Gross Hematuria
Disusun Oleh:
Dessy Elfiana
Febrina Listya Andanti
Cut Fatimah Az Zahara
Pembimbing:
dr. Dahril, Sp.U
BAGIAN/SMF BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Hematuria adalah didapatkannya sel darah merah di dalam urine. Hal ini
perlu dibedakan dengan bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram,
yaitu keluar darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi; keadaan
ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. Harus diyakinkan juga
bahwa seseorang pasien menderita hematuria atau pseudo hematuria. Pseudo atau
false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan
disebabkan sel darah merah, melainkan oleh zat lain yang mewarnai urine,
misalnya pada keadaan hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentasi asam urat yang
meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-
tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-
obatan tertentu.
Secara visual hematuria dibagi menjadi hematuria makroskopik yaitu
hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine berwarna merah dan
hematuria mikroskopik yaitu hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat
sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1IDENTITAS PASIEN
Usia : 61 tahun
Status : menikah
CM : 1069191
2.2ANAMNESIS
KU : BAK berdarah
RPS : Pasien datang ke IGD RSUDZA dengan keluhan BAK berdarah, keluhan
ini dialami pasien sejak 2 minggu SMRS. Nyeri saat BAK (-). BAK berdarah
dirasakan pasien dari awal sampai akhir BAK. Pasien merupakan rujukan dari RS
Bunda Lhoksemauwe. Pasien dirujuk dengan keluhan BAK berdarah sejak
dipasang kateter di RS tersebut.Riwayat BAK berpasir (-), BAK batu (-), BAK
keruh (-), perasaan kurang puas saat berkemih (-), rasa tertahan saat berkemih (-)
Keadaan umum :
Suhu : 36,90C
Kepala
Bentuk: normocephali
Wajah: simetris
Mata: edema palpebrae (-/-), konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks
cahaya ( / ), pupil bulat isokor 3mm/3 mm.
Kulit
Pucat : (-)
Hidung
Mulut
Bibir: bibir kering (-), mukosa bibir lembab (), sianosis (-)
Leher
JVP: R-2cmH2O
Thoraks
Inspeksi
Paru
Palpasi : nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = stem fremitus kiri
Perkusi:
Abdomen
Genitalia
I: benjolan (-),
a.r suprapubic
Laboratorium 3/11/2015
E/B/NS/L/M 8/0//48/34/10
Alb/Glo 3,18/3,22
Ureum 34 mg/dl 13-43 mg/dl
Creatinin 1,71 mg/dl 0,67-1,1 mg/dl
GDS 108 mg/dl <200 mg/dl
Natrium 140 mmol/L 135-145 mmol/L
Kalium 4.7 mmol/L 3,5-4,5 mmol/L
Clorida 107 mmol/L 90-110 mmol/L
PSA 17,21 <4
FOTO THORAKS
1. Diagnosis Kerja
Gross hematuria ec DD
- Vesicolithiasis
- Ca Bulli
2. Terapi
IVFD Furolit 20 gtt/I
Inj Levofloxacin 1 gr/12 j
Drip Paracetamol /8 j
Inj Ranitidin 30 mg/ 12 j
Diet MB
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI HEMATURIA
ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada diluar sistem urogenitalia.
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
• Infeksi/inflamasi seperti : pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis,
sistitis, dan uretritis.
• Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms),
tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia
prostate jinak (BPH).
• Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
• Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
• Batu saluran kemih.
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah:
Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic)
SLE
Penggunaan antikoagulan, atauproses emboli pada fibrilasi atrium
jantung maupun endokarditis.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi pada
saat episode hematuria, antara lain:
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin merupakan
manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia mungkin
disebabkan karena banyak darah yang keluar. Ditemukannya tanda-tanda
perdarahan di tempat lain dalah petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan
darah yang bersifat sistemik.
• Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal akibat
tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada supra simfisis mungkin
disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli.
• Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui
adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat.Setelah
prostatektomi enukleasi maupun endoskopik, simpai prostat
A. Pemeriksaan darah
Penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal;
fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase
alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang.Kadar kalsium,
fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bilaterdapat kemungkinan
urolithiasis.
E. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria &
sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya,
menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung
kemih, asal faal ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu
saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran
kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
F. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat
atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, ureter, kandung kemih dan
uretra, bekuan darah pada buli-buli/pyelum, dan untuk mengetahui adanya
metastasis tumor di hepar.
Penatalaksanaan
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi
urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai
cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya
dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus
menghentikan sumber perdarahan.Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan
anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah.Demikian juga jika terjadi
infeksi harus diberikan antibiotika.Setelah hematuria dapat ditanggulangi,
tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan
masalah primer penyebab hematuria.
VESIKOLITIASIS
A. Etiologi/presipitasi
1. Etiologi
a. Hiperkalsiuria : kadar kalsium yang berlebihan di dalam urin
- Hiperkalsiuria idiopatik (melalui hiperkalsiuria disebabkan
input tinggi natrium, kalsium dan protein)
- Kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium
b. Hiperoksaluria : produksi oksalat yang berlebihan, yang
disebabkan oleh:
- Hiperoksaluria primer
- Oral dan inhalasi, pemakaian vitamin C yang berlebihan atau
dosis tinggi dalam waktu yang lama
- Mehaoxyflurane (obat bius)
- Hiperoksaluria ruternik
c. Hiperuritusuria : mempengaruhi pertumbuhan batu kalsium oksalat
d. Batu asam urat, disebabkan oleh:
- Asupan protein hewani (dapat meningkatkan ekskresi asam
urat dan kalsium)
- Obat-obatan, seperti: progenicid meningkatkan kadar dan
ekskresi asam urat
e. Batu struvit
f. Batu sistin
g. Infeksi proteus dan klebsiela (umumnya pada wanita).
Mikroorganisme ini memproduksi amonium konsentrasi tinggi
2. Faktor presipitasi
a. Faktor endogen
- Hiperkalsiuria primer : kelainan metabolik dini dapat berupa
hiperarbsorpsi kalsium dalam pencernaan atau penurunan
reabsorpsi kalsium dalam tubuli ginjal sehingga terjadi
hiperkalsiuria. Batu karena hiperkalsiuria primer ini biasanya
didapatkan pada penderita dengan sosial ekonomi yang baik,
diet protein hewani tinggi
- Hiperoksaluria : kelainan herediter ini diturunkan secara resesif
- Faktor keturunan : anggota keluarga penderita batu urin lebih
banyak kemungkinan untuk menderita penyakit yang sama
dibandingkan dengan keluarga bukan penderita batu urin
- Jenis kelamin : pria lebih banyak dibandingkan wanita
- Ras : lebih sering dijumpai di Asia dan Afrika
b. Faktor eksogen
- Pekerjaan : profesi yang lebih banyak duduk saat bekerja lebih
sedikit menderita batu saluran kemih
- Air : banyak minum dapay menyebabkan diuresis dan
mencegah pembentukan batu. Kurang minum dapat
mengurangi diuresis sehingga kadar substansi dalam urin
meningkat dan mempermudah pembentukan batu
- Diet
- Keadaan sosial ekonomi : negara maju/industri atau golongan
sosial ekonomi yang tinggi lebih banyak makan protein,
terutama protein hewani, juga karbohidrat dan gula lebih sering
menderita batu saluran kemih bagian atas. Sedangkan pada
negara berkembang atau orang yang sering makan vegetarian
dan kurang protein hewani sering menderita batu saluran kemih
bagian bawah
B. Patofisiologi
Batu dalam saluran kemih dapat menyebabkan terjadinya obstruksi,
baik parsial maupun total. Obstruksi total dapat berakibat menjadi
hidronefrosis. Batu saluran kemih merupakan kristalisasi dari mineral dari
matriks seputar, seperti pus, darah, tumor atau asam urat. Komposisi mineral
dari batu bervariasi, kira-kira ¾ bagian dari batu adalah kalsium fosfat, asam/
urin dan custine.
Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat intake cairan yang
rendah dan juga peningkatan bahan organik akibat ISK atau urin statis, menjadi
penyebab untuk pembentukan batu, ditambah adanya infeksi, meningkatkan
lapisan urin yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan magnesium amonium
fosfat.
Teori pembentukan batu menurut Soeparman, 1999 antara lain:
1. Teori inti matriks
Terbentuk batu saluran kemih memerlukan adanya substansia organik
sebagai inti, terutama dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu
2. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk dalam urin seperti sistin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah proses terjadinya batu
3. Teori presipitasi kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin
yang bersifat alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat
4. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid, fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah
terbentuknya batu saluran kencing
C. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala vesikolithiasis menurut Brunner dan Sudarth (2002) dan
Soeparman (1999) adalah:
1. Kencing kurang lancar yang terjadi secara tiba-tiba
2. Rasa nyeri yang menjalar ke penis bila pasien merubah posisi
3. Pada anak-anak, mereka akan berguling-guling dan menarik penis
4. Kalau terjadi infeksi, ditemukan tanda sistitis, kadang-kadang terjadi
hematuria
5. Adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi / teraba adanya urin
yang banyak (retensi)
6. Dapat teraba batu secara bimanual (jika ukuran batu > 5 cm)
7. Pada pria dengan usia > 50 tahun dapat disertai dengan pembesaran
prostat
8. Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompensasi
segera
9. Nyeri kolik
10. Rasa terbakar pada saat ingin kencing dan setelah kencing
D. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan vesikolithiasis adalah untuk
menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi. Adapun tata
laksana vesikolithiasis menurut Soeparman (1999) dan Smeltser (2001) antara
lain adalah:
1. Penanganan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau reteral adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan: morfin
diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar
biasa.
2. Terapi nutrisi dan medikasi
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu renal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet
yang merupakan bahan utama pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada.
Beberapa terapi medikasi menurut jenis batunya, antara lain:
a. Batu kalsium dapat diturunkan dengan diet rendah kalsium,
amonium klorida atau asam asetohidroksemik (lithostat)
b. Batu fosfat dapat diturunkan dengan jeli alumunium hidroksida
c. Batu asam urat dapat diturunkan dengan allopurinol
d. Batu oksalat dapat diturunkan dengan membatasi asupan oksalat,
terapi gelombang kejut ekstrokorporeal, pengangkatan batu
perkutan atau uretroskopi
3. Litotripsi gelombang kejut ekstrokorporeal (ESWL) adalah pprosedur
non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu di koliks
ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil, seperti
pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara spontan
4. Metode endourologi pengangkatan batu
5. Uretroskopi
Uretroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan suatu alat uretroskop melalui stetoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, litotripsi elektrohidrolik atau
ultrasound kemudian diangkat
6. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal : agen pembuat basa (acylabina) dan
pembuat asam (acydifying)). Untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternatif penanganan terapi pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain dan menolak metode lain atau mereka yang memiliki batu
mudah larut (struvit)
7. Pengangkatan batu pada kandung kemih dengan cara vesikolitotomi
E. Komplikasi
Adapun komplikasi yang mungkin muncul pada penderita
vesikolithiasis adalah:
1. Infeksi Saluran Kemih
2. Hidronefrosis
3. Hipertensi
4. Gagal ginjal
BAB 4
Kesimpulan