Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

Gross Hematuria

Disusun Oleh:
Dessy Elfiana
Febrina Listya Andanti
Cut Fatimah Az Zahara

Pembimbing:
dr. Dahril, Sp.U

BAGIAN/SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2015
BAB I

PENDAHULUAN

Hematuria adalah didapatkannya sel darah merah di dalam urine. Hal ini
perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram,
yaitu keluar darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi; keadaan
ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. Harus diyakinkan juga
bahwa seseorang pasien menderita hematuria atau pseudo hematuria. Pseudo atau
false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan
disebabkan sel darah merah, melainkan oleh zat lain yang mewarnai urine,
misalnya pada keadaan hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentasi asam urat yang
meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-
tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-
obatan tertentu.
Secara visual hematuria dibagi menjadi hematuria makroskopik yaitu
hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine berwarna merah dan
hematuria mikroskopik yaitu hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat
sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1IDENTITAS PASIEN

 Nama : Muhammad Abu

 Jenis kelamin : laki-laki

 Usia : 61 tahun

 Status : menikah

 Alamat : Kota Lhokseumawe

 CM : 1069191

 Tanggal masuk: 30 Oktober 2015

 Tgl Pemeriksaan: 4 November 2015

2.2ANAMNESIS

KU : BAK berdarah
RPS : Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan BAK berdarah, keluhan
ini dialami pasien sejak 2 minggu SMRS. Nyeri saat BAK (-). BAK berdarah
dirasakan pasien dari awal sampai akhir BAK. Pasien merupakan rujukan dari RS
Bunda Lhoksemauwe. Pasien dirujuk dengan keluhan BAK berdarah sejak
dipasang kateter di RS tersebut.Riwayat BAK berpasir (-), BAK batu (-), BAK
keruh (-), perasaan kurang puas saat berkemih (-), rasa tertahan saat berkemih (-)

RPD: Hipertensi (+), DM (-), stroke (+) 2 bulan SMRS


RPK: tidak ada keluarga mengalami hal yang sama
RPO : pasien pernah dirawat di RS Bunda Lhoksemawe karena stroke yang
dideritanya. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat 6 bulan dan obat-obat lain yg
dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
RKS : Pasien memiliki riwayat mengkonsumsi rokok sebanyak 2 bungkus/hari
selama 36 tahun. Pasien merupakan kontraktor dan sebelumnya pernah bekerja di
pabrik.

2.3. PEMERIKSAAN FISIK


Vital Sign

Keadaan umum :

Kesadaran :compos mentis

Tekanan darah :130/80 mmHg

Frekuensi nadi : 98 kali/menit, regular,

Frekuensi nafas :20 kali/menit

Suhu : 36,90C

Kepala

Bentuk: normocephali

Rambut: hitam, sukar dicabut, distribusi merata

Wajah: simetris

Mata: edema palpebrae (-/-), konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya ( / ), pupil bulat isokor 3mm/3 mm.

Kulit

Warna : sawo matang

Turgor : kembali cepat

Parut/skar : tidak ada

Sianosis : tidak dijumpai

Ikterus : tidak dijumpai

Pucat : (-)
Hidung

sekret(-/-), nafas cuping hidung (-/-).

Mulut

 Bibir: bibir kering (-), mukosa bibir lembab (), sianosis (-)

 Tonsil: T1/T1, hiperemis (-)

 Faring: hiperemis (-)

Leher

 Trakhea : terletak ditengah

 KGB: pembesaran KGB (-)

 Kelenjar tiroid: tidak teraba membesar

 Kelenjar limfe: tidak teraba membesar

 JVP: R-2cmH2O

Thoraks

Inspeksi

 Statis : simetris, bentuk normochest.

 Dinamis: pernafasan abdomino-torakal, Kusmaul (-), retraksi suprasternal


(-), retraksi intercostal (-)

Paru

 Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis

 Palpasi : nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = stem fremitus kiri

 Perkusi : sonor di kedua lapangan paru

 Auskultasi : suara napas dasar vesikular (/), suara napas tambahan


rhonki (-/-) dan wheezing (-/-)
Jantung

 Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat

 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 jari lateral linea midclavicularis


sinistra

Perkusi:

 Atas : ICS III, linea midclavicularis sinistra

 Kiri : ICS IV, linea midclavicularis sinistra

 Kanan: ICS IV, linea parasternal dextra

Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler (), bising (-)

Abdomen

 Inspeksi : asimetris, distensi (-), vena kolateral (-)

 Palpasi : nyeri tekan (-), H/L/R tidak teraba, ballotment (-)

 Perkusi : timpani, shifting dullness (-), undulasi (-),

 Auskultasi : peristaltik kesan normal

Genitalia

a.r flank D/S

I: benjolan (-),

P: nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), ballotment (-)

a.r suprapubic

 I: simetris, benjolan (-)

 P: nyeri (-), keras (+), buli kesan penuh (-)

Kelenjar limfe inguinal

 Pembesaran KGB : tidak dijumpai


Ekstremitas

 Superior : ikterik (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral hangat,


CRT <2”.

 Inferior : ikterik (-/-), edema (-/-), pucat (-/-), akral hangat,


CRT <2”.

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium 3/11/2015

Pemeriksaan 03-11-2015 Nilai Normal

Hb 10,2 gr/dl 14-17 gr/dl


Ht 32 % 45-55 %
Leukosit 7.400/mm3  4.500-10.500/mm3

Eritrosit 4,0 jt/µL 4,7-6,1 jt/ µL


Trombosit 349.000/ mm3 150.000-450.000/mm3

E/B/NS/L/M 8/0//48/34/10

Alb/Glo 3,18/3,22
Ureum 34 mg/dl 13-43 mg/dl
Creatinin 1,71 mg/dl 0,67-1,1 mg/dl
GDS 108 mg/dl <200 mg/dl
Natrium 140 mmol/L 135-145 mmol/L
Kalium 4.7 mmol/L 3,5-4,5 mmol/L
Clorida 107 mmol/L 90-110 mmol/L
PSA 17,21 <4
FOTO THORAKS

Kesimpulan : Cor dan Pulmo dalam batas normal

USG Vesica Urinaria

Kesimpulan : Tampak batu multipel, bulat-bulat, dengan ukuran bervariasi, dan


menempel pada mukosa bulli

1. Diagnosis Kerja
Gross hematuria ec DD

- Vesicolithiasis

- Ca Bulli
2. Terapi
IVFD Furolit 20 gtt/I
Inj Levofloxacin 1 gr/12 j
Drip Paracetamol /8 j
Inj Ranitidin 30 mg/ 12 j
Diet MB
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI HEMATURIA

Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine. Secara


visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2
keadaan, yaitu:
a. Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi
atau pada akhir miksi yang berasal dari daerah posterior uretra atau
leher kandung kemih.
Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat
mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa terbentuknya
gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga
menimbulkan syok hipovolemik/anemia, dan menimbulkan urosepsis.
b. Hematuria mikroskopik .
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan
mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang

Hematuria yang berarti didapatkannya sel darah mer ah


p a d a u r i n e , p a d a u m u m n y a dikategorikan baik gross maupun mikroskopik.
Untuk mikroskopik hematuria dikatakan apabiladidapatkan lebih dari 3 sampai 5
sel darah merah/lapang pandang. Kategori yang lain:
 Painless hematuria, gross.
 Asimptomatik mikroskopik hematuria.
 Inisial, terminal, total hematuria.

Gross hematuria bisa disertai dengan clot/bekuan darah


d i m a n a d a p a t b e r a s a l d a r i perdarahan di ureter/ginjal, buli-buli dan
prostat. Initial hematuria : penyebabnya ada di bawahsphincter externa. Terminal
hematuria : penyebabnya ada di proximal urethra atau di leher/dasar buli-buli.
Total hematuria : penyebabnya ada di buli-buli, ureter atau ginjal. Idiophatic
hematuriaadalah hematuria di mana penyebabnya tidak dapat ditentukan, dan ini
didapatkan pada kira-kira20% kasus hematuria.False/pseudo hematuria : adalah
diskolorasi dari urine karena pigmen dari pewarna makanan dan myoglobin.
Factitious hematuria : adalah terdapatnya sel darah merah dalam urine
oleh penyebab di luar tractus urinarius.

ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada diluar sistem urogenitalia.
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
• Infeksi/inflamasi seperti : pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis,
sistitis, dan uretritis.
• Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms),
tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia
prostate jinak (BPH).
• Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
• Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
• Batu saluran kemih.
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah:
 Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic)
 SLE
 Penggunaan antikoagulan, atauproses emboli pada fibrilasi atrium
jantung maupun endokarditis.

DIAGNOSIS

Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria,


pseudohematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria adalah
urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan disebabkan sel-sel darah
merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria,mioglobinuria,
konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan/minumbahan yang
mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atausetelah
mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin,piridium,
porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah keluarnya
darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadi
pada trauma uretra atau tumor uretra.

Anamnesis

Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi pada
saat episode hematuria, antara lain:

(a). Bagaimanakah warna urine yang keluar?


(b). Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan darah?
(c). Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?
(d). Apakah diikuti dengan perasaan sakit?

Karakteristik suatu hematuria dapat dipakai sebagai pedoman untuk


memperkirakan lokasi penyakit primernya, yaitu porsi hematuria (warna merah
yang dilihat saat berkemih) terjadi pada saat awal miksi (hematuria inisial),seluruh
proses miksi ( hematuria total), atau akhir miksi (hematuria terminal).Dengan
memperhatikan porsi hematuria dapat diperkirakan asal perdarahan.Kualitas
warna urine dapat juga menentukan penyebab warna hematuria. Darahbaru yang
berasal dari buli-buli, prostat, dan uretra berwarna merah segar sedangkan darah
lama atau yang berasal dari glomerulus berwarna lebih coklat dengan bentuk
seperti cacing (vermiform). Nyeri yang menyertai hematuria dapat berasal dari
nyeri di saluran kemih bagian atas berupa kolik atau gejala iritasi dari saluran
kemih bagian bawah berupa disuria atau stranguria

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin merupakan
manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia mungkin
disebabkan karena banyak darah yang keluar. Ditemukannya tanda-tanda
perdarahan di tempat lain dalah petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan
darah yang bersifat sistemik.
• Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal akibat
tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada supra simfisis mungkin
disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli.
• Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui
adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat.Setelah
prostatektomi enukleasi maupun endoskopik, simpai prostat

A. Pemeriksaan darah
Penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal;
fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase
alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang.Kadar kalsium,
fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bilaterdapat kemungkinan
urolithiasis.

B. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,bakteriologik


dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang
disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler.

C. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi


organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urineyang sangat
asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat.

D. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya sel-selurotelial.

E. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria &
sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya,
menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung
kemih, asal faal ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu
saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran
kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.

F. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat
atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, ureter, kandung kemih dan
uretra, bekuan darah pada buli-buli/pyelum, dan untuk mengetahui adanya
metastasis tumor di hepar.

G. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk


pemeriksaan prostat dan buli-buli.

H. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai


vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan
informatif. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara uretrografi
retrograd atau punksi perkutan.

I. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah


obstruksi dihilangkan

Penatalaksanaan
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi
urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai
cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya
dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus
menghentikan sumber perdarahan.Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan
anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah.Demikian juga jika terjadi
infeksi harus diberikan antibiotika.Setelah hematuria dapat ditanggulangi,
tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan
masalah primer penyebab hematuria.
VESIKOLITIASIS

Vesikolithiasis adalah batu dalam kandungan kemih dapat terbentuk


di tempat atau berasal dari ginjal masuk ke dalam kandung kemih. Kandung
kemih berkontraksi untuk mengeluarkan air kencing maka batu akan tertekan
pada trigonum yang sensitif sehingga menyebabkan timbulnya rasa sakit.
Biasanya disertai hematuria dan infeksi.

Vesikolithiasis adalah bentuk deposit mineral, paling umum adalah


oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+. Namun asam urat dan kristal lain juga dapat
membentuk batu. Meskipun batu ini dapat terbentuk dimana saja dari saluran
kemih, batu ini sering ditemukan pada pelvis dan kaliks ginjal. Jika batu
sudah masuk ke ureter maupun kandung kemih, maka dapat menghambat
aliran urin dan menyebabkan kerusakan ginjal akut.

A. Etiologi/presipitasi
1. Etiologi
a. Hiperkalsiuria : kadar kalsium yang berlebihan di dalam urin
- Hiperkalsiuria idiopatik (melalui hiperkalsiuria disebabkan
input tinggi natrium, kalsium dan protein)
- Kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium
b. Hiperoksaluria : produksi oksalat yang berlebihan, yang
disebabkan oleh:
- Hiperoksaluria primer
- Oral dan inhalasi, pemakaian vitamin C yang berlebihan atau
dosis tinggi dalam waktu yang lama
- Mehaoxyflurane (obat bius)
- Hiperoksaluria ruternik
c. Hiperuritusuria : mempengaruhi pertumbuhan batu kalsium oksalat
d. Batu asam urat, disebabkan oleh:
- Asupan protein hewani (dapat meningkatkan ekskresi asam
urat dan kalsium)
- Obat-obatan, seperti: progenicid meningkatkan kadar dan
ekskresi asam urat
e. Batu struvit
f. Batu sistin
g. Infeksi proteus dan klebsiela (umumnya pada wanita).
Mikroorganisme ini memproduksi amonium konsentrasi tinggi
2. Faktor presipitasi
a. Faktor endogen
- Hiperkalsiuria primer : kelainan metabolik dini dapat berupa
hiperarbsorpsi kalsium dalam pencernaan atau penurunan
reabsorpsi kalsium dalam tubuli ginjal sehingga terjadi
hiperkalsiuria. Batu karena hiperkalsiuria primer ini biasanya
didapatkan pada penderita dengan sosial ekonomi yang baik,
diet protein hewani tinggi
- Hiperoksaluria : kelainan herediter ini diturunkan secara resesif
- Faktor keturunan : anggota keluarga penderita batu urin lebih
banyak kemungkinan untuk menderita penyakit yang sama
dibandingkan dengan keluarga bukan penderita batu urin
- Jenis kelamin : pria lebih banyak dibandingkan wanita
- Ras : lebih sering dijumpai di Asia dan Afrika
b. Faktor eksogen
- Pekerjaan : profesi yang lebih banyak duduk saat bekerja lebih
sedikit menderita batu saluran kemih
- Air : banyak minum dapay menyebabkan diuresis dan
mencegah pembentukan batu. Kurang minum dapat
mengurangi diuresis sehingga kadar substansi dalam urin
meningkat dan mempermudah pembentukan batu
- Diet
- Keadaan sosial ekonomi : negara maju/industri atau golongan
sosial ekonomi yang tinggi lebih banyak makan protein,
terutama protein hewani, juga karbohidrat dan gula lebih sering
menderita batu saluran kemih bagian atas. Sedangkan pada
negara berkembang atau orang yang sering makan vegetarian
dan kurang protein hewani sering menderita batu saluran kemih
bagian bawah

B. Patofisiologi
Batu dalam saluran kemih dapat menyebabkan terjadinya obstruksi,
baik parsial maupun total. Obstruksi total dapat berakibat menjadi
hidronefrosis. Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari
matriks seputar, seperti pus, darah, tumor atau asam urat. Komposisi mineral
dari batu bervariasi, kira-kira ¾ bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam/
urin dan custine.
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat intake cairan yang
rendah dan juga peningkatan bahan organik akibat ISK atau urin statis, menjadi
penyebab untuk pembentukan batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan
lapisan urin yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium amonium
fosfat.
Teori pembentukan batu menurut Soeparman, 1999 antara lain:
1. Teori inti matriks
Terbentuk batu saluran kemih memerlukan adanya substansia organik
sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu
2. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urin seperti sistin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah proses terjadinya batu
3. Teori presipitasi kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin
yang bersifat alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat
4. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah
terbentuknya batu saluran kencing

C. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala vesikolithiasis menurut Brunner dan Sudarth (2002) dan
Soeparman (1999) adalah:
1. Kencing kurang lancar yang terjadi secara tiba-tiba
2. Rasa nyeri yang menjalar ke penis bila pasien merubah posisi
3. Pada anak-anak, mereka akan berguling-guling dan menarik penis
4. Kalau terjadi infeksi, ditemukan tanda sistitis, kadang-kadang terjadi
hematuria
5. Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi / teraba adanya urin
yang banyak (retensi)
6. Dapat teraba batu secara bimanual (jika ukuran batu > 5 cm)
7. Pada pria dengan usia > 50 tahun dapat disertai dengan pembesaran
prostat
8. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompensasi
segera
9. Nyeri kolik
10. Rasa terbakar pada saat ingin kencing dan setelah kencing

D. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan vesikolithiasis adalah untuk
menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Adapun tata
laksana vesikolithiasis menurut Soeparman (1999) dan Smeltser (2001) antara
lain adalah:
1. Penanganan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau reteral adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan: morfin
diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar
biasa.
2. Terapi nutrisi dan medikasi
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu renal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet
yang merupakan bahan utama pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada.
Beberapa terapi medikasi menurut jenis batunya, antara lain:
a. Batu kalsium dapat diturunkan dengan diet rendah kalsium,
amonium klorida atau asam asetohidroksemik (lithostat)
b. Batu fosfat dapat diturunkan dengan jeli alumunium hidroksida
c. Batu asam urat dapat diturunkan dengan allopurinol
d. Batu oksalat dapat diturunkan dengan membatasi asupan oksalat,
terapi gelombang kejut ekstrokorporeal, pengangkatan batu
perkutan atau uretroskopi
3. Litotripsi gelombang kejut ekstrokorporeal (ESWL) adalah pprosedur
non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di koliks
ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil, seperti
pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan
4. Metode endourologi pengangkatan batu
5. Uretroskopi
Uretroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan suatu alat uretroskop melalui stetoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, litotripsi elektrohidrolik atau
ultrasound kemudian diangkat
6. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal : agen pembuat basa (acylabina) dan
pembuat asam (acydifying)). Untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternatif penanganan terapi pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain dan menolak metode lain atau mereka yang memiliki batu
mudah larut (struvit)
7. Pengangkatan batu pada kandung kemih dengan cara vesikolitotomi

E. Komplikasi
Adapun komplikasi yang mungkin muncul pada penderita
vesikolithiasis adalah:
1. Infeksi Saluran Kemih
2. Hidronefrosis
3. Hipertensi
4. Gagal ginjal
BAB 4
Kesimpulan

Hematuria merupakan tanda dari kelainan dengan kemungkinan penyebab


yang beragam dalam sistem ginjal dan saluran kemih, dari infeksi saluran kemih
sederhana atau suatu kanker, obstruksi oleh batu bahkan kelainan sistemik
dibagian tubuh lain pun dapat mempengaruhi ginjal dan saluran sehingga terjadi
hematuria. Diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi, dengan
tatalaksana sesuai penyebab dan berat ringan nya hematuria.

Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah dalam urine.Hematuria


dapat di temukan pada beberapa penyakit mulai dari infeksi/inflamasi seperti
pielonefritis, glomerulonefritis, keganasan pada ginjal, obstruksi pada saluran
kemih serta pembesaran kelenjar prostat. Pemeriksaan untuk penyakit yang
menimbulkan hematuria dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA

Purnomo B. Hematuri. Dasar-dasar urologi.SMF Urologi Fakultas


KedokteranUniversitas Brawijaya.CV.Infomedika : Malang. 27-8

Purnomo B. Hematuri. Dasar-dasar urologi.SMF Urologi Fakultas


KedokteranUniversitas Brawijaya.CV.Infomedika : Malang. 262.

Samsuhidajat R, De jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke2. Penerbit


BukuKedokteran EGC : Jakarta. 737-39.

Anda mungkin juga menyukai