Anda di halaman 1dari 45

BAB I

STATUS PASIEN NEUROLOGI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. TS
Umur : 22 tahun
Alamat : Jl. Dwi Tunggal, Kota Agung
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Status : Belum kawin
Suku bangsa : Lampung
Tanggal masuk : 22 februari 2017
Dirawat yang ke- :1

II. RIWAYAT PENYAKIT


ANAMNESIS
Keluhan utama : Pusing berputar

Keluhan tambahan : Mual, ketika berjalan pusing berputar semakin terasa


lebih berat.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Dua hari sebelum masuk rumah sakit os sering mengeluh pusing, pusing
dirasakan seperti berputar. Namun pasien masih dapat menahan rasa sakitnya.
Pusing dirasakan ketika beraktifitas dan terasa lebih baik jika pasien beristirahat
dengan tiduran. Pasien mengeluhkan mual, muntah lebih dari 5 kali dalam satu hari,
berkeringat dingin, kedua telinga terasa mendenging, pasien menyangkal adanya
pandangan kabur, penglihatan ganda, kelemahan anggota gerak, penurunan
pendengaran dan demam.

Pada pagi hari saat dikampus os pingsan dan segera diantar ke IGD RS.
PBA. Sebelumnya os merasa pusing berputar seperti akan jatuh, keluhan timbul
secara mendadak, hilang timbul dan keluhan bertambah jika pasien berubah posisi
dari duduk ke berdiri atau sebaliknya atau jika pasien menggerakan kepla secara
cepat.

Riwayat Penyakit Dahulu


2

Riwayatpenyakit diabetes mellitus (-), asma (-), hipertensi (-), OMA (-), ISPA (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Present
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : E4V5M6
- Vital Sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi :82 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,60C
- Gizi : Baik

Status Generalis
KEPALA
Rambut : Normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor 3mm/3mm
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), pendengaran
kiri=kanan, serumen (-/-), nyeri tarik (-/-)
Hidung : Deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-), deviasi
septum (-), sekret (-)
Mulut : tidak ada kelainan

LEHER
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran Tiroid : tidak ada pembesaran tiroid
3

Tekanan vena jugularis : 5 2cmH2O


Trakhea : tidak terdapat deviasi trachea

THORAKS
COR
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Kanan : Batas atas, ics II linea parasternalis dextra
Batas bawah, ics IV linea parasternalisdextra
Kiri : Batas atas, ics II linea parasternalis sinistra
Batas bawah, icsV linea midclavicularis sinistra
Auskultasi: Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, murmur (-), gallop (-)
PULMO
Inspeksi : Dinding thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Simetris, fremitustaktilsimetris kanan kiri
Perkusi Kanan : Sonor
Kiri : Sonor
Auskultasi Kanan : Vesikuler, Ronki (-), Wheezing (-)
Kiri : Vesikuler, Ronki (-), Wheezing (-)

ABDOMEN
Inspeksi : Dinding perut cembung, asistes (-), pulsasi abnormal (-), massa (-)
Distended(-), venektasi(-), caput medusa (-), ikterik (-).
Auskultasi : Peristaltik (+) 8x/menit, bruit hepar (-), bruit epigastrium (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
Hati :Nyeri tekan (-), tidak teraba
Limpa:Tidak teraba
Ginjal: Nyeri ketok CVA (-/-), ballotement (-/-)
Perkusi : Timpani
4

EKSTREMITAS
Ekstremitas superior dextra dan sinistra: Oedem ( - ), Deformitas (-)
Bengkak (-), Sianosis (-)
Nyeri sendi (-) Ptechie (-)
Kekuatan otot 5/5, CTR < 2 detik teraba
hangat
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: Oedem (-), Deformitas (-)
Bengkak (-), Sianosis (-)
Nyeri sendi (-), Ptechie (-)
Kekuatan otot 5/5, CTR < 2 detik teraba
hangat

IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS


Saraf Cranialis
N. Olfaktorius (N.I)
Daya penciuman hidung : Normosmia/Normosmia
N. Opticus (N.II)
Tajam penglihatan :6/6, 6/6 (pemeriksaan posisi duduk)
Lapang penglihatan : Tidak ada penyempitan lapang pandang
Tes Warna : Tidak buta warna
Fundus Oculi : Tidak dilakukan
N. Occulomotorius, N. Trochealis, N. Abducen (N.III-N.IV-N.VI)
Kelopak Mata :
Ptosis :(-/-)
Endoftalmus : (-/-)
Exsoftalmus : (-/-)
Strabismus : (-/-)

Pupil
Diameter :3mm/ 3mm
Bentuk : Bulat/Bulat
Isokor/anisokor : Isokor
Posisi : Ditengah, simetris
Reflek Cahaya Langsung :(+/+)
Reflek Cahaya tidak langsung :(+/+)
Gerakan bola mata
Media : +/+
Lateral : +/+
Superior : +/+
5

Inferior : +/+
Obliqus Superior : +/+
Obliqus Inferior : +/+
N. Trigeminus (N. V)
Sensibilitas :
Ramus oftalmikus : tidak ada kelainan
Ramus maksilaris : tidak ada kelainan
Ramus mandibularis : tidak ada kelainan
Motorik :
M. Masseter : tidak ada kelainan
M. Temporalis :tidak ada kelainan
M. Pterigoideus : tidak ada kelainan
Refleks
Reflek kornea : +/+ tidak ada kelainan
N. Fascialis (N.VII)
Inspeksi wajah sewaktu :
Diam : Simetris
Tersenyum : Simetris
Meringis : Simetris
Bersiul : Simetris
Menutup Mata : Simetris
Pasien disuruh untuk :
Mengerut dahi : Simetris
Menutup mata kuat-kuat : Simetris
Mengembungkan pipi : Simetris
Sensoris:
Pengecapan 2/3 depan lidah : Normal
N. Acusticus (N. VIII)
N. cochlearis :
Ketajamam pendengaran : kiri < kanan
Tinitus : +/+
Tes Rinne : Tidak dilakukan
Tes Weber : Tidak dilakukan
Tes Swabach : Tidak dilakukan
N. vestibularis :
Tes Dix-Hallpike manuver :Nistagmus (+)
Tes romberg :
-Buka mata : normal
-Tutup mata : miring
Tes Tandem : (+) Pasien berjalan menyerong
Tes Past Pointing : (+)
N. Glossopharingeus dan N. Vagus (N.IX dan N.X)
Suara bindeng/nasal : Tidak ada
6

Posisi uvula : Ditengah


Palatum mole : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Arcus palatoglossus : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Arcus pharingeus : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Daya pengecapan 1/3 posterior : Normal
Reflek batuk :(+)
Reflek muntah : (+)
Peristaltik usus : (+)
Bradikardi : Tidak ada
Takikardi : Tidak ada
Bersuara : Normal
Menelan : Tidak ada gangguan
N. Accesorius (N.XI)
M. sternocleidomastoideus : (+/+)
M. trapezius : (+/+)
N. Hipoglossus (N.XII)
Atropi : Tidak ada
Fasikulasi : Tidak ada
Deviasi : Tidak ada
Tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk :(-)
Kernig test :(-/-)
Lasseque test :(-/-)
Brudzinsky I :(-)
Brudzinsky II :(-/-)
Sistem motorik superior ka/ki inferior ka/ki
- Gerak Bebas Bebas
- Kekuatan otot 5/5 5/5
- Tonus Normal Normal
- Klonus Tidak ada Tidak ada
- Atrophi Tidak ada Tidak ada
- Reflek fisiologis Bicep (+/+) Pattela (+/+)
Trisep (+/+) Achiles (+/+)
- Reflek patologi Hoffman trommer (-/-) Babinsky (-/-)
Chaddock (-/-) Oppenheim(-/-)
7

Schafner (-/-) Gordon (-/-)


Gonda (-/-)
Sensibilitas
- Eksteroseptif/ rasa permukaan (Superior/inferior )
Rasa raba : (+/+)
Rasa nyeri : (+/+)
Rasa suhu panas : (+/+)
Rasa suhu dingin : (+/+)
-Propioseptif / Rasa dalam (Superior/Inferior)
Rasa Sikap : Normal
Rasa Nyeri dalam : Tidak dilakukan
Rasa Getar : Normal
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
Asteriognosis : tidak dilakukan
Grafognosis : tidak dilakukan
Koordinasi dan Keseimbangan
Tes Romberg : (+) Pada mata tertutup badan penderita bergoyang
sedangkan pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak.
Tes Pronasi-Supinasi : (-) normal
Tes Tandem : (+) Pasien berjalan menyerong
Stepping test : (+)
Tes past Pointing : (+)
Dix-Hallpike manuver : (+)

Susunan saraf otonom


Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Fungsi luhur
Fungsi bahasa : Normal
Fungsi orientasi : Normal
8

Fungsi memori : Normal


Fungsi emosi : Normal
Algoritma Gadjah Mada
Penurunan Kesadaran : tidak ada
Nyeri kepala : tidak ada
Refleks babinsky :-

IV. RESUME
Nn. Ts usia 22 tahun os mengeluh sering pusing, pusing dirasakan seperti
berputar. Pusing dirasakan ketika beraktifitas dan terasa lebih baik jika pasien
beristirahat dengan tiduran. Pasien mengeluhkan mual, muntah lebih dari 5 kali
dalam satu hari, berkeringat dingin, kedua telinga terasa mendenging, pasien
menyangkal adanya pandangan kabur, penglihatan ganda, kelemahan anggota
gerak, penurunan pendengaran dan demam.

Os pingsan dan segera diantar ke IGD RS. PBA. Sebelumnya os merasa


pusing berputar seperti akan jatuh, keluhan timbul secara mendadak, hilang timbul
dan keluhan bertambah jika pasien berubah posisi dari duduk ke berdiri atau
sebaliknya atau jika pasien menggerakan kepla secara cepat.

Pemeriksan fisik kesadaran compos mentis, Tekanan darah : 110/70 mmHg,


Nadi 82 x/menit, RR 22 x/menit dan Suhu 36,6 0C. Pemerikasan motrik dan sensorik
tidak ada kelainan, refleks patologis (-), refleks fisiologis (+), rangsang meningeal
(-). Pemeriksaan nervus vestibularis, hasil tes Dix-Hallpike manuver nistagmus (+),
tes romberg (+), tes tandem (+), tes past ponting (+). Pemeriksaan koordinasi dan
keseimbangan, tes pronasi-supinasi (-), dan stepping test (+).

V. DIAGNOSIS
- Diagnosis Klinis = Vertigo perifer
- Diagnosis Topis = Sistem vestibular perifer
- Diagnosis Etiologi = Vestibular Perifer

-BPPV
9

VI. DIAGNOSIS BANDING

Vertigo sentral Vertigo perifer

Jarang berputar hebat, penderita merasa Berputar-putar hebat


terjungkal

Tidak terdapat gejala mual,muntah dan Terdapat gejala mual,muntah dan


keringat dingin keringat dingin

Nigtagmus tipe murni vertikal atau Nistagmus tipe kombinasi horisontal


horisontal atau torsional dan torsional

Gejala ringan tapi persisten Gejala berat, serangan cepat

Gejala vertigo subjektif (pasien merasa Gejala vertigo objektif (lingkungan


berputar) terasa berputar)

Tidak disertai tinitus dan pendengaran Kadang disertai tinitus dan


berkurang pendengaran berkurang

BPPV Meniere Neuritis


syndrom vestibuler

Vertigo Bervariasi Oleh karena


berlangsung lamanya virus.
cepat Durasi panjang

Disertai Gangguan Tidak disertai


gangguan tinitus tinitus dan
penurunan
pendengaran
atau telinga
terasa penuh

Perubahan posisi Tanpa Tanpa


bertambah berat dipengaruhi dipengaruhi
perubahan perubahan
posisi posisi
10

VII. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Edukasi pasien untuk bangun dari tempat tidur secara perlahan-
lahandantidakmerubahposisisecaramendadak. Tidak secara langsung
merubahposisi, terutama posisi kepala.Melakukan terapi manuver Brandt-
Darof.
2. Medikamentosa
Terapi :

IVFD futrolit XX tpm


Mebofen 5 mg 2x1 tab
Inj. Ranitidin amp 2x1
Tebokan 80 mg 2x1 tab
Mertigo 6mg 3x1 tab

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG :


Hasil Laboratorium:
Hb :13,3
Leukosit : 8.200
Eritrosit : 4,8
Ht : 40%
Trombosit : 249.000
MCV : 85
MCH : 28
MCHC : 33

IX. FOLLOW UP
Rabu , 22 /02/2017 Kamis, 23/12/2016
S : kepala pusing berputar, mual (+), S :pusing (-), mual (-), muntah (-),
kedua telinga mendenging, badan kedua telinga mendenging sudah
11

terasa lemas berkurang


O: O:
KU : tampak sakit sedang KU : baik
Kesadaran compos mentis Kesadaran: Compos mentis
GCS : E4V5M6 GCS : E4V5M6
TD : 110/80 mmHg TD : 120/80 mmHg
N : 84x/m N: 83 x/m
R: 23x/m R : 22x/m
S : 36,60 S: 36,50
Tes Romberg : (+) Tes Romberg : (-)
Tes Pronasi-Supinasi: (-) Tes Pronasi-Supinasi: (-)
Tes Tandem : (+) Tes Tandem : (-)
Stepping test : (+) Stepping test : (-)
Tes past Pointing : (+) Tes past Pointing : (-)
Dix-Hallpike manuver: (+) Dix-Hallpike manuver: (-)
A : Vertigo Perifer A: Vertigo perifer
P: P:

- IVFD RL XX tpm - IVFD futrolit XX tpm


- Ranitidin 1 amp/12 jam
- Ondansentron 1 amp/8 - Mebofen 5 mg 2x1 tab
jam - Inj. Ranitidin amp 2x1
- Betahistin 6 mg 3x1 tab
- Flunarizin 5mg 2x1 tab - Tebokan 80 mg 2x1 tab
- Paracetamol 3x1 tab
- Neurodex 2x1 tab - Mertigo 6mg 3x1 tab

Setelah di visit Terapipulang :


- IVFD futrolit XX tpm
- Mebofen 5 mg 2x1 tab BLPL
- Inj. Ranitidin amp 2x1
- Tebokan 80 mg 2x1 tab Terapi pulang
- Mertigo 6mg 3x1 tab
- Mebofen 5 mg 2x1 tab

- Mertigo 6mg 3x1 tab

- Ranitidin 2x1 tab

- Tebokan 80 mg 2x1 tab


12

X. PROGNOSA
o Quo ad Vitam : ad bonam
o Quo ad Fungtionam : ad bonam
o Quo ad Sanationam : ad bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Vertigo

Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar

mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan

sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah

istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala

yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop

(perasaan lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness,

disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri).1


13

Vertigo - berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar -

merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan

seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. 3

2.2 Epidemiologi

Benign Paroxysmal Potitional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan

perifer yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per 100.000 penduduk, dan lebih

banyak pada perempuan serta usia tua (51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang

berusia dibawah 3-5 tahun yang tidakmemilikiriwayatcedera kepala.3

2.3 Etiologi

Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat

kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu

sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan

posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang

terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan

dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam

telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam

otaknya sendiri.5

Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi

tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab

umum dari vertigo:6

1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut.


2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
14

3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis

semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign

paroxysmal positional
4. Vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit

maniere,
5. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,

sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,

persyarafannya atau keduanya.


7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya

aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri

vertebral dan arteri basiler.

a. Vertigo Perifer

Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai

ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke

korteks.Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab

vertigo serta lokasi lesi :7

1. Labirin, telinga dalam


- vertigo posisional paroksisimal benigna
- pasca trauma
- penyakit menierre
- labirinitis (viral, bakteri)
- toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
- oklusi peredaran darah di labirin
- fistula labirin
2. Saraf otak ke VIII
- neuritis iskemik (misalnya pada DM)
- infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
- neuritis vestibular
- neuroma akustikus
- tumor lain di sudut serebelo-pontin
3. Telinga luar dan tengah
15

- Otitis media
- Tumor

b. Vertigo sentral

1. Supratentorial
- Trauma
- Epilepsi
2. Infratentorial
- Insufisiensi vertebrobasiler
3. Obat

Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus

dan hilangnyapendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,

antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung

platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin;

sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik.

Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid,

asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat

bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak dianjurkan

karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat penyekat alfa

adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa

melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.7

2.4 Klasifikasi

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau

otak) atau di perifer (telinga dalam, atau saraf vestibular).

1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara.


16

Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari

sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi

baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :

- Mabuk gerakan (motion sickness)

Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual surround)

berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan

sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan yang

memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca waktu

mobil bergerak.

- Mabuk ruang angkasa (space sickness)

Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat (weightlessness).

Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis

semisirkularis dan otolit.

- Vertigo ketinggian (height vertigo)

Adalah suatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan

lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dan gejala-

gejala vegetatif.

2. Patologik :
- sentral
- perifer7

Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang otak atau cerebellum


b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis

vestibulocochlear (N. VIII).


17

c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah, gula darah

yang rendah, atau gangguan metabolic karena pengobatan atau infeksi

sistemik.2

VertigoPerifer

Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu :

1. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab utama

vertigo. Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia rata-rata 51 tahun. 5Benign

Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) disebabkan oleh pergerakan otolit dalan

kanalis semisirkularis pada telinga dalam. Hal ini terutama akan mempengaruhi

kanalis posterior dan menyebabkan gejala klasik tapi ini juga dapat mengenai

kanalis anterior dan horizontal.Otoli mengandung Kristal-kristal kecil kalsium

karbonat yang berasal dari utrikulus telinga dalam. Pergerakan dari otolit

distimulasi oleh perubahan posisi dan menimbulkan manifestasi klinik vertigo

dan nistagmus.9

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) biasanya idiopatik tapi

dapat juga diikuti trauma kepala, infeksi kronik telinga, operasi dan neuritis

vestibular sebelumny, meskipun gejala benign Paroxysmal Positional Vertigo

(BPPV) tidak terjadi bertahun-tahun setelah episode. 8

2. Mnires disease

Mnires disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti dengan

keluhan pendengaran.11 Gangguan pendengaran berupa tinnitus (nada rendah),


18

dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi penuh
10
pada telinga. Mnires disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus vertigo

otologik.Mnires disease merupakan akibat dari hipertensi endolimfatik. Hal ini

terjadi karena dilatasi dari membrane labirin bersamaan dengan kanalis

semisirularis telinga dalam dengan peningkatan volume endolimfe. Hal ini dapat

terjadi idiopatik atau sekunder akibat infeksi virus atau bakteri telinga atau
8
gangguan metabolic.

3. Vestibular Neuritis

Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal

ini berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis

terjadi dengan komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan

pendengaran. Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.11

Vertigo Sentral

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan vertigo sentral :

1. Migraine

Selby and Lance (1960) menemukan vertigo menjadi gejala yang sering

dilaporkan pada 27-33% pasien dengan migraine.. Sebelumnya telah dikenal

sebagai bagian dari aura (selain kabur, penglihatan ganda dan disarthria)

untuk basilar migraine dimana juga didapatkan keluhan sakit kepala sebelah.

Vertigo pada migraine lebih lama dibandingkan aura lainnya, dan seringkali

membaik dengan terapi yang digunakan untuk migraine. 10

2. Vertebrobasilar insufficiency
19

Vertebrobasilar insufficiency biasanya terjadi dengan episode rekuren dari

suatu vertigo dengan onset akut dan spontan pada kebanyakan pasien terjadi

beberapa detik sampai beberapa menit. Lebih sering pada usia tua dan pada paien

yang memiliki factor resiko cerebrovascular disease. Sering juga berhungan

dengan gejala visual meliputi inkoordinasi, jatuh, dan lemah. Pemeriksaan

diantara gejala biasanya normal. 9

3. Tumor Intrakranial

Tumor intracranial jarang member manifestasi klinik vertigo dikarenakan

kebanyakan adalah tumbuh secara lambat sehingga ada waktu untuk kompensasi

sentral. Gejala yang lebih sering adalah penurunan pendengaran atau gejala

neurologis . Tumor pada fossa posterior yang melibatkan ventrikel keempat atau

Chiari malformation sering tidak terdeteksi di CT scan dan butuh MRI

untuk diagnosis. Multipel sklerosis pada batang otak akan ditandai dengan vertigo

akut dan nistagmus walaupun biasanya didaptkan riwayat gejala neurologia yang

lain dan jarang vertigo tanpa gejala neurologia lainnya.8

Tabel 1. Perbedaan Vertigo Perifer Dan Vertigo Sentral 7

Ciri-ciri Vertigo Perifer Vertigo Sentral


Lesi Sistem vestibular (telinga dalam, Sistem vertebrobasiler dan
saraf perifer) gangguan vaskular (otak, batang
otak, serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksismal iskemik batang otak,
jinak (BPPV), penyakit vertebrobasiler
maniere, insufisiensi, neoplasma, migren
neuronitis vestibuler, labirintis, basiler
neuroma akustik, trauma
Gejala gangguan SSP Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi,
gangguan sensibilitas dan
fungsi
motorik, disartria, gangguan
serebelar
20

Masa laten 3-40 detik Tidak ada


Habituasi Ya Tidak
Intensitas vertigo Berat Ringan
Telinga berdenging dan atau tuli Kadang-kadang Tidak ada
Nistagmus spontan + -

2.5 Patofisiologi

Patomekanisme BPPV dapatdibagi menjadi dua, antara lain:2

- TeoriCupulolithiasis; Partikelotolit yang

terlepasdarimakulautrikulusmenempelpadapermukaankupula.

Kanalissemisirkularis posterior menjadisensitifakangravitasiakibatpartikel yang

melekatpadakupula.

- TeoriCanalithiasis: partikelotolithbergerakbebas di dalamkanalissemisirkularis.

Ketika kepala dalam posisi tegak, endapan partikel ini berada pada posisi yang

sesuai dengan gaya gravitasi yang paling bawah. Ketika

kepaladirebahkankebelakangpartikeliniberotasikeatassarnpai 900 di

sepanjanglengkungkanalis. Hal

inimenyebabkancairanendolimfemengalirmenjauhiampuladanmenyebabkankupu

lamembelok (deflected), halinimenimbulkannistagmusdanpusing.

Pembalikanrotasiwaktukepaladitegakkankernbali,

terjadipembalikanpembelokankupula, munculpusingdannistagmus yang

bergerakkearahberlawanan.

Lesipadakanalissemisirkularisdapatmenginduksisensasiberputar (rotatoar)

sementaragangguanpadasistemotolitdapatmenyebabkansensasi linear/ terayun.

Vertigo akutsepertipadalabirinitis, memilikifaseiritatifdanfaseparetik.

Ketikamataditutuppasienmerasasensasi berputar.8
21

2.5 Gejala Klinis

Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala

primer, sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh

gangguan pada sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia,

ataxia, gejala pendengaran. Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputa. Vertigo

dapat horizontal, vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang

paling sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan

dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan sensasi pergerakan dari sisi

yang berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi,

jika sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap,

biasanya berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke

bawah atau ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan.

Jika sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh

sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus. 12

Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan

sebagai sensais didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi

apparatus otolitik pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit. Oscilopsia

ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan kepala. Pasien dengan

bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua matanya.

Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh dunia seakan

berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami gangguan.

Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasnaya universal pada pasien

dengan vertigo otologik dan sentral.Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus,


22

pengurangan pendengaran atau distorsi dan sensasi penuh di telinga.Gejala

sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan sensivitas

visual.Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak

terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang dignkan pada

pasien dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada pasien vertigo

yang berhubungan dengan problem medic. 12

Suatu informasi penting yang didapatkna dari anamnesis dapat digunakan

untuk membedakan perifer atau sentral meliputi:2

Karekteristk dizziness

Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi

berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness,

atau hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan)

Keparahan

Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute

vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam

beberapa hari kedepan. Pada Mnires disease, pada awalnya keparahan

biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya. Sedangakan pasien

mengeluh vertigo ynag menetap dan konstan mungkin memilki penyebab

psikologis.3

Onset dan durasi vertigo


23

Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin

lama durasi vertigo maka kemungkinan kea rah vertigo sentral menjadi lebih besar.

Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral

kecuali pada cerebrovascular attack. Perbedaan onset dan durasi maisng-masing

penyebab vertigo dapat dilihat pada table 4. 2

Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada vertigo

sentral yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya

menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya, menyebabkan

ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni vertical, horizontal atau

torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.

Tabel 2. Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab vertigo 2

Durasi episode Kemungkinan diagnosis


Beberapa detik Peripheral cause: unilateral loss of vestibular
function; late stages of acute vestibular
neuronitis
Detik sampai menit Benign paroxysmal positional vertigo;
perilymphatic fistula
Beberapa menit sampai satu Posterior transient ischemic attack;
jam perilymphatic fistula
Beberapa jam Mnires disease; perilymphatic fistula from
trauma or surgery; migraine; acoustic
neuroma
Beberapa hari Early acute vestibular neuronitis*; stroke;
migraine; multiple sclerosis
Beberapa minggu Psychogenic

Tabel 3. Klinis vertigo vestibular, perifer dan sentral9


24

Perifer Sentral
Bangkitan vertigo Mendadak Lambat
Derajat vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala (+) (-)
Gejala otonom (++) (-)
Gangguan pendengaran (+) (-)

Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer

berdasarkan nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya

involunter, bolak balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus

merupakan bentuk reaksi dari refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu.

Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan atau

dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar,

kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test posisional atau

gerakan kepala. 7

Tabel 4. Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut

No Nystagmus Vertigo sentral Vertigo perifer


1. Arah Berubah-ubah Horizontal/horizontal
rotatoar
2. Sifat Unilateral/bilateral Bilateral
3. Test posisional
- Latensi Singkat Lebih lama
- Durasi Lama Singkat
- Intensitas Sedang Larut/sedang
- Sifat
Susah ditimbulkan Mudah ditimbulkan
4. Test dengan rangsang Dominasi arah jarang ditemukan Sering ditemukan
(kursi putar, irigasi
telinga)
5. Fiksasi mata Tidak pengaruh Terhambat

Gejala Penyerta
25

Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah dan

gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis penyebab vertigo.

Kebanyakan penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran berasal dari

perifer, kecuali pada penyakit serebrovaskular yang mengenai arteri auditorius

interna atau arteri anterior inferior cebellar. Nyeri yang menyertai vertigo dapat

terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga tengah, penyakit invasive pada

tulang temporal, atau iritasi meningeal. Vertigo sering bersamaan dengan

muntah dan mual pada acute vestibular neuronitis dan pada meniere disease yang

parah dan BPPV.

Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala

neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan

pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain

pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo

sentral misalnya penyakit cererovascular, neoplasma, atau multiple sklerosis.

Pasien denga migraine biasanya merasakan gejala lain yang berhubungan dengan

migraine misalnya sakit kepala yang tipikal (throbbing, unilateral, kadnag

disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35 persen pasien dengan

migraine mengeluhkan vertigo. 3

2.7 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan dan

leher dan system cardiovascular.

Pemeriksaan Neurologik

Pemeriksaan neurologic meliputi :


26

- Pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli

sensorineural, nistagmus. 2

Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis

cerebellar.

Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus

rotator konsisten dengan acute vestibular neuronitis.

- Gait test

1. Rombergs sign

Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun

masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas

yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Rombergs sign konsisten

dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan

dalam mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk

gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih

serius dari dizziness (tidak hanya terbatas pada vertigo) misalnya drug related

vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event. 3

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan

kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama

20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan

posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada

kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang

menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
27

penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan

bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

Gambar 3. Uji Romberg5

2. Heel-to- toe walking test


3. Unterberger's stepping test 1(Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan

mata tertutup jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi

labirin pada sisi tersebut). 2

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di

tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada

kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan

gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah

lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan

yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
28

Gambar 4. Uji Unterberger5

4. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh

mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk

tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan

tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita

ke arah lesi.

Gambar 5. Uji Tunjuk Barany5


29

Pemeriksaan untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.

1. Fungsi Vestibuler

- Dix-Hallpike manoeuvre 1

Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang

dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45 di bawah garis

horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45 ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan

saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat

dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.

Perifer (benign positional vertigo) : vertigo dan nistagmus timbul setelah

periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan

berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral :

tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1

menit, bila diulangulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue) 5

Gambar 6. Dix-hallpike 5
30

- Test hiperventilasi

Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya

normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu

diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur ersebut menginduksi

terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa nistagmus maka

didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus terjadi setelah

hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII. 5

- Tes Kalori

Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke

belakang (menengadah) sebanyak 60. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di

labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara

maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL

dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air

bersuhu 30C (kirakira 7 di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga

dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air selama

kira-kira 20 detik.

Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah

gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri

(karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat,

demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus

berlangsung dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita.

Biasanya antara - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.


31

Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada

kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita

sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga

lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini akan

mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus,

dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila ini juga tidak

menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.6

Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal

hipoaktif atau tidak berfungsi.

- Elektronistagmogram

Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk

merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut

dapat dianalisis secara kuantitatif.

- Posturografi

Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai

peranan penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini

dilakukan dengan 6 tahap :

a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun

dalam keadaan biasa (normal).


b. Pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa

dengan tes romberg).


c. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat

yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak

dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.


32

d. Pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang.

Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari

badan bagian bawah dapat diganggu.


e. Mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
f. Pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak

digoyang.

Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau, tidak

akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk

input (informasi).

2. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala : Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli

konduktif dan tuli perseptif


b. Audiometri : Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry,

Tone Decay.

Pemeriksaan Kepala dan Leher

Pemeriksaan kepala dan leher meliputi :

- Pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya

herpes zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteaatoma (Sura

et Newell, 2010).
- Hennebert sign (vertigo atau nistagmus yangterjadi ketika mendorong

tragus dan meatus akustikus eksternus pada siis yang bermasalah)

mengindikasikan fistula perikimfatik. 2


- Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk

meningkat tekanan melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat

menyebabkan vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik atau


33

dehiscence kanalis semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostic

berdasarkan klinis ini masih terbatas. 3


- Head impulses test

Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan

diinstruksikan untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan kepala

pasien. Dimulai denganpemeriksa menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi

pelan-pelan setelah itu pemeriksa menolehkan kepala pasien sisi lainnya

horizontal 20odengan cepat. Pada orang yang normal tidak ada saccades

mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika ada sakade setelahnya

maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer pada siis

itu. 5

Gambar 7. Head impulses test5

2.8 Diagnosis Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric,

vestibular testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis, Tes audiologik tidak

selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien mengeluhkan gangguan

pendengaran. Namun jika diagnosis tidak jelas maka dapat dilakukan audiometric

pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan gangguan pendengaran (Chain.


34

Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan

dizziness. Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas.

Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, fungsi

thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen pasien. 11

Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo

yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya CVA,

tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan integritas

batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan kompleks nervus

VIII. 11

2.9 Terapi

2.9.1 Prinsip umum terapi Vertigo

Medikasi

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa

sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan

pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus

terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering

digunakan :

Antihistamin

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin

yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin,

siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas

antikholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada

kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang


35

umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek

samping ini memberikan dampak yang positif.

- Betahistin

Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di

telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping

Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali rash di kulit.

Betahistin Mesylate (Merislon)

Dengan dosis 6 mg (1 tablet) 12 mg, 3 kali sehari per oral.

Betahistin di Hcl (Betaserc)

Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet

dibagi dalam beberapa dosis.

- Dimenhidrinat (Dramamine)

Lama kerja obat ini ialah 4 6 jam. Dapat diberi per oral atau

parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25

mg 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk.

- Difhenhidramin Hcl (Benadryl)

Lama aktivitas obat ini ialah 4 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1

kapsul) 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan

parenteral. Efek samping mengantuk.

Antagonis Kalsium

Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis

kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.

Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung


36

banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai

khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang

lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.

- Cinnarizine (Stugerone)

Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons

terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 30 mg, 3

kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk

(sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan rash di kulit.

Fenotiazine

Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).

Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan

Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh

bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.

- Promethazine (Phenergan)

Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama

aktivitas obat ini ialah 4 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg 25 mg

(1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau

intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk),

sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine

lainnya.

- Khlorpromazine (Largactil)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut.

Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau
37

intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) 50 mg, 3 4 kali

sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk).

Obat Simpatomimetik

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat

simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin.

- Efedrin

Lama aktivitas ialah 4 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari.

Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo

lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan

menjadi gelisah gugup.

Obat Penenang Minor

Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan

yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut

kering dan penglihatan menjadi kabur.

- Lorazepam

Dosis dapat diberikan 0,5 mg 1 mg

- Diazepam

Dosis dapat diberikan 2 mg 5 mg.

Obat Anti Kholinergik

Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas

sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.

- Skopolamin
38

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan

mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg 0,6 mg, 3 4

kali sehari.

Terapi fisik

Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi

gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang

kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan

oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di

sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu,

sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi

gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan

keseimbangan.

Terapi Fisik Brand-Darrof

Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof.

Ambil posisi duduk.


Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik

posisi duduk.
Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-

masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang

kali.
Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin

bertambah.

2.9.2 Terapi Spesifik

1. BPPV
39

Pada kondisi ini tidak direkomendasikan terapi bat-obatan. Vertigo dapat

membaik dengan maneuver rotasi kepala hal ini akan mmemindahkan deposit

kalsium yang bebas ke belakang vestibule,. Manuver ini meliputi reposisi

kanalit berupa maneuver epley, modifikasi maneuver epley. Pasien perlu tetap

tegak selama 24 jam setelah reposisi kanalit utnuk mencegah deposit kalsium

kembali ke kanalis semisirkularis,

2. Vestibular neuronitis dan Labirynthis

Terapi focus pada gejala menggunakan terapi obat-obatan yang mensipresi

vestibular yang diikuti dengan latihan vestibular. Kompensasi vestibular terjasi

lebih cepat dan lebih sempurna jika pasien mulai 2 kali sehari latihan

vestibular sesegera mungkin setelah vertigo berkurang dengan obat-obatan.

3. Meniere disease

Terapi dengan menurunkan tekanan endolimfatik. Walaupun diet rendah

garam dan diuretic seringkali mengurangi vertigo, hal ini kurang efektif

dalam mengobati ketulian dan tinnitus.

Pada kasus yang jarang intervensi bedah seperti dekompresi dengan

shunt endolimfatik atau cochleosacculoctomy dibutuhkan jika penyakit ini resisten

terhadap pengobatan diuretic dan diet.

4. Iskemik Vascular

Terap TIA dan stroke meliputi mencegah terjadinya ulangan kejadian melalui

control tekanan darah, menurunkan level kolesterol, mengurangi merokok,

menginhibisi fungsi platelet (misalnya aspirin, clopidogrel) dan terkadang

antikoagulasi (warfarin).
40

Vertigo akut yang disebabkan oleh stroke pada batang otak atau

cerebellum diobati dengan obat-oabat yang mensupresi vestibular dan

meminimalisrir pergerakan kepala pada hari pertama. Sesegera mungkin jika

keluhan dapat ditoleransi obat-obatan harus di tapper off dan latihan rehabilitasi

vestibular harus segera dimulai.

Penempatan stent vertebrobasilar diperlukan pada pasien dengan stenosis

arteri vertebralis dan refrakter terhadap penaganan medis. Perdarahan pada

cerebellum dan batang otak member risiko kompresi sehingga diperlukan

dekompresi mellau neurosurgery.

2.10 Prognosis
Keberhasilan terapi dikonfirmasi dengan melakukan manuver provokasi

ulang, jika masih terdapat gejala vertigo dan nistagmus, maka manuver terapi

diulang kembali. Umumnya pada manuver provokasi yang ketiga, gejala vertigo

dan nistagmus tidak muncul lagi.


41

BAB III
Analisis Kasus

Berdasarkan teori : Anamnesis


Sensasi gerakanatau rasa kasus:
gerakdaritubuhataulingkungansekitarnya(tanpa sensasi perputaran keluhan pusing
sebenarnya dg gejala lain berputar sejak
ygtimbulterutamadarijaringanotonomikygdisebabkangangguanala 1 minggu
t keseimbangan tubuh (ekuilibrium). Gangguan vestibular sering SMRS,
mengakibatkan nausea (mual), dan bila berat dapat merasakan
mengakibatkan muntah, sensitif terhadap cahaya dan suara. kesekelilingny
Vertigo yang berasal dari telinga dalam umunya timbul a yang
mendadak.2 berputar, mual,
42

Fotofobia (+),
fonofobia (-),
nyeri kepala
(-), pingsan (-),
kelemahan 1
sisi (-), pelo
(-), diplopia
(-), trauma (-)

Gejala lesi Sentral Pada Kasus


- Onset bertahap dalam hari minggu Onset berlangsung 1 minggu
pusing memberat jika berubah posisi
(permanen)
Serangan berat
- Pusing tidak tergantung perubahan
Nistagmus posistif (arah horizontal)
posisi Tidak ada gejala gangguan batang otak,
- Serangan ringan
serebelum, korteks serebri
- Nistagmus bisa (-) dan bila (+) arah
vertikal atau multidireksi
- Terdapat gejala gangguan:
- Batang otah : diplopia, disatria,
disfagia, disfonia
- Serebelum : gangguan koordinasi,
kesulitan melakukan gerakan yang
butuh keterampilan
- Korteks serebral : gejala iritatif,
gejala fokal, defisit sensoris dan
motorik

Gejala Lesi Perifer Pada kasus ditemukan


- Gejala berlangsung dalam beberapa - Gejala berlangsung 1 minggu dan
detik-menit dan intermiten serta pusing memberat jika bergerak
- Serangan berat
tergantung posisi dan gerakan kepala
- Tes nistagmus (+)
- serangan berat - Mual (+), muntah (-)
- Pendengaran kedua telinga normal
- selalu disertai nistagmus
- Terdapat gejala otonom, mual, munta,
43

berkeringat banyak
- Biasanya ada disfungsi pendengaran

Etiologi dan gejala Pada kasus


1. Trauma Kepala : terdapat trauma kepala 1. Tidak terdapat riwayat trauma kepala
sebelumnya
2. Infeksi telinga tengah : terdapat riwayat
2. Tidak terdapat riwayat keluar cairan
keluar cairan berbau dari telinga,
berbau dari telinga, terdapat riwayat
terdapat riwayat rasa penuh dalam
rasa penuh dalam telinga
telinga
3. Idiopatik : tidak terdapat riwayat
3. Tidak terdapat riwayat trauma, tidak
trauma, tidak keluar cairan berbau dari
keluar cairan berbau dari telinga,
telinga, tidak ada rasa penuh dalam
tidak ada rasa penuh dalam telinga,
telinga, dan tanpa diketahui
dan terjadi tanpa diketahui
penyebabnya.
penyebabnya.

Pemeriksaan fisik Teori


Berdasarkan teori pemeriksaan fisik pada vertigo adalah : - Pada pasien
Tes Romberg : pada kelainan vestibular hanya pada mata tes romberg
tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis (+)
- Tes Tandem
tengah dan kemuadian kembali lagi. Pada mata terbuka badan
gait (+)
penderita tetap tegak. Pada kelainan serebelar badan penderita - Tes past
akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun tertutup. pointing (+)
Tes Tandem Gait : pada kelainan vestibular perjalanannya - Dix-
akan menyimpang dan pada kelainan serebelar penderita akan Hallpikema
cenderung jatuh. nuver
Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany) Dengan jari telunjuk
muncul
ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
nistagmus
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
arah
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan
horizontal
berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup.
Padakelainanvestibulerakanterlihatpenyimpanganlenganpende
ritakearahlesi. Gambar Uji Tunjuk Barany Pemeriksaan untuk
44

menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.


Dix-Hallpikemanoeuvre : vertigo perifer
nistagmustimbulsetelahperiode laten 2-10 detik, hilang
dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau
menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral, tidakadaperiodelaten, nistagmusdan vertigo
berlangsunglebihdari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap
seperti semula (non-fatigue).

Terapi pada Vertigo berdasarkan Teori Pada kasus


Terapi medikamentosa Terapi medikamentosa :
- Antihistamin IVFD RL xx tpm
- Antagonis kalsium Betahistin 3x1 tablet
- Fenotiazin Parasetamol3x1 tablet bila sakit
- Obat anti kolinergik
- Obat simptomatik kepala
Ranitidin 2x1 tablet
Non-medikamentosa : Terapi fisik dan
Ondansetron 3x1 bila muntah
manuver Brandt-Daroff
45

DAFTAR PUSTAKA

1. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2009 [cited 2009


May 30th]. Available from : URL:http://www.google.com/vertigo/cermin
duniakedokteran .html

2. Joesoef AA. Vertigo. In :Harsono, editor. Kapita Selekta Neurologi.


Yogyakarta: GadjahMada University Press; 2000. p.341-59

3. Bashiruddin J. Vertigo PosisiParoksismalJinak. Dalam :Arsyad E,


IskandarN, Editor. Telinga, Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi
Keenam. Jakarta :Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 104-9

4. Sura, Dj, Newell, S. 2010. Vertigo-Diagnosis and management in primary


care, BJMP 2010;3(4);a351

5. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine, and


vestibular migrain in Journal Neurology 2009

6. Maedjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.2008

7. Kovar, M, Japson, T, Jones. 2006. Diagnosing and Treating: Benign


Paroxysmal Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing.
December:2006

Anda mungkin juga menyukai