Anda di halaman 1dari 26

BAB I

STATUS PASIEN NEUROLOGI

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. IRK

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jln. Malik Raya No.16

Agama : Islam

No. RM : 56 33 90

Tanggal masuk RS : 24 November 2019

DPJP : dr. Irmayani Aboe Kasim, M.Kes, Sp.S

B. Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri Pinggang

Anamnesis : Pasien baru masuk datang ke Instalasi Gawat


terpimpin Darurat Rumah Sakit Umum Bahteramas dengan
keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang di rasakan

sejak ±1 hari yang lalu namun semakin memberat,

nyeri pinggang terutama di rasakan pasien pada


pinggang sebelah kiri. Nyeri di rasakan terus
menerus, nyeri dirasakan menjalar hingga ke daerah
panggul dan tungkai kiri. Nyeri dirasakan semakin
memberat apabila pasien menggerakankan badanya
dan nyeri dirasakan berkurang apabila pasien
berbaring ke sebelah kanan. Nyeri pinggang di

1
2

rasakan semakin memberat setelah sebelumnya


pasien duduk lama untuk membuat salad buah.
Keluhan ini telah beberapa kali di alami pasien.
Keluhan lain yang dirasakan yaitu kram-kram pada
pinggang kiri. Sakit kepala (-), kejang (-), sesak (-),
mual (-). BAB dan BAK kesan normal.

Riwayat penyakit : Riwayat HT (-), riwayat penyakit jantung (-),


yang diderita riwayat tumor (-), riwayat trauma (-), riwayat
penyakit metabolik (-), riwayat idiopatik (-).
Riwayat Trauma (+) tahun 2009 dan 2012

Riwayat keluarga : Keluhan serupa dialami oleh orang tua (ayah)


pasien

Riwayat kebiasaan : Rokok (-), alkohol (-), kopi (-), riwayat duduk lama
(+)

Riwayat : Pasien belum pernah melakukan pengobatan


pengobatan sebelumnya

C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum
Kesan : Sakit sedang Tensi : 120/80 Anemis: (-)

Kesadaran : Compos Mentis Nadi : 84x/m Ikterus: (-)

Gizi : Baik Suhu : 36,40C Sianosis: (-)


Pernapasan : 20x/m
3

Pemeriksaan toraks
Jantung
Inspeksi : IC tidak teraba
Palpasi : Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternalis D
Perkusi : Batas jantung kiri: ICS V linea axilaris anterior S
Auskultasi BJ I/II murni reguler, murmur (-)

Thoraks
Inspeksi : Simetris ki=ka, tidak tampak tahanan bernapas
Palpasi Perkusi : Krepitasi (-), nyeri tekan (-), vokal fremitus
simetris kesan normal
Auskultasi : Sonor, batas paru-hepar ICS V
: Bunyi pernapasan : Vesikular +/+,
Bunyi tambahan: Rh -/-, wh -/-

Status neurologis
GCS : E4M6V5
1. Kepala
Posisi : Ditengah Bentuk/ukuran : Bulat/normocephal

Penonjolan : (-) Auskultasi : Normal

2. Visual Analog Scale

3. Saraf Cranialis
N.I
Penghidu : Normal
4

N.II, III, IV, VI


Dextra Sinistra
Celah kelopak mata
Ptosis (-) (-)
Exoftalmus (-) (-)
Ptosis bola mata (-) (-)
Pupil
Ukuran/bentuk 2,5 mm/ bulat 2,5 mm/ bulat
Isokor/anisokor isokor isokor
RCL/RCTL (+)/(+) (+)/(+)
Refleks akomodasi SDN SDN
Gerakan bola mata Normal Normal

N.V
Sensibilitas : N.V1 : Normal
N.V2 : Normal
N.V3 : Normal

Motorik : Inspeksi/palpasi : Normal


(istirahat/menggigit)
Refleks dagu/masseter : Normal

Refleks kornea : Normal

N.VII
Motorik M.Frontalis M. Orbicularis oculi M. Orbicularis oris
Istirahat Normal normal normal
Mimik normal normal normal

Pengecap 2/3 depan : Tidak dilakukan pemeriksaan


5

N.VIII
Pendengaran : Normal

Tes rinne/weber : Tidak dilakukan pemeriksaan

Fungsi vestibularis : Tidak dilakukan pemeriksaan

N.IX

Posisi arkus faring : Tidak dilakukan pemeriksaan

Refleks telan/muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pengecap 1/3 lidah belakang : Tidak dilakukan pemeriksaan

N.XI
Memalingkan kepala dengan/ : Normal
tanpa tahanan
Angkat bahu : DBN

N.XII
Deviasi lidah : DBN

Fasikulasi : DBN

Atrofi : (-)

Tremor : (-)

Ataxia : (-)

4. Leher
Rangsang menings
: (-)
6

Kaku kuduk : (-)

Kernig’s sign

Kelenjar limfe : Pembesaran (-)

Arteri karotis : Bruit (-)

Kelenjar gondok : Pembesaran (-)

5. Abdomen

Refleks dinding perut - N -

- N -

- N -

6. Kolumna vertebralis
Inspeksi : Normal

Palpasi : Nyeri Sedang

7. Ekstremitas

Superior Inferior

Dextra Sinistra Dextra Sinistra

Pergerakan Normal normal menurun Menurun

Kekuatan 5 5 5 5

Tonus Normal normal normal Normal


7

Bentuk otot Normal normal normal Normal

Refleks fisiologis
Dextra Sinistra

Biceps N N

Triceps N N

Radius N N

Ulna N N

KPR N N

APR N N

Klonus
Lutut : DBN
Kaki : DBN

Refleks patologis

Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior


Hoffmann : -/- Babinski : -/-
Tromner : -/- Chaddock : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Oppenheim : -/-

Sensibilitas
Ekstroseptif : -Nyeri : Normal
- Suhu : Normal
- Rasa raba halus : Normal
Propriodeptif : - Rasa sikap : Normal
8

- Rasa nyeri dalam : Normal


Fungsi kortikal : - Rasa diskriminasi : Normal
- Stereognosis : Normal
Pergerakan abnormal spontan : (-)

Gangguan koordinasi

Tes jari hidung : Normal


Tes pronasi supinasi : Normal
Tes tumit : Normal
Tes pegang jari : Normal

Pemeriksaan fungsi luhur :Normal

D. Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah rutin
Tidak Dilakukan Pemeriksaan
2. Kimia Darah
Tidak Dilakukan Pemeriksaan
3. Pemeriksaan Radiologi
Tidak Dilakukan Pemeriksaan
E. Diagnosis
1. Klinis : Low Back Pain
2. Topis : Radiks saraf
3. Etiologis : Acute Mechanical Low Back Pain

F. Penatalaksanaan
Non-farmakologi Farmakologi
9

1. Fisioterapi Medikamentosa :
2. Bed Rest • Cairan Kristaloid: NaCl 0,9% 20 tpm
3. Atur posisi tidur • NSAID : Ketorolac 1 amp/24J/IV
yang nyaman • Ibuprofen 2 x 200 mg
• Neurodial 2 x 1
• (Methampyrone 500 mg & diazepam 2 mg)

G. PROGNOSA
Qua ad vitam : Dubia ad bonam
Qua ad functionam : Dubia adbonam
Qua ad sanationam : Dubia ad bonam

H. ANJURAN
Fisioterapi
Konsul Orthopedi
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Low back pain
I. Pendahuluan
Menurut the international association for the study of pain (IASP),
yang termasuk dalam low back pain terdiri dari:1
1. Lumbar spinal pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra
torakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh
garis vertikal tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
2. Sacral spinal pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra
sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui
spina iliaka superior posterior dan inferior.
3. Lumbosacral pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain
dan 1/3 atas aerah sacral spinal pain.

Gambar 1. Lokasi Nyeri pada LBP2


11

II. Etiologi
Penyebab nyeri punggung bawah ada berbagai macam, dibedakan dalam
kelompok dibawah ini3
1. Nyeri punggung bawah mekanis, yaitu timbul tanpa kelainan struktur
anatomis seperti otot atau ligamen, atau timbul akibat trauma, deformitas,
atau perubahan degeratif pada suatu struktu rmisalnya diskus
intervertebralis.
2. Penyakit sistemik seperti spondilitis inflamasi, infeksi, keganasan tulang,
dan penyakit paget pada tulang bisa menyebabkan nyeri di area
lumbosakral.
3. Skiatika (sciatica) adalah nyeri yang menjalar dari bokong ke tungkai
kemudian ke kaki, sering disertai parastesia dengan distribusi yang sama
ke kaki. Gejala ini timbul akibat penekanan nervus iskiadikus, biasanya
akibat penonjolan diskus intervertebralis ke lateral.
Pada dasarnya, timbulnya rasa nyeri pada LBP diakibatkan oleh
terjadinya tekanan pada susunan saraf tepi yang terjepit pada area
tersebut. Secara umum kondisi ini seringkali terkait dengan trauma
mekanik akut, namun dapat juga sebagai akumulasi dari beberapa trauma
dalam kurun waktu tertentu. Akumulasi trauma dalam jangka panjang
seringkali ditemukan pada tempat kerja. Kebanyakan kasus LBP terjadi
dengan adanya pemicu seperti kerja berlebihan, penggunaan kekuatan
otot berlebihan, ketegangan otot,cedera otot, ligamen, maupun diskus
yang menyokong tulang belakang. Namun, keadaan ini dapat juga
disebabkan oleh keadaan non-mekanik seperti peradangan pada
ankilosing spondilitis dan infeksi, neoplasma, dan osteoporosis.3,4
12

Tabel 1. Etiologi LBP 4


III. Anatomi
Bagian tulang belakang (spinal) yang berupa tulang secara
anatomis dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian anterior terdiri atas
serangkaian corpus vertebra berbentuk silinder yang saling dihubungkan
lewat diskus intervertebralis dan disatukan dengan kuat oleh ligamentum
longitudinalis. Bagian posterior terdiri atas unsur yang lebih halus yang
membentang dari corpus vertebra sebagai pedikulus dan melebar ke arah
posterior untuk memebentuk lamina yang bersama struktur ligamentum
membentuk canalis vertebra. Unsur posterior dihubungkan dengan
vertebra di dekatnya lewat dua buah sendi sinovial bentuk faset kecil
sehingga memungkinkan gerakan dalam derajat yang paling kecil di
antara setiap dua buah segmen tetapi secara kesatuan akan menghasilkan
kisaran gerakan yang agak luas (gambar 1). Processus spinosus dan
transversus yang kokoh menonjol ke arah lateral serta posterior dan
berfungsi sebagai tempat perlekatan otot yang menggerakkan, menunjang
serta melindungi columna vertebra. Stabilitas tulang belakang bergantung
pada dua tipe tunjangan, yaitu tipe tunjangan yang dihasilkan oleh
13

articulatio tulang (terutama oleh persendian diskus serta articulatio


sinoval unsur – unsur posterior) dan tipe kedua yang dihasilkan oleh
struktur penunjang ligamentum (pasif) serta muskuler (aktif). Struktur
ligamentum cukup kuat, tetapi karena struktur ini maupun corpus
vertebra, yaitu compleks diskus, tidak memilikikekuatan integral yang
memadai untuk bertahan terhadap gaya luar biasa yang bekerja pada
columna bahkan pada saat melakukangerakan yang sederhana.5

Gambar 2. Kiri: pandangan superior vertebra lumbal yang sudah dikupas.


Kanan : pandangan lateral dua buah vertebra lumbal yang berhubungan
lewat sendi (artikulasio). B = corpus vertebra; SC = canalis spinalis; IVF
=foramen intervertebralis; IF = fasies artikularis inferior; SF = fasies
artikularissuperior; P = pedikulus; TP = prosesus transversus; SP = prosesus
spinosus; L =lamina5

Bagian belakang tubuh yang memiliki kebebasan bergerak terbesar


dan dengan demikian yang paling sering terkena cedera, adalah daerah
servikal dan lumbal. Selain pergerakan sadar yang diperlukan untuk
membungkuk, berputar dan pergerakan lainnya, banyak aksi tulang
belakang yang bersifat refleks dan merupakan dasar postur.5
IV. Faktor Risiko
1) Usia
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur
dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.
14

Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin


meningkat hingga umur sekitar 55 tahun. 6
2) Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada
kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi
timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini
lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan
kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen
sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.6 Selain itu
kemampuan otot perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
3) Status Antropometri
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko
timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi
penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.6
4) Pekerjaan
Faktor resiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan
gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat,
penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang,
posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, masa kerja dan
kerja statis.6
5) Aktivitas / olahraga
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang,
misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi
punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa
yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu
menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan
membungkuk. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang
15

tidak menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas


lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya
lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah,
seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih
dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi
kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas
dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan
aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam
dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri
pinggang.6
6) Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok, diduga karena perokok memiliki
kecenderungan untuk mengalami gangguan pada peredaran
darahnya, termasuk ke tulang belakang.6
7) Abnormalitas struktur
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis,
lordosis, maupun kifosis, merupakan faktor resiko untuk terjadinya
LBP.6
V. Gambaran Klinis
Gejala klinis berkisar antara 2 minggu sampai dengan 4 tahun.
Gejala dengan onset yang lebih cepat dihubungkan dengan riwayat
trauma. Intensitas nyeri dengan NPS (Numeric Pain Scale) >7 tercatat
pada 70% kasus saat kunjungan pertama. Gejala yang menyertai LBP
meliputi iskialgia (95%), rasa baal (hipostesia) (77,5%), dan
kelemahan tungkai (7,5%). Riwayat trauma yang signifikan dijumpai
pada 82,5% kasus. Rasa baal sesuai dermatom pada 77,5%. Tanda
Lasegue positif pada 95% kasus.2,7,8
Dalam LBP bisa di manifestasikan dengan rasa nyeri yang
bermacam penyebab dan variasi rasanya. Dimana tipe – tipe tersebut
dibedakan menjadi empat tipe nyeri : nyeri lokal, nyeri alih, nyeri
16

radikuler dan yang timbul dari spasme muskuler. Nyeri lokal


disebabkan oleh sembarang proses patologis yang menekan atau
merangsang ujung – ujung saraf sensorik. Keterlibatan struktur –
struktur yang tidak mengandung ujung – ujung saraf sensoris adalah
tidak nyeri. Sebagai contoh, bagian sentral, medula korpus vertebra
dapat dihancurkan oleh tumor tanpa menimbulkan rasa nyeri,
sedangkan fraktur atau ruptur korteks dan distorsi periosteum,
membran sinoval, otot, anulus fibrosus serta ligamentum sering
memberikan nyeri yang luar biasa. Struktur – struktur yang terakhir
diinervasi oleh serabut – serabut aferen rami primer posterior dan
saraf sinuvertebralis. Meskipun keadaan nyeri sering disertai dengan
pembengkakan jaringan yang terkena, hal ini bisa tidak tampak jika
suatu struktur yang dalam dari tubuh bagianbelakang merupakan
lokasi dari penyakitnya. Nyeri lokal sering dikemukakan sebagai rasa
nyeri yang stabil tetapi bisa intermiten dengan variasi yang cukup
besar menurut posisi atau aktivitas pasien. Nyeri dapat bersifat tajam
atau tumpul dan sekalipun sering difus, rasa nyeri ini selalu terasa pas
atau di dekat tulang belakang yang sakit. Gerakan berlawanan arah
secara refleks dari segmen –segmen tulang belakang oleh otot – otot
paravertebralis sering tercatat dan dapat menyebabkan deformitas atau
abnormalitas postur. Gerakan atau sikap tertentu yang mengubah
posisi jaringan yang cedera memperberat nyeri. Tekanan yang kuat
atau perkusi pada struktur superfisial regio yang terkena biasanya
menimbulkan nyer itekan yang merupakan gejala untuk membantu
mengenali lokasi abnormalitas.2,7,8
Penjalaran nyeri hampir selalu berasal dari posisi sentral di dekat
tulang belakang hingga bagian tertentu pada ekstermitas bawah.
Batuk, bersin dan mengejan merupakan manuver pencetus yang khas,
tetapi juga karena meregangkan atau menggerakkan tulang belakang,
semua kejadian tersebut dapat pula meningkatkan intensitas nyeri
lokal. Gerakan membungkuk ke depan dengan lutut diekstensikan
17

atau “gerakan mengangkat lutut dalam keadaan lurus” akan


mencetuskan nyeri radikuler pada penyakit bagian bawah vertebra
lumbal yang terjadi atas dasar regangan, kompresi vena jugularis yang
menaikkan tekanan intraspinal dan dapat menyebabkan suatu
pergeseran pada posisi dari atau tekanan pada radiks, dapat
menimbulkan efek serupa. Iritasi radiks saraf lumbal keempat serta
kelima dan sakral pertama yang membentuk nervus iskiadikus, akan
menimbulkan rasa nyeri yang terutama meluas ke bawah hingga
mengenai permukaan posterior paha dan permukaan posterior serta
lateral tungkai. Secara khas, penjalaran rasa nyeri ini yang disebut
dengan istilah sciatica berhenti di daerah pergelangan kaki dan disertai
dengan perasaan kesemutan atau rasa baal (parastesia) yang menjalar
ke bagian yang lebih distal hingga mengenai kaki. Rasa kesemutan,
parastesia, dan rasa baal atau kelaianan sensoris pada kulit, perih pada
kulit, dan nyeri sepanjang saraf tersebut juga dapat menyertai nyeri
skiatika klasik. Dan pada pemeriksaan fisik, hilangnya refleks,
kelemahan, atrofi, tremor fasikuler, dan kadang – kadang edema statis
dapat terjadi jika serabut = serabut motoris radiks anterior terkena.2,7,8
VI. Diagnosis2,7,8
1) Anamnesis
a. Letak atau lokasi nyeri, penderita diminta menunjukkan nyeri
dengan setepat – tepatnya, atau keterangan yang rinci
sehingga letaknya dapat diketahui dengan tepat.
b. Penyebaran nyeri, untuk dibedakan apakah nyeri bersifat
radikularatau nyeri acuan.
c. Sifat nyeri, misalnya seperti ditusuk – tusuk, disayat,
mendeyut, terbakar, yang terus – menerus, dan sebagainya.
d. Pengaruh aktivitas terhadap nyeri, apa saja kegiatan oleh
penderita yang dapat menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa
sehingga penderita mempunyai sikap tertentu untuk
meredakan rasa nyeri tersebut.
18

e. Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh, erat kaitannya


dengan aktivitas tubuh, perlu ditanyakan posisi yang
bagaimana dapat memperberat dan meredakan rasa nyeri.
f. Riwayat Trauma, perlu dijelaskan trauma yang tak langsung
kepada penderita misalnya mendorong mobil mogok,
memindahkan almari yang cukup berat, mencabut singkong,
dan sebagainya.
g. Proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, bersifat akut,
perlahan, menyelinap sehingga penderita tidak tahu pasti
kapan rasa sakit mulai timbul, hilang timbul, makin lama
makin nyeri, dan sebagainya.
h. Obat – obat analgetik yang diminum, menelusuri jenis
analgetik apa saja yang pernah diminum.
i. Kemungkinan adanya proses keganasan.
j. Riwayat menstruasi, beberapa wanita saat menstruasi akan
mengalami LBP yang cukup mengganggu pekerjaan sehari –
hari. Hamil muda, dalam trimester pertama, khususnya bagi
wanita yang dapat mengalami LBP berat.
k. Kondisi mental/emosional, meskipun pada umumnya
penderitaakan menolak bila kita langsung menanyakan
tentang “banyak pikiran” atau “pikiran sedang ruwet” dan
sebagainya. Lebih bijaksana apabila kita menanyakan
kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental tadi secara
tidak langsung, dengan cara penderita secara tidak sadar mau
berbicara mengenai faktor stress yang menimpanya.2
2) Pemeriksaan umum
a. Inspeksi
1. Observasi penderita saat berdiri, duduk, berbaring, bangun
dari berbaring.
2. Observasi punggung, pelvis, tungkai selama bergerak.
19

3. Observasi kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus


lumbal, adanya angulasi, pelvis yang asimetris dan postur
tungkai yang abnormal.
b. Palpasi dan perkusi
Terlebih dulu dilakukan pada daerah sekitar yang ringan rasa
nyerinya, kemudian menuju daerah yang paling nyeri. Raba
columna vertebralis untuk menentukan kemungkinan adanya
deviasi
c. Tanda vital (vital sign)
Pemeriksaan neurologik
1. Motorik: menentukan kekuatan dan atrofi otot serta
kontraksiinvolunter.
2. Sensorik: periksa rasa raba, nyeri, suhu, rasa dalam, getar.
3. Refleks; diperiksa refleks patella dan Achilles.
Pemeriksaan range of movement: Untuk memperkirakan
derajat nyeri, function lesa, untuk melihat ada tidaknya
penjalaran nyeri.
d. Percobaan – percobaan:
1. Tes Lasegue
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila
pasien tidak dapat mengangkat tungkai kurang dari 60°
dannyeri sepanjang nervus ischiadicus. Rasa nyeri dan
terbatasnyagerakan sering menyertai radikulopati,
terutama pada herniasidiscus lumbalis / lumbo-sacralis.
2. Tes Patrick dan anti-patrick
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul.
Positif jika gerakan diluar kemauan terbatas, sering
disertai dengan rasa nyeri. Positif pada penyakit sendi
panggul, negative pada ischialgia.

3. Tes Naffziger
20

Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS


akan meningkat, akan menyebabkan tekanan pada radiks
bertambah, timbul nyeri radikuler. Positif pada spondilitis.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pungsi lumbal
Dapat diketahui warna cairan LCS, adanya kesan sumbatan /
hambatan aliran LCS, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan
glukosa. Untuk menentukan ada tidaknya sumbatan dilakukan
tes Queckenstedt yaitu pada waktu dilakukan pungsi lumbal
diperhatikan kecepatan tetesannya, kemudian kedua vena
jugularis ditekan dan diperhatikan perubahan kecepatan
tetesannya. Bila bertambah cepat dengan segera, dan waktu
tekanan dilepas kecepatan tetesan kembali seperti semula berarti
tidak ada sumbatan. Bila kecepatan bertambah dan kembalinya
terjadi secara perlahan-lahan berarti ada sumbatan tidak total.
Bila tidak ada perubahan makin lambat tetesannya berarti
sumbatan total.
b. Foto rontgen
Dapat diidentifikasikan adanya fraktur corpus vertebra, arkus atau
prosesus spinosus, dislokasi vertebra, spondilolistesis,bamboo
spine, destruksi vertebra, osteofit, ruang antar vertebramenyempit,
scoliosis, hiperlordosis, penyempitan foramen antar vertebra, dan
sudut ferguson lebih dari 30°.
c. Scan Tomografik
Dapat dilihat adanya Hernia Nucleus Pulposus, neoplasma,
penyempitan canalis spinalis, penjepitan radiks dan kelainan
vertebra.
21

VII. Penatalaksanaan 2,7,8


1. Non farmakologi
b. Rehat baring, penderita harus tetap berbaring ditempat tidur
selama beberapa hari dengan tempat tidur dari papan dan
ditutup selembar busa tipis. Tirah baring ini bermanfaat untuk
nyeri punggung bawah mekanik akut, fraktur dan HNP.
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi misalnya pada HNP, trauma
mekanik akut, serta traksi pelvis misalnya untuk relaksasi otot
dan mengurangi lordosis.
d. Terapi operatif
Jika tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata
atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan defisit neurologik.
2. Farmakologi
a. Nyeri inflamasi
Anti inflamasi (steroid, NSAID)
Relaksan Otot (Esperon Hcl, Diazepam, Tizanidin)
Analgetik Opioid Lemah (codein)
Analgetik opiod kuat (morphine sulfate)
b. Nyeri neuropatik
Analgetik adjuvant seperti antikonvulsan (carbamazepin,
Gabapentin, Okscarbazepin, fenitoin, asam valproat
c. Nyeri campuran : nyeri inflamasi dan neuropatik.
Injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) pada sindroma
radikuler (atas indikasi).
22

BAB III
RESUME DAN ANALISIS KASUS

A. Resume
Ny. IRK, 29 thn, datang dengan keluhan nyeri pinggang. Nyeri

pinggang di rasakan sejak ±1 hari yang lalu namun semakin memberat, nyeri

pinggang terutama di rasakan pada pinggang sebelah kiri. Nyeri di rasakan


terus menerus, nyeri menjalar hingga ke daerah panggul dan tungkai kiri.
Nyeri semakin memberat apabila pasien menggerakankan badanya dan nyeri
berkurang apabila pasien berbaring ke sebelah kanan. Nyeri pinggang di
rasakan semakin memberat setelah sebelumnya pasien duduk lama untuk
membuat salad buah. Keluhan lain yang dirasakan yaitu kram-kram pada
pinggang kiri. Keluhan ini telah beberapa kali di alami pasien. Riwayat trauma
(+) tahun 2009 dan 2012.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien sakit sedang,
GCS 15 E4M6V5 . Tanda vital TD 120/80 mmHg, Nadi 84x/menit, Pernapasan
24x/menit, Suhu 36,4°C. Pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal,
pemeriksaan fungsi motorik dan sensorik dalam batas normal.
B. Analisis Kasus
Kasus Pembahasan

Ny. IRK, 29 thn, Biasanya nyeri ini mulai dirasakan


pada mereka yang berumur dekade
kedua dan insiden tertinggi dijumpai
pada dekade kelima. Prevalensi LBP
lebih banyak di temukana pada
perempuan dibandingkan laki laki,
hal ini dapat di sebabkan oleh karena
kemampuan otot perempuan lebih
rendah daripada laki-laki, dan juga
pada keadaan menopause dimana
23

kadar estrogen menurun sehingga


dapat terjadi nyeri tulang akibat
peningkatan aktivitas osteoklas.

Nyeri pinggang, Nyeri di rasakan Gejala LBP bervariasi dapat berupa


terus menerus, nyeri menjalar hingga nyeri pada pinggang dengan variasi
ke daerah panggul dan tungkai kiri. nyeri yakni nyeri lokal, nyeri alih,
Nyeri semakin memberat apabila nyeri radikuler dan yang timbul dari
pasien menggerakankan badanya dan spasme muskuler. Nyeri lokal sering
nyeri berkurang apabila pasien dikemukakan sebagai rasa nyeri yang
berbaring ke sebelah kanan. stabil tetapi bisa intermiten dengan
variasi nyeri sesuai posisi atau
aktivitas pasien. Gerakan atau sikap
tertentu yang mengubah posisi
jaringan yang cedera dapat
memperberat nyeri.

Nyeri pinggang di rasakan semakin Pada dasarnya, timbulnya rasa nyeri


memberat setelah sebelumnya pasien pada LBP diakibatkan oleh terjadinya
duduk lama untuk membuat salad tekanan pada susunan saraf tepi yang
buah. terjepit pada area tersebut. Secara
umum kondisi ini seringkali terkait
dengan trauma mekanik akut, namun
dapat juga sebagai akumulasi dari
beberapa trauma dalam kurun waktu
tertentu. Akumulasi trauma dalam
jangka panjang seringkali ditemukan
pada tempat kerja. Kebanyakan kasus
LBP terjadi dengan adanya pemicu
seperti kerja berlebihan, penggunaan
kekuatan otot berlebihan, ketegangan
24

otot,cedera otot, ligamen, maupun


diskus yang menyokong tulang
belakang. Faktor resiko di tempat
kerja yang banyak menyebabkan
gangguan otot rangka terutama
adalah kerja fisik berat, penanganan
dan cara pengangkatan barang,
gerakan berulang, posisi atau sikap
tubuh selama bekerja, getaran, masa
kerja dan kerja statis.
Kebiasaan seseorang, seperti duduk,
berdiri, tidur, mengangkat beban pada
posisi yang salah dapat menimbulkan
nyeri pinggang, misalnya, pada
pekerja kantoran yang terbiasa duduk
dengan posisi punggung yang tidak
tertopang pada kursi, atau seorang
mahasiswa yang seringkali
membungkukkan punggungnya pada
waktu menulis. Posisi berdiri yang
salah yaitu berdiri dengan
membungkuk. Posisi tidur yang salah
seperti tidur pada kasur yang tidak
menopang tulang belakang. Kasur
yang diletakkan di atas lantai lebih
baik daripada tempat tidur yang
bagian tengahnya lentur. Posisi
mengangkat beban dari posisi berdiri
langsung membungkuk mengambil
beban merupakan posisi yang salah,
seharusnya beban tersebut diangkat
25

setelah jongkok terlebih dahulu.


Selain sikap tubuh yang salah yang
seringkali menjadi kebiasaan,
beberapa aktivitas berat seperti
melakukan aktivitas dengan posisi
berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari,
melakukan aktivitas dengan posisi
duduk yang monoton lebih dari 2 jam
dalam sehari dapat pula
meningkatkan resiko timbulnya nyeri
pinggang.

Terapi non farmakologi yang di Rehat baring, penderita harus tetap


berikan pada pasien ini yakni berbaring ditempat tidur selama
fisioterapi, bed rest, mengatur posisi beberapa hari dengan tempat tidur
yang nyaman saat tidur dari papan dan ditutup selembar busa
Terapi farmakologis yang diberikan tipis. Tirah baring ini bermanfaat
pada pasien ini yakni berupa untuk nyeri punggung bawah
pemberian NSAID mekanik akut, fraktur dan HNP.
Fisioterapi biasanya dalam bentuk
diatermi misalnya pada HNP, trauma
mekanik akut, serta traksi pelvis
misalnya untuk relaksasi otot dan
mengurangi lordosis
Pemberian terapi farmakologis yang
dapat di berikan berupa pemberian
NSAID, steroid, relaksan otot, serta
pemberian anti konvulsan pada kasus
kasus LBP dengan nyeri neuropatik.
26

DAFTAR PUSTAKA
1. Ballantyne JC. 2010. Low Back Pain. USA : International Association for
Study of Pain (IASP). Vol. 18 No. 6
2. Jensen S. 2004. Back Pain-Clinical Assessment. Australia : Journal of
Australian Family Physician Vol. 33 No. 6.
3. Arya RK. 2014. Low back pain- signs, symptomps, and management. New
Delhi : Journal, Indian academy of clinical medicine. Vol.15 no. 1.
4. Hayashi Y. 2004. Classification, Diagnosis and Treatment of Low Back Pain.
Tokyo: Journal of The Japan Medical Association. Vol 128. No. 12.
5. Snell RS. 2002. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal : 695-715
6. Andini F. 2015. Risk Factor of Low Back Pain in Workers. Lampung : Journal
Majority. Vol 4 No 1.
7. Panduan Praktis Klinis Neurologi. 2016. Jakarta : Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).. Hal : 90-94
8. Ehrlich GE. 2013. Low Back Pain. USA : Bulletin of The World Health
Organization.Vol. 81 No. 9

Anda mungkin juga menyukai