Obstetri
Pre eklamsi dan Eklamsi
Dosen Pembimbing : Kiki Natassia S,SiT
Disusun oleh :
Kelompok 3
Kelas : 1 B
BANJARBARU
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang pre eklamsi dan eklamsi.
Makalah ini juga disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah OBSTETRI. Selama
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan berupa arahan atau
bimbingan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama untuk kami
sendiri, dan kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca karena makalah ini
masih jauh dari kata sempurna sehingga kami mengharapkan perbaikan untuk
kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.6 Komplikasi……………………………………………………………………...
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….
3.2 Saran…………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pre eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang berlangsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setalah perdarahan dan infeksi, pre
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali
dan mengobati pre eklamsi ringan agar tidak berlanjut menjadi eklamsi . hal ini hanya bisa
diketahui bila ibu hamil memeriksakan dirinya selama hamil.
Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya,diperkirakan 20.0
00 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Dengan kecenderungan
seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud
kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.
Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat miskin dan
mereka yang tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab kematian ibu yang utama adalah
perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari
penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13
%, aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis 10 %. Salah satu penyebab kematian tersebut
adalah Preeklampsia.
1.2 Rumusan masalah :
1.3 Tujuan :
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuria, dan edema
yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-
tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya.
Eklamsi dalam bahasa yunani berarti “halilintar” karena serangan kejang-kejang timbul
tiba-tiba seperti petir.
Pada tingkat tanpa kejang disebut pre-eklamsi dan pada tingkat dengan kejang disebut
eklamsi.
Eklamsi sama gejala-gejalanya dengan preeklamsi ditambah dengan kejang atau koma.
2.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu
disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Teori
yang sekarang dipakai sebagai penyebab pre eklamsi adalah teori “iskemia plasenta”.
Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit ini.
2.3 Patofisiologi
Pada pre eklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan
naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan
dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus.
3. Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran keginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah
retensi garam dan air . filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal
sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4. Paru-paru
Kematian ibu pada pre eklamsi dan eklamsi biasanya disebabkan oleh edema paru yang
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pneumonia
atau abses paru
5. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah, bila terdapat hal –
hal tersebut maka harus dicurigai terjadinya pre eklamsi berat. Pada eklamsi dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra okuler dan merupakan salah satu
indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan
tanda pre eklamsi berat yang mengarah pada eklamsi adalah adanya skotoma, diplopia,
dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat.
Penglihatan dkorteks serebri atau didalam retina
Oleh beberapa peulis atau ahli kadar asam urat dalam darah dipakai untuk menentukan
arah pre eklamsi menjadi baik atau tidak setelah diberikan penanganan.
Diagnosis
- Pemeriksaan antenatal yang teratur yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda
sedini mungkin ( pre eklamsi ringan ), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya
penyakit tidak menjadi lebih berat
- Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsi kalau ada faktor-
faktor predisposisi
Penanganan
- Tujuan utama penanganan adalah :
1. untuk mencegah terjadinya preeklamsi dan eklamsi.
2. hendaknya janin lahir hidup.
3. trauma pada janin seminimal mungkin.
EKLAMSI
Eklamsi dalam bahasa yunani berarti “ halilintar”, karena serangan kejang – kejang timbul
tiba – tiba seperti petir.
Pada ibu penderita pre eklamsi berat, timbul konvulsi yang dapat diikuti oleh konia.
Menurut saat timbulnya dibagi dalam (1) eklamsi gravidarum (50 %) , (2) eklamsi parturien
(40%) ; (3) eklamsi puerperium (10 %)
Angka kejadian eklamsi bervariasi diberbagai Negara. Makin maju suatu Negara,
tambah tinggi kesadaran masyarakatnya terhadap pentingnya arti antenatal care, tambah
rendah angka kejadian eklamsinya.
Biasanya didahului oleh gejala dan tanda pre eklamsi berat. Serangan eklamsi dibagi
menjadi empat tingkat :
2.6 Komplikasi :
Lidah tergigit
Terjadi perlukaan dan fraktur
Gangguan pernafasan
Perdarahan otak
Solutio plasenta
Merangsang persalinan
Prognosis : mordibitas dan mortalitas ibu dan bayi tinggi
Bila tidak ada atau hanya satu kriteria diatas maka eklamsi tergolong ringan, bila
dijumpai 2 atau lebih tergolong berat dan prognosis akan lebih jelek.
Pencegahan :
1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa eklamsi bukan lah
penyakit yang kemasukan ( magis ), seperti banyak disangka oleh masyarakat awam.
3. Pelayanan kebidanan yang bermutu yaitu pada tiap-tiap dan pemeriksaan kehamilan
diamati tanda-tanda pre-eklamsi dan mengobati sedini mungkin.
Penatalaksanaan :
Prinsip penatalaksaan :
5. Observasi penderita dilakukan dalam kamar isolasi yang tenang , dengan lampu
redup jauh dari kebisingan. Kemudian dibuat catatan setiap 30 menit berisi tensi,
nadi, respirasi, suhu badan, reflex dan dieresis.
6. Regim-regim pengobatan :
- Regim sufas magnesikus
- Regim stroganoff
- Regim sodium pentotal
- Regim valium
- Regim litik koktil
7. Pemberian antibiotik
Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotik dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin
prokain
8. Penanganan obstetric
Selelah kejang dapat diatasi , keadaan umum penderita diperbaiki, kemudian
direncanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat jalannya persalinan
dengan cara yang aman.
Langkah – langkah yang dapat diambil adalah :
- Kalau belun inpartu , maka induksi partus dilakukan setelah 4 jam bebas kejang,
dengan atau tanpa amniotomi.
- Kala 2 harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi forceps. Bila
janin mati dilakukan embriotomi
- Bila serviks masih tertutup dan lancip serta kepala janin masih tinggi sebaiknya
dilakukan seksio sesaria ( bila janin hidup).
9. Bahaya yang masih tetap mengancam adalah perdarahan post prtum, infeksi nifas ,
atau trauma akibat pertolongan obstetrik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma.
Eklampsi merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian ibu di seluruh dunia,
bukan hanya di Indonesia. Di negara-negara berkembang, frekuensi Pre eklamsi - Eklamsi
dilaporkan berkisar antara 0,3%-0,7% sedangkan di negara-negara maju angka
tersebut lebih kecil yaitu 0,05% 0,1%.
3.2 Saran
1. Untuk pemerintah hendaknya program untuk menurunkan angka kematian ibu benar-
benar dijalankan bukan hanya selogan saja.
2. Perlu ditingkatkan promosi dan pendidikan KIA hingga tingkat Rumah Tangga.
3. Program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu hendaknya dapat
menjangkau seluruh provinsi yang ada di Indonesia
4. Setiap wanita hamil hendaknya melakukan kunjungan antenatal selama periode antenatal
untuk mencegah komplikasi kehamilan secara dini.