LAPORAN PENDAHULUAN
EKLAMPSIA
Disusun oleh:
Lutfy Nooraini
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Sang Kholik yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Kasus KMB 4, tanpa nikmat sehat yang diberikan oleh-
Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
semoga atas ijin Allah SWT penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya
nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan kerabat semua
yang turut serta dalam penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha.
Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan dalam
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
6 % terjadi pada semua persalinan, 12 % terjadi pada primi gravida. Masih tingginya angka
kejadian ini dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu bersalin dan tingkat
maka sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan menanganikasus-kasus pre
eklampsia. Perawatan pada bulin dengan preeklamsia merupakan salah satu usaha nyata yamg
dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari pre
eklampsia tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-
dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma,
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada wanita
B. Klasifikasi Eklamsia
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling sering
terjadi),
a. Kejadian jarang
C. Etiologi
Etiologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya
dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering disebut “the
disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan
terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan
ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal trimester satu dan dua.
D. Manifestasi Klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma.
Berlangsung 30 – 35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat ( pandangan kosong ),
kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke kiri.
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam,
pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung kira – kira
20 – 30 detik
Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka kelihatan kongesti
dan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar,
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam – jam.Kadang antara kesadaran
timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
E. Pathofisiologi
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan
dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan
konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat
janin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan
kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi pada
partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam
hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi
garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan
tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat
sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus
arterioles ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan
retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan dieresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa
arteri jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema
intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan berakhir,
retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan
gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan
aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh
darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran
terjadi pergeseran cairan dan ruang intravaskuler keruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh
volume darah edema berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih
lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai tubuh berkurang akibatnya hipoksia.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara.
Asidum latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga menyebabkan
cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan untuk
dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan demikian,
cadangan alakali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen meningkat.
Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari 1 menit pada
eklampsia.
F. Pathways
Terlampir
G. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah melahirkan
a. Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga terjadi
c. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darah
merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang
2. Terhadap ibu
a. Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg persen.
b. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
c. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan
kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia
serebri.
e. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-
enzimnya.
f. Sindroma HELLP
Merupakan suatu kerusakan multisistem dengan tanda-tanda : hemolisis, peningkatan enzim hati,
dan trombositopenia yang diakibatkan disfungsi endotel sistemik. Sindroma HELLP dapat
timbul pada pertengahan kehamilan trimester dua sampai beberapa hari setelah melahirkan.
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial
tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
h. Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang - kejang
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
a. Ultrasonografi
b. Elektrokardiograf
I. Penatalaksanaan umum
1. Penanganan Kejang :
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung O2 )
e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
2. Penanganan Umum :
a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-100
mmHg.
h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu
dan janin.
l. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti dengan
MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan
n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan minimal 16 / menit. Refleks Patella
p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr (
BAB III
A. Pengkajian
Sumber(http://download-askep.blogspot.com/2010/01/pengkajian-diagnosa-
keperawatan_07.html)
1. Data subyektif :
a. Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20
sebelumnya
maupun selingan
2. Data Obyektif :
jika refleks + )
e. Pemeriksaan penunjang :
1) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
2) Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,
4) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
Diagnosa Pre Op :
1. Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC yang akan dilakukan.
Diagnosa Post Op :
Intervensi keperawatan adalah upaya yang dilakukan perawat untuk mencapai hasil yang
diharapkan yaitu kesembuhan pasien dan kemampuan pasien melakukan atau memenuhi
kebutuhan hidupnya kembali dan tujuan pemulangan pasien.Intervensi pada pasien dengan
eklampsia meliputi :
Intervensi Pre Op :
Rencana tindakan :
Rasional: Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi rasa cemas klien
Intervensi Post Op :
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36 – 37 C
Nadi : 60 – 80 x/menit
RR : 16 – 20 x/menit
Rencana tindakan :
Rasional: Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi, dan
Rasional: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan
Rasional: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya
kejang
b. Skala nyeri 2 – 3 ( 1 – 10 )
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
2) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungsi
laesa
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-
terjadi sebelum persalinan, kejadian 150 % sampai 60 %, serangan terjadi dalam keadaan hamil.
Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan, Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %, Saat
sedang inpartu, Batas dengan eklampsia gravidarum sulit ditentukan dan Eklampsia postpartum
ialah eklampsia setelah persalinan, Kejadian jarang, Terjadinya serangan kejang atau koma
B. Saran
mungkin dengan hasil sesuai yang ada di hadapan para pembaca yang budiman. Namun penulis
sadar akan kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak” yang mana tidak ada manusia yang
sempurna dan penulis menyadari akan hal itu. Sehingga penulis memohon maaf yang sebesar –
besarnya apabila terjadi kesalahan baik dalam penyusunan maupun penulisan serta isi yang
terkandung didalamnya. Oleh karena itu, penulis mohon saran yang bersifat membangun
sehingga dapat terjadi perbaikan dalam penyusunan asuhan keperawatan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin Elizabeh.J.2009 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim penerbit
Mansjoer, Arif dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Penanggung Jawab :
Nama : Tn. W
Usia : 26 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sendangsari, Garung-Wonosobo
II. Pengkajian
A. Wawancara
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing, kencang dan cemas dengan kondisi kehamilannya.
6. Riwayat Geografi
Kondisi rumah permanen, jauh dari jalan raya, jauh dari perkotaan, keadaan rumah selalu di
rawat oleh klien.
7. Riwayat Alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi apapun debu, cuaca makanan maupun obat - obatan.
8. Kebiasaan Sosial
Klien tidak mempunyai kebiasaan merokok, alcohol dan obat - obatan terlarang. Klien
menginginkan kehamilan keluarga mendukung.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
System tubuh :
1. Breath
Hidung : cuping hidung (-), terpasang oksigen nasal canul 2 liter/menit, tidak ada rhinorea,
fungsi penciuman baik, RR : 37 x/menit, Sound breath : vesikuler, Saturasi oksigen : 98%,
Bentuk dada : simetris, retraksi (-), tidak ada ketinggalan gerak saat bernafas, pengembangan
dada sama.
2. Blood
Nadi : 106 x/menit,teraba kuat,irama teratur, Bunyi Jantung : S1>S2 tidak ada bunyi tambahan,
TD : 164/106 mmHg, JVP : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
3. Brain
Tingkat kesadaran : Compos Mentis (E4,M6,V5), Bentuk kepala : mesochepal, tidak ada
lesi. Mata : pandangan tidak kabur, dapat melihat seseorang didepannya dengan
baik, konjungtiva tidak anemis, sclera an ikterik, pupil isokor, palpebra tidak ada pembengkakan,
fungsi pendengaran baik.
4. Bladder
Urine output : kurang lebih 240 cc/6 jam, warna kuning terang, bau khas urin, Alat bantu :
menggunakan kateter DC No.16
5. Bowel
a. Mulut : mukosa bibir lembab, terlihat bersih, gigi tersusun rapi.
b. Abdomen
TFU 21 cm, janin tunggal, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, penurunan
terendah 4/5, DJJ : 138 x/menit., Bising usus tidak terkaji, status nutrisi diit RG Jenis makanan
disesuaikan kondisi kien (sementara di puasakan).
c. BAB : klien belum BAB sejak awal di RS
6. Bone
a. ROM : klien sukar bergerak karena usia kandungan tua.
b. Deformitas ekstremitas : tidak ada
c. Mobilisasi : klien tidak mobilisasi, mobilisasi di bantu perawat dan alat.
d. Turgor : baik, Akral dingin , capilery refill kembali dalam <3 detik, Suhu : 37,0oC derajat celcius
/ aksila.
e. Kekuatan otot : 5 5
5 5
Terdapat edema ekstremitas bawah, tidak sianosis, klien terlihat pucat dan terlihat gelisah.
7. Social
a. Kemampuan komunitas : komunitas klien baik dengan siapapun, tidak ada disorientasi, klien
kooperatif, bisa mampu menjawab pertanyaan perawat dengan baik.
b. Spiritual : klien terlihat tidak beribadah selama di rawat di RS.
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu
Ureum
Creatinin
H 155
SGOT mg/dL 70 – 150
9.2
SGPT mg/dL < 50
0.60
Bilirubin Total mg/dL 0.40 – 0.90
21.0
Bilirubin Direk U/L 0 - 35
22.0
Bilirubin Indirek U/L 0 – 35
0.40
mg/dL 0.1 – 1.0
0.10
mg/dL 0–4
SERO IMUNOLOGI 0.30
HBsAg
Positive
Negative
Nama : Ny.W
No RM : 590543
Tanggal Pemeriksaan : 24 februari 2014 jam 13 : 37 (Post Op)
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin
Leukosit L 10.4 g/dL 11.7 – 15.5
DIFF COUNT H 18.6 10^3/uL 3.6 – 11.0
Eosinofil
Basofil . % 2.00 – 4.00
Netrofil . % 0 –1
Limfosit . % 50 – 70
Monosit . % 25 – 40
Hematokrit . % 1 –8
Eritrosit L 31 % 35 – 47
Trombosit 4.1 10^6/uL 3.80 – 5.20
MCV
MCH 236 10^3/ uL 150 – 400
MCHC L 76 fL 80 – 100
26 pg 26 – 34
33 g/dL 32 - 36
2. Program Terapi
a. Tanggal : 24 februari 2014 jam 06 : 00 pre op
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) Infuse RL 20 tpm
3) MgSo4 1 gr/ jam iv
b. Tanggal : 24 februari 2014 jam 11 : 30 pos op
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) Infuse : RL + oxytoxin 1 amp : 20 tpm iv mulaijam 12 : 00
3) MgSo4 1gr/jam via siring pump dari jam 12 : 00
4) Injeksi cefotaxim : 2 x 1 gr iv
5) Injeksi OMZ : 2 X 40 mg iv
6) Injeksi MPS : 3 X 125 mg iv
7) Ketorolac : 3 x 1 amp 30 mg iv
8) Diit : tunda sampe BU+N
c. Tanggal 25 februari 2014
1) O2 nasal canul 2 L/menit
2) nifedipin : 2 x 10 mg ( oral )
3) SM 1 gr/jam via siringpump iv s/d jam 12 : 00
4) Cefotaxim 2 x 1 gram iv
5) OMZ 2 X 1 vial 40 mg iv
6) MPS 3X125 mg iv
7) RL + oxytocin 1 amp iv s/d jam 12 : 00
3. Advice anestesi
a. Monitor TTV
b. Posisi berbaring
c. Bila kesakitan beri ketorolak 30 mg/ iv
d. Bila mual muntah berikan ondansentron 8mg/iv
e. Cek darah rutin post op
f. Bila bising usus (+) boleh makan minum bertahap
g. Infuse futrolit I, RL II, maintenance 20 tpm
VI. INTERVENSI
Hari/tgl/ Dx Tujuan dan Intervensi Rasional Ttd
jam
Senin Setelah dilakukan tindakan1. Membuka jalan nafas saat Kel
24/02/14 asuhan keperawata selama 2x24 kejang x
06 : 00 jam tidak terjadi injuri dengan2. Membantu dalam melakukan
criteria hasil : intervensi yang tepat.
1. Klien tidak kejang 3. Menghindari jatuh
2. TTV dalam batas normal. 4. Menghindari cidera kepala
Rencana Tindakan: 5. Kebutuhan oksigen tercukupi
1. Posisikan klien miring saat6. Mengurangi aktifitas kejang.
kerang.
2. Monitor TTV dan kesadaran
klien.
3. Pasang penghalang tempat tidur.
4. Beri bantalan kepala yang
empuk.
5. Berikan okksigenasi
6. Berikan MgSo4 sesuai advice
dokter
IV
16. Memberikan MgSo4
I
17. Mengukur TTV dan kesadaran
klien.
I
12 : 00
18. Menghitung balancecairan per 7
I jam.
13 : 00
Senin I 1. Mengukur TTV dan kesadaran 1. S : Ke
24/02/14 klien O : KU : Lemah kesadaran x
Sore somnolen (pengaruh
14 : 00 anestesi). TD : 147/88mmHg,
N : 94 x/ menit, RR : 23x/
menit, saturasi O2 : 98%
2. S :
O : 1 gr/jam via siring pump
lancer
2. Memberikan MgSo4 3. S:
I O: Klien mengatakan
nyaman, bising usus belum
terdengar.
3. Memberikan posisi berbaring, S :
4.
III O : Infuse RL +oxytosin 1
Memonitor bising usus
ampul 20 tpm s/d 12 :00
25/02/14
4. Mengatur tetesan infuse 5. S :
O: Injeksi ketorolak, MPS,
I, alinamin f masuk
III 6. S :
O :KU : Lemah, kesadaran
somnolen ( pengaruh anestesi
5. Memberikan terapi injeksi
). TD :127/73 mmHg, RR :
analgetik,
III 22 x/ menit, N : 96 x /menit,
16 : 00 saturasi O2 : 97 %
6. Monitor TTV dan kesadaran
7. S:
pasien O: Obat injeksi cefotaxim,
I OMZ masuk
19 : 00 8. S:
O: Intake : parenteral : 700
cc, output : urine : 450 cc,
iwl : 325,
balance : - 22
07 : 00
I 6. S:
III,5. Memberikan terapi injeksi O:Kesadaran composmentis
IV antibiotic, analgetik KU : Sedang, bising usus (+)
TD : 140 / 96 mmHg
N : 86x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,7 oC
I 6. Mengukur TTV, KU dan kejang (-)
kesadaran klien 7. S : Klien mengatakan tidak
10 : 00
sesak
O:. Kejang (-)
8. S: -
O:Kesadaran composmentis,
TD : 130/90mmHg, N : 84
x/menit RR : 21 x/menit,, S
:36,4oC Saturasi O2 96%
9. S : -
O :RL 20 tpm lancer
10. S : Klien mengatakan nyeri
7. Aff oksigenasi berkurang,sudah mampu
I miring / bergerak secara
12 : 00 mandiri. nyeri luka
operasi, seperti tertusuk-
8. Mengukur TTV dan kesadaran tusuk, perut bagian
I bawah, skala 4, hilang-
klien
timbul.
O : TD : 130 / 80 mmHg, N :
74 x/ menit, RR : 24 x /
menit, S : 36 C, Saturasi O2
95 %,luka post ophorizontal
diperut bagian bawah
11. Intake : parenteral : 1400 cc,
9. Memonitor tetesan infuse. output :1300 cc, IWL : 175
cc, balance : - 75 cc
13 : 00
VIII. EVALUASI
Hari/Tgl/ Dx Catatan perkembangan Ttd
jam
Senin I S : klien mengatakan pusing, pandangan tidak kabur. Kel
24/02/14 x
10 : 00
O : Klien dalam keadaan aman, kejang (-), Kesadaran
composmentis O2 nasal canul 2 liter/ menit, infuse RL 20
tpm, MgSo4 1gr/ jam via siring pump, TD : 162/106 mmHg, N
: 93 x/ menit, RR : 26 x/ menit, Seturasi O2 99 %,