Anda di halaman 1dari 35

LP & ASKEP EKLAMPSIA

LAPORAN PENDAHULUAN
EKLAMPSIA

Disusun oleh:

Lutfy Nooraini

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Sang Kholik yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan Makalah Kasus KMB 4, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-

Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,

semoga atas ijin Allah SWT penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya

nanti.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan kerabat semua

yang turut serta dalam penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha.

Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam

penulisan makalah ini.


Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah

agar menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.

Penulis,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pre eklamsia dan eklampsia merupakan penyulit dalam


proses persalinan yang kejadiannya senantiasa tetap tinggi.
Tingginya angka kejadian pre eklampsia merupakan faktor utama
penyebab timbulnya eklampsia yang dapat mengancam hidp ibu
bersalin. Tingginya angka kematian bulin sebagai akibat
perkembangan dari pre eklampsia yang tidak terkontrol
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tingginya
angka kematian.
Dari kasus persalinan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus pre eklampsia

atau eklampsia ( Manuaba, 1998 ). Dari kasus tersebut

6 % terjadi pada semua persalinan, 12 % terjadi pada primi gravida. Masih tingginya angka

kejadian ini dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu bersalin dan tingkat

kesehatan masyarakat secara umum.


Dengan besarnya pengaruh pre eklampsia terhadap tingginya tingkat kematian bulin,

maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan menanganikasus-kasus pre

eklampsia. Perawatan pada bulin dengan preeklamsia merupakan salah satu usaha nyata yamg

dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari pre

eklampsia tersebut.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas

ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-

gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo,2000: 49).

Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk

menjadi kejang (helen varney;2007)


Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang

dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma,

(kamus istilah medis : 163,2001)

Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada wanita

hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006)

B. Klasifikasi Eklamsia

Eklampsia di bagi menjadi 2 golongan :

1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering

terjadi),

a. kejadian 15% sampai 60 %

b. serangan terjadi dalam keadaan hamil

2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan

a. Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %

b. Saat sedang inpartu

c. Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan

3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setelah persalinan

a. Kejadian jarang

b. Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

C. Etiologi
Etiologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya

dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the

disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan

terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan

keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat mengakibatkan

ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.

D. Manifestasi Klinis

Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma.

Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :

1. Tingkat awal atau aura ( invasi )

Berlangsung 30 – 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat ( pandangan kosong ),

kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.

2. Stadium kejang tonik

Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam,

pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung kira – kira

20 – 30 detik

3. Stadium kejang klonik

Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan

menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka kelihatan kongesti

dan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,

menarik nafas, seperti mendengkur.

4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam – jam.Kadang antara kesadaran

timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.

E. Pathofisiologi

Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan

dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan

konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk

mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia

parmeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.

Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan

gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat

janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan

kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi pada

partus prematurus.

Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga

menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam

hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi

garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan

tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat

sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus

arterioles ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan

retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga

menyebabkan dieresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa

arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema

intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan berakhir,

retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan

gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan

aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.

Edema paru-paru merupakan sebab utama kematian penderita eklampsia. Komplikasi

disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh

darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran

darah ke otak dan pemakaian oksigen pada eklampsia akan menurun.

Metabolism dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya

terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler keruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh

kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan

volume darah edema berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih

lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai tubuh berkurang akibatnya hipoksia.

Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat

dipakai sebagai ukuran perbaiakan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.

Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.

Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga menyebabkan

cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk

dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian,

cadangan alakali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat.

Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada

eklampsia.
F. Pathways

Terlampir

G. Komplikasi

Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan

bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.

1. Terhadap janin dan bayi.

a. Solution plasenta

Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga terjadi

hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.

b. Asfiksia mendadak, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim.

c. Hemolisis

Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darah

merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang

dikenal karena ikterus.

2. Terhadap ibu

a. Hiprofibrinogenemia

Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg persen.

Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.

b. Perdarahan otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.

c. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan

kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia

serebri.

d. Edema paru – paru

e. Nekrosis hati

Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.

Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-

enzimnya.

f. Sindroma HELLP

Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati,

dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat

timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.

g. Kelainan ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial

tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria

sampai gagal ginjal.

h. Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang - kejang

pneumonia aspirasi, dan DIC.

i. Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Darah rutin

b. Pemeriksaan darah lengkap


2. Pemeriksaan diagnostik

a. Ultrasonografi

b. Elektrokardiograf

I. Penatalaksanaan umum

1. Penanganan Kejang :

a. Beri obat anti konvulsan

b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung O2 )

c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma

d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan

e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi

f. Beri oksigen 4-6 liter / menit

2. Penanganan Umum :

a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-100

mmHg.

b. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)

c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload

d. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric

e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam

f. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam

g. Pantau kemungkinan oedema paru

h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu

dan janin.

i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam


j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan

pemberian cairan dan berikan diuretic

k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside

l. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti dengan

MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan

merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4

m. Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1 m setiap 4 jam kemudian

dilanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir

n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella

(+), urin minimal 30 ml / jam dalam 4 jam terakhir

o. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >

p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr (

20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.

BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Sumber(http://download-askep.blogspot.com/2010/01/pengkajian-diagnosa-

keperawatan_07.html)

Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :

1. Data subyektif :

a. Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20

tahun atau > 35 tahun

b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,

pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.

c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler

esensial, hipertensi kronik, DM

d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,

hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau eklampsia

sebelumnya

e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok

maupun selingan

f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan

kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

2. Data Obyektif :

a. Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress

d. Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (

jika refleks + )
e. Pemeriksaan penunjang :

1) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam

2) Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3

gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,

serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml

3) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

4) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak

5) USG ; untuk mengetahui keadaan janin

6) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Diagnosa Pre Op :

1. Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC yang akan dilakukan.

Diagnosa Post Op :

1. Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah upaya yang dilakukan perawat untuk mencapai hasil yang

diharapkan yaitu kesembuhan pasien dan kemampuan pasien melakukan atau memenuhi

kebutuhan hidupnya kembali dan tujuan pemulangan pasien.Intervensi pada pasien dengan

eklampsia meliputi :
Intervensi Pre Op :

1. Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC akan dilakukan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah

keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

a. Klien tidak cemas lagi

b. Klien terlihat tenang

c. Klien terlihat rileks

Rencana tindakan :

1) Beritahu klien tentang prosedur pembedahan

Rasional: Klien dapat mengetahui prosedur pembedahan

2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan rasa cemasnya

Rasional: Dapat meringankan beban pikiran klien

3) Ciptakan suasana tenang dan nyaman

Rasional: Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi rasa cemas klien

Intervensi Post Op :

1. Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah

keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

a. Kesadaran Compos Metis , GCS : 15 ( 4-5-6 )

b. Tanda – tanda vital dalam batas normal

TD : 120/80 mmHg

Suhu : 36 – 37 C

Nadi : 60 – 80 x/menit
RR : 16 – 20 x/menit

Rencana tindakan :

1) Monitor tekanan darah tiap 4 jam

Rasional: Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH

2) Kaji tingkat kesadaran pasien

Rasional: Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak

3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi, dan

respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )

Rasional: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan

paru yang mendahului status kejang

4) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM

Rasional: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya

kejang

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah

keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

a. Klien tidak meringis

b. Skala nyeri 2 – 3 ( 1 – 10 )

c. Pasien melaoporkan rasa nyeri hilang atau berkurang

Rencana tindakan :

1) Kaji skala nyeri

Rasional: Setiap skala nyeri memiliki managemen yang berbeda

2) Ajarkan teknik relaksasi


Rasional: Relaksasi dapat mengalihkan persepsi nyeri

3) Ajarkan teknik nafas dalam

Rasional: Tekhnik nafas dalam dapat mengurangi rasa nyeri

4) Berikan posisi yang nyaman

Rasional: Posisi yang nyaman dapat mengurangi sensasi nyeri

5) Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional: Terapi analgetik dapat membantu melokalisir nyeri

3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah

keperawatan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

a. Menunjukkan regenerasi jaringan dan mencapai penyembuhan tepat waktu

b. Pada area luka tampak bersih dan tidak kotor

c. Luka tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

Rencana tindakan :

1) Monitor tanda – tanda vital

Rasional: Mengetahui keadaan umum klien

2) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi

laesa

Rasional: Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi

3) Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka

Rasional: Meminimalkan terjadinya kontaminasi

4) Kolaborasi pemeriksaan darah : leukosit

Rasional: Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi


5) Kolaborasi pemberian obat - obatan antibiotika sesuai indikasi

Rasional: Obat antibiotik dapat membantu membunuh kuman


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas

ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-

gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000: 49).

Eklampsia di bagi menjadi 3 golongan : Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang

terjadi sebelum persalinan, kejadian 150 % sampai 60 %, serangan terjadi dalam keadaan hamil.

Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan, Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %, Saat

sedang inpartu, Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan dan Eklampsia postpartum

ialah eklampsia setelah persalinan, Kejadian jarang, Terjadinya serangan kejang atau koma

setelah persalinan berakhir

B. Saran

Dalam pembuatan asuhan keperawatan ini penulis telah menyelesaikan semaksimal

mungkin dengan hasil sesuai yang ada di hadapan para pembaca yang budiman. Namun penulis

sadar akan kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak” yang mana tidak ada manusia yang

sempurna dan penulis menyadari akan hal itu. Sehingga penulis memohon maaf yang sebesar –

besarnya apabila terjadi kesalahan baik dalam penyusunan maupun penulisan serta isi yang

terkandung didalamnya. Oleh karena itu, penulis mohon saran yang bersifat membangun

sehingga dapat terjadi perbaikan dalam penyusunan asuhan keperawatan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta: EGC

Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim penerbit

PSIK UNPAD, Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius

Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia


Carpenito,Lynda Juall, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC
Price, Silvia A, 2006. Patofisiologi, volume 2, Jakarta: Buku kedokteran EGC.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


Nama Mahasiswa :
NIM :
Ruangan :

Tanggal Masuk : senin 24 februari 2014 jam 05.00


Ruang : ICU
Pengkajian : senin 24 februari jam 06.00
NO.RM : 509543
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Usia : 24 tahun
TB/BB : TB/ BB : 150 cm /60 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Diagnosa : Eklamsi Posterm
Suku : Jawa
No.RM : 590543
Alamat : Sendangsari, Garung-Wonosobo

Penanggung Jawab :
Nama : Tn. W
Usia : 26 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sendangsari, Garung-Wonosobo

II. Pengkajian
A. Wawancara
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing, kencang dan cemas dengan kondisi kehamilannya.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Tanggal 24/02/2014 jam : 04 : 20 Klien datang ke IGD RSUD Setjonegoro mengeluh riwayat
kejang 2x kurang lebih 1 jam dirumah, di IGD kejang 1 x dengan G1P0A0, HPL : 30 januari
2014, usia kehamilan 44 minggu. terapi yang diberikan O2 2 L/menit, cairan intravena RL dan
MgS04 dan masuk ICU jam 05 : 00 dan dilakukan operasi SC pada tanggal 24 Februari 2014,
mulai jam 10.45 WIB selesai jam 11.30 WIB, menggunakan General Anestesi (GA)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan kunjungan ANC teratur kurang lebih 10 x, di bidan, klien tidak pernah
mengkonsumsi obat selain dari bidan, obat yg di berikan selama hamil : Fe, Vit C, B6 dan B1,
riwayat hipertensi selama kehamilan .

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan misalnya hipertensi dan
DM.
5. Riwayat Pekerjaan
Klien tidak bekerja, di rumah sebagai ibu rumah tangga.

6. Riwayat Geografi
Kondisi rumah permanen, jauh dari jalan raya, jauh dari perkotaan, keadaan rumah selalu di
rawat oleh klien.

7. Riwayat Alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi apapun debu, cuaca makanan maupun obat - obatan.

8. Kebiasaan Sosial
Klien tidak mempunyai kebiasaan merokok, alcohol dan obat - obatan terlarang. Klien
menginginkan kehamilan keluarga mendukung.

B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
System tubuh :
1. Breath
Hidung : cuping hidung (-), terpasang oksigen nasal canul 2 liter/menit, tidak ada rhinorea,
fungsi penciuman baik, RR : 37 x/menit, Sound breath : vesikuler, Saturasi oksigen : 98%,
Bentuk dada : simetris, retraksi (-), tidak ada ketinggalan gerak saat bernafas, pengembangan
dada sama.

2. Blood
Nadi : 106 x/menit,teraba kuat,irama teratur, Bunyi Jantung : S1>S2 tidak ada bunyi tambahan,
TD : 164/106 mmHg, JVP : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.

3. Brain
Tingkat kesadaran : Compos Mentis (E4,M6,V5), Bentuk kepala : mesochepal, tidak ada
lesi. Mata : pandangan tidak kabur, dapat melihat seseorang didepannya dengan
baik, konjungtiva tidak anemis, sclera an ikterik, pupil isokor, palpebra tidak ada pembengkakan,
fungsi pendengaran baik.

4. Bladder
Urine output : kurang lebih 240 cc/6 jam, warna kuning terang, bau khas urin, Alat bantu :
menggunakan kateter DC No.16

5. Bowel
a. Mulut : mukosa bibir lembab, terlihat bersih, gigi tersusun rapi.
b. Abdomen
TFU 21 cm, janin tunggal, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, penurunan
terendah 4/5, DJJ : 138 x/menit., Bising usus tidak terkaji, status nutrisi diit RG Jenis makanan
disesuaikan kondisi kien (sementara di puasakan).
c. BAB : klien belum BAB sejak awal di RS

6. Bone
a. ROM : klien sukar bergerak karena usia kandungan tua.
b. Deformitas ekstremitas : tidak ada
c. Mobilisasi : klien tidak mobilisasi, mobilisasi di bantu perawat dan alat.
d. Turgor : baik, Akral dingin , capilery refill kembali dalam <3 detik, Suhu : 37,0oC derajat celcius
/ aksila.

e. Kekuatan otot : 5 5
5 5
Terdapat edema ekstremitas bawah, tidak sianosis, klien terlihat pucat dan terlihat gelisah.

7. Social
a. Kemampuan komunitas : komunitas klien baik dengan siapapun, tidak ada disorientasi, klien
kooperatif, bisa mampu menjawab pertanyaan perawat dengan baik.
b. Spiritual : klien terlihat tidak beribadah selama di rawat di RS.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. Hasil Laborat
Nama : Ny.W
No.RM : 590543
Tanggal pemeriksaan : 24 Februari 2014 04:24 (pre 0p)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin
Leukosit 12.9 g/dL 11.7 – 15.5
DIFF COUNT H 18.3 10^3/uL 3.6 – 11.0
Eosinofil
Basofil . % 2.00 – 4.00
Netrofil . % 0-1
Limfosit . % 50 - 70
Monosit . % 25 - 40
Hematokrit . % 2–8
Eritrosit 40 % 35 – 47
Trombosit 5.2 10^6/uL 3.80 – 5.20
MCV 269 10^3/uL 150 – 400
MCH
MCHC L 78 fL 80 – 100
L 25 pg 26 – 34
32 g/dL 32 – 36
Golongan Darah

KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu
Ureum
Creatinin
H 155
SGOT mg/dL 70 – 150
9.2
SGPT mg/dL < 50
0.60
Bilirubin Total mg/dL 0.40 – 0.90
21.0
Bilirubin Direk U/L 0 - 35
22.0
Bilirubin Indirek U/L 0 – 35
0.40
mg/dL 0.1 – 1.0
0.10
mg/dL 0–4
SERO IMUNOLOGI 0.30
HBsAg

Positive
Negative

Nama : Ny.W
No RM : 590543
Tanggal Pemeriksaan : 24 februari 2014 jam 13 : 37 (Post Op)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin
Leukosit L 10.4 g/dL 11.7 – 15.5
DIFF COUNT H 18.6 10^3/uL 3.6 – 11.0
Eosinofil
Basofil . % 2.00 – 4.00
Netrofil . % 0 –1
Limfosit . % 50 – 70
Monosit . % 25 – 40
Hematokrit . % 1 –8
Eritrosit L 31 % 35 – 47
Trombosit 4.1 10^6/uL 3.80 – 5.20
MCV
MCH 236 10^3/ uL 150 – 400
MCHC L 76 fL 80 – 100
26 pg 26 – 34
33 g/dL 32 - 36

2. Program Terapi
a. Tanggal : 24 februari 2014 jam 06 : 00 pre op
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) Infuse RL 20 tpm
3) MgSo4 1 gr/ jam iv
b. Tanggal : 24 februari 2014 jam 11 : 30 pos op
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) Infuse : RL + oxytoxin 1 amp : 20 tpm iv mulaijam 12 : 00
3) MgSo4 1gr/jam via siring pump dari jam 12 : 00
4) Injeksi cefotaxim : 2 x 1 gr iv
5) Injeksi OMZ : 2 X 40 mg iv
6) Injeksi MPS : 3 X 125 mg iv
7) Ketorolac : 3 x 1 amp 30 mg iv
8) Diit : tunda sampe BU+N
c. Tanggal 25 februari 2014
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) nifedipin : 2 x 10 mg ( oral )
3) SM 1 gr/jam via siringpump iv s/d jam 12 : 00
4) Cefotaxim 2 x 1 gram iv
5) OMZ 2 X 1 vial 40 mg iv
6) MPS 3X125 mg iv
7) RL + oxytocin 1 amp iv s/d jam 12 : 00
3. Advice anestesi
a. Monitor TTV
b. Posisi berbaring
c. Bila kesakitan beri ketorolak 30 mg/ iv
d. Bila mual muntah berikan ondansentron 8mg/iv
e. Cek darah rutin post op
f. Bila bising usus (+) boleh makan minum bertahap
g. Infuse futrolit I, RL II, maintenance 20 tpm

IV. ANALISA DATA


Hari/Tgl/ Data Focus Etiologi Problem
jam
Senin Ds : klien mengatakan cemas Krisis situasional Ansietas
24/02/14 dengan kondisi kehamilan nya.
06 : 00 Do :Klien terlihat pucat dan
gelisah, N : 106x/menit, RR 26
x/menit,akral dingin.
Senin Ds : Klien mengatakan kejang Kejang ber ulang Resiko Cidera
24/02/14 di rumah 2x, pasien
06 : 00 mengatakan pusing, sesak
nafas.
Do : TD : 164 /106 mmHg
N : 106 x/menit, RR 37 x/
menit, Terpasang O2 nasal
canul 2 liter/ menit, riwayat
Kejang (+), Pusing (+)

Senin Ds : Klien mengatakan Agen Cider Fisik Nyeri akut


24/02/14 nyeri luka operasi seperti di ( Luka SC )
20 : 00 tusuk – tusuk, nyeri hilang
timbul, pada perut bagian
bawah sekala nyeri 7.
Do : Terdapat luka post op SC,
Keadaan luka tertutup, perban
bersih, KU : lemah, kesadaran
composmentis, TD : 120/ 64
mmHg, RR :23 x/ menit, N :
94 x/ menit, saturasi O2 96%
Senin Ds : Prosedur Infansif Resiko Infeksi
24/02/14 Do : Terdapat luka post op SC,
20 : 00 Keadaan luka tertutup, perban
bersih, KU : lemah, kesadaran
composmentis, TD : 120/ 64
mmHg, RR :23 x/ menit, N :
94 x/ menit, S :36,1OC saturasi
O2 96%
Leukosit : H 18,6
Post OP hari ke-0
Terpasang infuse RL +
oxytosin 20tpm
Terpasang DC No-16
Terpasang o2 nasal kanul
2liter/menit.
V. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko cidera berhubungan dengan kejang ber ulang
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisil ( luka SC )
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infansif

VI. INTERVENSI
Hari/tgl/ Dx Tujuan dan Intervensi Rasional Ttd
jam
Senin Setelah dilakukan tindakan1. Membuka jalan nafas saat Kel
24/02/14 asuhan keperawata selama 2x24 kejang x
06 : 00 jam tidak terjadi injuri dengan2. Membantu dalam melakukan
criteria hasil : intervensi yang tepat.
1. Klien tidak kejang 3. Menghindari jatuh
2. TTV dalam batas normal. 4. Menghindari cidera kepala
Rencana Tindakan: 5. Kebutuhan oksigen tercukupi
1. Posisikan klien miring saat6. Mengurangi aktifitas kejang.
kerang.
2. Monitor TTV dan kesadaran
klien.
3. Pasang penghalang tempat tidur.
4. Beri bantalan kepala yang
empuk.
5. Berikan okksigenasi
6. Berikan MgSo4 sesuai advice
dokter

Senin Setelah dilakukan tindakan 1. Meninkatkan kepercayaan Kel


24/02/14 asuhan keperawatan selama1 x klien terhadap perawat x
06 : 00 20 menit kecemasan teratasi 2. Klien dapat mengetahui
dengan kriteria hasil : tujuan toindakan, bekerja
1. Menggunakan teknik relaksasi sama dan kooperatif dalam
untuk menurunkan kecemasan. program.
2. Melaporkan penurunan rentang 3. Meningkatkan pengetahuan
waktu priode cemas. dan mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan : 4. Meningkatkan rileksasi
1. Gunakan pendekatan yang mengurangi cemas.
menyenangkan. 5. Evaluasi tindakan
2. Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur.
3. Berikan informasi factual
mengenai diagnosis tindakan
prognosis.
4. Instruksikan pada klien untuk
menggunakan teknik relaksasi.
5. Identivikasi tingkat kecemasan.

Senin Setelah dilakukan tindakan 1. Mengetahui keadaan umum Kel


24/02/14 asuhan keperawatan selama klien x
20 : 00 2x24 jam nyeri akut teratasi 2. Tiap skala nyeri memiliki
dengan criteria hasil : menejemen yang berbeda
1. Nyeri berkurang. 3. Relaksasi dapat
2. Klien terlihat rileks dan nyaman. mengalihkan presepsi nyeri
3. TTV dalam batas normal 4. Posisi nyaman dapat
4. Melaporkan secara verbal nyeri mengurangi reaksi nyeri
berkurang. 5. Terapi analgetik dapat
Rencana Tindakan : membantu melokalisir nyeri
1. Ukur TTV secara berkala.
2. Kaji skala nyeri.
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Memberikan posisi nyaman
5. Kolabprasi pemberian analgetik

Senin Setelah dilakukan tindakan 1. Mencegah infeksi Kel


24/02/14 asuhan keperawatan selama 2 x nosokomial x
20 : 00 24 jam diharapkan infeksi tidak 2. Meminimalkan terjadinya
terjadi dengan criteria hasil : kontaminasi
1. Tidak ada tanda tanda infeksi 3. Untuk mengetahui adanya
(rubor, color, doror, tumor, tanda tanda infeksi
fungsiolaesa) 4. Mengetahui keadaan umum
2. Leukosit dalam batas normal klien
3. Suhu tubuh normal 5. Leukosit yang meningkat
36 -77,5oC menunjukan adanya proses
Rencana Tindakan : infeksi
1. Cuci tangan sebelum dan 6. Obat anti biotic dapat
sesudah melakukan tindakan. membantu membunuh
2. Anjurkan klien untuk tidak kuman
memegang pada bagian yang
luka.
3. Observasi tanda tanda infeksi
4. Monitor tanda tanda vital
5. Kolaborasi pemeriksaan darah:
leukosit

6. Kolaorasi dalam pemberian


antibiotic
VII. IMPLEMENTASI
Hari/Tgl/ Dx Implementasi Respon Ttd
jam
Senin I 1. Menerima klien, memberikan
1. S : - Kex
24/02/14 posisi nyaman dengan satu O : Klien terlihat nyaman.
Pagi bantal.
06 : 00
2. S:-
2. Memasang oksigennasal canul O : O2 5 liter/menit lancer.
I Saturasi O2 98%
3. S: -
3. Mengukur tetesan infuse.
O : Infuse RL 20 tpm lancer.
4. S:-
I O : MgSo4 1gr /jam via
4. Memberikan MgSo4 siring pum lancar.
5. S:-
O:Kesadaran composmentis
I KU : Lemah
5. Mengukur TTV dan kesadaran TD : 164/106mmHg
klien N : 106 x/menit
RR : 37 x/menit
I S : 37,0oC
6. S:-
O : Klien dalan keadaan
aman, kejang (-)
7. S: -
O : Klien mengatakan cemas
berkurang, klien
mendengarkan informs
6. Memasang penghalang tempat terkait kesehatannya dengan
tidur klien penuh perhatian, klien paham
dan mengerti, mampu
I menjelaskan ulang tentang
08 : 00 7. Menyapa klien dengan ramah
pengertian eklamsi, posterm
hangat, Memberikan informasi
dan tujuan dan pprosedur
terkait dengan diagnosis dan
tindakan SC.
II menjelaskan tujuan, prosedur 8. S: -
tindakan.
O : Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi.
9. S : Klien mengatakan cemas
berkurang.
O :ekspresi wajah terlihat
lebih rileks dan tenang.
10. S :
O:Kesadaran composmentis
TD : 162/106mmHg
N : 93 x/menit RR : 26
o
8. Menganjurkan teknik nafas x/menit, S :36,1 C Saturasi
dalam. O2 99%
11. S : Klien mengatakan cemas
berkurang
O :ekspresi wajah terlihat
I,II
9. Identifikasi tingkat kecemasan. lebih rileks dan tenang.
09 : 00
12. S : -
O: Anestesi gengan GA KU :
lemah.
II
10. Mengukur TTV dan kesadaran Tangan terbebas dari mikro
13.
10 : 00 klien organism
14. S :-
O : O2 2 liter/ menit lancer
15. S :
O :Infuse RL + Oxytosin 20/
tpm lancer
I, II
16. S: -
10 : 45 O : 1gr/jam via siring pump
lancer
11. Mengantar klien operasi dan
17. S : -
memotivasi
O : TD : 150/104 mmHg
N : 80 x/ menit
RR : 24 x/ menit
Seturasi O2 98 %, kesadaran
somnolen (pengaruh anestesi
I 12. Oprasi SC selesai )
18. S :-
11 :30 O : Intake :
Parenteral : 200 cc
13. Mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
14. Memasang oksigen nasal canul Output :
Urine : 250 cc
Iwl : 175
15. Memonitor tetesan infuse Balance : - 225

IV
16. Memberikan MgSo4
I
17. Mengukur TTV dan kesadaran
klien.
I

12 : 00
18. Menghitung balancecairan per 7
I jam.

13 : 00
Senin I 1. Mengukur TTV dan kesadaran 1. S : Ke
24/02/14 klien O : KU : Lemah kesadaran x
Sore somnolen (pengaruh
14 : 00 anestesi). TD : 147/88mmHg,
N : 94 x/ menit, RR : 23x/
menit, saturasi O2 : 98%
2. S :
O : 1 gr/jam via siring pump
lancer
2. Memberikan MgSo4 3. S:
I O: Klien mengatakan
nyaman, bising usus belum
terdengar.
3. Memberikan posisi berbaring, S :
4.
III O : Infuse RL +oxytosin 1
Memonitor bising usus
ampul 20 tpm s/d 12 :00
25/02/14
4. Mengatur tetesan infuse 5. S :
O: Injeksi ketorolak, MPS,
I, alinamin f masuk
III 6. S :
O :KU : Lemah, kesadaran
somnolen ( pengaruh anestesi
5. Memberikan terapi injeksi
). TD :127/73 mmHg, RR :
analgetik,
III 22 x/ menit, N : 96 x /menit,
16 : 00 saturasi O2 : 97 %
6. Monitor TTV dan kesadaran
7. S:
pasien O: Obat injeksi cefotaxim,
I OMZ masuk
19 : 00 8. S:
O: Intake : parenteral : 700
cc, output : urine : 450 cc,
iwl : 325,
balance : - 22

7. Memberikan terapi injeksi


antibiotic

20 : 00 8. Menghitung balance cairan per


13 jam
Senin I 1. Memonitor tetesan infuse dan
1. S : Kex
24/02/14 Mg So4 O :RL +oxytosin 1 ampul 20
malam tpm, MgSo4 via siring
20 : 00 pump lancer

2. Memonitor TTV, KU dan


I 2. S : Klien mengatakan
kesadaran klien
nyeri luka operasi seperti di
tusuk – tusuk, nyeri hilang
timbul, pada perut bagian
bawah sekala nyeri 7.
O : KU : lemah, kesadaran
composmentis, TD : 120/ 64
mmHg, RR :23 x/ menit, N :
94 x/ menit, S :
36,1OC, saturasi O2 96%
3. S:
O:Klien mendemonstrasikan
dengan baik.
4. S:
O:Obat injeksi ketorolak,
MPS, alinamin masuk

24 : 00 3. Menganjurkan teknik relaksasi5. S:-


III O: KU : sedang, kesadaran
composmentis, TD : 151 / 93
Selasa
mmHg, N : 83, RR : 24 X/
25/02/14 4. Memberikan terapi obat injeksi menit S : 36,5 C,
05 : 30 dan Menganjurkan klien untuk
6. S :
istirahat O :Intake : parenteral : 1600
I, cc,
III , output : 1050 cc, IWL : 600
5. Memontor TTV, KU dan
IV cc,
kesadaran klien
06. : 30 balance : - 50
I

6. Menghitung balance cairan

07 : 00

Selasa I 1. Memonitor tetesan infuse 1. S : Kex


25/02/14 O : Infus RL + Oxy 1 ampul
Pagi 20 tpm s/d 12.00 WIB
08 : 00 2. S :
O: MgSO4 1 gr /jam via
I 2. Memberikan MgSo4 syiring pump
3. Bising usus (+), Diit Masuk
200 cc
4. S :
3. Memberikan diit MC O : Keadaan luka tertutup,
tidak ada rembesan balutan
IV terlihat bersih dan kering.
4. Mengkaji tanda tanda infeksi 5. S :
O: Obat injeksi MPS,
ketorolak, alinamin,
cefotaxim, OMZ, masuk

I 6. S:
III,5. Memberikan terapi injeksi O:Kesadaran composmentis
IV antibiotic, analgetik KU : Sedang, bising usus (+)
TD : 140 / 96 mmHg
N : 86x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,7 oC
I 6. Mengukur TTV, KU dan kejang (-)
kesadaran klien 7. S : Klien mengatakan tidak
10 : 00
sesak
O:. Kejang (-)
8. S: -
O:Kesadaran composmentis,
TD : 130/90mmHg, N : 84
x/menit RR : 21 x/menit,, S
:36,4oC Saturasi O2 96%
9. S : -
O :RL 20 tpm lancer
10. S : Klien mengatakan nyeri
7. Aff oksigenasi berkurang,sudah mampu
I miring / bergerak secara
12 : 00 mandiri. nyeri luka
operasi, seperti tertusuk-
8. Mengukur TTV dan kesadaran tusuk, perut bagian
I bawah, skala 4, hilang-
klien
timbul.
O : TD : 130 / 80 mmHg, N :
74 x/ menit, RR : 24 x /
menit, S : 36 C, Saturasi O2
95 %,luka post ophorizontal
diperut bagian bawah
11. Intake : parenteral : 1400 cc,
9. Memonitor tetesan infuse. output :1300 cc, IWL : 175
cc, balance : - 75 cc

10. Mengukur TTV dan mengkaji


I,III skala nyeri.
11. Menghitung balance cairan
I

13 : 00

VIII. EVALUASI
Hari/Tgl/ Dx Catatan perkembangan Ttd
jam
Senin I S : klien mengatakan pusing, pandangan tidak kabur. Kel
24/02/14 x
10 : 00
O : Klien dalam keadaan aman, kejang (-), Kesadaran
composmentis O2 nasal canul 2 liter/ menit, infuse RL 20
tpm, MgSo4 1gr/ jam via siring pump, TD : 162/106 mmHg, N
: 93 x/ menit, RR : 26 x/ menit, Seturasi O2 99 %,

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi : 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

Senin II S : Klin mengatakan cemas berkurang. Kel


24/02/14 x
10 : 00
O : ekspresi wajah terlihat lebih rileks dan tenang. klien
mendengarkan informs terkait kesehatannya dengan penuh
perhatian, klien paham dan mengerti, mampu menjelaskan
ulang (sebagaian) tentang pengertian eklamsi, posterm dan
tujuan dan prosedur tindakan SC.
Kesadaran composmentis
TD : 162/106mmHg
N : 93 x/menit RR : 26 x/menit, S :36,1oC Saturasi O2 99%

A : Masalah cemas teratasi


P: -
IX.

Hari/Tgl/ Dx Catatan perkembangan Ttd


jam
Selasa I S:- Kel
24/02/14 x
14.00
O : Klien dalan keadaan aman, kejang (-), Kesadaran
composmentis O2 nasal canul 2 liter/ menit, infuse RL +
Oxytosin 20 tpm, MgSo4 1gr/ jam via siring pump, TD :
140/94 mmHg, N : 80 x/ menit, RR : 22 x/ menit, Seturasi O2
98 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi : 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

Selasa III S : Klien mengatakan nyeri berkurang,sudah mampu Kel


24/02/14 miring, bergerak secara mandiri, nyeri luka operasi, seperti x
14.00 tertusuk-tusuk, perut bagian bawah,skala 4, hilang-timbul

O : luka horizontal diperut bagian bawah


Infuse RL : 20 tpm , oksigen 2 l/m, DC +
TD : 149/96 mmHg
N : 78 x/menit RR : 24 x/menit, S :36,1oC Saturasi O2 99%

A : Masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5

Selasa 1V S:- Kel


25/02/14 O : luka tertutup kassa keadaan bersih,tidak rembes, tidak ada x
14.00 tanda tand infeksi, TD : 140/96 mmHg, N : 86x/menit, RR:23
x/menit, SPO2 :98 %, S :36,7 derajat celcius, Leukosit : H
18.6, DC +, infuse RL :20tpm

A : masalah resiko infeksi belum teratasi


P : lanjutkan intervensi : 1,2,3,4 dan 5

Anda mungkin juga menyukai