A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Men Putu Sri
Umur : 53 tahun
Agama : Hindu
No. RM : 51 39 73
B. Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri Pinggang
1
2
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Kesan : Sakit berat Tensi : 130/80 Anemis: (-)
Pemeriksaan toraks
Jantung
Inspeksi : IC tidak teraba
Palpasi : Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternalis D
Perkusi : Batas jantung kiri: ICS V linea axilaris anterior S
Auskultasi BJ I/II murni reguler, murmur (-)
Thoraks
Inspeksi : Simetris ki=ka, tidak tampak tahanan bernapas
Palpasi Perkusi : Krepitasi(-), nyeri tekan(-), vokal fremitus simetris
kesan normal
Auskultasi : Sonor, batas paru-hepar ICS V
: Bunyi pernapasan : Vesikular +/+,
3
Status neurologis
GCS : E4M6V5
1. Kepala
Posisi : Ditengah Bentuk/ukuran : Bulat/normocephal
2. Saraf Cranialis
N.I
Penghidu : Normal
N.V
Sensibilitas : N.V1 : Normal
N.V2 : Normal
N.V3 : Normal
N.VII
Motorik M.Frontalis M. Orbicularis oculi M. Orbicularis oris
Istirahat Normal normal normal
Mimik normal normal normal
N.VIII
Pendengaran : Normal
Suara : SDN
Takikardi/bradikardi : DBN
N.XI
Memalingkan kepala dengan/ : Normal
tanpa tahanan
Angkat bahu : Tidak dilakukan pemeriksaan
N.XII
Deviasi lidah : Tidak dilakukan pemeriksaan
5
3. Leher
Rangsang menings
: (-)
Kaku kuduk
: (-)
Kernig’s sign
4. Abdomen
- N -
- N -
5. Kolumna vertebralis
Inspeksi : Normal
6. Ekstremitas
Superior Inferior
Kekuatan 5 5 3 3
Refleks fisiologis
Dextra Sinistra
Biceps N N
Triceps N N
Radius N N
Ulna N N
KPR N N
APR N N
Klonus
Lutut : DBN
Kaki : DBN
7
Refleks patologis
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Hoffmann : -/- Babinski : -/-
Tromner : -/- Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Oppenheim : -/-
Sensibilitas
Ekstroseptif : -Nyeri : Normal
- Suhu : Normal
- Rasa raba halus : Normal
Propriodeptif : - Rasa sikap : Normal
- Rasa nyeri dalam : Normal
Fungsi kortikal : - Rasa diskriminasi : Normal
- Stereognosis : Normal
Pergerakan abnormal spontan : (-)
Gangguan koordinasi
D. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah rutin 27/10/2017
Parameter Hasil Nilai rujukan
2. Kimia Darah
Parameter Hasil Nilai rujukan
3. Pemeriksaan Radiologi
1) Foto Lumbosacral AP/lat (28 Oktober 2017)
Alignment baik, curve hiper lordotic
Trabekulasi tulang menurun
Tampak sklerotic pada superior end plate pada VL 4, 5 dan
inferior end plate VL, 3,4,5 disertai penyempitan spatium
intrvertebralis VL 4,5
Tampak osteofit pada VL 1, 2,3,4,5
Tak tampak erosi/destruksi tulang
Tak tampak soft tissue mass/swelling
Tampak bayangan radioopak ukuran triangular ukuran 2 cm
yang terproyeksi setinggi VL 2 sisi kanan
Kesan :
Spondilosis lumbalis,
paralumbal muscle spasme,
osteoporosis,
suspect batu ren kiri ukuran 2 cm
10
4. Diagnosis
1. Klinis : Low Back Pain
2. Topis : Radiks saraf
3. Etiologis : Spondilosis lumbalis
5. Penatalaksanaan
Non-farmakologi Farmakologi
1. Fisioterapi Medikamentosa :
2. Bed Rest • Cairan Kristaloid: NaCl 0,9% 20 tpm
3. Kurangi • H2Reseptor Antagonis: Ranitidin50 mg 1A/12j/IV
pemakaian alas • Antikonvulsan : Gabapentin 300 mg 0-0-1
tidur dari per • Kortikosteroid: Methylprednisolon 4mg 2x1
(Spring Bed) • Relaksan Otot: Diazepam 2mg 1x1 tab
4. Atur posisi tidur • NSAID : Ketorolac 1 amp/8J/IV
yang nyaman • Meloxicam 15 mg 1x1 tab
6. PROGNOSA
Qua ad vitam : Dubia ad bonam
Qua ad functionam : Dubia ad bonam
Qua ad sanationam : Dubia ad bonam
7. ANJURAN
Fisioterapi
Konsul Orthopedi
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Low back pain
I. Pendahuluan
Menurut the international association for the study of pain (IASP),
yang termasuk dalam low back pain terdiri dari:1
1. Lumbar spinal pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesusspinosus dari vertebra
torakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh
garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
2. Sacral spinal pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui
spina iliaka superior posterior dan inferior.
3. Lumbosacral pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain
dan 1/3 atas aerah sacral spinal pain.
II. Etiologi
Penyebab nyeri punggung bawah ada berbagai macam, dibedakan dalam
kelompok dibawah ini 2
1. Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan struktur
anatomis seperti otot atau ligamen, atau timbul akibat trauma, deformitas,
atau perubahan degeratif pada suatu struktur misalnya diskus
intervertebralis.
2. Penyakit sistemik seperti spondilitis inflamasi, infeksi, keganasan tulang,
dan penyakit paget pada tulang bisa menyebabkan nyeri di area
lumbosakral.
3. Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke tungkai
kemudian ke kaki, sering disertai parastesia dengan distribusi yang sama
12
III. Anatomi
Bagian tulang belakang (spinal) yang berupa tulang secara
anatomis dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian anterior terdiri atas
serangkaian corpus vertebra berbentuk silinder yang saling dihubungkan
lewat diskus intervertebralis dan disatukan dengan kuat oleh ligamentum
longitudinalis. Bagian posterior terdiri atas unsur yang lebih halus yang
membentang dari corpus vertebra sebagai pedikulus dan melebar ke arah
posterior untuk memebentuk lamina yang bersama struktur ligamentum
membentuk canalis vertebra. Unsur posterior dihubungkan dengan
vertebra di dekatnya lewat dua buah sendi sinovial bentuk faset kecil
sehingga memungkinkan gerakan dalam derajat yang paling kecil di
antara setiap dua buah segmen tetapi secara kesatuan akan menghasilkan
kisaran gerakan yang agak luas (gambar 1). Processus spinosus dan
transversus yang kokoh menonjol ke arah lateral serta posterior dan
berfungsi sebagai tempat perlekatan otot yang menggerakkan, menunjang
serta melindungi columna vertebra. Stabilitas tulang belakang bergantung
pada dua tipe tunjangan, yaitu tipe tunjangan yang dihasilkan oleh
13
V. Gambaran Klinis
Gejala klinis berkisar antara 2 minggu sampai dengan 4 tahun.
Gejala dengan onset yang lebih cepat dihubungkan dengan riwayat
trauma. Intensitas nyeri dengan NPS (Numeric Pain Scale) >7 tercatat
pada 70% kasus saat kunjungan pertama. Gejala yang menyertai LBP
meliputi iskialgia (95%), rasa baal (hipostesia) (77,5%), dan
kelemahan tungkai (7,5%). Riwayat trauma yang signifikan dijumpai
17
pada 82,5% kasus. Rasa baal sesuai dermatom pada 77,5%. Tanda
Lasegue positif pada 95% kasus.2
Dalam LBP bisa di manifestasikan dengan rasa nyeri yang
bermacam penyebab dan variasi rasanya. Dimana tipe – tipe tersebut
dibedakan menjadi empat tipe ras nyeri : nyeri lokal, nyeri alih, nyeri
radikuler dan yang timbul dari spasme muskuler. Nyeri lokal
disebabkan oleh sembarang proses patologis yang menekan atau
merangsang ujung – ujung saraf sensorik. Keterlibatan struktur –
struktur yang tidak mengandung ujung – ujung saraf sensoris adalah
tidak nyeri. Sebagai contoh, bagian sentral, medula korpus vertebra
dapat dihancurkan oleh tumor tanpa menimbulkan rasa nyeri,
sedangkan fraktur atau ruptur korteks dan distorsi periosteum,
membran sinoval, otot, anulus fibrosus serta ligamentum sering
memberikan nyeri yang luar biasa. Struktur – struktur yang terakhir
diinervasi oleh serabut – serabut aferen rami primer posterior dan
saraf sinuvertebralis. Meskipun keadaan nyeri sering disertai dengan
pembengkakan jaringan yang terkena, hal ini bisa tidak tampak jika
suatu struktur yang dalam dari tubuh bagian belakang merupakan
lokasi dari penyakitnya. Nyeri lokal sering dikemukakan sebagai rasa
nyeri yang stabil tetapi bisa intermiten dengan variasi yang cukup
besar menurut posisi atau aktivitas pasien. Nyeri dapat bersifat tajam
atau tumpul dan sekalipun sering difus, rasa nyeri ini selalu terasa pas
atau di dekat tulang belakang yang sakit. Gerakan berlawanan arah
secara refleks dari segmen – segmen tulang belakang oleh otot – otot
paravertebralis sering tercatat dan dapat menyebabkan seformitas atau
abnormalitas postur. Gerakan atau sikap tertentu yang mengubah
posisi jaringan yang cedera memperberat nyeri. Tekanan yang kuat
atau perkusi pada struktur superfisial regio yang terkena biasanya
menimbulkan nyeri tekan yang merupakan gejala untuk membantu
mengenali lokasi abnormalitas.2
18
VI. Diagnosis4
1) Anamnesis
a. Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri
dengan setepat – tepatnya, atau keterangan yang rinci
sehingga letaknya dapat diketahui dengan tepat.
b. Penyebaran nyeri, untuk dibedakan apakah nyeri bersifat
radikular atau nyeri acuan.
c. Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk – tusuk, disayat,
mendeyut, terbakar, kemeng yang terus – menerus, dan
sebagainya.
d. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh
penderita yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa
sehingga penderita mempunyai sikap tertentu untuk
meredakan rasa nyeri tersebut.
e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya
dengan aktivitas tubuh, perlu ditanyakan posisi yang
bagaimana dapat memperberat dan meredakan rasa nyeri.
f. Riwayat Trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung
kepada penderita misalnya mendorong mobil mogok,
memindahkan almari yang cukup berat, mencabut singkong,
dan sebagainya.
g. Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, bersifat akut,
perlahan, menyelinap sehingga penderita tidak tahu pasti
kapan rasa sakit mulai timbul, hilang timbul, makin lama
makin nyeri, dan sebagainya.
h. Obat – obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis
analgetik apa saja yang pernah diminum.
i. Kemungkinan adanya proses keganasan.
j. Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan
mengalami LBP yang cukup mengganggu pekerjaan sehari –
20
VII. Penatalaksanaan
1. Non farmakologi
b. Rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur
selama beberapa hari dengan tempat tidur dari papan dan
ditutup selembar busa tipis. Tirah baring ini bermanfaat untuk
nyeri punggung bawah mekanik akut, fraktur dan HNP.2
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi misalnya pada HNP, trauma
mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot
dan mengurangi lordosis.2
d. Terapi operatif
Jika tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata
atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik.2
23
2. Farmakologi3,4
a. Nyeri inflamasi
Anti inflamasi (steroid, NSAID)
Relaksan Otot (Esperon Hcl, Diazepam, Tizanidin)
Analgetik Opioid Lemah (codein)
Analgetik opiod kuat (morphine sulfate)
b. Nyeri neuropatik
Analgetik adjuvant seperti antikonvulsan (carbamazepin,
Gabapentin, Okscarbazepin, fenitoin, asam valproat
c. Nyeri campuran : nyeri inflamasi dan neuropatik.
Injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) pada sindroma
radikuler (atas indikasi).
24
BAB III
RESUME DAN ANALISIS KASUS
A. Resume
Pasien dibawa ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum
Bahteramas pada tanggal 27 Oktober pukul 11.00 WITA dengan keluhan
nyeri pinggang kiri bawah sejak seminggu yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan tidak bisa duduk lama, tidak bisa berjalan, berbaring harus
miring kanan dan kiri. Keluhan ini pertama kali dialaminya. Keluhan lain
yang dirasakan yaitu kram-kram yang dirasakan dari pinggang kiri sampai
paha kiri. Sakit kepala (-), kejang (-), sesak (-), mual (-). BAB dan BAK kesan
normal. Riwayat HT (-), riwayat penyakit jantung (-), riwayat tumor (-),
riwayat trauma (-), riwayat penyakit metabolik (-), riwayat idiopatik (-).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien sakit berat,
GCS 7 E4M6V5 . Tanda vital TD 130/80 mmHg, Nadi 84x/menit, Pernapasan
24x/menit, Suhu 36,4°C. Pada Hasil Laboratorium darah rutin didapatkan
leukosit meningkat. GDS, Ureum dan kreatinin dalam batas normal. Hasil foto
rontgen lumbosakral menunjukan kesan Spondilosis lumbalis, paralumbal
muscle spasme, osteoporosis, dan suspect batu ren kiri ukuran 2 cm.
B. Analisis Kasus
Pasien merupakan seorang wanita berusia 53 tahun. Pada pasien ini
memiliki faktor resiko umur, bahwa semakin lanjut usia seseorang maka
kejadian low back pain semakin meningkat.
Pada kasus terdapat rasa nyeri pada punggung bawah kiri hingga kaki
kiri, hal ini menunjukkan adanya nyeri yang timbul pada area dermatom
lumbal hingga sakral (L1-S3), selain itu juga terdapat penurunan kekuatan
pada kaki kiri, namun refleks fisiologis masih dalam batas normal, tidak
ditemukan defisit otonom.
25
DAFTAR PUSTAKA