LAPORAN PENDAHULUAN
EKLAMPSIA
Disusun oleh:
Lutfy Nooraini
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Sang Kholik yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Kasus KMB 4, tanpa nikmat sehat yang diberikan
oleh-Nya sekiranya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga
atas ijin Allah SWT penulis dan teman-teman semua akan mendapatkan syafaatnya nanti.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan kerabat semua yang
turut serta dalam penulisan makalah ini, baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha.
Tanpa ada bantuan dari teman-teman semua, mungkin penulis akan mengalami hambatan
dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan makalah
agar menjadi lebih bermanfaat untuk kita semua.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pre eklamsia dan eklampsia merupakan penyulit dalam proses persalinan yang kejadiannya
senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka kejadian pre eklampsia merupakan faktor utama
penyebab timbulnya eklampsia yang dapat mengancam hidp ibu bersalin. Tingginya angka
kematian bulin sebagai akibat perkembangan dari pre eklampsia yang tidak terkontrol
memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tingginya angka kematian.
Dari kasus persalinan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus pre eklampsia atau
eklampsia ( Manuaba, 1998 ). Dari kasus tersebut
6 % terjadi pada semua persalinan, 12 % terjadi pada primi gravida. Masih tingginya angka
kejadian ini dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu bersalin dan
tingkat kesehatan masyarakat secara umum.
Dengan besarnya pengaruh pre eklampsia terhadap tingginya tingkat kematian bulin, maka
sudah selayaknya dilakukan upaya untuk mencegah dan menanganikasus-kasus pre
eklampsia. Perawatan pada bulin dengan preeklamsia merupakan salah satu usaha nyata
yamg dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat
lanjut dari pre eklampsia tersebut.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo,2000: 49).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi
kejang (helen varney;2007)
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan
penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma, (kamus
istilah medis : 163,2001)
Eklampsia merupakan serangan kejang yang diikuti oleh koma, yang terjadi pada wanita
hamil dan nifas (Ilmu Kebidanan : 295, 2006)
B. Klasifikasi Eklamsia
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan (ini paling
sering terjadi),
a. kejadian 15% sampai 60 %
a. Kejadian jarang
C. Etiologi
Etiologi dan patogenesis Preeclampsia dan Eklampsia saat ini masih belum sepenuhnya
dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya penyakit ini sering
disebut “the disease of theories”. Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima untuk
dapat menerangkan terjadinya Preeklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit
pembuluh darah, dan keadaan dimana jumlah throphoblast yang berlebihan dan dapat
mengakibatkan ketidakmampuan invasi throphoblast terhadap arteri spiralis pada awal
trimester satu dan dua.
D. Manifestasi Klinis
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau koma.
Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit,
berlangsung kira – kira 20 – 30 detik
Semua otot berkontraksi dan berulang – ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka kelihatan
kongesti dan sianosis.Setelah berlangsung 1 -2 menit kejang klonik berhenti dan penderita
tidak sadar, menarik nafas, seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam – jam.Kadang antara kesadaran
timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
E. Pathofisiologi
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam
ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia di jumpai kadar aldosteron yang rendah dan
konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Serta pada eklampsia
parmeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan
fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawat janin
sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan
kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi pada
partus prematurus.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah dalam ginjal menurun, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam
hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi
garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomerulus dan
tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat
sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibat spasmus
arterioles ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang
menyebabkan retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari
normal, sehingga menyebabkan dieresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau
anuria.
Pada retina tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada beberapa arteri
jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler
dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan. Setelah persalinan berakhir, retina
melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan. Skotoma, diplopia, dan ambiliopia merupakan
gejala yang menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan
aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
Metabolism dan elektrolit yaitu hemokonsentrasi yang menyertai eklampsia sebabnya terjadi
pergeseran cairan dan ruang intravaskuler keruang interstisial. Kejadian ini, diikuti oleh
kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema, menyebabkan
volume darah edema berkurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih
lama. Karena itu, aliran darah ke jaringan di berbagai tubuh berkurang akibatnya hipoksia.
Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga turunnya hematokrit dapat
dipakai sebagai ukuran perbaiakan keadaan penyakit dan berhasilnya pengobatan.
Pada eklampsia, kejang dapat menyebabkan kadar gula darah naik untuk sementara. Asidum
latikum dan asam organic lain naik, dan bicarbonas natrikus, sehingga menyebabkan
cadangan alakali turun. Setelah kejang, zat organic dioksidasi sehingga natrium dilepaskan
untuk dapat berekreasi dengan asam karbonik menjadi bikarbaonas natrikus. Dengan
demikian, cadangan alakali dapat pulih kembali. Pada kehamilan cukup bulan kadar
fibrinogen meningkat. Waktu pembekuan lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang
dari 1 menit pada eklampsia.
F. Pathways
Terlampir
G. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematia ibu dan janin, usaha utama adalah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeclampsia dan eklampsia.
a. Solution plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah sehingga
terjadi hematom retoplasenta yang menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
c. Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel darah
merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik hemolisis yang
dikenal karena ikterus.
2. Terhadap ibu
a. Hiprofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya dibawah 100mg persen.
Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
b. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
c. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu. Perdarahan
kadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia
serebri.
e. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan
enzim-enzimnya.
f. Sindroma HELLP
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotelial
tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal.
h. Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang -
kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah rutin
2. Pemeriksaan diagnostik
a. Ultrasonografi
b. Elektrokardiograf
I. Penatalaksanaan umum
1. Penanganan Kejang :
b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan
tabung O2 )
e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
2. Penanganan Umum :
a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic
diantara 90-100 mmHg.
l. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%, selama 5 menit. Diikuti
dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien
akan merasa agar panas sewaktu pemberian MgSO4
p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan ventilator. Beri kalsium
glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.
BAB III
A. Pengkajian
Sumber(http://download-askep.blogspot.com/2010/01/pengkajian-diagnosa-
keperawatan_07.html)
Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
1. Data subyektif :
a. Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi pada primi
gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
2. Data Obyektif :
e. Pemeriksaan penunjang :
1) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval
6 jam
4) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
Diagnosa Pre Op :
1. Cemas berhubungan dengan prosedur invasif saat operasi SC yang akan dilakukan.
Diagnosa Post Op :
Intervensi keperawatan adalah upaya yang dilakukan perawat untuk mencapai hasil yang
diharapkan yaitu kesembuhan pasien dan kemampuan pasien melakukan atau memenuhi
kebutuhan hidupnya kembali dan tujuan pemulangan pasien.Intervensi pada pasien dengan
eklampsia meliputi :
Intervensi Pre Op :
Rencana tindakan :
Rasional: Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat mengurangi rasa cemas klien
Intervensi Post Op :
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36 – 37 C
Nadi : 60 – 80 x/menit
RR : 16 – 20 x/menit
Rencana tindakan :
Rasional: Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari
PIH
3) Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,
dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
Rasional: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung
dan paru yang mendahului status kejang
Rasional: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah
terjadinya kejang
b. Skala nyeri 2 – 3 ( 1 – 10 )
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
2) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor,
fungsi laesa
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan
gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000: 49).
B. Saran
Dalam pembuatan asuhan keperawatan ini penulis telah menyelesaikan semaksimal mungkin
dengan hasil sesuai yang ada di hadapan para pembaca yang budiman. Namun penulis sadar
akan kata pepatah “Tiada Gading Yang Tak Retak” yang mana tidak ada manusia yang
sempurna dan penulis menyadari akan hal itu. Sehingga penulis memohon maaf yang sebesar
– besarnya apabila terjadi kesalahan baik dalam penyusunan maupun penulisan serta isi yang
terkandung didalamnya. Oleh karena itu, penulis mohon saran yang bersifat membangun
sehingga dapat terjadi perbaikan dalam penyusunan asuhan keperawatan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia
Carpenito,Lynda Juall, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi, Jakarta : EGC
Nama Mahasiswa :
NIM :
Ruangan :
Ruang : ICU
NO.RM : 509543
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Usia : 24 tahun
Pendidikan : SMP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Suku : Jawa
No.RM : 590543
Penanggung Jawab :
Nama : Tn. W
Usia : 26 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
II. Pengkajian
A. Wawancara
1. Keluhan Utama
Tanggal 24/02/2014 jam : 04 : 20 Klien datang ke IGD RSUD Setjonegoro mengeluh riwayat
kejang 2x kurang lebih 1 jam dirumah, di IGD kejang 1 x dengan G1P0A0, HPL : 30 januari
2014, usia kehamilan 44 minggu. terapi yang diberikan O2 2 L/menit, cairan intravena RL
dan MgS04 dan masuk ICU jam 05 : 00 dan dilakukan operasi SC pada tanggal 24 Februari
2014, mulai jam 10.45 WIB selesai jam 11.30 WIB, menggunakan General Anestesi (GA)
Keluarga mengatakan tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan misalnya hipertensi dan
DM.
5. Riwayat Pekerjaan
6. Riwayat Geografi
Kondisi rumah permanen, jauh dari jalan raya, jauh dari perkotaan, keadaan rumah selalu di
rawat oleh klien.
7. Riwayat Alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi apapun debu, cuaca makanan maupun obat - obatan.
8. Kebiasaan Sosial
Klien tidak mempunyai kebiasaan merokok, alcohol dan obat - obatan terlarang. Klien
menginginkan kehamilan keluarga mendukung.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
System tubuh :
1. Breath
Hidung : cuping hidung (-), terpasang oksigen nasal canul 2 liter/menit, tidak ada rhinorea,
fungsi penciuman baik, RR : 37 x/menit, Sound breath : vesikuler, Saturasi oksigen : 98%,
Bentuk dada : simetris, retraksi (-), tidak ada ketinggalan gerak saat bernafas, pengembangan
dada sama.
2. Blood
Nadi : 106 x/menit,teraba kuat,irama teratur, Bunyi Jantung : S1>S2 tidak ada bunyi
tambahan, TD : 164/106 mmHg, JVP : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid.
3. Brain
Tingkat kesadaran : Compos Mentis (E4,M6,V5), Bentuk kepala : mesochepal, tidak ada
lesi. Mata : pandangan tidak kabur, dapat melihat seseorang didepannya dengan
baik, konjungtiva tidak anemis, sclera an ikterik, pupil isokor, palpebra tidak ada
pembengkakan, fungsi pendengaran baik.
4. Bladder
Urine output : kurang lebih 240 cc/6 jam, warna kuning terang, bau khas urin, Alat bantu :
menggunakan kateter DC No.16
5. Bowel
b. Abdomen
TFU 21 cm, janin tunggal, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, penurunan
terendah 4/5, DJJ : 138 x/menit., Bising usus tidak terkaji, status nutrisi diit RG Jenis
makanan disesuaikan kondisi kien (sementara di puasakan).
6. Bone
d. Turgor : baik, Akral dingin , capilery refill kembali dalam <3 detik, Suhu : 37,0oC
derajat celcius / aksila.
e. Kekuatan otot : 5 5
5 5
Terdapat edema ekstremitas bawah, tidak sianosis, klien terlihat pucat dan terlihat gelisah.
7. Social
a. Kemampuan komunitas : komunitas klien baik dengan siapapun, tidak ada disorientasi,
klien kooperatif, bisa mampu menjawab pertanyaan perawat dengan baik.
1. Hasil Laborat
Nama : Ny.W
No.RM : 590543
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
DIFF COUNT
Basofil . % 0-1
Netrofil . % 50 - 70
Limfosit . % 25 - 40
Monosit . % 2–8
Hematokrit 40 % 35 – 47
MCV L 78 fL 80 – 100
MCH L 25 pg 26 – 34
MCHC 32 g/dL 32 – 36
Golongan Darah A
KIMIA KLINIK
SERO IMUNOLOGI
HBsAg
Positive Negative
Nama : Ny.W
No RM : 590543
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
DIFF COUNT
Basofil . % 0 –1
Netrofil . % 50 – 70
Limfosit . % 25 – 40
Monosit . % 1 –8
Hematokrit L 31 % 35 – 47
MCV L 76 fL 80 – 100
MCH 26 pg 26 – 34
MCHC
33 g/dL 32 - 36
2. Program Terapi
a. Tanggal : 24 februari 2014 jam 06 : 00 pre op
2) Infuse RL 20 tpm
4) Injeksi cefotaxim : 2 x 1 gr iv
5) Injeksi OMZ : 2 X 40 mg iv
7) Ketorolac : 3 x 1 amp 30 mg iv
2) nifedipin : 2 x 10 mg ( oral )
4) Cefotaxim 2 x 1 gram iv
5) OMZ 2 X 1 vial 40 mg iv
6) MPS 3X125 mg iv
3. Advice anestesi
a. Monitor TTV
b. Posisi berbaring
Leukosit : H 18,6
Post OP hari ke-0
Terpasang infuse RL +
oxytosin 20tpm
Terpasang DC No-16
VI. INTERVENSI
3. Pasang penghalang
tempat tidur.
5. Berikan okksigenasi
5. Identivikasi tingkat
kecemasan.
4. Memberikan posisi
nyaman
5. Kolabprasi pemberian
analgetik
Senin Setelah dilakukan tindakan 1. Mencegah infeksi Kel
asuhan keperawatan selama 2 nosokomial x
24/02/14
x 24 jam diharapkan infeksi
2. Meminimalkan
20 : 00 tidak terjadi dengan criteria
terjadinya kontaminasi
hasil :
3. Untuk mengetahui
1. Tidak ada tanda tanda
adanya tanda tanda infeksi
infeksi (rubor, color, doror,
tumor, fungsiolaesa) 4. Mengetahui keadaan
umum klien
2. Leukosit dalam batas
normal 5. Leukosit yang
meningkat menunjukan
3. Suhu tubuh normal
adanya proses infeksi
36 -77,5oC
6. Obat anti biotic dapat
Rencana Tindakan : membantu membunuh
kuman
1. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan.
5. Kolaborasi pemeriksaan
darah: leukosit
6. Kolaorasi dalam
pemberian antibiotic
VII. IMPLEMENTASI
06 : 00 2. S:-
2. Memasang oksigennasal
I canul O : O2 5 liter/menit lancer.
Saturasi O2 98%
3. S: -
3. Mengukur tetesan infuse.
O : Infuse RL 20 tpm
I
lancer.
4. S:-
4. Memberikan MgSo4
O : MgSo4 1gr /jam via
I siring pum lancar.
5. S:-
TD : 164/106mmHg
N : 106 x/menit
RR : 37 x/menit
S : 37,0oC
6. S:-
7. S: -
08 : 00 I
7. Menyapa klien dengan O : Klien mengatakan
ramah hangat, Memberikan cemas berkurang, klien
informasi terkait dengan mendengarkan informs
diagnosis dan menjelaskan terkait kesehatannya
II
tujuan, prosedur tindakan. dengan penuh perhatian,
klien paham dan mengerti,
mampu menjelaskan ulang
tentang pengertian
eklamsi, posterm dan
tujuan dan pprosedur
tindakan SC.
8. S: -
O : Klien mampu
mendemonstrasikan teknik
relaksasi.
9. S : Klien
8. Menganjurkan teknik mengatakan cemas
nafas dalam. berkurang.
O:Kesadaran
composmentis
TD : 162/106mmHg
10 : 00 II
10. Mengukur TTV dan N : 93 x/menit RR : 26
kesadaran klien x/menit, S :36,1oC Saturasi
O2 99%
14. S :-
11 :30 I 12. Oprasi SC selesai
O : O2 2 liter/ menit lancer
15. S :
O :Infuse RL + Oxytosin
13. Mencuci tangan sebelum
20/ tpm lancer
dan sesudah melakukan
tindakan 16. S: -
17. S : -
N : 80 x/ menit
I RR : 24 x/ menit
Output :
Urine : 250 cc
I
Iwl : 175
Balance : - 225
18. Menghitung
balancecairan per 7 jam.
13 : 00
2. S:
3. S:
O: Klien mengatakan
nyaman, bising usus belum
III 3. Memberikan posisi
terdengar.
berbaring, Memonitor bising
usus 4. S:
O : Infuse RL +oxytosin 1
ampul 20 tpm s/d 12 :00
4. Mengatur tetesan infuse
25/02/14
I,
III 5. S:
5. Memberikan terapi 6. S:
III
16 : 00 injeksi analgetik,
O :KU : Lemah, kesadaran
somnolen ( pengaruh
anestesi ). TD :127/73
6. Monitor TTV dan
mmHg, RR : 22 x/ menit,
I kesadaran pasien
19 : 00 N : 96 x /menit, saturasi
O2 : 97 %
7. S:
8. S:
balance : - 22
8. Menghitung balance
cairan per 13 jam
O : KU : lemah, kesadaran
composmentis, TD : 120/
64 mmHg, RR :23 x/
menit, N : 94 x/ menit, S :
36,1OC, saturasi O2 96%
3. S:
O:Klien
mendemonstrasikan
dengan baik.
4. S:
Selasa
5. S:-
25/02/14
O: KU : sedang, kesadaran
4. Memberikan terapi obat
05 : 30 I, composmentis, TD : 151 /
injeksi dan Menganjurkan
III , 93 mmHg, N : 83, RR : 24
klien untuk istirahat
IV X/ menit S : 36,5 C,
6. S:
5. Memontor TTV, KU dan
I O :Intake : parenteral :
kesadaran klien
06. : 30 1600 cc,
balance : - 50
6. Menghitung balance
cairan
07 : 00
IV 4. S:
5. S:
6. S:
O:Kesadaran
composmentis KU :
I Sedang, bising usus (+)
10 : 00
6. Mengukur TTV, KU dan
TD : 140 / 96 mmHg
kesadaran klien
N : 86x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,7 oC
kejang (-)
7. S : Klien mengatakan
tidak sesak
8. S: -
12 : 00 I 7. Aff oksigenasi
O:Kesadaran
composmentis, TD :
130/90mmHg, N : 84
x/menit RR : 21 x/menit,,
I 8. Mengukur TTV dan
S :36,4oC Saturasi O2 96%
kesadaran klien
9. S:-
VIII. EVALUASI
24/02/14 x
Kesadaran composmentis
TD : 162/106mmHg
P: -
IX.
Hari/Tgl/ Dx Catatan perkembangan Ttd
jam
TD : 149/96 mmHg