Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH HIDROCEFALUS

DI SUSUN OLEH :

MARIA YUNITA ASUNG

REINILDIS MALA

MARIA IVANI SURYATI

PASKALINA J. DAGUL

SAVERINUS ARMAN

YOHANES B. EFRIM

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya kami
dapat menyelesaikan makalah keperawatan Medikal Bedah II (KMB) yang berjudul Asuhan
keperawatan Hidrocefalus. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matkuliah KMB II
agar dapat berguna bagi kami dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kami
sebagai mahasiswa keperawatan. kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu kami sangat
membutuhkan adanya saran untuk memperbaiki makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................

1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi..............................................................................................................

2.2 Etiologi..............................................................................................................

2.3 Klasifikasi...............................................................................................................

2.4 Patofisiologi.........................................................................................................

2.5 Manifestasi Klinik...............................................................................................

2.6 Komplikasi ............................................................................................................

2.7 Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................................

2.8 Patoflodiagram........................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HIDROFELUS

3.1 Pengkajian.............................................................................................................

3.2 Diagnosis...............................................................................................................

3.3 Intervensi..............................................................................................................

3.4 Implementasi........................................................................................................

3.5 Evaluasi..............................................................................................................

BAB 1V
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................

4.2 Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara keseluruhan, Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran.


Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43%
disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk
kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua
umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus
infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan
subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior. Secara
internasional, insiden hidrosefalus yang didapat juga tidak diketahui jumlahnya. Sekitar
100.000 shunt yang tertanam setiap tahun di negara maju, tetapi informasi untuk negara-
negara lain masih sedikit. Kematian pada hidrosefalus yang tidak ditangani dapat terjadi oleh
karena herniasi tonsil sekunder yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, kompresi
batang otak dan sistem pernapasan.
Pemasangan shunt telah dilakukan pada 75% dari semua kasus hidrosefalus dan di
50% pada anak-anak dengan hidrosefalus komunikan. Pasien dirawat di rumah sakit untuk
merevisi shunt sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, untuk pengobatan komplikasi,
atau kegagalan shunt. Kurangnya perkembangan fungsi kognitif pada bayi dan anak-anak,
atau hilangnya fungsi kognitif pada orang dewasa, dapat mejadi komplikasi pada hidrosefalus
yang tidak diobati. Hal ini dapat bertahan setelah pengobatan. Kehilangan fungsi visual dapat
menjadi komplikasi pada hidrosefalus yang tidak diobati dan dapat menetap setelah
pengobatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan hidrosefalus?
2. Apa penyebab dari hidrosefalus?
3. Klasifikasi hidrosefalus?
4. Patofisiologi hidrosefalus?
5. Apa manifestasi klinik hidrosefalus?
6. Apa komplikasi hidrosefalus?
7. Patoflodiagram hidrosefalus?
8. Pemeriksaan diagnostik hidrosefalus?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu hidrosefalus
2. Untuk mengetahui penyebab hidrosefalus
3. Untutk mengetahui klasifikasi hidrosefalus
4. Untuk mengetahu patofisiologi hidrisefalus
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik hidrosefalus
6. Untuk mengetahui komplikasi hidrosefalus
7. Untuk mengetahui patoflodiagram hidrosefalus.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik hidrosefalus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang
berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan
"kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan
serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang
vital.

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya


cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya


cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi,
sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu
bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan
tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-
ubun (DeVito EE et al, 2007:328).

2.2 Etiologi

Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak
oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang membungkus otak
dan medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta nutrisi(Cristine Brooker:The
Nurse’s Pocket Dictionary). CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus
khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid
yang meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam
suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah
CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan
prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono,
2005).

Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari
tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui
foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna.
Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem
kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32)

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada
salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS
diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan
kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam
klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada
bayi dan anak ialah :

1) Kelainan Bawaan (Kongenital)

 Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada hidrosefalus bayi


dan anak ( 60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali
atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat
sejak lahit atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
 Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-
Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian atau total.
 Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus
obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat
sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa
pascaerior.
 Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
 Anomali Pembuluh Darah

2) Infeksi

Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi
ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila
aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau
system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala
dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis.
Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan
daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di
daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis
purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.

3) Neoplasma

Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di
angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran
buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya
suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.

4) Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).

2.3 Klasifikasi

Beberapa tife hydrocephalus yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial :

1. Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran
bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat
obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat
dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah
sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan
gejala – gejala peningkatan ICP). Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS
tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala
peningkatan ICP)
2. Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga
menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada
hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk
hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler
yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang
lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat
atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien
dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau
bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular.
Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia 12–
18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda dan
gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak
bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
3. Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan
serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala –
gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine.
Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau
thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada
kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.
2.4 Patofisiologi

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi


(meningitis,pneumonia,TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus
sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency.

Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak
akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /
keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol
secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan
wajahnya tampak kecil secara disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi
masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral
menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus
tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan
absorbsitotalakanmenyebabkankematian. Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya
garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika
route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi
keadaan kompensasi.

2.5 Manifestasi Klinik


Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan
kapasitas produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol
merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada
anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :

1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonates

Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan


pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan
pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan.
Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak
dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih
terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping
kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).

2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak


Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda
(diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum
terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran
abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah
satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas
ukuran normal. Makrokrania biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial
lainnya yaitu:
 Fontanel anterior yang sangat tegang
 Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
 Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
 Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset phenomenon).

Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan
dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan
okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi
tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). (Darsono, 2005:213)
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi
besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel
lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi. Puncak orbital
tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata
yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis
serta rapuh.Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang
terpisah – pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada
sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan
jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa
aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat
terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan
kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

2.6 Komplikasi

a. Infeksi
Berupa peritonitis, meningitis atau peradangan sepanjang saluran subkutan. Pada
pasien-pasien dengan VA Shunt. Bakteri aleni dapat mengawali terjadinya Shunt
Nephritis yang biasanya disebabkan Staphylococcus epidermis ataupun aureus,
dengan risiko terutama pada bayi. Profilaksis antibiotik dapat mengurangi risiko
infeksi.
b. Hematoma Subdural
Ventrikel yang kolaps akan menarik permukaan korteks serebri dari duramater. Pasien
post operatif diletakkan dalam posisi terlentang mengurangi risiko sedini mungkin.
c. Obstruksi
Dapat ditimbulkan oleh:
- Ujung proksimal tertutup pleksus khoroideus.
- Adanya serpihan-serpihan (debris).
- Gumpalan darah.
- Ujung distal tertutup omentum.
- Pada anak-anak yang sedang tumbuh dengan VA Shunt, ujung distal kateter dapat
tertarik keluar dari ruang atrium kanan, dan mengakibatkan terbentuknya trombus dan
timbul oklusi.
d. Keadaan CSS yang rendah
Beberapa pasien Post shunting mengeluh sakit kepala dan vomiting pada posisi duduk
dan berdiri, hal ini ternyata disebabkan karena tekanan CSS yang rendah, keadaan ini
dapat diperbaiki dengan jalan:
- Intake cairan yang banyak.
- Katup diganti dengan yang terbuka pada tekanan yang tinggi.
e. Asites oleh karena CSS
Asites CSS ataupun pseudokista pertama kali dilaporkan oleh Ames, kejadian ini
diperkirakan 1% dari penderita dengan VP shunt. Adapun patogenesisnya masih
bersifat kontroversial. Diduga sebagai penyebab kelainan ini adalah pembedahan
abdominal sebelumnya, peritonitis, protein yang tinggi dalam CSS. Asites CSS
biasanya terjadi pada anak dengan tekanan intrakranial di mana gejala yang timbul
dapat berupa distensi perut, nyeri perut, mual dan muntah-muntah.
f. Kraniosinostosis
Keadaan ini terjadi sebagai akibat dari pembuatan shunt pada hidrosefalus yang berat,
sehingga terjadi penututupan dini dari sutura kranialis.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik
dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang, yaitu :
1) Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:
 Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran
sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa
imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
 Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari
foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan
intrakranial.
2) Transiluminasi
Syarat untuk transiluminasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini
dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit.
Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada
hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1
cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat
normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan
secara fungsional. Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan
kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat
tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel.
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di
rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5) Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan
dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan
pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di
dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG
tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya
pada pemeriksaan CT Scan.
6) CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari
semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah
sumbatan.
2.8 Patoflodiagram
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN HIDROFELUS

3.1 Pengkajian

1. Pengumpulan Data
 Data demografi
1) Nama
2) Usia : Kebanyakan terjadi pada anak-anak pada usia infant
3) Jenis Kelamin : Hidrocephalus sebagian besar mengenai anak laki – laki
4) Suku/ bangsa
5) Agama
6) Pendidikan
7) Pekerjaan
8) Alamat
 Riwayat Penyakit Sekarang : Pendarahan otak yang berhubungan dengan kelahiran
prematur
 Riwayat Penyakit Dahulu
Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, diare, neoplasma
 Riwayat penyakit keluarga
2. Pengkajian persistem
 B1 (Breath) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
 B2 (Blood) : Pucat, peningkatan sistole tekanan darah, penurunan nadi
B3 (Brain) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat
pembesarankepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan
perifer, strabismus, tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”, kejang
 B4 (Bladder) : Oliguria
 B5 (Bowel) : Mual, muntah, malas makan
 B6 (Bone) : Kelemahan, lelah, Peningkatan tonus otot ekstrimitas

3.2 Diagnosa Keperawatan


1) Peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan jumlah cairan serebrospinal
2) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan
kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolism
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran, kelemahan fisik
umum, pembesaran kepala
4) Resiko cedera yang beerhubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental,
dan penurunan tingkat kesadaran.
3.3 Intervensi dan Rasional
DX 1 : Peningkatan TIK yang berhubungan dengan peningkatan jumlah cairan
serebrospinal
Tujuan : Dalam wqaktu 2x24 jam tidak terjadi peningkatan TIK pada klien
Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah, tidak mengeluh nyeri kepala, mual muntah, GCS : 4,5,6,
tidak terdapat papiledema. TTV dalam batas normal.

INTERVENSI RASIONAL
 Mandiri  Deteksi diri untuk
Kaji faktor penyebab dari situasi / mempriortitaskan intervensi,
keadaan individu / penyebab koma / mengkaji status neurologis /
penurunan perfusi jaringan dan tanda-tanda kegagalan untuk
kemungkinan penyebab peningkatan menentukan perawatan
TIK kegawatan atau tindakan
 Evaluasi pupil pembelajaran
 Reaksi pupil dan pergerakan
kembali dari bola mata
merupakan tanda dari gangguan
nervus/saraf jika batang otak
terkoyak. Keseimbanagan saraf
antara simpatis dan parasimpatis
 Monitor temperature dan pengaturan merupakan respons refleks saraf
suhu lingkungan cranial
 Panas merupakan refleks dari
hipotalamus. Peningkatan
kebutuhan metabolisme dan O2
akan menunjang peningkatan TIK
(Intracranial Pressure)

DX 2 : Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kritreria Hasil : Turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kemampuan
menelan, sonde dilepas, BB meningkat 1kg, Hb dan Albumin dalm batas normal

INTERVENSI RASIONAL
 Observasi tekstur, turgor kulit  Mengetahui status nutrisi klien
 Lakukan oral higine  Kebersihan mulut merasngsang
nafsu makan
 Observasi asupan keluar  Mengetahui keseimbanagan nutrisi
klien

DX 3 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kesadaran,


kelemahan fisik umum, pembesaran kepala
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam mobilitas klien meningkat sesuai kondisi klien
Kriteria Hasil : Skala ketergantungan klien meningkat menjadi bantuan minimal, tidak terjadi
kontraktur, fooddrop, gangguan integritas kulit, fungsi bowell dan bladder optimal, serta
peningkatan kemmapuan fisik.

INTERVENSI RASIONAL
 Review kemampuan fisik dan  Mengidentifikasikam kerusakan
kerusakan yang terjadi fungsi dan menentukan pilihan
intervensi
 Berikan perubahan posisi yang  Perubahan posisi teratur dapat
teratur pada klien mendistribusikan berat badan secara
menyeluruh dan memfasilitasi
peredaran darah serta mencegah
dekubitus
 Kaji adanya nyeri, kemerahan,
 Indikasi adanya kerusakan kulit dan
bengkak pada area kulit
deteksi awal adanya dekubitus pada
area local yang tertekan

Dx 4 : Resiko cedera yang beerhubungan dengan adanya kejang, perubahan status


mental, dan penurunan tingkat kesadaran.
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam perawatan klien bebas dari cedera yang disebabkan oleh
kejang dan penurunan kesadaran
Kriteria Hasil : Klien tidak mengalami cedera apabila kejang berulang ada

INTERVENSI RASIONAL
 Monitor kejang pada tangan, kaki,  Gambaran tribalitassistem saraf
mulut, dan oto-otot muka lainnya pusat memerlukan evaluasi yang
sesuai dengan intervensi yang tepat
untuk mencegah terjadinya
komplikasi
 Persiapkan lingkungan yang aman  Melindungi klien bila kejang terjadi
seperti batasan ranjang, papan
pengaman, dan alat suction selalu
berada dekat klien
 Pertahankan bedrest total selama  Mengurangi resiko jatuh/terluka jika
fase akut vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
 Kolaborasi pemberian terapi ;  Untuk mencegah atau mengurangi
Diazepam, Phenobarbital kejang.
Catatan : Phenobarbital dapat
menyebabkan respiratorus depresi
dan sedasi
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro" yang
berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini sering dikenal dengan
"kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan
serebro spinal atau CSS). Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang
vital. Penyebab dari hidrosefalus adalah penyakit bawaan( kongenital), infeksi, neoplasma,
dan pendarahan. Terdapat dua hidrosefalus : nonkomunikans dan komunikans. Masalah
keperawatan yang timbul dari pasien hidrosefalus :

1. Pengkatan tekanan intrakranial(TIK)


2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan mobilitas fisik
4. Risiko cedera

Yang harus di lakukan pada pasien hidrosefalus berikan obat-obatan (deksamethason,


antibiotik) dan ajurankan pasien untuk tirah baring total untuk mencegah risiko peningktan
tekanan intrakranial dan risiko cedera.

4.2 Saran
Agar mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dapat lebih baik lagi, maka sebaiknya
setiap tenaga medis terutama seorang perawat harus mengetahui dan memahami tentang
suatu penyakit salah satunya dibahas pada makalah ini adalah penyakit hydrocephalus
matakuliah neurobehavior 1 berhubungan dengan praktik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin arif.2008.asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


persarafan.jakarta:selemba medika.
J.corwin elizaberth.2009.buku saku patofisiologi.jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai