Anda di halaman 1dari 26

BAB I

STATUS PASIEN NEUROLOGI

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Men Putu Sri

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Poli-polia

Agama : Hindu

No. RM : 51 39 73

Tanggal masuk RS : 27 Oktober 2017

DPJP : dr. Happy Handaruwati, M.Kes, Sp.S

B. Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri Pinggang

Anamnesis : Pasien dibawa ke Instalasi Gawat Darurat


terpimpin Rumah Sakit Umum Bahteramas pada tanggal 27
Oktober pukul 11.00 WITA dengan keluhan nyeri
pinggang kiri bawah sejak seminggu yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan tidak bisa duduk lama,
tidak bisa berjalan, berbaring harus miring kanan
dan kiri. Keluhan ini pertama kali dialaminya.
Keluhan lain yang dirasakan yaitu kram-kram yang
dirasakan dari pinggang kiri sampai paha kiri. Sakit
kepala (-), kejang (-), sesak (-), mual (-). BAB dan
BAK kesan normal.

1
2

Riwayat penyakit : Riwayat HT (-), riwayat penyakit jantung (-),


yang diderita riwayat tumor (-), riwayat trauma (-), riwayat
penyakit metabolik (-), riwayat idiopatik (-).

Riwayat keluarga : Keluhan serupa tidak diketahui

Riwayat kebiasaan : Rokok (-), alkohol (-), kopi (-)

Riwayat : Pasien belum pernah melakukan pengobatan


pengobatan sebelumnya

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Kesan : Sakit berat Tensi : 130/80 Anemis: (-)

Kesadaran : Compos Mentis Nadi : 84x/m Ikterus: (-)

Gizi : Baik Suhu : 36,4 0C Sianosis: (-)


Pernapasan : 20x/m

Pemeriksaan toraks
Jantung
Inspeksi : IC tidak teraba
Palpasi : Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternalis D
Perkusi : Batas jantung kiri: ICS V linea axilaris anterior S
Auskultasi BJ I/II murni reguler, murmur (-)

Thoraks
Inspeksi : Simetris ki=ka, tidak tampak tahanan bernapas
Palpasi Perkusi : Krepitasi(-), nyeri tekan(-), vokal fremitus simetris
kesan normal
Auskultasi : Sonor, batas paru-hepar ICS V
: Bunyi pernapasan : Vesikular +/+,
3

Bunyi tambahan: Rh -/-, wh -/-

Status neurologis
GCS : E4M6V5
1. Kepala
Posisi : Ditengah Bentuk/ukuran : Bulat/normocephal

Penonjolan : (-) Auskultasi : Normal

2. Saraf Cranialis
N.I
Penghidu : Normal

N.II, III, IV, VI


Dextra Sinistra
Celah kelopak mata
Ptosis (-) (-)
Exoftalmus (-) (-)
Ptosis bola mata (-) (-)
Pupil
Ukuran/bentuk 2,5 mm/ bulat 2,5 mm/ bulat
Isokor/anisokor isokor isokor
RCL/RCTL (+)/(+) (+)/(+)
Refleks akomodasi SDN SDN
Gerakan bola mata Normal Normal

N.V
Sensibilitas : N.V1 : Normal
N.V2 : Normal
N.V3 : Normal

Motorik : Inspeksi/palpasi : Normal


(istirahat/menggigit)
4

Refleks dagu/masseter : Normal

Refleks kornea : Normal

N.VII
Motorik M.Frontalis M. Orbicularis oculi M. Orbicularis oris
Istirahat Normal normal normal
Mimik normal normal normal

Pengecap 2/3 depan : Tidak dilakukan pemeriksaan

N.VIII
Pendengaran : Normal

Tes rinne/weber : Tidak dilakukan pemeriksaan

Fungsi vestibularis : Tidak dilakukan pemeriksaan

Posisi arkus faring : Tidak dilakukan pemeriksaan

Refleks telan/muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pengecap 1/3 lidah belakang : Tidak dilakukan pemeriksaan

Suara : SDN

Takikardi/bradikardi : DBN

N.XI
Memalingkan kepala dengan/ : Normal
tanpa tahanan
Angkat bahu : Tidak dilakukan pemeriksaan

N.XII
Deviasi lidah : Tidak dilakukan pemeriksaan
5

Fasikulasi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Atrofi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Tremor : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ataxia : Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Leher
Rangsang menings
: (-)
Kaku kuduk
: (-)
Kernig’s sign

Kelenjar limfe : Pembesaran (-)

Arteri karotis : Bruit (-)

Kelenjar gondok : Pembesaran (-)

4. Abdomen

Refleks dinding perut - N -

- N -

- N -

5. Kolumna vertebralis
Inspeksi : Normal

Palpasi : Nyeri Sedang


6

6. Ekstremitas

Superior Inferior

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Pergerakan normal normal menurun menurun

Kekuatan 5 5 3 3

Tonus menurun menurun menurun Menurun

Bentuk otot normal normal normal normal

Refleks fisiologis
Dextra Sinistra

Biceps N N

Triceps N N

Radius N N

Ulna N N

KPR N N

APR N N

Klonus
Lutut : DBN
Kaki : DBN
7

Refleks patologis
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Hoffmann : -/- Babinski : -/-
Tromner : -/- Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Oppenheim : -/-

Sensibilitas
Ekstroseptif : -Nyeri : Normal
- Suhu : Normal
- Rasa raba halus : Normal
Propriodeptif : - Rasa sikap : Normal
- Rasa nyeri dalam : Normal
Fungsi kortikal : - Rasa diskriminasi : Normal
- Stereognosis : Normal
Pergerakan abnormal spontan : (-)

Gangguan koordinasi

Tes jari hidung :Normal


Tes pronasi supinasi :Normal
Tes tumit :Normal
Tes pegang jari :Normal

Pemeriksaan fungsi luhur :Normal


8

D. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah rutin 27/10/2017
Parameter Hasil Nilai rujukan

WBC 14,82 [10^3/uL] 4.00 – 10.00

RBC 3,51 [10^6/uL] 4,5 – 5,1

HGB 8,9 [g/dL] 12,3 – 15,3

HCT 29,4 [%] 36,0 – 45,0

MCV 83,8 [fl] 80,0 - 96,0

MCH 25,4 [pg] 28– 33

MCHC 30,3 [g/dL] 33– 36

PLT 492 [10^3/uL] 150 – 440

NEUT 9,18 [10^3/uL] 52.0 – 75.0

LIMP 3,26 [10^3/uL] 20.0 – 40.0

MONO 1,32 [10^3/uL] 2.0 – 8.0

EO 1,01 [10^3/uL] 1.0 – 3.0

BASO 0,05 [10^3/uL] 0.0 – 0.1


9

2. Kimia Darah
Parameter Hasil Nilai rujukan

GDS 72 mg/dl <200

Ureum 16 mg/dl 15-40

Creatinin 0.7 mg/dl 0,5-1,0

SGOT 22 U/L < 31

SGPT 20 gr/dl < 31

3. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto Lumbosacral AP/lat (28 Oktober 2017)
 Alignment baik, curve hiper lordotic
 Trabekulasi tulang menurun
 Tampak sklerotic pada superior end plate pada VL 4, 5 dan
inferior end plate VL, 3,4,5 disertai penyempitan spatium
intrvertebralis VL 4,5
 Tampak osteofit pada VL 1, 2,3,4,5
 Tak tampak erosi/destruksi tulang
 Tak tampak soft tissue mass/swelling
 Tampak bayangan radioopak ukuran triangular ukuran 2 cm
yang terproyeksi setinggi VL 2 sisi kanan
Kesan :
 Spondilosis lumbalis,
 paralumbal muscle spasme,
 osteoporosis,
 suspect batu ren kiri ukuran 2 cm
10

4. Diagnosis
1. Klinis : Low Back Pain
2. Topis : Radiks saraf
3. Etiologis : Spondilosis lumbalis

5. Penatalaksanaan
Non-farmakologi Farmakologi

1. Fisioterapi Medikamentosa :
2. Bed Rest • Cairan Kristaloid: NaCl 0,9% 20 tpm
3. Kurangi • H2Reseptor Antagonis: Ranitidin50 mg 1A/12j/IV
pemakaian alas • Antikonvulsan : Gabapentin 300 mg 0-0-1
tidur dari per • Kortikosteroid: Methylprednisolon 4mg 2x1
(Spring Bed) • Relaksan Otot: Diazepam 2mg 1x1 tab
4. Atur posisi tidur • NSAID : Ketorolac 1 amp/8J/IV
yang nyaman • Meloxicam 15 mg 1x1 tab

6. PROGNOSA
Qua ad vitam : Dubia ad bonam
Qua ad functionam : Dubia ad bonam
Qua ad sanationam : Dubia ad bonam

7. ANJURAN
Fisioterapi
Konsul Orthopedi
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Low back pain
I. Pendahuluan
Menurut the international association for the study of pain (IASP),
yang termasuk dalam low back pain terdiri dari:1
1. Lumbar spinal pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesusspinosus dari vertebra
torakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh
garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
2. Sacral spinal pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui
spina iliaka superior posterior dan inferior.
3. Lumbosacral pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain
dan 1/3 atas aerah sacral spinal pain.

II. Etiologi
Penyebab nyeri punggung bawah ada berbagai macam, dibedakan dalam
kelompok dibawah ini 2
1. Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan struktur
anatomis seperti otot atau ligamen, atau timbul akibat trauma, deformitas,
atau perubahan degeratif pada suatu struktur misalnya diskus
intervertebralis.
2. Penyakit sistemik seperti spondilitis inflamasi, infeksi, keganasan tulang,
dan penyakit paget pada tulang bisa menyebabkan nyeri di area
lumbosakral.
3. Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke tungkai
kemudian ke kaki, sering disertai parastesia dengan distribusi yang sama
12

ke kaki. Gejala ini timbul akibat penekanan nervus iskiadikus, biasanya


akibat penonjolan diskus intervertebralis ke lateral.
Pada dasarnya, timbulnya rasa nyeri pada LBP diakibatkan oleh
terjadinya tekanan pada susunan saraf tepi yang terjepit pada area
tersebut. Secara umum kondisi ini seringkali terkait dengan trauma
mekanik akut, namun dapat juga sebagai akumulasi dari beberapa trauma
dalam kurun waktu tertentu. Akumulasi trauma dalam jangka panjang
seringkali ditemukan pada tempat kerja. Kebanyakan kasus LBP terjadi
dengan adanya pemicu seperti kerja berlebihan, penggunaan kekuatan
otot berlebihan, ketegangan otot, cedera otot, ligamen, maupun diskus
yang menyokong tulang belakang. Namun, keadaan ini dapat juga
disebabkan oleh keadaan non-mekanik seperti peradangan pada
ankilosing spondilitis dan infeksi, neoplasma, dan osteoporosis.2

III. Anatomi
Bagian tulang belakang (spinal) yang berupa tulang secara
anatomis dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian anterior terdiri atas
serangkaian corpus vertebra berbentuk silinder yang saling dihubungkan
lewat diskus intervertebralis dan disatukan dengan kuat oleh ligamentum
longitudinalis. Bagian posterior terdiri atas unsur yang lebih halus yang
membentang dari corpus vertebra sebagai pedikulus dan melebar ke arah
posterior untuk memebentuk lamina yang bersama struktur ligamentum
membentuk canalis vertebra. Unsur posterior dihubungkan dengan
vertebra di dekatnya lewat dua buah sendi sinovial bentuk faset kecil
sehingga memungkinkan gerakan dalam derajat yang paling kecil di
antara setiap dua buah segmen tetapi secara kesatuan akan menghasilkan
kisaran gerakan yang agak luas (gambar 1). Processus spinosus dan
transversus yang kokoh menonjol ke arah lateral serta posterior dan
berfungsi sebagai tempat perlekatan otot yang menggerakkan, menunjang
serta melindungi columna vertebra. Stabilitas tulang belakang bergantung
pada dua tipe tunjangan, yaitu tipe tunjangan yang dihasilkan oleh
13

articulatio tulang (terutama oleh persendian diskus serta articulatio


sinoval unsur – unsur posterior) dan tipe kedua yang dihasilkan oleh
struktur penunjang ligamentum (pasif) serta muskuler (aktif). Struktur
ligamentum cukup kuat, tetapi karena struktur ini maupun corpus
vertebra, yaitu compleks diskus, tidak memiliki kekuatan integral yang
memadai untuk bertahan terhadap gaya luar biasa yang bekerja pada
columna bahkan pada saat melakukan gerakan yang sederhana.2

Gambar 1. Kiri: pandangan superior vertebra lumbal yang sudah dikupas.


Kanan : pandangan lateral dua buah vertebra lumbal yang
berhubungan lewat sendi (artikulasio). B = corpus vertebra; SC
= canalis spinalis; IVF =foramen intervertebralis; IF = fasies
artikularis inferior; SF = fasies artikularis superior; P =
pedikulus; TP = prosesus transversus; SP = prosesus spinosus; L
=lamina

Bagian belakang tubuh yang memiliki kebebasan bergerak terbesar


dan dengan demikian yang paling sering terkena cedera, adalah daerah
servikal dan lumbal. Selain pergerakan sadar yang diperlukan untuk
membungkuk, berputar dan pergerakan lainnya, banyak aksi tulang
belakang yang bersifat refleks dan merupakan dasar postur.2
14

Gambar 2. Anatomi Vertebra

Gambar 3. Lumbar 3- Sakral 1


15

IV. Faktor Risiko


1) Usia
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur
dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.
Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin
meningkat hingga umur sekitar 55 tahun. 2
2) Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada
kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi
timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini
lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen
sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.2
3) Status Antropometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko
timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi
penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.2
4) Pekerjaan
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan
gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat,
penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang,
posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.2
5) Aktivitas / olahraga
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang,
misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi
punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa
yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu
16

menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan


membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah
seperti tidur pada kasur yang tidak menopang tulang belakang.
Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat
tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari
posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan
posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah
jongkok terlebih dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang
seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti
melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam
sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton
lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10
anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari
dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.2
6) Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok, diduga karena perokok memiliki
kecenderungan untuk mengalami gangguan pada peredaran
darahnya, termasuk ke tulang belakang.
7) Abnormalitas struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis,
lordosis, maupun kifosis, merupakan faktor resiko untuk terjadinya
LBP.2

V. Gambaran Klinis
Gejala klinis berkisar antara 2 minggu sampai dengan 4 tahun.
Gejala dengan onset yang lebih cepat dihubungkan dengan riwayat
trauma. Intensitas nyeri dengan NPS (Numeric Pain Scale) >7 tercatat
pada 70% kasus saat kunjungan pertama. Gejala yang menyertai LBP
meliputi iskialgia (95%), rasa baal (hipostesia) (77,5%), dan
kelemahan tungkai (7,5%). Riwayat trauma yang signifikan dijumpai
17

pada 82,5% kasus. Rasa baal sesuai dermatom pada 77,5%. Tanda
Lasegue positif pada 95% kasus.2
Dalam LBP bisa di manifestasikan dengan rasa nyeri yang
bermacam penyebab dan variasi rasanya. Dimana tipe – tipe tersebut
dibedakan menjadi empat tipe ras nyeri : nyeri lokal, nyeri alih, nyeri
radikuler dan yang timbul dari spasme muskuler. Nyeri lokal
disebabkan oleh sembarang proses patologis yang menekan atau
merangsang ujung – ujung saraf sensorik. Keterlibatan struktur –
struktur yang tidak mengandung ujung – ujung saraf sensoris adalah
tidak nyeri. Sebagai contoh, bagian sentral, medula korpus vertebra
dapat dihancurkan oleh tumor tanpa menimbulkan rasa nyeri,
sedangkan fraktur atau ruptur korteks dan distorsi periosteum,
membran sinoval, otot, anulus fibrosus serta ligamentum sering
memberikan nyeri yang luar biasa. Struktur – struktur yang terakhir
diinervasi oleh serabut – serabut aferen rami primer posterior dan
saraf sinuvertebralis. Meskipun keadaan nyeri sering disertai dengan
pembengkakan jaringan yang terkena, hal ini bisa tidak tampak jika
suatu struktur yang dalam dari tubuh bagian belakang merupakan
lokasi dari penyakitnya. Nyeri lokal sering dikemukakan sebagai rasa
nyeri yang stabil tetapi bisa intermiten dengan variasi yang cukup
besar menurut posisi atau aktivitas pasien. Nyeri dapat bersifat tajam
atau tumpul dan sekalipun sering difus, rasa nyeri ini selalu terasa pas
atau di dekat tulang belakang yang sakit. Gerakan berlawanan arah
secara refleks dari segmen – segmen tulang belakang oleh otot – otot
paravertebralis sering tercatat dan dapat menyebabkan seformitas atau
abnormalitas postur. Gerakan atau sikap tertentu yang mengubah
posisi jaringan yang cedera memperberat nyeri. Tekanan yang kuat
atau perkusi pada struktur superfisial regio yang terkena biasanya
menimbulkan nyeri tekan yang merupakan gejala untuk membantu
mengenali lokasi abnormalitas.2
18

Penjalaran nyeri hampir selalu berasal dari posisi sentral di dekat


tulang belakang hingga bagian tertentu pada ekstermitas bawah.
Batuk, bersin dan mengejan merupakan manuver pencetus yang khas,
tetapi juga karena meregangkan atau menggerakkan tulang belakang,
semua kejadian tersebut dapat pula meningkatkan intensitas nyeri
lokal. Gerakan membungkuk ke depan dengan lutut diekstensikan
atau “gerakan mengangkat lutut dalam keadaan lurus” akan
mencetuskan nyeri radikuler pada penyakit bagian bawah vertebra
lumbal yang terjadi atas dasar regangan, kompresi vena jugularis yang
menaikkan tekanan intraspinal dan dapat menyebabkan suatu
pergeseran pada posisi dari atau tekanan pada radiks, dapat
menimbulkan efek serupa. Iritasi radiks saraf lumbal keempat serta
kelima dan sakral pertama yang membentuk nervus iskiadikus, akan
menimbulkan rasa nyeri yang terutama meluas ke bawah hingga
mengenai permukaan posterior paha dan permukaan posterior serta
lateral tungkai. Secara khas, penjalaran rasa nyeri ini yang disebut
dengan istilah sciatica berhenti di daerah pergelangan kaki dan disertai
dengan perasaan kesemutan atau rasa baal (parastesia) yang menjalar
ke bagian yang lebih distal hingga mengenai kaki. Rasa kesemutan,
parastesia, dan rasa baal atau kelaianan sensoris pada kulit, perih pada
kulit, dan nyeri sepanjang saraf tersebut juga dapat menyertai nyeri
skiatika klasik. Dan pada pemeriksaan fisik, hilangnya refleks,
kelemahan, atrofi, tremor fasikuler, dan kadang – kadang edema statis
dapat terjadi jika serabut = serabut motoris radiks anterior terkena.2
19

VI. Diagnosis4
1) Anamnesis
a. Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri
dengan setepat – tepatnya, atau keterangan yang rinci
sehingga letaknya dapat diketahui dengan tepat.
b. Penyebaran nyeri, untuk dibedakan apakah nyeri bersifat
radikular atau nyeri acuan.
c. Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk – tusuk, disayat,
mendeyut, terbakar, kemeng yang terus – menerus, dan
sebagainya.
d. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh
penderita yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa
sehingga penderita mempunyai sikap tertentu untuk
meredakan rasa nyeri tersebut.
e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya
dengan aktivitas tubuh, perlu ditanyakan posisi yang
bagaimana dapat memperberat dan meredakan rasa nyeri.
f. Riwayat Trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung
kepada penderita misalnya mendorong mobil mogok,
memindahkan almari yang cukup berat, mencabut singkong,
dan sebagainya.
g. Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, bersifat akut,
perlahan, menyelinap sehingga penderita tidak tahu pasti
kapan rasa sakit mulai timbul, hilang timbul, makin lama
makin nyeri, dan sebagainya.
h. Obat – obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis
analgetik apa saja yang pernah diminum.
i. Kemungkinan adanya proses keganasan.
j. Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan
mengalami LBP yang cukup mengganggu pekerjaan sehari –
20

hari. Hamil muda, dalam trimester pertama, khususnya bagi


wanita yang dapat mengalami LBP berat.
k. Kondisi mental/emosional, meskipun pada umumnya
penderita akan menolak bila kita langsung menanyakan
tentang “banyak pikiran” atau “pikiran sedang ruwet” dan
sebagainya. Lebih bijaksana apabila kita menanyakan
kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental tadi secara
tidak langsung, dengan cara penderita secara tidak sadar mau
berbicara mengenai faktor stress yang menimpanya.2
2) Pemeriksaan umum
a. Inspeksi
1. Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun
dari berbaring.
2. Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak.
3. Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal, adanya angulasi, pelvis yang asimetris dan postur
tungkai yang abnormal. 2
b. Palpasi dan perkusi
Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa
nyerinya, kemudian menuju daerah yang paling nyeri. Raba
columna vertebralis untuk menentukan kemungkinan adanya
deviasi 2
c. Tanda vital (vital sign)
Pemeriksaan neurologik
1. Motorik: menentukan kekuatan dan atrofi otot serta
kontraksi involunter.
2. Sensorik: periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar.
3. Refleks; diperiksa refleks patella dan Achilles. 2
21

Pemeriksaan range of movement: Untuk memperkirakan


derajat nyeri, function lesa, untuk melihat ada tidaknya
penjalaran nyeri.2
d. Percobaan – percobaan:
1. Tes Lasegue
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila
pasien tidak dapat mengangkat tungkai kurang dari 60°
dan nyeri sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan
terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati,
terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.2
2. Tes Patrick dan anti-patrick2
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul.
Positif jika gerakan diluar kemauan terbatas, sering
disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi
panggul, negative pada ischialgia.2
3. Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan
LCS akan meningkat, akan menyebabkan tekanan pada
radiks bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada
spondilitis. 2
4. Tes Valsava
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan
meningkat, hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.2
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pungsi lumbal
Dapat diketahui warna cairan LCS, adanya kesan sumbatan /
hambatan aliran LCS, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan
glukosa. Untuk menentukan ada tidaknya sumbatan dilakukan
tes Queckenstedt yaitu pada waktu dilakukan pungsi lumbal
diperhatikan kecepatan tetesannya, kemudian kedua vena
jugularis ditekan dan diperhatikan perubahan kecepatan
22

tetesannya. Bila bertambah cepat dengan segera, dan waktu


tekanan dilepas kecepatan tetesan kembali seperti semula berarti
tidak ada sumbatan. Bila kecepatan bertambah dan kembalinya
terjadi secara perlahan-lahan berarti ada sumbatan tidak total.
Bila tidak ada perubahan makin lambat tetesannya berarti
sumbatan total. 2
b. Foto rontgen
Dapat diidentifikasikan adanya fraktur corpus vertebra, arkus
atau prosesus spinosus, dislokasi vertebra, spondilolistesis,
bamboo spine, destruksi vertebra, osteofit, ruang antar vertebra
menyempit, scoliosis, hiperlordosis, penyempitan foramen antar
vertebra, dan sudut ferguson lebih dari 30°.2
c. Scan Tomografik
Dapat dilihat adanya Hernia Nucleus Pulposus, neoplasma,
penyempitan canalis spinalis, penjepitan radiks dan kelainan
vertebra.2

VII. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
b. Rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur
selama beberapa hari dengan tempat tidur dari papan dan
ditutup selembar busa tipis. Tirah baring ini bermanfaat untuk
nyeri punggung bawah mekanik akut, fraktur dan HNP.2
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi misalnya pada HNP, trauma
mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot
dan mengurangi lordosis.2
d. Terapi operatif
Jika tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata
atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik.2
23

2. Farmakologi3,4
a. Nyeri inflamasi
Anti inflamasi (steroid, NSAID)
Relaksan Otot (Esperon Hcl, Diazepam, Tizanidin)
Analgetik Opioid Lemah (codein)
Analgetik opiod kuat (morphine sulfate)
b. Nyeri neuropatik
Analgetik adjuvant seperti antikonvulsan (carbamazepin,
Gabapentin, Okscarbazepin, fenitoin, asam valproat
c. Nyeri campuran : nyeri inflamasi dan neuropatik.
Injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) pada sindroma
radikuler (atas indikasi).
24

BAB III
RESUME DAN ANALISIS KASUS

A. Resume
Pasien dibawa ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Bahteramas pada tanggal 27 Oktober pukul 11.00 WITA dengan keluhan
nyeri pinggang kiri bawah sejak seminggu yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan tidak bisa duduk lama, tidak bisa berjalan, berbaring harus
miring kanan dan kiri. Keluhan ini pertama kali dialaminya. Keluhan lain
yang dirasakan yaitu kram-kram yang dirasakan dari pinggang kiri sampai
paha kiri. Sakit kepala (-), kejang (-), sesak (-), mual (-). BAB dan BAK kesan
normal. Riwayat HT (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat tumor (-),
riwayat trauma (-), riwayat penyakit metabolik (-), riwayat idiopatik (-).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien sakit berat,
GCS 7 E4M6V5 . Tanda vital TD 130/80 mmHg, Nadi 84x/menit, Pernapasan
24x/menit, Suhu 36,4°C. Pada Hasil Laboratorium darah rutin didapatkan
leukosit meningkat. GDS, Ureum dan kreatinin dalam batas normal. Hasil foto
rontgen lumbosakral menunjukan kesan Spondilosis lumbalis, paralumbal
muscle spasme, osteoporosis, dan suspect batu ren kiri ukuran 2 cm.

B. Analisis Kasus
Pasien merupakan seorang wanita berusia 53 tahun. Pada pasien ini
memiliki faktor resiko umur, bahwa semakin lanjut usia seseorang maka
kejadian low back pain semakin meningkat.
Pada kasus terdapat rasa nyeri pada punggung bawah kiri hingga kaki
kiri, hal ini menunjukkan adanya nyeri yang timbul pada area dermatom
lumbal hingga sakral (L1-S3), selain itu juga terdapat penurunan kekuatan
pada kaki kiri, namun refleks fisiologis masih dalam batas normal, tidak
ditemukan defisit otonom.
25

Kebanyakan kasus LBP terjadi dengan adanya pemicu seperti kerja


berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan, ketegangan otot, cedera otot,
ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang belakang. Namun, keadaan ini
dapat juga disebabkan oleh keadaan non-mekanik seperti peradangan pada
ankilosing spondilitis dan infeksi, neoplasma, dan osteoporosis. Dari anamnesis
ditemukan gejala-gejala yang mendukung diagnosisnya lowback pain yaitu nyeri
pada punggung bawah kiri serta ditunjang oleh foto rontgen yang menunjukkan
hasil adanya osteoporosis dan spondilosis lumbalis. Pada penatalaksanaan pasien
diberikan cairan kristaloid Nacl 0,9 % 20 tpm, Ranitidin 1 ampul tiap 12 jam
intravena, gabapentin 300 mg 0-0-1, methylprendisolon 4mg 2x1, diazepam 2 mg
1x1 tab, meloxicam 15 mg 1x1 tab, Ketorolac 1 ampul tiap 8 jam intravena.
Ketorolac merupakan analgesik non opioid yang kebanyakan digunakan unuk
penanganan jangka pendek untuk nyeri sedang sampai berat, namun dapat
menimbulkan efek samping berupa iritasi saluran cerna, tukak, perforasi atau
perdarahan dengan atau tanpa didahului oleh gejala. Dengan adanya efek samping
ditimbulkan ketorolac maka pasien diberikan ranitidin untuk menghindari iritasi
saluran cerna
26

DAFTAR PUSTAKA

1. Cowen P. Practice Guidelines for Low Back Pain. America : Associate


Professor of medicine department of medical informatics & clinical
epidemiology oregon Health and Science University. 2008
2. Ronica, D.W. Hubungan Antara Usia, Masa Kerja Dan Durasi Kerja Pekerjaan
Karyawan Borong Dengan Kejadian Low Back Pain Pada buruh Pabrik rokok
di PT. Djarum Kudus. Semarang : Fakultas Kedokteran universitas
Muhammadiyah Semarang.
3. Panduan Praktis Klinis Neurologi. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2016
4. Arya, RK. Low back pain- signs, symptomps, and management New Delhi :
Journal, Indian academy of clinical medicine. Vol.15 no. 1. 2014
5. Almoallim, H. et.al. A simple approach of Low Back Pain. Makkah:
International Journal of Clinical Medicine Vol. 5. 2014
6. Hayashi, Y. Classification, diagnosis anda treatment of Low Back Pain. Tokyo:
Journal of The Japan Medical Association. Vol 128. No. 12. 2002

Anda mungkin juga menyukai