PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
1
2.1 Identitas Pasien
Nama : Rukaiyah Ismail
Usia : 69 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Kopelma Darusssalam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Pensiunan
No RM : 0-86-21-41
Tanggal Periksa : 23 Februari 2016
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Nyeri pinggang.
Keluhan Tambahan :
Tidak ada.
2
Riwayat Kebiasaan Sosial:
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.
Kulit
Warna : sawo matang
Turgor : cepat kembali
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Oedema : tidak ada
Anemia : tidak
Kepala
Bentuk : normocephali
Wajah : simetris
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3
mm / 3 mm, refleks cahaya langsung (+/+), dan refleks
cahaya tidak langsung (+/+)
Telinga : Normotia, otorhoe (-/-), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-),sekret (-/-)
Mulut : Bibir : Simetris, bibir pucat (-), mukosa basah (+), sianosis (-)
Lidah : Tremor (-), hiperemis (-), parestesia (-)
Tonsil : Hiperemis (-/-), T2 – T2
Faring : Hiperemis (-)
3
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran KGB
Palpasi : TVJ (N) R-2 cm H2O
Paru
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, bentuk dada normal, jejas (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri sulit dinilai, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra.
Perkusi : Atas : ICS III sinistra linea midklavikula sinistra
Kiri : ICS V satu jari di dalam linea midklavikula
sinistra.
Kanan : ICS IV di linea parasternal dekstra
Auskultasi : BJ I > BJ II normal, reguler, murmur tidak dijumpai
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), vena kolateral (-), kaput medusa (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), defans muscular (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani (+), Ascites (-)
4
Ekstremitas Superior Inferior
Nervus Kranialis
Kelompok Optik Kiri
Kanan
Nervus II (visual)
- Visus Kesan normal Kesan normal
- Lapangan pandang Kesan normal Kesan normal
- Melihat warna Kesan normal Kesan normal
- Pemeriksaan fundus Tidak dilakukan
Nervus III (otonom)
- Ukuran pupil 3 mm 3 mm
- Bentuk pupil bulat bulat
- RCL positif positif
5
- RCTL positif positif
- Nistagmus negatif negatif
- Strabismus negatif negatif
- Ptosis negatif negatif
- Bicara : normal
- Refleks menelan : dalam batas normal
6
- Artikulasi lingualis : normal
- Menjulurkan lidah : dalam batas normal
Kelompok Sensoris
Badan
Motorik
7
Anggota Gerak Bawah
Sensibilitas
Fungsi Vegetatif
8
Hasil Pemeriksaan CT-Scan
9
10
11
2.6 Diagnosis
Diagnosis klinis : Radiculopati lumbalis
Diagnosis Tropis : a.r . L1-L2
Diagnosis Etiologi : Hernia Nucleous Pulposus
12
2.7 Terapi
Non farmakologi
2.8 Prognosis
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
14
3.2 Epidemiologi
HNP sering terjadi pada daerah lumbal L4-L5, dan L5-L1 (90%) dan untuk
HNP servikal banyak terjadi di C5-C6 (15-20%). HNP servical pasling sering
terjadi pada anak-anak, remaja, namun kejadian HNP servikal meningkat setelah
usia 20 tahun keatas. Hampir 80 % dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian
besar HNP terjadi pada diskus L4-L5 dan L5-S1.
15
Gambar 4. Anatomi Muskuloskeletal
3.5 Etiologi
3.6 Patofisiologi
Awalnya nukleus pulposus mengalami herniasi melalui cincin konsentrik
annulus fibrosus yang robek dan menyebabkan cincin lain dibagian lain yang
masih intak menonjol setempat (fokal). Keadaan ini terus berlanjut sehingga
sebagian materi nukleus kemudian akan menyusup keluar diskus (diskus
ekstruksi) ke anterior ligamen longitudinalis posterior (herniasi diskus
subligamen) atau terus masuk ke dalam kanalis spinalis (herniasi diskus fragmen
bebas).
16
3.7 Diagnosis
Anamnesis
Adanya nyeri di pinggang bagian belakang yang menjalar ke kaki
dikarenakan mengikuti jalannya nervus yang mempersarafi bagian tersebut. pasien
akan mengeluhkan adanya nyeri di lumbalis.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan keterbatasan pergerakan motorik
dan berkurangnya sesnasi rasa sesuai dengan persarafan yang terkena. Biasanya
akan didapatkan parasthesi, atrofi otot daerah patella dan achilles serta didapatkan
otot-otot yang spastik.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Darah
2. Gambaran Radiologik:
Foto rontgen biasa sering terlihat normal atau terkadang-kadang
dijumpai penyempitan ruang intervertebral, perubahan degeneratif dan
tumor.
Ct-Scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan
level neurologis terlihat jelasdan kemungkinan karena kelanan tulang.
MRI dengan akurasi yang tinggi sangat sensitif pada HNP dan
akan menunjukkan prolaps. MRI sangat berguna pada vertebra dan level
neurologis yang belum jelas, kecurigaan pada medula spinalis, untuk
menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi dan kecurigaan
karena infeksi atau neoplasma.
3.8 Tatalaksana
Pada kasus HNP, terapi dibagi berdasarkan terapi konservatif dan bedah.
1. Terapi Konservatif
Pengobatan dalam stadium dini penting, yaitu istirahat dan
fisioterapi. Pasien harus mengurangi aktivitas yang berat seperti
mengangkat beban yang berat karena dapat memberikan tekanan pada
saraf yang terkena, setidaknya selama 3 bulan.
17
Bila nyeri dan keluhan subyektif menghilang, maka mobilisasi
dapat dilakukan lambat laun untuk kemudian dibantu dengan ‘braces’,
‘corset’ atau ‘belt’ untuk mengurangi keluhan yang sama di kejadian
berikutnya.
Pengobatan dengan medikamentosa diberikan analgetik dan
NSAID untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami. Pada HNP servikalis,
dapat dilakukan traksi leher dengan kalung Glisson, berat beban mulai dari
2 kg berangsur-angsur dinaikkan sampai 5 kg. tempat tidur di bagian
kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif karena tertahan oleh
badan.
2. Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi
pada saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan
operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu seperti defisit
neurologik yang berat.
3.9 Prognosis
18
BAB 4
PEMBAHASAN
19
BAB 5
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21