Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PEDIATRI

“HIDROCEFALUS”

DISUSUN OLEH :

1. ABDUL KHARIS I. MARSAOLY ( PO714241171001 )

III .A / D.IV Fisioterapi

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya. Salawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi
besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Ucapan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberi bimbingan dan masukan sehingga makalah yang
berjudul ” HIDROSEFALUS” dapat penulis selesaikan.

Pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas saya dalam
menempuh pembelajaran di semester ini, kami mengucapkan terimah kasih kepada
Dosen pembimbing.

Kiranya makalah ini bisa bermanfa’at bagi pihak yang membaca. Meski
begitu, kami sadar bahwa makalah ini perlu perbaikan dan penyempurnaan. Untuk
itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan diterima dengan senang
hati. Akhirnya, kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak.

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................

A. DEFINISI ...........................................................................................................
B. ETIOLOGI .........................................................................................................
C. PATOFISIOLOGI ..............................................................................................
D. TANDA DAN GEJALA ....................................................................................
E. MANIFESTASI KLINIK ..................................................................................
F. KLASIFIKASI ...................................................................................................
G. KOMPLIKASI ..................................................................................................
H. PENATALAKSANAAN ..................................................................................
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG ......................................................................
J. PENEGAKAN DIAGNOSIS ..........................................................................
K. PROGNOSIS ......................................................................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hydrocephalus telah dikenal sajak zaman Hipocrates, saat itu hydrocephalus


dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan teknologi yang semakin
berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin meningkat pula yang pada
akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang mana kehamilan merupakan
keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang dapat mempengaruhi janinnya,
salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini secara umum insidennya dapat
dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan hidup menderita hydrocephalus.
Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat memerlukan pelayanan
keperawatan yang khusus.

Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada
bayi yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun
banyak ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi
pada oaran dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga
lebih mudah dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun2nya masih
terbuka, sehingga adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan
melebarnya tulang2 tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak tidak
mampu lagi melebar.

B. Rumusan Masalah
a. Menjelaskan pengertian dari hidrosefalus ?
b. Menjelaskan etiologi dan patofisiologi hidrosefalus ?
c. Menjelaskan tanda dan gejalah hidrosefalus ?
d. Bagaimana Penatalaksannan hidrosefalus ?
e. Bagaimana Pemeriksaan penujang dan komplikasi hidrosepalus ?

C. Tujuan
a. Mengetahui pengrtian dari Hidrosefalus
b. Mengetahui Etiologi dan Patofisiologi dari Hhidrosefalus
c. Mengetahui Tanda dan Gejala Hidrosefalus
d. Mengetahui Penatalaksanaan dari Hidrosefalus
e. Mengetahui Pemeriksaan Penuunjang dan Komplikasi pada Hidrosefalus
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Hydrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan cerebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intrakranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan
serebro spinal (Ngatisyah, 1997).

Hydrocephalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel


serebral, ruang subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi daan Yuliani, 2001).

Hydrochepalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinalis interna atau
eksternal melebar ( Mumenthaler, 1995).

Hydrocephalus berkembang jika aliran serebro spinal terhambat pada tempa


sepanjang perjalanannya, timbulnya hydrocephalus akibat produksi berlebihan
cairan serebrospinal dianggap sebagai proses yang intermitten setelah suatu infeksi
atau trauma. Ini dapat terjadi kelainan yang progresif pada anak – anak yang
disebabkan oleh papyloma pleksus dapat diatasi dengan operasi (Mumenthaler,
1995). Pembagiaan hydrocephalus pada anak dan bayi.

Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Kongenital

Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan sehingga


pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya cairan
dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak
terganggu

2. Non Kongenital

Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya yaitu
penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus didapat pertumbuhan otak sudah
sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial sehingga perbedaan antara hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus
non kongenital terletak pad pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hydrocephalus pada bayi dan anak ini juga dalam 2
bagian, terbagi yaitu;
1. Hydrocephalus Komunikan (kommunucating hydrocephalus)

Pada hydrocephalus Komunikan obstruksinya terdapat pada rongga


subarachnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke
tempat sumbatan

2. Hydricephalus Non komunukan (nonkommunican hydrocephalus)

Pada hydrocephalus nonkomunikan obstruksinya terdapat dalam system


ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang
terjadi pada hydrocephalus kongenital adalah pada sistem ventikel sehingga terjadi
bentuk hydrocephalus nonkomunikan.

B. ETIOLOGI

Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono (1998 );

1. Sebab-sebab Prenatal

Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya


hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-sebab ini
mencakup malformasi ( anomali perkembangan sporadis ), infeksi atau kelainan
vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak dapat diketahui dan
untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik

2. Sebab-sebab Postnatal

a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal dan


kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang menyebabkan
hidrosefalus adalah tumor di daerah mesencephalon. Kista arachnoid dan kista
neuroepitalial merupakn kelompok lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan
liquor berlokasi di daerah supraselar atau sekitar foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera kepala,
ruptura malformasi vaskuler.
c. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat dari fibrosis
leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi, hal ini disebabkan
karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan fungsional
seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena pada basis krani,
trombosis jugularis

Penyebab sumbatan aliran CSF, Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering
terdapat pada bayi dan anak – anak. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering
terdapat pada bayi adalah.

1. Kelainan bawaan
1. Stenosis Aquaductus sylv

Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat
berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari
biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat
pada bulan-bulan pertama setelah lahir.

2. Spina bifida dan cranium bifida

Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula


spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.

3. Sindrom Dandy-Walker

Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat


Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV
sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.

4. Kista Arachnoid

Dapat terjadi conginetal membai etiologi menurut usi

5. Anomali Pembuluh Darah

2. Infeksi

Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi


ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.

3. Perdarahan

4. Neoplasma

Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di
setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:

 Tumor Ventrikel kiri


 Tumorfosa posterior
 Pailoma pleksus khoroideus
 Leukemia, limfoma

5. Degeneratif.

Histositosis incontentia pigmenti dan penyakit krabbe.

6. Gangguan Vaskuler
• Dilatasi sinus dural
• Thrombosis sinus venosus
• Malformasi V. Galeni
• Ekstaksi A. Basilaris

C. PATOFISIOLOGI

Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi


(meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis
aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler
atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan
permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater
dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray
matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel
telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi
itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung
pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency.

Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia
tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal
(Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada
ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu
penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma
dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel
IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami
pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara
disproporsional.

Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan
sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal
sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan
kematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal


yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral
cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan
kompensasi.

D. TANDA DAN GEJALA


Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama
kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran
wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak
kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak
adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.

Uji radiologis terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang


terpisah pisah dan pelebaranvontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran
pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan
penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional.

Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan
atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup
maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

E. MANIFESTASI KLINIK

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama


kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran
wajah dan bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak
kebawah dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak
adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.

Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang


terpisah – pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran
pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan
penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat
lemah dan diam tanpa aktivitas normal.

Proses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat
terus dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan
kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

a) Bayi
 Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
 Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang,
keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

 Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :


 Muntah
 Gelisah
 Menangis dengan suara ringgi
 Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan
tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.

 peningkatan tonus otot ekstrimitas


 Dahi menonjol atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas
 Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat seolah – olah diatas iris
 Bayi tidak dapat melihat ke atas, ‘‘Sunset Eyes”
 Strabismus, nystagmus, atropi optic
 Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas

b) Anak yang telah menutup suturanya;

Tanda – tanda peningkatan intarakranial

 Nyeri kepala
 Muntah
 Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
 Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
 Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
 Strabismus
 Perubahan pupil

F. KLASIFIKASI

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,


berdasarkan;

1. Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifest ( overt hydrocephalus ) dan


hidrsefalus tersembunyi ( occult hydrocephalus )
2. Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
3. Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
4. Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.

Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus


eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan
korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada
aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan
asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang
menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus
ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak
primer, yang biasanya terdapat pada orang tua. (Darsono, 2005)

G. KOMPLIKASI
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)

1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran Kepala
3. Kerusakan Ota
4. Meningitis, Ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
8. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik
9. Infeksi; septicemia, endokarditi, infeksi luka, nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses
otak

H. PENATALAKSANAAN

1. Hasil Anamnesis (subjective)

 Pada anak kecil: pertumbuhan mental lambat, nyeri leher, muntah, pandangan
kabur, penglihatan ganda-akibat papiledema dan atrofi optik, pertumbuhan, dan
maturasi seksual terhambat (menyebabkan obesitas dan awitan pubertas yang
tertunda atau terlalu cepat), kesulitan berjalan hingga spastisitas, dan mengantuk
 Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (objective)

2. Pemeriksaan fisik

1) Lingkar kepala.

Pada waktu bayi baru lahir memiliki lingkar kepala 32-39 cm, Pertambahan lingkar
kepala pada bayi usia kurang dari 3 bulan sekitar 2 cm. Pertambahan ini akan
berkurang menjadi 1cm pada 3 bulan kedua. Selanjutnya penambahan pada 6 bulan
berikutnya hanya 0,5 cm.

2) Ubun-ubun kepala terlambat menutup.

Normalnya ubun-ubun kecil menutup pada usia 2-3 bulan, sedangkan ubun-ubun
besar menutup pada usia 2,5 tahun. Jika bayi sudah mencapai usia tersebut dan
ubun-ubun kepala belum menutup patut dicurigai adanya hidrosefalus.

3) Mata melirik ke bawah terus menerus.

Di dunia medis gambaran ini dikenal sebagai sunset eye phenomenon atau
gambaran mata seperti matahari tenggelam. Fenomena ini terjadi akibat gangguan
pada inti saraf gerak bola mata akibat penumpukan cairan sehingga gerak bola mata
terganggu.

4) Pelebaran pembuluh darah balik.

Adanya penumpukan cairan di kepala akan menyebabkan aliran darah terganggu


sehingga cairan terbendung dan pembuluh darah akan melebar. Gambaran ini akan
menyebabkan terjadinya gambaran pembuluh darah yang lebih jelas terlihat pada
penderita hidrosefalus.

5) Muntah tanpa ada sebab yang lain. Muntah memang dapat disebabkan oleh
penyakit yang lain, untuk itu harus disingkirkan penyebab penyakit lain jika terjadi
muntah-muntah pada bayi. Muntah pada pasien hidrosefalus terjadi karena
peningkatan tekanan dalam kepala.

6) Berat badan normal


Normal: 2500-3500 gr. Berat badan <2500 gr disebut bayi premature sedangkan
berat badan bayi > 3500 gr disebut macrosomia.

7) Panjang badan normal adalah 45-50 cm


8) Lingkar dada normal adalah 30-33 cm, apabila diameter kepala
9) 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidrocepalus dan apabila diameter
kepala < 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami microcepalus.

3. METODE
Teknologi fisioterapi yang digunakan pada terapi kali ini adalah:

Neuro Sensorik
Gerakan 1 : Usapan taktil
Cara : Posisi pertama terlentang, mengusap kedua telapak tangan
terapis dengan lembut ketubuh anak dengan urutan: ubun-ubun ke mata ke
telinga, ke hidung, ke mulut, ke leher, ke shoulder ke elbow, ke wrist, lalu
kembali lagi ke wrist ke elbow ke shoulder ke pelvic ke knee ke ankle dan keluar
dari jari-jari kaki. Dilakukan penekanan pada setiap sendi dilakukan 3x
pengulangan. Lakukan juga pada posisi tengkurap.
Gambar 2.1.1 Gerakan 1 Neuro Senso pada anak CP. (Sumber: Dokumentasi
Pribadi)
Gerakan 2 : Bintang halus dan bintang gelombang
Cara : Meletakkan telapak tangan kiri di pusar sebagai pusat
dengan tangan kanan mengusap halus kearah:
i. Atas 3x sampai incisura jugularis.
ii. Kanan 3x sampai shoulder dextra.
iii. Kiri 3x sampai shoulder sinistra.
iv. Serong kanan bawah 3x sampai SIAS dextra.
v. Serong kiri bawah 3x sampai SIAS sinistra.
Setelah semua gerakan sudah dilakukan, tangan yang diumbilikus
bersama tangan yang satunya mengusap kebelakang pelvic sampai kedua
tangan bertemu.
vi. Arah gerakan halus dan pengulangan sama seperti bintang halus, namun diberi
gelombang yang dibentuk dari telapak tangan gerakan seperti ulat berjalan.

Gambar 2.1.2 Gerakan 2 Neuro Senso pada anak CP. (Sumber: Dokumentasi
Pribadi)
Gerakan 3 : Grounding/usapan angka satu

Cara : Meletakkan kedua tepak tangan pada masing masing


shoulder lalu memberikan penekanan ringan dan seret kedua telapak tangan
dengan wrist, pindah ke shoulder lagi kemudian pindah seret kedua telapak
tangan ke pelvic. Lalu pindah pelvic dan seret tepak tangan ke ankle. Setiap
gerakan lakukan 3 kali pengulangan.

Gambar 2.1.3 Gerakan 3 Neuro Senso pada anak CP. (Sumber: Dokumentasi
Pribadi)
Gerakan 4 : Usapan angka 8
Cara : Arah gerakan seperti angka bintang halus namun terdapat
tangan membentuk angka 8 dari medial ke lateral, teknik gerakkan ini dapat
diaplikasikan pada lengan atas, lengan bawah, tungkai atas, tungkai bawah
dapat juga dilakukan satu gerakan untuk gabungan lengan atas dan lengan
bawah.

Gambar 2.1.4 Gerakan 4 Neuro Senso pada anak CP. (Sumber:


Dokumentasi Pribadi)
Gerakan 5: terapis menggunakan bagian lateral tangan untuk menekan daerah
persendian AGA dan AGB arah penekanan dekat dengan persendian yang akan
ditekan. Lakukan selama 3x pengulangan.
4. Fasilitasi duduk , berdiri, dan berjalan
2.2.1 Fasilitasi duduk
Posisi pasien : duduk dengan guling diantaranya
Posisi terapis : berada di belakang anak
Gerakan : terapis menggoyang-goyangkan guling ke kanan dan kiri Lakukan
selama 3x pengulangan.

Gambar 2.2.1.1 Fasilitasi duduk untuk anak CP. (Sumber: Buku


Children With Cerebral Palsy)

2.2.2 Fasilitasi berdiri


Posisi pasien : ganjal metatarsal pasien pada guling.

Posisi terapis : berada di belakang anak, terapis lain menahan guling agar
tidak bergerak.

Gerakan: angkat pelvic pasien keatas sampai posisi pasien berdiri, fiksasi bagian
pelvic pasien sampai pasien dapat mengatur keseimbangannya untuk berdiri.

Gambar 2.2.2.1 Fasilitasi berdiri untuk anak CP. (Sumber: Buku

Children With Cerebral Palsy)

2.2.3 Fasilitasi berjalan


Posisi pasien : di belakang alat bantu jalan walker atau tripot

Posisi terapis : berada di belakang pasien


Gerakan : biarkan pasien berjalan menggunakan alat bantu jalan tapi dengan
bantuan terapis agar anak tidak terjatuh lakukan pada kondisi pasien sudah
dapat berdiri.

Gambar 2.2.3.1 Fasilitasi berjalan untuk anak CP. (Sumber: Buku


Children With Cerebral Palsy)
2.3 Mobilisasi trunk

Gambar 2.3.1 Teknik mobilisasi trunk dengan menstrect otot abdominal.


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 2.3.2 Teknik mobilisasi trunk ke arah side flexi. (Sumber:


Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.3.3 Teknik mobilisasi trunk ke arah rotasi. (Sumber:
Dokumentasi Pribadi)
Posisi pasien : berada di depan terapis
Posisi terapis : berada dibelakang anak
Gerakan : posisikan pasien duduk dengan kedua lutut pasien di
fiksasi, traksikan trunk pasien kemudian di stretching kearah ekstensi,
kemudian gerakan ke 2 traksikan trunk pasien kemudian stretching dan gerakan
kearah side fleksi kanan dan kiri, kemudian kearah rotasi kanan dan kiri.
Lakukan selama 3x pengulangan.

2.3 Body massage


Massage adalah manipulasi secara teratur pada jaringan lunak tubuh.
Pengertian massage adalah teknik yang diaplikasikan dengan menggunakan
tangan untuk menghasikan efek fisiologis, dan psikologis untuk jenis
pengobatan (Trisnowiyanto, 2012).

Gambar 3.11 Teknik massage general. (Sumber:


Dokumentasi Pribadi)
a) Siapkan baby oil, baby lotion atau minyak telon.
b) Siapkan handuk atau kain lembut sebagai alas pemijatan
c) Gerakan :gerakan efflurage, stroking, friction, squizing dan vibration
pada kaki dan tangan secara merata.
d) Letakkan kedua tangan di atas dada bayi, lakukan gerakan mengarah ke atas
lalu kesamping dan kembali ke tengah membentuk simbol love. Dari tengan
dada bayi, buat arah silang dengan telapak tangan terapi menuju kearah bahu.
Tangan kanan anda disebelah kiri perut bayi pijat kearah bawah lurus seperti
huruf I. LOVE berikan pemijatan membentuk huruf L terbalik. Lakukan
pemijatan dari arah kanan ke kiri perut bayi atas. Bentuk huruf U gerakan
memijat dengan membentuk huruf U terbalik .gerakan ini memutar setengah
lingkaran huruf U dari perut bawah kanan naik ke perut atas berbelok ke kiri
dan dilanjutkan ke arah bawah ke kiri bagian perut.
Untuk edukasi yang diberikan keluarga pasien yaitu memberitahukan
dan mengarahkan kepada orangtua pasien agar memberikan latihan dirumah
kepada anaknya seperti yang dicontohkan oleh terapis serta menganjurkan
kepada orangtua pasien untuk membawa anaknya rutin melakukan terapi.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil


pemeriksaan fisik dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu;

1) Foto rontgen : memperlihatkan kepala yang membesar dengan sutura dan


fontanel yang masih terbuka. Tulang-tulang kepala tampak sangat tipis. Bila fosa
crania posterior tampak kecil dibandingkan fossa crania medial dan anterior maka
mungkin hidrocefalus tersebut ditimbulkan oleh suatu stenosis akuaduktus sylvii.
2) CT scan kepala :
Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari
semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah
sumbatan.

3) USG : menunjukan sistem ventrikel yang melebar

J. PENEGAKAN DIAGNOSIS

1) Activity limitation : tidak dapat berjalan dengan seimbang


2) Body function & structure impairment : kelemahan otot kaki
3) Edukasi : latihan aproksimasi kaki dan penguatan otot kaki

K. Prognosis

Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis
serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena
penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi
pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak
akan mencapai kecerdasan yang normal. Pada kelompok yang dioperasi, angka
kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan
sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan. Adalah penting sekali anak
hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang dengan kelompok
multidisipliner.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Pasien dengan diagnosa medis Cerebral Palsy Diplegi suspect Autism et causa
Hydrocephalus dengan keluhan kerusakan pada otak cerebellum
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang, kontrol gerak dan gangguan
neurologik berupa kelumpuhan, spastik, dan kelainan mental.
 Setelah dilakukan terapi selama enam kali dengan modalitas Neuro Senso (NS)
untuk menstimulasi sensorik, fasilitasi bertujuan untuk memperbaiki otot dan
pola gerakan yang normal, body massage untuk merileksasikan otot serta
mobilisasi trunk untuk mengulur otot. Mobilisasi trunk untuk meningkatkan
postural pada vertebra.Dari hasil tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
Neuro Senso (NS), fasilitasi, body massage, serta mobilisasi trunk merupakan
teknologi intervensi fisioterapi yang dapat membantu memulihkan tumbuh
kembang pada pasien.
A. Saran

Saran kepada orangtua pasien dengan diagnosaCerebral Palsy Diplegi suspect


Autism et causa Hydrocephalus diharapkan masih terus melakukan latihan-
latihan kepada anaknya seperti yang telah diajarkan fisioterapis kepada
orangtua pasien, tidak hanya kondisinya sampai pulih tapi berkelanjutan
menjadi kegiatan rutin pasien di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

http://haris715.blogspot.com/2012/11/askep-hidrosefalus-pada-anak.html

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-
Kep%20Neurobehaviour-Askep%20Hidrosefalus.html

http://asuhankeperawatanakpergatsoe.blogspot.com/2010/08/asuhan-
keperawatan-pada-anak-d-dengan.html

http://nerskece.blogspot.com/2013/06/askep-hidrosefalus-pada-anak.html

Pediatric Physical Therapy, Jan S. Tecklin.2008.

Functional Movement Development, Donna J. Cech. Suzanne “Tink”


Martin. 2012
Motor skill Acquisition in the First Year,Lois Bly, M.A.,PT. 1994.

Principal Of Neural Science, Eric R. Candel. 2000.


Motor Control, Anne Shumway Cook, PT, PhD. , Marjorie H. Wollacott, PhD.
2001.

Campbell, Suzann K., Palisano., Robert J and Orlin., Margo N. 2012. Physical
Therapy for Children Fourth Edition. Missouri: Elseviers Saunders.

Center Of Disease Control. 2009. Data Show in 1 In 278 Children Have Cerebral
Palsy. Georgia: MD

Delalic, Azra, Duracovic, Kapidzic S and Tahirovic, Husref. 2010. Assesment of


Motor Function Score According to the GMFM-88 in Children with
Cerebral Palsy After Post Operative Rehabilitation. Clinical Science Acta
Medica Academica 2010;39:21-29.

Hinchcliffe, Archie. 2007. Children with cerebral Palsy. London: Sage


Publications. Inc.

Karyn, Sereussi. 2007. Untukmu Segalanya: Perjuangan Ibunda seorang Anak


Autistik, Mengungkap Misteri Autisme dan Gangguan
PerkembanganPerpasif. Bandung: Qanita.

Anda mungkin juga menyukai