Anda di halaman 1dari 25

OBAT-OBAT TERATOGENIK PADA KEHAMILAN

Muhammad Faklun Badrun; Lianawati

A. Pendahuluan

Kehamilan merupakan proses fisiologis yang perlu dipersiapkan oleh

wanita dari pasangan yang subur agar dapat melewati masa kehamilan

dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi

yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah prasyarat penting untuk

fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit fungsi tersebut. Oleh

sebab itu, seorang ibu hamil suatu saat dalam masa kehamilannya

memerlukan terapi obat karena gangguan kesehatan yang diderita, baik yang
1
berkaitan maupun yang tidak berkaitan dengan proses kehamilannya.

Obat yang diminum oleh ibu hamil patut mendapatkan perhatian,

karena obat yang diminum dapat mempengaruhi janin yang dikandungnya..

Hal itu disebabkan karena hampir sebagian besar obat dapat melintasi

plasenta. 1

Penyalahgunaan obat-obatan selama kehamilan merupakan masalah

yang berkembang di semua negara maju di seluruh dunia. Obat-obatan

dengan mudah melewati penghalang plasenta ke dalam tubuh janin dan

hadir juga dalam ASI. Oleh karena itu, ini dapat mempengaruhi

perkembangan anak sebelum dan sesudah kelahiran. Efek pajanan obat

prenatal bersifat jangka panjang dan bertahan hingga dewasa.2


B. Fisiologi Fungsi Organ pada Kehamilan

Pemberian obat pada ibu hamil harus dipikirkan efek obat terhadap itu

dan tidak boleh melupakan pengaruh atau efek samping obat pada janin.

Keberadaan obat pada ibu hamil dapat ditinjau dari tiga kompartemen, yaitu

kompartemen ibu, kompartemen plasenta.3

Pada ibu hamil tumbuh unit fetoplasental dalam uterus. Hormon

plasenta mempengaruhi fungsi traktus digestivus dan motalitas usus.

Demikian pula filtrasi glomerulus meningkat. Reabsorbsi inhalasi alveoli

paru juga terpengaruh. Reabsorbsi obat pada usus ibu hamil lebih lama,

eliminasi obat lewat ginjal lebih cepat, dan reabsorbsi obat inhalasi pada

alveoli paru bertambah.3,4

Pada awal trimester dua dan tiga akan terjadi hidrademia, volume

darah meningkat sehingga kadar obat relative turun. Kadar albumin relative

menurun sehingga pengikat obat bebas berkurang. Maka, obat bebas dalam

darah ibu meningkat. 3,4

Pada unit fetoplasenta terjadi pula filtrasi obat. Plasenta sebagai unit

semi permeable dapat mengurangi atau mengunah obat pada sawar plasenta.

Demikian pula obat yang masuk sirkulasi fetal, dosis obat dapat

berpengaruh baik ataupun jelek pada organ-organ fital janin. Hal ini dapat

meningkatkan kelainan organ atau pertumbuhan janin intrauterine. Jenis

obat, dosis yang tinggi, dan lamanya paparan akan berpengaruh teratogrnik

pada janin, terutama pada trimester saru. Untuk itu perlu dipikirkan
mengenai farmakokinatik obat pada ibu hamil dan pengaruhnya terhadap

kesejahteraan janin dan efek negatifnya. 3,4

C. Farmakokinetik Obat Fetomaternal

1. Perubahan pada traktur digestivus

Perubahan yang dapat terjadi pada traktus digestive selama kehamilan

adalah motilitas usus yang bekurang, peningkatan sekresi mukosa, pH

gaster yang meningkat ±40% dari wanita yang tidak hamil., mual dan

muntah akan mempegaruhi dosis obat yang masuk traktis digestive. 3,4

Motilitas usus yang berkurang akan memperlambat obat berada di traktus

digestive. Pengosongan lambung lebih lambat ±50%. Peningkatan pH gaster

berakibat buffer asam basa terganggu. Reasorbsi makanan dan obat

menurun, sehingga efek teratopoetik obat berkurang. 3,4

Dengan banyaknya mual dan muntah makanan dan minuman yang

masuk ke usus berkurang bahkan tidak ada (hiperemesis gravidarum). Obat-

obat yang masuk sangat sulit apalagi bila formula obta menambah pH

gaster. Komosisi makanan yang merangsang akan menambah cairan gaster

yang dimuntahkan. Oleh karena itu, akan terkondisi suatu keadaan alkalosis

pada darah ibu. Bila tidak ada makanan yang masuk, dan absorbsi sulit atau

berkurang, maka akan diikuti metabolisme lemak dan protein yang

menyebabkan asidosis darah ibu sehingga terjadi suati keadaan yang disebut

hipermesis gravidarum. 3,4,11


2. Pengaruh pada paru

Dengan adanya hormone plasenta, terutama progesterone, maka

terjadi vasodilatasi kapiler alveoli. Volume plasma bertambah, curah

jantung bertambah, sirkulasi pulmonal bertambah, maka absorbsi di alveoli

akan bertambah. Oleh karena itu, obat-obat inhalasi perlu dipikirkan

dosisnya, jangan sampai berlebihan. 3,4,11

3. Distribusi obat

Plasama darah dalam sirkulasi ibu hamil mulai trimester dua akan

bertambah sampai ± 50-60% ini berakibat curah jantung meningkat dan

filtrasi glomerulus ginjal meningkat. Volume darah/ plasma meningkat

sampai ± 8000 cc. tambahan volume darah di plasenta, janin dan ambion

(±60%) dan dalam darah ibu 40%. Sirkulasi darah bertambah di plasenta

80% serta dalam miometrium 20%. Dengan demikian, kadar obat dalam

sirkulasi ibu, distribusinya dalam organ relative tidak sama. 3,4

4. Perubahan kadar protein darah

Pada kehamilan produksi albumin dan protein lain pada hepar sedikit

bertambah, tetapi jika dibandingkan dengan meningkatnya volume plasma

(hidraemia) kadar albumin menurun, sehingga ada penurunan relative (hipo

albuminemia fisiologis). Sebagian protein akan berikatan dengan hormone

progesterone, sehingga hanya sebagian albumin yang mengikat obat.

Kesimpulan, kadar obat yang bebas aktif dalam sikulasi lebih banyak pada
ibu hamil daripada ibu tidak hamil. Penurunan kadar obat oleh karena

hidraemia dan peningkatan kadar obat dalam plasma secara logis kadar obat

tidak berkurang pada ibu. 3,4

5. Detoksikasi/Eliminasi Obat

Pada kehamilan fungsi hati terganggu karena munculnya hormone

dari plasenta. Maka, pembentukan protein agak menurun terutama albumin.

Enzim-enzim hepar, protein plasma, dan immunoglobulin produksinya

berkurang. Detoksikasi obat akan berkurang, kecuali ada obat tertentu yang

meningkatkan aktivasi metabolisme sel hepar akibat rangsangan enzim

mikrosom oleh hormone progesteron. Beberapa jenis obat akan lebih

menurunkan fungsi hepar akibat kompetitif inhibisi dari enzim oksidase

serta mikrososm akibat pengaruh hormone plasenta terutama progesterone

dan estrogen. 3,4

Aliran darah glomerulus pada kehamilan meningkat 50%. Glomerulus

filtration rate meningkat. Ini akibat dari peningkatan volume plasma darah

dan hormone progesterone. Dengan Glomerulus filtration rate (GFR), maka

ada beberapa jenis obat lebih cepat diekskresikan, misalnya golongan

penisilin dan derivatnya, beberapa obat jantung (digoksin), dan golongan

makrolid. 3,4

D. Kompartemen Plasenta

Plasenta merupkan unit yang berfungsi menyalurkan nutrient dari ibu

ke janin. Bila dalam plasma darah ibu terdapat obat , maka obat ini akan
melalui mekanisme transfer plasenta (sawar plasenta), membrane bioaktif

sitoplasmik lipoprotein sel trofoblas, endotel kapiler vili korialis, dan

jaringan pengikat interstisial vili. Bila di dalam plasma darah ibu

mengandung obat, maka obat ini akan melalui sawar plasenta dengan cara

difusi aktif atau pasif; secara transportasi aktif dan fasilitatif fagositosis,

semipermiabel membrane sel trofoblas, dan mekanisme gradient elektero

kimiawi. 3,5,11

Dengan kemampuan tersebut secara semi selektif obat dapat melewati

sawar plasenta. Maka obat dapat mengalami kadar yang sama antara

sebelum dan setelah melewati sawar plasenta dan kadar obat lebih sedikit

setelah melewati sawar plasenta.3,5

1. Metabolisme Detoksikasi dan Sawar Plasenta

Jenis obat, sifat obat, serta berat molelul dapat berbeda cara melewati sawar

plasenta. Obat-obat yang melewati sawar plasenta mempunyai cara

transportasi khusus seperi berikut. Obat yang bersifat lipofilik larut dalam

lemak akan mudah menembus membrane sel. Namum obat yang terionisasi

akan mengalami hambatan dalam membrane sawar. Obat yang bersifar basa

lemah (pH tinggi) lebih mudah menembus sawar. Lalu, plasenta dapat

mengadakan detoksikasi obat dengan memetabolisasi secara enzimatik,

dehidrogenase, oksidasi, reduksi, hidrolisis, metilasi, atau asetilasi. Akan

tetapi, kemampuan tersebut tidaklah maksimal sehingga masih banyak obat

yang lolos masuk ke sirkulasi janin. Berat molekul obat yang besar sulit

lewat sawar plasenta, hanya sebagian yang bias lewat.3,5


2. Keadaan patologik

Plasenta pada ibu hamil dengan preeklamsia dan solution plasenta

akan mengalami perubahan sawar plasenta sehingga dapar obat yang

melewati sawar tidak dapat disamakan dengan keadaan yang normal. Efek

obat-obat oksitosik dan nikotin akan memperlambat obat melewati sawar

plasenta yang akan menuju ke janin. Pada pertumbuhan plasenta pasca 3

bulan pertama atau masa plasentasi masih berlangsung. Ada beberapa

pengaruh obat yang menyebabkan kematian jaringan plasenta. Fibrosis dan

kematian jaringan yang bila terjadi lebih dari 10% plasenta akan berkurang

fungsinya yang akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, struktur

janin, bahkan menjadi IUFD atau kematian janin. Kesimpulan, pada periode
3,5,11
embrio sampai plasentasi selesai obat-obat sangat rentan terhadapnya.

3. Transportasi

Obat akan melewati sawar dengan perantaraan zat pembawa obat

melewati sawar plasenta. Secara aktif bila ada perbedaan konsentrasi kedua

pihak dari membrane bioaktifnya. Juga dapat dengan fagositosis dan

pinositosis (seperti pada sel-sel mukosa yang lain) pada sel trofoblas.3,5

Transfer obat yang melewati sawar plasenta digolongkan sebagai

berikut:

a Tipe 1 : Obat yang seimbang antara kadar di dalam plasma ibu

. dan di dalam plasma janin. Berarti terjadi transper


lewat sawar plasenta secara lengkap sehingga efek

terapi tercapai pada ibu dan janin. Dalam hal ini

maksudnya obat dan ekskresi obat pada janin sama

b Tipe 2 : Obat yang kadar pada plasma janin lebih tinggi

. daripada di dalam plasma ibu, artinya terjadi transper

yang baik lewat sawar plasenta, tapi ekskresi pada

janin sangat sedikit.

c Tipe 3 : Obat yang kadar di dalam plasma janin lebih rendah

. daripada kadar yang di dalam plasma ibu, artinya

transfer lewat sawar plasenta tidak lengkap.

E. Kompartemen janin

Dengan mengingat peran plasenta dalam menfiltrasi atau seleksi obat

baik secara pasif maupun aktif serta banyak sedikitnya kadar obat yang

masuk ke janin, maka perlu dipikirkan kadar obat yang berefek atau

memberi resiko terhadap kesejahteraan janin atau pertumbuhan organ janin.

Bila obat memiliki efek teratogenik pada janin, maka pemberian obat perlu

dipertimbangkan.3,5,11

Periode pertumbuhan janin yang dapat beresiko dalam pemberian zat

atau obat pada pertumbuhannya adalah sebagai berkut:

1. Periode embrio 3 minggu pertama sejak konsepsi. Pada periode ini

embrio belum terpengaruh oleh efek obat penyebab teratogenik.


2. Periode organogenesis yaitu sejak 17 hari sampai lebih kurang 70 hari

pascakonsepsi sangat rentan terhadap efek obat, terutama obat-obat

tertentu yang memberi efek negative atau cacat bawaan pada

pertumbuhan embrio dan janin.

3. Setelah 70 hari pasca konsepsi dimana organogenesis masih

berlangsung walau belum sempurna, obat yang berpengaruh jenis

obatnya tidak terlalu banyak bahkan ada yang mengatakan tidak

berpengaruh.

Namun, periode trimester 2 awal sampai trimester 3 masih ada obat-obat

tertentu yang dapat mempengaruhi fungsi organ-organ atau retardasi organ-

organ vital. Obat-obat yang bias melewati sawar plasenta dan masuk ke

sirkulasi janin akan berakibat baik atau jelek pada kesejahteraan janin. Hal

ini terkait dengan metabolism di dalam janin itu sendiri terhadap obat yang

masuk. Kemampuan janin di dalam memetabolisasi obat sangat terbatas.

Protein mengikat obat pada plasma janin lebih rendah bila dibandingkan

dengan protein plasma ibu hamil. Albumin janin belum cukup untuk

mengikat obat, maka akan terjadi keseimbangan di mana kadar obat di

dalam janin lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar obat di dalam

plasma ibu. Dalam periode 17 hari pascakonsepsi organ yang telah

terbentuk dapat mengadakan detoksikasi atau memetabolisasi obat walau

belum sempurna dan masih minimal. Sedang demikian, obat yang masuk ke

dalam janin dapat tersimpan lama di dalam sirkulasi janin. Bilamana organ-

organ sudah cukup berfungsi, hasil metabolism dapat di ekskresikan ke


dalam amnion. Sebagian obat dalam sirkulasi janin dapat pula kembali ke

plasenta dan mengalami detoksikasi pada plasenta. Bila kadar obat tinggi di

dalam sirkulasi janin, obat akan masuk ke jaringan janin. Bilamana jaringan

organ masih belum sempurna, janin akan terpengaruh pertumbuhannya .3,5

F. Keamanan penggunaan obat dalam kehamilan

Untuk menyederhanakan kriteria apakah suatu obat dapat digunakan

selama kehamilan atau tidak, Administrasi Makanan dan Obat Amerika

Serikat (USFDA) telah mengklasifikasikan semua obat ke dalam lima

kategori. Kategori A dan B obat-obatan biasanya dianggap aman pada

manusia. Obat kategori C belum secara definitif terbukti tidak aman bagi

janin manusia, tetapi ada alasan untuk berhati-hati saat meresepkannya.

Obat-obatan kategori D adalah obat-obatan dengan bukti risiko janin

manusia berdasarkan penelitian pada manusia sebelumnya, tetapi manfaat

pengobatan lebih baik daripada risikonya.6,7

Table 1. United States Food and Drug Administration Classification System


(US-FDA).6,7

Kategori FDA Definisi kategori kehamilan

Kategori A Studi terkontrol tidak menunjukkan risiko pada

manusia. Studi-studi yang memadai dan terkontrol

dengan baik pada wanita hamil belum menunjukkan

peningkatan risiko kelainan janin.

Kategori B Tidak ada bukti risiko pada manusia. Penelitian terakhir

menunjukkan tidak ada bukti kerusakan pada janin.


Namun, tidak ada studi yang memadai dan terkontrol

dengan baik pada wanita hamil. Atau penelitian pada

hewan menunjukkan efek yang merugikan, tetapi

penelitian yang memadai dan terkontrol dengan baik

pada wanita hamil telah gagal menunjukkan risiko pada

janin.

Kategori C Risiko tidak bisa dikesampingkan pada manusia.

Penelitian pada hewan menunjukkan efek yang

merugikan, dan tidak ada penelitian yang memadai dan

terkontrol dengan baik pada wanita hamil. atau Tidak

ada penelitian pada hewan yang dilakukan, dan tidak

ada studi yang memadai dan terkontrol dengan baik

pada wanita hamil.

Kategori D Bukti jelas risiko pada manusia. Studi, cukup terkontrol

dengan baik atau observasional, pada wanita hamil telah

menunjukkan risiko pada janin. Namun, manfaat terapi

mungkin lebih besar daripada risiko potensial.

Kategori X Obat dikontraindikasikan pada kehamilan manusia.

Studi, cukup terkontrol dengan baik atau pengamatan,

pada hewan atau wanita hamil telah menunjukkan bukti

positif kelainan janin. Penggunaan produk

dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau

mungkin hamil.
G. Definisi teratogenik

Istilah teratogen digunakan untuk menunjukkan hasil penilaian bahaya

pada agen tertentu (untuk tujuan pedoman ini, obat). Penggunaan istilah ini

menunjukkan bahwa obat tersebut memiliki kapasitas dalam kondisi

pajanan tertentu untuk menghasilkan perkembangan abnormal pada embrio

atau janin. Namun, penilaian bahaya harus dimasukkan ke dalam konteks.

Apakah suatu obat menyebabkan perkembangan abnormal atau tidak, tidak

hanya tergantung pada sifat fisik dan kimia obat tetapi juga pada dosis,

durasi, frekuensi, rute paparan, dan waktu kehamilan yang terlibat.8

H. Teratogenesis

Penggunaan obat yang dijual bebas selama kehamilan perlu

dipertimbangkan dan diberikan saran yang bersifat retrospektif di mana

penggunaannya dapat memberikan efek negative dan obat mana yabg perlu

diberikan denga hati-hati serta kapan pemberian obat paling aman pada usia

janin yang tepat. Teratogenesis adalah defek anatomi, pertumbuhan pada

janin yang dapat meliputi defek struktur mayor dan minot organ janin;

pertumbuhan janin terhambat; kematian janin; kegagalan implantasi dan

pertumbuhan embrio; pengaruh neonatal seperti gengguan neurologic akibat

obat-obat yang mempengaruhi pertumbuhan mielinisasi jaringan saraf atau

pemberian obat-obat yang mempunyai efek karsinogenesis pada neonatal

dan anak.9

Teratogenesis didefinisikan sebagai disgenesis organ janin baik secara

structural maupun fungsi. Teratogenesis bermanifestasi sebagai gangguan


pertumbuhan, kematian janin, pertumbuhsn karsinogenesis, dan malformasi.

Teratogenesis atau abnormalitas bervariasi dalam tingkat kelainan organ

ataupun fungsinya, bias relative ringan, bias sangat berat, bahkan tidak

terkoreksi. Ada suatu keadaan malformasi yang tidak terkoreksi serta

mengancam jiwa janin. Suatu obat atau bahan kimia dikatakan teratogenik

bila seorang ibu hamil mengonsumsi obat dengan sengaja atau tidak yang

menyebabkan terjadinya abnormalitas struktur janin dan bayi. 9

I. Obat-obat teratogenik pada kehamilan

1. Antibotik 9,10

Obat generik Kategori Melintasi Efek teratogenik


FDA plasenta Pada Janin
Sulfamethoxazole C (SMX) = SMX: jaundice,
(SMX)/ trimethoprim tidak di anemia
(TMP) ketahui hemolytic , dan
(Bactrim DS/ Septra DS) (TMP) = kernicterus
ya TMP: neural tube
defects (NTD), bibir
sumbing, defek pada
jantung, dan defek
traktus urinarius

Tetracyclines D ya Janin: Hipospadia


(trimester pertama
saja), hernia inguinalis,
hipoplasia ekstremitas,
perubahan warna gigi
(pada trimester 2 dan 3)
katarak, langit-langit
mulut sumbing, spina
bifida, polydactyly
Ibu: toksisitas hati,
syok yang ireversibel.
Macrolides C Ya Kelainan
(claritromisin) kardiovaskular dan
langit-langit mulut
sumbing
Fluoroquinolones C Ya Erosi kartilago pada
tikus dan anjing, tetapi
tidak ada laporan
manusia
Aminoglycosides D Ya ototoksisitas / tuli
(Amikacin, Gentamicin, (kerusakan nervus
and Tobramycin) cranialis ke-8)
Kelemahan
neuromuskuler, depresi
pernapasan

2. Obat anti epilepsy.10,12

Obat generik Kategori Melintasi Efek teratogenik


FDA plasenta Pada Janin
Carbamazepine D Ya fitur wajah
(Tegretol) dysmorphic, cacat
kranial, cacat jantung,
spina bifida, hipoplasia
kuku, keterlambatan
perkembangan,
retardasi mental ringan,
neural tube defect
Ethosuximide C Tidak perdarahan spontan,
(Zarontin) diketahui paten ductus arteriosus,
bibir sumbing / langit-
langit mulut, fasies
mongoloid, leher
pendek, lipatan palmar
yang berubah dan
puting aksesori,
hidrosefalus
Felbamate (Felbatol) C Tidak Fetus: keterbelakangan
diketahui mental.
Ibu: anemia aplastik,
gagal hati akut
Phenytoin (Dilantin) D Tidak Janin: kelainan
diketahui bawaan, pendarahan
saat lahir, kelainan
perkembangan saraf
Ibu: defisiensi asam
folat
Fosphenytoin D Tidak Janin: malformasi
(Cerebyx) diketahui kongenital, celah
orofasial, kelainan
jantung, anomali
minor, defisiensi
mental.

Ibu: Peningkatan
frekuensi kejang dapat
terjadi selama
kehamilan karena
perubahan
farmakokinetik fenitoin
Gabapentin (Neurontin) C Tidak Data manusia yang
diketahui terbatas tidak
memungkinkan
penilaian keamanan
Lamotrigine (Lamictal) C Ya frekuensi cacat utama
di antara paparan
monoterapi trimester
pertama adalah 2,9%
(12 dari 414)
Levetiracetam (Keppra) C Tidak Risiko terhadap janin
diketahui manusia / embrio tidak
diketahui
Oxcarbamazepine C Ya tidak ada malformasi
(Trileptal) kongenital mayor yang
dilaporkan, defek
wajah ringan diamati
pada satu kasus
Phenobarbital D Ya cacat bawaan,
(Luminal Sodium) perdarahan saat lahir,
kecanduan, AE
perkembangan
neurobehavioral
Pregabalin (Lyrica) C Tidak Penelitian pada hewan
diketahui - kelainan berups
malformasi kerangka,
teratogenisitas yang
dimediasi pria. Tidak
ada penelitian pada
manusia
Tiagabine (Gabitril C Tidak satu insiden dengan
diketahui malformasi yang tidak
spesifik
Primidone (Mysoline) D Tidak manifestasi neurologis
diketahui (terlalu aktif / tumor);
mekanisme untuk efek
hemoragik adalah
karena penekanan
faktor pembekuan yang
tergantung Vit K,
merekomendasikan
pemberian Vit K
kepada bayi segera
setelah lahir
Topiramate (Topamax) C Ya Hipospadia pada pria
(hubungan tidak
terjalin); Data terlalu
terbatas untuk menilai
risiko embrio / janin
Valproic Acid D Ya neural tube defect,
(Depakene) cacat wajah kecil, cacat
kepala, wajah, digit,
saluran urogenital,
pertumbuhan mental
dan fisik.
Zonisamide (Zonegran) C Tidak Anomali kongenital
diketahui mungkin terjadi
Clonazepam D Tidak keterbelakangan
(Klonopin) diketahui mental, cacat
kraniofasial, cacat
genitourinarium,
tangan yang cacat, kaki
pengkor
Lorazepam (Ativan) D Tidak Data manusia
diketahui menunjukkan risiko
rendah; toksisitas janin
dan neonatal telah
dilaporkan
Trimethadione D ya dosis IV yang tinggi
dapat menyebabkan
sindrom "floppy
infant", insidensi
gangguan pernapasan
yang lebih tinggi

3. Obat common cold.10

Obat generik Kategori Melintasi Efek teratogenik


FDA plasenta Pada Janin
Fexofenadine (Allegra) C Tidak Tidak ada studi
Antihistamine diketahui terkontrol yang
dipublikasikan; hindari
pada trimester pertama
Loratadine (Alavert, C Tidak Tidak
Claritin) Antihistamine Kategori diketahui direkomendasikan pada
B pada trimester pertama,
trimester dapat menyebabkan
2 dan 3 Langit-langit sumbing,
mikrotia,
mikrofthalmia, tuli,
displasia triscuspid,
hernia diafragma.
Cetirizine (Zyrtec) C Tidak Trimester pertama -
Antihistamine Kategori diketahui aborsi spontan, ginjal
B pada ektopik, testis yang
trimester tidak turun. Paparan
2 dan 3 yang terlalu rendah
menilai potensi risiko
Dextromethorphan C Tidak produk kombinasi yang
(Robitussin, Pediacare) diketahui mengandung alkohol
Anti‐tussive harus dihindari selama
kehamilan
Benzonatate (Tessalon C Tidak Belum ada pengalaman
Perles) diketahui klinis yang memadai
Anti‐tussive untuk menetapkan
keamanan benzonatate
secara umum selama
kehamilan
Codeine / Hydrocodone r C; D Tidak Trimester 1 -
x cough syrups. pada diketahui ketergantungan fisik,
Anti‐tussive dosis penarikan, retardasi
yang pertumbuhan, depresi
lebih pernafasan, bibir
tinggi sumbing / langit-langit
untuk mulut, dislokasi
waktu pinggul, cacat
yang muskuloskeletal.
lebih Gunakan hanya jika
lama jelas dibutuhkan.
Cacat saluran
pencernaan trimester
ke-2
Guaifenesin (Mucinex , C Tidak Pada Trimester 1
Humibid) diketahui meningkatkan
Expectorant frekuensi hernia
inguinalis dan defek
kardiovaskular
Phenylephrine C Tidak Janin: Pada trimester 1
(Tannate). diketahui Malformasi telinga /
Sympathomimetic mata,sindaktili, skin
tag preauricular, club
foot, hernia inguinalis.
Dislokasi pinggul
kongenital, defek
muskuloskeletal, hernia
umbilikalis.

ibu: vasokonstriksi
pembuluh darah uterus
dan penurunan aliran
darah menyebabkan
hipoksia janin.
Pseudoephedrine C Tidak
(Sudafed, Dimetapp) diketahui
Sympathomimetic
Nasal Steroids C; B Tidak Celah orofasial trimester
Budesonide Triamcin: diketahui pertama, cacat

(Rhinocort) D pada konotruncal, cacat tuba


trimester saraf dan kelainan
Fluticasone (Flonase) pertama) ekstremitas. Malformasi
Mometasone (Nasonex) kongenital, kelahiran

Triamcinolone prematur, berat badan


lahir rendah, kembar
(Nasacort).
siam
Cortico‐steroid

4. Obat diabetes mellitus.10

Obat generik Kategori Melintasi Efek teratogenik


FDA plasenta Pada Janin
Glyburide (Diabeta, C ya Kemungkinan
Micronase, Glynase) kerusakan telinga pada
Sulfonylurea trimester pertama,
hipoglikemia janin
Glipizide (Glucotrol) C ya Kemungkinan
Sulfonylurea kerusakan telinga pada
trimester pertama, tidak
ada teratogenisitas
dalam penelitian pada
hewan
Glimepiride (Amaryl) C Tidak Malformasi kerangka
Sulfonylurea diketahui dalam dosis tinggi
Pioglitazone (Actos) C Tidak Keterlambatan
TZD diketahui perkembangan,
penurunan berat janin
Rosiglitazone C ya Kematian / retardasi
(Avandia) janin
TZD
Exenatide (Byetta) C Tidak Penurunan
Incretin mimetic diketahui pertumbuhan janin,
malformasi kerangka
Pramlintide (Symlin) C Tidak Neural defect tube,
Amylinomimetic diketahui langit-langit mulut
sumbing pada dosis
tinggi
Detemir insulin C Tidak Kelainan visceral
(Levemir) diketahui
Intermediatelong acting
insulin

5. Analgetik.10

Obat generik Kategori Melintasi Efek teratogenik


FDA plasenta Pada Janin
Aspirin (Bufferin, C Ya Janin: Peningkatan
Ecotrin) mortalitas perinatal,
NSAID efek teratogenik, HTN
paru, risiko perdarahan,
penutupan arteriosis
duktus dini
Ibu: anemia, ante /
post partum
hemorrhage, persalinan
lama
Ibuprofen (Advil, D pada Tidak Janin: penyempitan
Midol,) trimester diketahui ductus arteriosus, HTN
NSAID ketiga paru pada trimester
ketiga
Ibu: persalinan lama,
aborsi spontan
Naproxen (Aleve, D pada Ya konstriksi ductus
Anaprox, Midol, trimester arteriosus, perdarahan
Naprosyn, Pamprin) ketiga intrakranial, HTN paru
NSAID primer
Butorphanol (Stadol). C; D jika Ya pola denyut jantung
Narcotic analgesic digunaka janin sinusoidal,
n dalam kecanduan, depresi
waktu pernapasan.
lama
Morphine (Duramorph, C; D jika Ya kecanduan,
Kadian, MS Contin, digunaka kemungkinan
Oramorph SR, n dalam hubungannya dengan
Roxanol). waktu hernia inguinalis dan
Narcotic analgesic lama depresi pernapasan
Fentanyl (Actiq, C; D jika Ya depresi pernapasan,
Duragesic). digunaka ketergantungan dan
Narcotic analgesic n dalam hilangnya variabilitas
waktu detak jantung janin
lama tanpa hipoksia
Hydromorphone C; D jika Ya depresi pernapasan
(Dilaudid). digunaka
Narcotic analgesic n dalam
waktu
lama
Meperidine (Demerol, C; D jika Ya Janin: depresi
Meperitab) digunaka pernafasan (tergantung
Narcotic analgesic n dalam waktu, dosis),
waktu kecanduan, hernia
lama inguinalis
Ibu: penumpukan
metabolit yang bisa
menyebabkan kejang
Hydrocodone Narcotic C; D jika Ya depresi pernafasan
analgesic digunaka
n dalam
waktu
lama
Oxycodone C; D jika Ya depresi pernafasan
(OxyContin, digunaka
OxyFast, OxyIR, n dalam
Roxicodone) waktu
Narcotic analgesic lama
Tramadol (Ultram) C Ya dosis terkait toksisitas
Central analgesic janin pada hewan,
depresi pernapasan,
dan kecanduan
Ergotamine (Ergomar) X Ya Meningkatkan tonus
Sympatholytic uterus yang
menyebabkan hipoksia
janin, toksisitas
teratogenik dan janin

6. Obat-obat lain.3

Obat generik Efek teratogenik


Pada Janin
Aminopterin, metotreksat Malformasi system saraf pusat
dan anggota gerak
ACE inhibitor Gagal ginjal perkepanjangan
pada janin, Penurunan osifikasi
tempurung kepala, disgenesis
tubulus renalis.
Obat-obat antikolinergik Ileus mekonium neonatus
Obat-obat antitiroid (PTU dan Gondok pada janin dan bayi
Metomazol) hopitoridisme serta aplasia
kutis
siklofosfamid Malformasi system saraf pusat
Danazol dan obat amdronergik Maskulinisasi pada janin
lainnya perempuan
Dietilstilbestrol Ca vagina dan defek system
urogenital pada janin
Misoprostol Moebius sekuens
Litium Ebstein anomali
Warfarin Defek skeletal dan SSP

Anda mungkin juga menyukai