Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Obstetri
Pre eklamsi dan Eklamsi
Dosen Pembimbing : Kiki Natassia S,SiT

Disusun oleh :

Kelompok 3

- Aprilia Nor Syifa Rahman


- Eka Maytawati
- Laila Akmaliah
- Ridho maulida Fitriyani
- Rina Amalia
- Shelly Ardianthy Perdana

Kelas : 1 B

AKADEMI KEBIDANAN BANUA BINA HUSADA

BANJARBARU

TAHUN AKADEMIK 2013/2014


Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Hidayah dan Rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah OBSTETRI tentang “ Pre Eklamsi dan
Eklamsi “.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang pre eklamsi dan eklamsi.
Makalah ini juga disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah OBSTETRI. Selama
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan berupa arahan atau
bimbingan.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama untuk kami
sendiri, dan kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca karena makalah ini
masih jauh dari kata sempurna sehingga kami mengharapkan perbaikan untuk
kedepannya.

Banjarbaru, April 2014

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .....................................................................................................

1.2 Rumusan masalah ...............................................................................................

1.3 Tujuan ................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pre eklamsi dan Eklamsi .......................................................................

2.2 Etiologi ................................................................................................................

2.3 Patofisiologi ........................................................................................................

2.4 Klasifikasi Pre eklamsi .......................................................................................

2.5 Gejala-Gejala Eklamsi………………………………………………………….

2.6 Komplikasi……………………………………………………………………...

2.7 Kriteria Eden…………………………………………………………………...

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….

3.2 Saran…………………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pre eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang berlangsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setalah perdarahan dan infeksi, pre
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali
dan mengobati pre eklamsi ringan agar tidak berlanjut menjadi eklamsi . hal ini hanya bisa
diketahui bila ibu hamil memeriksakan dirinya selama hamil.

Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya,diperkirakan 20.0
00 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Dengan kecenderungan
seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud
kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.

Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat miskin dan
mereka yang tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab kematian ibu yang utama adalah
perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Kontribusi dari
penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 28 %, eklampsia 13
%, aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis 10 %. Salah satu penyebab kematian tersebut
adalah Preeklampsia.
1.2 Rumusan masalah :

Apa itu definisi pre eklamsi dan eklamsi ?


Apa saja klasifikasi dari pre eklamsi ?
Bagaimana cara penatalaksanaan pre eklamsi ?
Apa saja gejala-gejala eklamsi ?
Apa saja komplikasi eklamsi ?
Apa saja macam-macam kriteria eden ?
Bagaimana cara pencegahan dan penatalaksanaan eklamsi ?

1.3 Tujuan :

 Menjelaskan pengertian dari pre eklamsi dan eklamsi


 Menyebutkan klasifikasi dari pre eklamsi
 Menjelaskan cara penatalaksanaan pre eklamsi
 Mengetahui gejala-gejala eklamsi
 Mengetahui komplikasi dari eklamsi
 Menyebutkan macam-macam kriteria eden
 Menjelaskan cara pencegahan dan penatalaksanaan eklamsi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pre eklamsi dan Eklamsi

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuria, dan edema
yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-
tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya.

 Eklamsi dalam bahasa yunani berarti “halilintar” karena serangan kejang-kejang timbul
tiba-tiba seperti petir.

 Pada tingkat tanpa kejang disebut pre-eklamsi dan pada tingkat dengan kejang disebut
eklamsi.

 Pre-eklamsi memperlihatkan gejala hypertensi, edema, dan proteinuria

 Eklamsi sama gejala-gejalanya dengan preeklamsi ditambah dengan kejang atau koma.

2.2 Etiologi

Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh karena itu
disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. Teori
yang sekarang dipakai sebagai penyebab pre eklamsi adalah teori “iskemia plasenta”.
Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit ini.
2.3 Patofisiologi

Pada pre eklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan
naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan
dapat dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus.

 Perubahan pada organ-organ


1. Otak
Pada pre eklamsi aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal.
Pada eklamsi resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah
otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan
visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan

2. Plasenta dan rahim


Aliran darah menurun keplasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat
janin. Pada pre eklamsi dan eklamsi sering terjadi peningkatan tonus rahim dan
kepekaannya terhadap rangsang. Sehingga terjadi partus prematurus

3. Ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran keginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah
retensi garam dan air . filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal
sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.

4. Paru-paru
Kematian ibu pada pre eklamsi dan eklamsi biasanya disebabkan oleh edema paru yang
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pneumonia
atau abses paru

5. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah, bila terdapat hal –
hal tersebut maka harus dicurigai terjadinya pre eklamsi berat. Pada eklamsi dapat
terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intra okuler dan merupakan salah satu
indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan
tanda pre eklamsi berat yang mengarah pada eklamsi adalah adanya skotoma, diplopia,
dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat.
Penglihatan dkorteks serebri atau didalam retina

6. Keseimbangan air dan elektrolit


Pada preeklamsi ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada
metebolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan
keseimbangan elektrolit. Pada pre eklamsi berat dan eklamsi , kadar gula darah naik,
sementara asam laktat dan asam organik lainnya naik. Sehingga cadangan alkali akan
turun.keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-
zat organic dioksidasi , dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik
sehingga terbentuk natrium bikarbonat dengan demikian cadangan alkali dapat kembali
pulih normal.

Oleh beberapa peulis atau ahli kadar asam urat dalam darah dipakai untuk menentukan
arah pre eklamsi menjadi baik atau tidak setelah diberikan penanganan.

2.4 Klasifikasi pre eklamsi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :


Pre eklamsi ringan , bila disertai keadaan sebagai berikut :
- Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring telentang
atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih.
Cara pengukuran sekurang-kurangnya 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1
jam, sebaiknya 6 jam.
- Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, tau kenaikan berat badan 1 kilo lebih
perminggu
- Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih perliter, kualitatif 1+ atau 2+ pada urine
kateter atau midstream

Pre eklamsi berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :


- Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
- Proteinuria 5 gr atau lebih perliter
- Oliguria yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam
- Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rada nyeri diepigastrium
- Terdapat edema paru dan sianosis

 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :


1. Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan
timbul proteinuria
Gejala subjektif : sakit kepala didaerah frontal, nyeri epigastrium, gangguan visus,
penglihatan kabur, skotoma, diplopia, mual dan muntah.
Gangguan serebral lainnya : oyong, reflex meningkat dan tidak tenang
2. Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, reflex meningkat, dan proteinuria pada
pemeriksaan laboratorium

 Penatalaksanaan pre eklamsi :


Pencegahan

- Pemeriksaan antenatal yang teratur yang bermutu dan teliti, mengenali tanda – tanda
sedini mungkin ( pre eklamsi ringan ), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya
penyakit tidak menjadi lebih berat

- Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsi kalau ada faktor-
faktor predisposisi

- Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur dan menjaga


kenaikan berat badan yang berlebihan.

Penanganan
- Tujuan utama penanganan adalah :
1. untuk mencegah terjadinya preeklamsi dan eklamsi.
2. hendaknya janin lahir hidup.
3. trauma pada janin seminimal mungkin.

 Pre eklamsi ringan :


Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat
dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu.
Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat ditempat
tidur, diit rendah garam, dan berian obat – obatan seperti valium tablet 5mg dosis 3 kali
sehari atau fenobarbital tablet 30mg dengan dosis 3 kali 1 hari.
Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan karena obat ini tidak begitu bermanfaat,
bahkan bisa menutupi tanda dan gejala preeklamsi berat.
Dengan cara diatas biasanya pre eklamsi ringan jadi tenang dan hilang, ibu hamil dapat
dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasa.
Bila gejala masih menetap pederita tetap dirawat inap, monitor keadaan janin : kadar
estriol urine, lakukan amnioskopi dan ultrasografi dan sebagainya. Bila keadaan mengizinkan
barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 keatas.
 Pre eklamsi berat :
1. Pre eklamsi berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
- Jika janin belum menunjukkan tanda – tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok
dan rasio L/S , maka penanganan nya adalah sebagai berikut :
o Berikan suntikan sufas magnesikus dengan dosis 8 gr im, kemudian disusul
dengan injeksi bahan 4gr IM setiap 4 jam selama tidak ada kontra indikasi.
o Jika ada perbaikan jalan nya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre –eklamsi ringan (
kecuali ada kontra indikasi)
o Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa , dan keadaan janin dimonitor, serta berat
badan ditimbang seperti pda preeklamsi ringan sambil mengawasi timbulnya lagi
gejala
o Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan
dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan
- Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda – tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu

2. Pre –eklasi berat pada kehamilan diatas 37 minggu


- Penderita dirawat inap
o Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
o Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
o Berikan suntikan sulfas magnesikus gr IM, 4gr dibokong kanan dan dibokong kiri
o Suntikan dapat diulang dengan dossis 4 gr setiap 4 jam
o Syarat pemberian MgSO4 adalah : reflex patella positif, dieresis 100 cc dalam 4
jam terakhir, respirasi 16 kali permenit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu
kalsium glukonas 10 % dalam ampul 10 cc
o Infuse dekstrosa 5% dan RL
- Berikan obat anti hipertensi : Injeksi katapres 1 ampul i.m, dan selanjutnya dapat
diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari
- Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema paru, dan
kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikan 1 ampul intravena lasix.
- Segara setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan
atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin ( pitosin atau sinosinon) 10
satuan Dallam infuse tetes.
- Kala II harus dipersingkat dengan ekstreksi vakum atau forses, jadi ibu diarang
mengedan.
- Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi penarahan yang disebabkan
atonia uteri.
- Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak dengan dosis 4gr setiap 4 jam dalam 24
jam postpartum.
- Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea.

 EKLAMSI
Eklamsi dalam bahasa yunani berarti “ halilintar”, karena serangan kejang – kejang timbul
tiba – tiba seperti petir.

Pada ibu penderita pre eklamsi berat, timbul konvulsi yang dapat diikuti oleh konia.
Menurut saat timbulnya dibagi dalam (1) eklamsi gravidarum (50 %) , (2) eklamsi parturien
(40%) ; (3) eklamsi puerperium (10 %)

Angka kejadian eklamsi bervariasi diberbagai Negara. Makin maju suatu Negara,
tambah tinggi kesadaran masyarakatnya terhadap pentingnya arti antenatal care, tambah
rendah angka kejadian eklamsinya.

2.5 Gejala – gejala eklamsi :

Biasanya didahului oleh gejala dan tanda pre eklamsi berat. Serangan eklamsi dibagi
menjadi empat tingkat :

1. Stadium invasi ( awal )


Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat kelopak mata dan tangan bergetar, kepala
dipalingkan ke kanan atau kiri. Stadium ini berlangsung kira-kira 30 detik .

2. Stadium kejang tonik


Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit.
Stadium ini berlangsung kira-kira 20 – 30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan
kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan
penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ( koma ) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-
jam kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu dalam
keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik
sampai 40⁰C.

2.6 Komplikasi :
 Lidah tergigit
 Terjadi perlukaan dan fraktur
 Gangguan pernafasan
 Perdarahan otak
 Solutio plasenta
 Merangsang persalinan
 Prognosis : mordibitas dan mortalitas ibu dan bayi tinggi

2.7 kriteria Eden :


Adalah kriteria untuk menentukan prognosis yang terdiri dari :
1. koma yang lama
2. frekuensi nadi diatas 120 kali permenit
3. suhu 103⁰F atau 39,4⁰C atau lebih
4. tekanan darah lebih dari 200 mmHg
5. konvulsi lebih dari 10 kali
6. proteinuria 10 gr atau lebih
7. tidak ada edema, edema menghilang

Bila tidak ada atau hanya satu kriteria diatas maka eklamsi tergolong ringan, bila
dijumpai 2 atau lebih tergolong berat dan prognosis akan lebih jelek.

 Pencegahan :

Upaya – upaya untuk menurunkan eklamsi adalah dengan :

 1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa eklamsi bukan lah
penyakit yang kemasukan ( magis ), seperti banyak disangka oleh masyarakat awam.

 2. meningkatkan jumlah poliklinik ( balai ) pemeriksaan ibu hamil serta mengusahakan


agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilannya sejak hamil muda.

 3. Pelayanan kebidanan yang bermutu yaitu pada tiap-tiap dan pemeriksaan kehamilan
diamati tanda-tanda pre-eklamsi dan mengobati sedini mungkin.

 4. mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu keatas, apabila


setelah dirawat inap tanda-tanda tidak menghilang.

 Penatalaksanaan :

 Tujuan serangan utamanya menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan


mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu
mengizinkan.

 Prinsip penatalaksaan :

 1. Penderita eklamsi harus dirawat inap di RS


 2. Pengangkutan ke RS.

Sebelum dikirm berikan obat penenang untuk mencegah serangan kejang-kejang


selama dalam perjalanan yaitu pethidin 100 mg atau luminal 200 mg atau morfin 10
mg.

 3. Tujuan perawatan di RS adalah untuk menghentikan konvulsi, mengurangi


vasospasme, meningkatkan dieresis, mencegah infeksi, memberikan pengobatan yang
tepat dan cepat.

 4. Sesampainya diRS, pertolongan pertama adalah :

- Membersihkan dan melapangkan jalan pernafasan


- Menghindari lidah tergigit
- Pemberian oksigen
- Pemasangan infuse dektrosa atau glukosa 10%, 20%, 40%
- Menjaga agar jangan sampai terjadi trauma serta dipasang kateter tetap

 5. Observasi penderita dilakukan dalam kamar isolasi yang tenang , dengan lampu
redup jauh dari kebisingan. Kemudian dibuat catatan setiap 30 menit berisi tensi,
nadi, respirasi, suhu badan, reflex dan dieresis.
 6. Regim-regim pengobatan :
- Regim sufas magnesikus
- Regim stroganoff
- Regim sodium pentotal
- Regim valium
- Regim litik koktil
 7. Pemberian antibiotik
Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotik dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin
prokain
 8. Penanganan obstetric
Selelah kejang dapat diatasi , keadaan umum penderita diperbaiki, kemudian
direncanakan untuk mengakhiri kehamilan atau mempercepat jalannya persalinan
dengan cara yang aman.
Langkah – langkah yang dapat diambil adalah :
- Kalau belun inpartu , maka induksi partus dilakukan setelah 4 jam bebas kejang,
dengan atau tanpa amniotomi.
- Kala 2 harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi forceps. Bila
janin mati dilakukan embriotomi
- Bila serviks masih tertutup dan lancip serta kepala janin masih tinggi sebaiknya
dilakukan seksio sesaria ( bila janin hidup).
 9. Bahaya yang masih tetap mengancam adalah perdarahan post prtum, infeksi nifas ,
atau trauma akibat pertolongan obstetrik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma.
Eklampsi merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian ibu di seluruh dunia,
bukan hanya di Indonesia. Di negara-negara berkembang, frekuensi Pre eklamsi - Eklamsi
dilaporkan berkisar antara 0,3%-0,7% sedangkan di negara-negara maju angka
tersebut lebih kecil yaitu 0,05% 0,1%.

3.2 Saran

1. Untuk pemerintah hendaknya program untuk menurunkan angka kematian ibu benar-
benar dijalankan bukan hanya selogan saja.
2. Perlu ditingkatkan promosi dan pendidikan KIA hingga tingkat Rumah Tangga.
3. Program pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu hendaknya dapat
menjangkau seluruh provinsi yang ada di Indonesia
4. Setiap wanita hamil hendaknya melakukan kunjungan antenatal selama periode antenatal
untuk mencegah komplikasi kehamilan secara dini.

Anda mungkin juga menyukai