Medikal Bedah 1 (KMB) yang berjudul “Asuhan
keperawatan pada pasien pada pasien dengan gangguan system hematologi (DHF)”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas matkuliah KMB agar dapat berguna bagi saya dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan saya sebagai mahasiswa keperawatan. Saya
juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa
yang diharapkan. Oleh karena itu saya sangat membutuhkan adanya saran untuk memperbaiki
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI PADA SISTEM HEMATOLOGI

BAB II KONSEP DHF

2.1 Definisi……………………………………………..

2.2 Etiologi……………………………………………….

2.3 Patofisiologi…………………………………………..

2.4 Manifestasi klinik………………………………………

2.5 Komplikasi…………………………………………………..

2.6 Patofisiologi dan patoflodiagram………………………………..

2.7 Pemeriksaan diagnostik………………………………………

2.8 Asuhan keperawatan (teori)…………………………………..

2.9 Discharge planning………………………………………….

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF

3.1 Gambaran kasus………………………………………………

3.2 Pengkajian…………………………………………………..

33. Diagnosa keperawatan (DO dan DS)………………………………..

3.4 Intervensi (NIC dan NOC)…………………………………………

3.5 Implementasi……………………………………………………..

3.6 Evaluasi……………………………………………………………..
BAB IV HASIL PENELITIAN TERKAIT PENATALAKSANAAN DHF

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan……………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM HEAMTOLOGI

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang
membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sy stem transport. Darah
merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma
darah dan bagian korpuskuli. Hematologi juga dikenal sebagai cabang imu kedokteran
mengenai sel darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta
organ pembentuk darah. Darah terdiri atas 3 jenis unsur sel khusus, eritrosit, leukosit, dan
trombosit yang terpendam dalam cairan kompleks plasma. Pergerakan konstan darah sewaktu
mengalir melalui pembuluh darah menyebabkan unsure-unsur sel terbesar relative merata
didalm plasma.

Darah manusia berwarna merah, namun dalam hal ini warna darah ada 2 jenis warna
merah pada manusia. Warna merah terang menandahkan bahwa darah tersebut mengandung
banyak oksigen, sedangkan warna merah tua menandahkan bahwa darah tersebut
mengandung sedikit oksigen atau dalam arti lain mengandung banyak karbondioksida. Warna
merah pada darah disebabkan oleh adanya hemoglobin. Hemoglobin adalah protein
pernafasan (respiratory protein) yang mengandung besi (Fe) dalam bentuk hemoglobin yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah juga mengangkut bahan-
bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke
ginjal untukdibuang sebagai air seni.

Darah memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut :

 Sebagai pembawa zat makanan dari system pencernaan keseluruh sel tubuh
 Mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh
 Mengangkut sisa-sisa metabolisme dari seluruh sel tubuh ke organ-organ ekskresi
(paru-paru).
 Mengangkut hormon dari kelenjar hormone ke organ sasaran
 Memelihara keseimbangan cairan tubuh
 Mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme atau zat asing lain yang
dijalankan oleh sel-sel darah putih
 Memelihara suhu tubuh
Komponen penyusun darah antara lain sebagai berikut:

a. Plasma darah, fungsi plasma darh antara lain:


 Sebagai pelarut bahan-bahan kimia
 Membawa mineral-mineral terlarut seperti glukosa, asam amino, vitamin, CO2,
dan bahan buangan lain
 Menyebarkan panas dari organ yang lebih hangat ke organ yang lebih dingin
 Menjaga keseimbangan antara cairan di dalam sel dan cairan diluar sel. Plasma
darah mengandung protein-protein penting seperti: fibrinogen (pembekuan
darah), globulin (pertahanan tubuh), albumin (membantu aliran darah dan
mengatur tekanan osmosis)
b. Sel darah
1) Sel darah merah (eritrosit)

Anatomi :

 Berbentuk cakram bikonkaf


 Bersifat elastic
 Tidak memiliki inti
 Diameter 8 cm
 Umur eritrosit kurang lebih 120 hari

Fisiologi :

1. Mengangkut O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh tubuh komponen sel darah
merah:

 Membrane eritrosit
 Enzim G6PD
 Hemoglobin

Harga normal Hb:

Pria : 13-16 g%

Wanita : 12-14g%

Anak (6-12 th) :11,5-15,5gr%


Jumlah normal eritrosi:

Pria : 4,5 juta-5,5 juta/mm2

Wanita :4 juta-5 juta/mm2

 Produksi sel darah merah (eritropoiesis)


Adalah proses pembuatan eritrosit pada janin dan bayi. Proses ini berlangsung di
limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa terbatas hanya pada sumsum
tulang
 Mekanisme eritropoiesis
Sel darah berasal dari system hemopoetik pluripoten yang berada pada sumsum
tulang_akan membentuk bermacam-macam sel tepi_membentuk sel stem
commitet/sel ini akan menghasilkan unit pembentuk koloni eritrosit (CFU-GM) –
CFU-E membentuk banyak sel proeritroblas akan membela berkali-kali_banyak sel
darah merah matur yaitu basofil eritroblas / selanjutnya akan berdiferensiasi menjadi
retikulosit dengan sel yang sudah dipenuhi dengan Hb-retikulosit masih
mengandunng sedikit bahan basofilik-bahan basofilik ini akan menghilang dalam
waktu 1-2 hari menjadi eritrosit matur.
 Metabolisme eritrosit
 Umur eritrosit adalah 120 hari
 Eritrosit mati mengalami destruksi di limpa hemoglobin-haem+globin
 Haem-besi+porfirin, zat besi digunakan untuk membentuk eritrosit baru
 Tempat pembuatan sel eritrosit adalah sumsum tulang limpa dan hepar
1. Sel darah putih (leukosit)
Fungsi sebagai pertahnan tubuh dari serangan mikroorganisme.
Macam-macam leukosit antara lain:
a) Granuler (leukosit berganula)
 Neutrophil

Nama lain sel polimorfonuklear (sel PMN)

Anatomi :Inti sel terpisah-pisah

Protoplasmanya banyak bintik-bintik halus/glandula

Granula berisi enzim hidrolisis berwarna ungu pucat.


Fisiologi:punya kemampuan fagositosis untuk memangsa dan menghancurkan bakteri serta
sel-sel tubuh yang mati.

 Eosinofil
Anatomi:
 Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrophil tetapi granula dan
sitoplasmanya lebih besar
 Berwarna merah terang jika diwarnai dengan eosin
 Banyaknya kira-kira 24%
Fisiologi:
 Membunuh parasit
 Membunuh sel-sel kanker
 Berperan dalam reaksi alergi
 Basofil
Anatomi:
 Sel ini kecil dari eosinofil
 Mempunyai inti yang bentuknya teratur
 Didalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar yang berwarna biru
Fisiologi
 Berperan sebagai agen anti alergi
 Menghasilkan histamine
 Mengandung heparin suatu senyawa yang mencegah pembekuan darah didalam
pembuluh darah
b. Agranuler
 Limfosit
Anatomi:
Bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil ,didalam sitoplasmanya tidak terdapat
glandula dan intinya besar ,banyaknya kira-kira 15-20 %
Fisiologi:
Berperan dalam pertahanan tubuh dengan cara membentuk suatu protein yang disebut
antibody
Membunuh dan memakan bakteri yang masuk dalam jaringan tubuh
Macam-macam limfosit
 Sel B membuat antibody yang mengikat pathogen dan menghancurkannya
 Sel T untuk mengkoordinir tanggapan ketahanan menahan bakteri intraseluler
 Sel natural killer sel pembunuh alami dan dapat membunuh sel tubuh yang
tidak menunjukan sinyal
 Monosit
Dikenal sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah sert masuk ke dalam
jaringan
Anatomi:
Berukuran paling besar di antara sel darah putih lainnya ,inti selnya bulat dan panjang
warnannya lembayun muda

Produksiseldarahputih

 Dimulai dari diferensiasi dini dari sel system hemopoietik pluripotent –


berbagai tipe sel system commited-membentuk eritrosit dan leukosit –
pembentukan leukosit terdapat dua tipe mielositik dan limfositik
 Pembentukan leukosit tipe mielositik dimulai dengan sel muda yang berupa
mieloblas progranulacyte –eosinofil-basofil dan neutrofil
 Pembentukan leukosit tipe limfositik dimulai dengan sel muda yang berupa
limfoblas agranulocyte dan limfocyte
 Monoblast-agranulocyte-monocyte

1. Keeping darah (trombosit)

Anatomi:

Memiliki bentuk yang tidak teratur

Tidak memiliki inti sel

Berukuran sangat kecil

Fisiologi:

Berperan dalam proses pembekuan darah

Harga normal 200000-400000/mm3

Proses pembentukan trombosit


Trombosit berasal dari sel megakariosit yang pecah menjadi bagian kecil yang disebut
platelet atau trombosit megakariosit berasal dari sel mieloblast yang juga merupakan
induk sel leukosit.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Demam berdarah dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

Dengue haemorrhagic fever sering disebut juga dengue fever dan dengue shock
syndrome.

2.2 Etiologi

Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam
berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk aedes
aegypty adalah spesies utama yang menyebar penyakit

Virus dengue termasuk genus flavirus, keluarga flaviride terdapat 4 serotipe virus
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
den-3 serotype terbanyak infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadapap
serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotype lain.

2.3 patofisiologi

fenomena patologis menurut (Herdman , 2012), yang utama pada


penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma
yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi
(tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin,
terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan
(syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh
penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit
(petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai
hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh
karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau.
hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan
intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan
dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan
baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian
biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua komponen-
komponen di dalam darah yang telah hilang
2.4 Manifestasi Klinis
• Demam tinggi
• Sakit kepala
• Nyeri retro-orbital
• Nyeri otot dan sendi
• Nyeri tulang
• Rush atau kemerahan
• Perdarahan (petechiea, epitastaxis (perdarahan lewat hidung), hematemesis (muntah
darah), melena, test tourniquet positif Leukopenia (sel darah putih ≤ 5000 sel/mm3

• Trombosit ≤ 150.000 sel/mm3)


• Hematokrit 5-10%
2.5 Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
I. Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda
dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan
dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran
cerna, hematemesis, dan melena.
II. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran balik
vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13 disfungsi
atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis yang
mengakibatkan aktivitas dan integritas system kardiovaskular, perfusi miokard dan
curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel dan organ
sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
III. Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
IV. Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura
dan adanya dipsnea
2.6 patofisiologi dan patoflodiagram
2.7 pemeriksaan diagnostik

• Ig M dan IgG immunoglobulin. Ig M antibodi terdeteksi 3-5 hari setelah onset dari
penyakit- 2 minggu dan berkurang sampai tidak terdeteksi 2-3 bulan. IgG antibodi
terdeteksi dengan level yang rendah pada akhir minggu pertama. IgG pada infeksi
primer mulai terdeteksi pada hari ke-14. Pada infeksi sekunder terdeteksi pada hari
ke-2.

• Pemeriksaan darah lengkap (Eritrosit, Leukosit, Trombosit, Hb, Hematokrit)

• Uji tourniquet (+)

• Tes lab : Ht meningkat (> 20%), Hb meningkat.

• Trombosit (< 100.000/mm3), albumin menurun.

• IgM hari ke-5 meningkat sampai 3 minggu, menghilang 2-3 bulan.

2.8 Asuhan keperawatan (teori)

1. pengkajian
a. .Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

 Lingkungan tempat tinggal (rumah, selokan bersih/kotor, air got mengalir atau
tersumbat).
 Tempat penampungan air dibersihkan/tidak, berlumut, jentik-jentik nyamuk.
 Banyak nyamuk di lingkungan rumah.
 Sampah berupa kaleng, botol bekas
 Riwayat panas tinggi sebelum dirawat.
 Keluarga atau orang di lingkungan, yang saat ini terkena demam berdarah.

b. Pola nutrisi metabolik

 Mual, muntah, anoreksia


 Sakit waktu menelan
 Nyeri epigastrik
 Demam mendadak 2-7 hari.

c. Pola eliminasi

 Produksi urine < 30 ml/jam.


 Melena
 Auskultasi peristaltik : hiperperistaltik.

d. Pola aktivitas dan latihan

 Malaise
 Suhu 38-40oC selama 2-7 hari.
 Nyeri pada otot dan persendian
 Klien bedrest
 Epistaksis.

e. Pola tidur dan istirahat

 Sulit tidur karena nyeri abdomen


 Tidur terganggu.

f. Pola persepsi kognitif


 Rasa pegal di seluruh badan, nyeri otot
 Wajah tampak kemerahan, bintik merah di kulit lengan dan kaki.
 Pembesaran hati dan nyeri tekan pada ulu hati.
 Gejala perdarahan (ptekie, ekimosis, hematemesis, melena dan epistaksis).
2. Diagnose keperawatan
 Hipertermi b.d proses infeksi dengue.
 Kekurangan volume cairan tubuh b.d berpindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
 Resiko tinggi perdarahan b.d penurunan trombosit.
 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, anoreksia.
 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
3. Intervensi keperawatan

DP 1. Hipertermi b.d proses infeksi dengue.

NOC:

Suhu tubuh normal (36-37 oC), pasien bebas dari demam yang ditandai dengan
kulit tidak teraba panas, dalam waktu 7 hari.

NIC :

1.Observasi TTV tiap 4 jam.

Rasional: Tanda-tanda vital sebagai acuan dan indikator dalam melakukan


intervensi lebih lanjut.

2. Beri kompres hangat.

Rasional: Meningkatkan vaso dilatasi pembuluh darah agar panas di


konduksikan ke seluruh tubuh

3.Catat dan pantau intake dan output.

Rasional: Men getahui keseimbangan cairan tubuh sebarkan ke pembuluh darah


di seluruh tubuh.

4.Anjurkan untuk minum air putih 2-3 liter/hari.


Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat,
sehingga harus diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.

5. Beri penjelasan terhadap penyebab demam.

Rasional: Mengurangi kecemasan.

• 6. KRasional: Memberi therapy yang tepat untuk menurunkan panas tubuh.

7.Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan intravena (infus).

• Rasional: Memberi therapy cairan yang tepat.

olaborasi dengan dokter pemberian obat antipiretik

• DP 2. Kekurangan volume cairan tubuh b.d perpindahan cairan dari intravaskuler ke


ekstravaskuler.

NOC: Tidak terjadi defisit cairan, cairan dalam tubuh seimbang ditandai
dengan pasien tidak panas (suhu: 36-37 oC), hidrasi kulit baik, kulit tidak kering,
output seimbang, balance seimbang, Hematokrit dalam batas normal (37-52 %),
balance cairan seimbang, pasien mau minum 2-3 liter perhari, urin dalam batas
normal dalam waktu 3 hari.

NIC :

Observasi TTV tiap 4 jam.

• Rasional: Tanda-tanda vital sebagai acuan untuk mengetahui keadaan umum


pasien.

2. Observasi tanda dan gejala hipovolemia seperti balance cairan tidak seimbang,
dehidrasi dan lain-lain.

• Rasional: Sebagai indikator untuk pemberian intervensi lebih lanjut

3. Observasi tanda-tanda syok seperti lemas, nadi cepat lemah, hipotensi, sianosis
bibir dan ekstremitas, akral dingin.

• Rasional: Agar dapat segera dilakukan tindakan atau penanganan lebih awal syok
yang dialami pasien.
Memonitor intake dan output.

• Rasional: Keseimbangan cairan.

5. Anjurkan pasien banyak minum 2-3 liter/hari.

• Rasional: Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan


tubuh.

6. Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan infus.

• Rasional: Asupan cairan yang adekuat.

2.9 Discharge planning

 Minum yang cukup, diselingi minum sari buah (tidak harus jus jambu) dan ukur
jumlah cairan yang masuk dan keluar
 Upayakan untuk makan dan istirahat yang cukup
 Cegah perkembangabiakan nyamuk dan kenali tanda dan gejalahnya
 Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air untuk mencegah
nyamuk berkembangbiak dengan menutup tempat penampungan, mengosongkan air
tergenang dari ban bekas, kaleng bekas dan pot bunga
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DHF

3.1 Gambaran Kasus

Pengamatan langsung dilakukanpadaNn. A, usia 22 tahun, agama Katolik, suku


Flores. Klien masuk perawatan di unit Fransiskuskamar 48.2, dari rujukan BKM Tj.
Priokmelalui PAP, tanggal 2 Agustus 2005. Diagnosa saatmasukadalahobservasi DHF
dandiagnosasaatpengkajiantetapobservasi DHF. Alasanutamapasienmasukadalah :

7 hari yang lalupasienmengeluhmual, muntah, keringatdingin, sakitkepala, sakituluhati,


dansuhubadanpanas. Lalupasienberobatkedokterpraktek di dekatrumah, yang biasaiaberobat,
tetapitidakmenolong. Panashanyaturunsetelahminumobat, tetapikeluhan lain tidakteratasi.
Kemudian 2 hari yang lalupasienberobatke BKM Tj. Priok, dandidiagnosaobservasi DHF
karenatrombosit yang rendah, dandianjurkanuntukdirawat. Lalupasiendirujukke RS.
SintCarolus.

Saatmasuk, keadaanumumpasientampaksakitsedang, kesadarancomposmentis,


mualdanmuntahada, pasienmengeluhnyeriuluhati, pusingdanbatuk,
tetapislemdapatdikeluarkan. Observasi TTV, TD: 100/70 mmHg, N: 108 x/menitteratur, S: 36
o
C, pasientidakpanas.

Pengkajiandilakukanpadahari ke-3 pasiendirawat, tanggal 4 Agustus 2005. Adapun


yang ditemukansaatpengkajianadalahkeadaanumum, pasientampaksakitsedang, kesadaran
compos mentis, akralhangat, pasienmengeluhpusingbilaturunkekamarmandiuntuk BAK dan
BAB, danmengeluhmualmasihadatetapimuntahdapatditahan.
Pasienmengatakansudahagaksegaran, bibirpasientampakkeringdanpecah-pecah, kulitkering,
nyeritekanpadauluhati, tidaktampakadanyaptekiepadatubuhpasien, tetapitampakplebitis/
kebiruanpadapembuluhdarah vena akibatpengambilandarah. Pasienmengatakantadimalam,
bilasakitgigimasihadaperdarahan, tetapipagiinigusitidakberdarah.

Observasi TTV, TD: 100/60 mmHg, S: 36 oC, N: 79 x/menit (teratur), HR: 80 x/menit
(teratur), P: 18 x/menit (teratur), nafasperut.

Hasillab :

2/8/2005 dari BKM Tj. Priok.


Hb : 14,2 g/dl

Ht : 41%

Leukosit : 2.700 /ul

Trombosit : 92.000 /ul

TyphiH : + 1/300

3/8/2005 RS. SintCarolus.

Hb : 12,9 g/dl (12-18)

Ht : 38% (37-52)

Leukosit : 4100 /ul (4800-10800)

Trombosit : 68.000 /ul (150.000-450.000)

Dengue IgGpositif

Dengue IgMnegatif

4/8/2005

Hb : 13,5 g/dl (12-18)

Ht : 41% (37-52)

Leukosit : 5600 /ul (4800-10800)

Trombosit : 54.000 /ul (150.000-450.000)

Therapy yang didapat :

Panadol k/p

Acran 2x1 AC

Sotatic 3x1 oral

Baquinor 2x1 oral.


3.2 Pengkajian

1. Identitas Diri Klien


 Nama : Nn A
 Tanggal masuk klien : 2 agustus 2005
 Umur : 22 tahun
 Jenis kelamin : perempuan
 Agama : katolik
 Suku : flores

2. status kesehatan saat ini

 Keluhan utama : mengeluh mual, muntah, tkeringat dingin, sakit kepala, sakit ulu
hati, dan suhu badan panas.
 Lama keluhan : 7 hari
 Diagnose medic : DHF
 Pemeriksaan penunjang

Tanggal pemeriksaan Hematologi


2-08-2005  Hb : 14,2g/dl
 Ht : 41 %
 Leukosit : 2700/ul
 Trombosit : 92000/ul
 Typhi H :+1/300
3 -08-2005  Hb : 12,9g/dl(12-18)
 Ht :38% (37-52)
 Leukosit : 4100/ul (4800-10800)
 Trombosit : 68000/ul (150000-
450000)
 Dengue igG (positif)
 Dengue igM (Negatif)
4-08-2005  Hb : 13,5g/dl (12-18)
 Ht : 41% (37-52)
 Leukosit : 5600/ul (4800-10800)
 Trombosit : 54000/ul (150000-
450000)

Nilai normal :

Trombosit: 150-400/ul

Hematokrit: 40-50-%

Hemoglobin: 14-18g/dl

3.3 Diagnosa Keperawatan (DO dan DS)

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


DO: Pasien tampak pucat dan bibirnya kering
DS : pasien mengeluh mual, muntah dan sakit ulu hati
 Resiko tinggi perdarahan
DO: Hb 12,9 g/dl, leukosit 4100/ul, trombosit 48000/ul
DS: pasien mengatakan saat sakit gigi mengalami perdarahan

3.4 Itervensi ( NIC dan NOC)

DP 1 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

NIC:

kaji adanya alergi makanan, monitor berat badan pasien, amjurkan makanan sedikit tapi
sering, berikan makanan hangat, hindarkan makanan yang dapat merangsang mual dan
muntah, kolaborasi dengan ahli gizi

NOC:

Status nutrisi: makanan dan fluid intake, nutrition intake, control berat badan

DP 2 resiko tinggi perdarahan

NIC:

Monitor tanda-tanda perdarahan, catat nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudahnya terjadinya
perdarahan, jauhkan pasien dari barang berbahaya yang dapat menyebabkan perdarahan,
anjurkan pasien makan makanan yang mengandung tinggi vitamin K, kolaborasi dalam
pemberian produk darah.

NOC: Blood lose severity, blood koagulation

3.5 Implementasi

1. resiko tinggi perdarahan

 Memonitor tanda-tanda perdarahan


 Mencatat nilai Hb dan nilai Ht sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan
 Menjauhkan pasien dari barang berbahaya yang dapat menyebabkan perdarahan
 Menganjurkan pasien makan-makanan yang mengandung tinggi vitamin K

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 Memonitor BB pasien
 Menganjurkan makan-makanan sedikit tapi sering
 Memberikan makanan hangat
 Menghindari makanan yang dapat merangsang mual dan muntah

3.6 Evaluasi

Setelah dilakukan perawatan,pada akhir pengkajian pasien mengatakan sudah agak segaran,
bibir pasien tampak kering dan pecah-pecah, nyeri tekan pada ulu hati, tidak ada pteki. Pasien
mengatakan tadi malam, sakit gigi masih ada perdarahan tetapi pagi ini gusi tidak berdarah.

Observasi TTV: TD 100/60mmHg, S 36 derajat, N 79X/Menit (teratur), napas perut.


BAB IV

HASIL PENELITIAN TERKAIT PENATALAKSANAAN DHF

 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-3L/menit secara nasal.
 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetat secepatnya.
 Jika tidak menunjukan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 meni) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30ml/kgBB/jam.
 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfuse
darah/komponen.
 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4
jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan
laboratorium.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejalah utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam. Gambara klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari rata-rata 2-8 hari. Penderita biasanya mengalami:

1. demam akut atau suhu meningkat (2-7 hari)

2. sering disertai menggigigl

3. keluhan pada saluran cerna (mual, muntah, tidak napsu makan, diare, dan konstipasi)
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyin E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. EGC. Jakarta.

Perry, potter. 2005. Buku ajar fundamentak keperawatan. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai