Anda di halaman 1dari 15

Rekomendasi

Pelayanan Neurologi di Indonesia


Terkait
Pandemi Covid-19

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia


April 2020
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr wb.

Pandemi COVID-19 yang dimulai pada akhir 2019 telah menciptakan kecemasan dan kebingungan secara
luas di seluruh dunia. Masyarakat medis dan non-medis dituntut untuk dapat beradaptasi secara cepat
dengan berbagai perubahan dalam prosedur perawatan kesehatan untuk meminimalkan efek pandemi ini.
Buku ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi kepada penyedia layanan kesehatan khususnya dokter
spesialis neurologi di Indonesia sehubungan dengan mengobati kasus yang dapat terkait dengan COVID-
19, sehingga dapat meminimalkan risiko penyebaran penyakit sambil tetap mempertahankan tingkat
layanan yang tinggi.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan pedoman ini, saya sampaikan terima
kasih. Kami sadari buku rekomendasi ini tidaklah sempurna. Buku ini diharapkan dapat menjadi buku
komplemen buku-buku pedoman penanganan wabah COVID-19 lainnya dengan mempertimbangkan
kondisi masing-masing tempat kerja sejawat sekalian.

Mari kita merapatkan barisan dan memohon perlindungan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa dalam
menjalankan tugas kita.

Waalaikumsalam wr wb

Semarang, 1 April 2020

Dr. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K)

2
Penasehat

Dr. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K)

Tim Penyusun

Dr. dr. Paulus Sugianto, SpS(K)

dr. Ahmad Rizal, SpS(K), PhD

Dr.dr. Kiking Ritarwan, MKT, SpS(K)

Dr. dr. Riwanti Estiasari, SpS(K)

Dr. dr. Retnaningsih, SpS(K)-KIC

dr. Arthur H. P. Mawuntu, SpS(K)

dr. Badrul Munir, SpS(K)

dr. Devi Ariani Sudibyo, SpS(K)

dr. Ni Made Susilawathi, SpS(K)

dr. Hendry Gunawan, SpS

3
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................................................. 2

I. Pendahuluan.......................................................................................................................................... 5

II. Rekomendasi penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk pelayanan Neurologi .............................. 6

II.1. Rekomendasi Umum ........................................................................................................................ 6

II.2. Pelayanan di unit rawat jalan............................................................................................................. 7

II.3. Pelayanan di rawat inap..................................................................................................................... 8

II.4. Pelayanan di instalasi gawat darurat ................................................................................................ 8

II.5. Pelayanan di ruang isolasi (yang merawat kasus konfirmasi Covid-19) ........................................... 9

II.6. Tindakan Pungsi Lumbal................................................................................................................... 9

III. Rekomendasi untuk mengurangi jumlah kunjungan atau konsultasi tatap muka ............................... 10

IV. Rekomendasi terkait dukungan Neurologi pada gerakan dokter semesta........................................... 10

V. Rekomendasi kegiatan survailence ..................................................................................................... 11

Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 12

Lampiran 1 .................................................................................................................................................. 13

Lampiran 2 .................................................................................................................................................. 14

Lampiran 3 .................................................................................................................................................. 15

4
I. Pendahuluan

Covid-19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang termasuk
dalam keluarga besar virus corona. Covid-19 merupakan penyakit jenis baru yang menyerang
paru-paru dan saluran pernafasan. Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6
hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020,
dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (case fatality rate (CFR)
4,4%) di mana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah. Di antara kasus tersebut, sudah ada
beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi bahkan meninggal dunia termasuk
neurolog di Indonesia.

Pelayanan neurologi memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan pelayanan medis


lainnya. Banyak kasus neurologi yang bersifat kronis sehingga memerlukan anamnesis yang
cukup panjang. Pemeriksaan neurologis juga memaksa neurolog untuk berjarak kurang dari 1
meter dari pasien. Pemeriksaan mata dan mulut seringkali tidak dapat dihindari. Pemeriksaan
neurodiagnostik, juga menuntut operatornya untuk berjarak kurang dari 1 meter dari pasien dan
beberapa pemeriksaan dilakukan di area kepala. Hal-hal ini menyebabkan paparan pasien
kepada neurolog menjadi cukup dekat dan lama, sehungga neurolog perlu sangat
memperhatikan paparan dan penggunaan APD selama melakukan pelayanan Neurologi.

Pasien neurologi tidak jarang yang memiliki komorbid atau resiko tinggi terhadap infeksi
Covid-19, seperti pasien dengan usia lanjut, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, gangguan
pernapasan dan menggunakan imunosupresan jangka panjang. Pembatasan kunjugan hanya
pada kasus kegawatdaruratan menjadi sangat penting untuk mencegah penularan infeksi.
Edukasi terkait physical distancing, hand hygiene dan karantina mandiri juga menjadi sangat
perlu disampaikan kepada setiap pasien.

Oleh karenanya Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia merasa terpanggil untuk
merumuskan rekomendasi terkait pandemi Covid-19 ini untuk mendukung pemutusan rantai
penularan dan melindungi para neurolog maupun pasien neurologi di Indonesia.

5
II. Rekomendasi penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk pelayanan Neurologi

II.1. Rekomendasi Umum

1. Dalam melakukan pelayanan neurologi, neurolog dianjurkan mempersiapkan


pakaian kerja dan sepatu khusus untuk pelayanan medis (seperti baju operasi atau
baju jaga PPDS) yang hanya digunakan selama pelayanan di RS atau tempat praktek.
Baju dan sepatu tersebut hendaknya diganti sebelum pulang ke rumah.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan neurolog wajib menggunakan APD sesuai
dengan indikasi
3. Pelayanan dapat ditunda jika tidak tersedia APD yang sesuai demi keamanan
pemeriksa dan pasien.
4. Pelaporan pasien baik dengan perawat, PPDS ataupun dokter jaga, dilakukan di luar
ruang periksa atau kamar pasien dengan memperhatikan jarak masing-masing. Jika
memungkinkan, pelaporan dilakukan terlebih dahulu secara daring atau melalui
telepon.
5. Tidak membawa rekam medis pasien ke dalam kamar pasien atau ruang tindakan
6. Pencatatan rekam medis tidak dilakukan di kamar pasien tetapi di nurse station
7. Jarak antara neurolog dan pasien minimal 1 meter pada saat anamnesis. Apabila
pasien dalam kondisi berbaring, saat anamnesis berdiri di sisi kaki pasien. Hindari
berdiri di sisi kepala pasien.
8. Jika perlu melakukan pemeriksaan neurologis, lakukan dengan singkat dan hanya
pemeriksaan yang diprioritaskan saja.
9. Pemeriksaan funduskopi sebaiknya dihindari dan pilih modalitas lain yang dapat
menggantikan.
10. Pelayanan neurodiagnostik hanya dilakukan pada kasus dengan kegawatan atau yang
dapat memberikan jawaban definitif dan akan sangat mempengaruhi diagnosis,
tatalaksana dan luaran pasien. Neurolog yang memberikan layanan neurodiagnostik
dapat menunda pemeriksaan jika dinilai tidak sesuai dengan kriteria ini.
11. Lakukan cuci tangan setiap sebelum dan setelah selesai memeriksa pasien.
12. Pasien dianjurkan menggunakan masker bedah
13. Terapkan etika batuk dan bersin dengan benar dan taat
14. Tidak menyentuh area muka
15. Tidak bersalaman dengan pasien atau dengan tenaga kesehatan lainnya

6
16. Jika pasien cukup mandiri dan tidak ada hendaya kognitif, cukup pasien saja yang
masuk ke ruang praktek. Jika pasien tidak mandiri atau memiliki hendaya kognitif,
maka pasien hanya boleh didampingi satu orang pengantar yang wajib menggunakan
masker bedah.
17. Memperlakukan APD bekas pakai sesuai dengan prosedur yang berlaku dan
mengikuti langkah-langkahnya dengan tepat
18. Neurolog yang telah berusia lebih dari 60 tahun dan atau memiliki komorbid atau
resiko tinggi terhadap perburukan pada infeksi Covid-19 (diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit jantung, penyakit gangguan pernafasan dan imunitas rendah)
sebaiknya melakukan pekerjaan dari rumah.
19. Apabila dalam 1 RS terdapat beberapa neurolog, maka hendaknya dilakukan
pengaturan jam kerja secara bergantian. Neurolog yang masih harus melakukan
kegiatan dinas malam, maka hendaknya tidak bertugas pada hari setelah tugas jaga.

II.2. Pelayanan di unit rawat jalan


Pada umumnya RS atau pusat pelayanan kesehatan lainnya (misal puskesmas) di
Indonesia telah menerapkan sistem penapisan untuk semua pasien yang datang untuk
mendapatkan layanan kesehatan, sehingga pasien yang memiliki gejala demam dan atau
gangguan pernapasan akan ditapis dan dipisahkan di ruangan tersendiri. Sehingga
rekomedasi penggunaan APD berikut ini disesuaikan dengan kelompok pasien pasca
penapisan.

1. Pasien yang tidak memiliki gejala demam dan atau gangguan pernapasan
a. Jika pemeriksaan neurologis dapat menghindari membuka mulut maka APD
yang digunakan masker bedah, sarung tangan non steril, dan cap atau penutup
kepala.
b. Jika pemeriksaan neurologis yang dilakukan mengharuskan untuk meminta
pasien membuka mulut atau melakukan tindakan yang menimbulkan aerosol
maka gunakan masker N95, sarung tangan non steril, goggle/faceshield, cap
atau penutup kepala.
c. Untuk tindakan neurodiagnostik yang membuat operator berada dekat dengan
area kepala pasien (<1meter) untuk waktu yang cukup lama, neurolog dan

7
asisten yang membantu tindakan menggunakan masker N95, goggle/
faceshield dan sarung tangan non steril dan cap atau penutup kepala.
d. Setiap kali selesai melayani 1 pasien, ganti sarung tangan, cuci tangan dan
bersihkan area sekitar dengan desinfektan.

2. Pasien yang memiliki gejala demam dan atau gangguan pernapasan


a. Neurolog menggunakan APD lengkap yang terdiri dari cover all atau jubah,
sarung tangan non steril, masker N95, penutup kepala, goggle/ face shield dan
pembungkus sepatu
b. Prosedur memakai dan melepas sesuai dengan rekomendasi Kementrian
Kesehatan dan WHO

Apabila pelayanan neurologi dilakukan di tempat praktek pribadi yang tidak memiliki
sistem penapisan seperti di RS, maka neurolog menggunakan APD lengkap seperti butir
II.2.2.b

II.3. Pelayanan di rawat inap


1. Jika pemeriksaan neurologis dapat menghindari membuka mulut maka APD yang
digunakan gunakan masker bedah, sarung tangan non steril, dan cap atau penutup
kepala
2. Jika pemeriksaan neurologis yang dilakukan mengharuskan untuk meminta pasien
membuka mulut atau melakukan tindakan yang menimbulkan aerosol maka gunakan
masker N95, sarung tangan non steril, goggle/faceshield dan cap atau penutup kepala
3. Jika dalam perawatan diketahui bahwa pasien yang sedang dirawat adalah PDP dan
belum dapat dipindahkan ke ruang perawatan Covid-19, maka selama visite neurolog
menggunakan APD lengkap seperti disebut pada butir II.2.2.b

II.4. Pelayanan di instalasi gawat darurat


1. Jika neurolog harus memberikan pelayanan di IGD zona merah maka menggunakan
APD lengkap yang terdiri dari cover all atau jubah, sarung tangan non steril, masker
N95, penutup kepala, goggle/ face shield dan pembungkus sepatu
2. Prosedur memakai dan melepas sesuai dengan rekomendasi Kementrian Kesehatan
dan WHO

8
3. Jika pelayanan dilakukan di selain zona merah di IGD, maka APD menyesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku di IGD

II.5. Pelayanan di ruang isolasi (yang merawat kasus konfirmasi Covid-19)


1. Jika neurolog memutuskan harus melakukan pemeriksaan langsung pada pasien
konfirmasi Covid-19 maka APD yang digunakan mengikuti rekomendasi dari
Kementrian Kesehatan, berupa sarung tangan, coverall atau jubah, masker N95,
goggle/faceshield, penutup kepala, apron dan sarung tangan kedua dengan manset
yang lebih panjang
2. Jika perlu melakukan pemeriksaan neurologis, lakukan dengan singkat dan hanya
pemeriksaan prioritas saja.
3. Hindari melakukan tindakan yang memprovokasi batuk
4. Prosedur memakai dan melepas APD sesuai dengan rekomendasi Kementrian
Kesehatan dan WHO

II.6. Tindakan Pungsi Lumbal


1. Tindakan pungsi lumbal hanya dilakukan pada kegawatdaruratan atau yang dapat
memberikan jawaban definitif untuk penegakan diagnosis dan tatalaksana yang sangat
mempengaruhi luaran pasien
2. Lumbal pungsi dilakukan di ruang tindakan atau kamar operasi, sesuai indikasi dan
kebijakan masing-masing institusi
3. Operator dan asisten operator menggunakan jubah steril, masker N95, sarung tangan
steril, goggle/ faceshield, cap (penutup kepala) dan pembungkus sepatu
4. Pasien sebaiknya menggunakan masker bedah selama tindakan
5. Apabila pasien gelisah, sebaiknya gunakan sedasi untuk mempercepat proses pungsi
lumbal

9
III. Rekomendasi untuk mengurangi jumlah kunjungan atau konsultasi tatap muka
Mengingat banyaknya kasus neurologi yang bersifat kronik, maka tak jarang pasien datang ke
pusat layanan kesehatan hanya untuk mengambil obat meskipun secara klinis kondisinya stabil.
Selain itu banyak juga kasus neurologi yang pengobatannya menggunakan agen
imunosupresan seperti kasus Miastenia Gravis, CIDP, Multipel Sklerosis, Neuromyelitis optika
dan lain lain. Kelompok pasien yang merupakan kelompok rentan ini hendaknya tidak
berkunjung ke RS kecuali untuk kasus emergensi. Untuk itu beberapa strategi yang dapat
dilakukan:
1. Peresepan obat rutin untuk pasien penyakit kronik dapat diberikan sekaligus 2 bulan
2. Pengambilan obat untuk pasien dengan imunosupresan dan kelompok resiko tinggi lainnya
diperkenankan dilakukan oleh keluarga pasien (disesuaikan dengan aturan di masing-
masing institusi)
3. Memberikan pelayanan telekonsultasi neurologi (akan diatur tersendiri) dengan
mengaktifkan Perdossi Cabang untuk menyelenggarakan kegiatan teleneurologi yang akan
didukung oleh PP Perdossi. Kegiatan teleneurologi dapat menjadi bagian dari kegiatan
pengabdian masyarakat bagi para penyelenggaranya.
4. Memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya physical distancing, hand hygiene
dan kapan perlu dilakukan isolasi mandiri
5. Pedoman untuk pasien neurologi dengan kondisi khusus akan diatur tersendiri

IV. Rekomendasi terkait dukungan Neurologi pada gerakan dokter semesta


1. Neurolog Indonesia perlu mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan Covid 19
2. PERDOSSI bekerjasama dengan IDI dan perhimpunan lain akan mengadakan pelatihan
pelayanan Covid-19 untuk neurolog secara rutin secara daring
a. Teleedukasi Covid-19 akan diselenggarakan secara berkala
b. Perdossi Cabang bergantian menjadi penyelenggara dan dapat diikuti oleh seluruh
anggota Perdossi di Indonesia
c. Masing-masing cabang dapat melakukan kegiatan teleedukasi mandiri diluar
kegiatan yang bersifat nasional seperti disebut pada butir IV.2b.

10
V. Rekomendasi kegiatan surveillance
1. Perdossi Cabang berkewajiban melaporkan semua anggotanya yang memiliki status
OTG, ODP, PDP maupun terkonfirmasi Covid-19 secara berkala (setiap minggu).
2. Pelaporan dilakukan dengan mengisi formulir yang telah dipersiapkan oleh tim Satgas
Covid-19 PP PERDOSSI (lihat Lampiran)

11
Daftar Pustaka

1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona virus disease (COVID-19). Direktorat Jendral
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Maret 2020
2. Handbook of Covid-19 Prevention and Treatment. Zhejiang University School. 2020
3. Petunjuk Pencegahan Penularan COVID-19 Untuk Petugas Kesehatan Edisi I. Edaran PB-IDI.
Maret 2020
4. Jin H, Hong C, Chen S, et al. Consensus for prevention and management of coronavirus disease
2019 (COVID-19) for neurologists. Stroke & Vascular Neurology 2020;0. doi:10.1136/svn-2020
000382.
5. Rational use of personal protective equipment (PPE) for coronavirus disease (COVID-19). Interim
Guidance. World Health Organization. March 2020
6. Surat Keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Tentang Fatwa Etik Kedokteran, Kebijakan
Kesehatan dan Penelitian Dalam Konteks Pandemi Covid-19

12
Lampiran 1
Tatacara memakai dan melepaskan APD

13
Lampiran 2
Jenis Alat Pelindung Diri (APD) Neurolog berdasarkan tempat kerja dan aktivitas

Lokasi Aktivitas Tipe APD


Ruang rawat inap Pemeriksaan neurologis tidak Pakaian dan sepatu kerja
perlu membuka mulut Masker bedah
Sarung tangan
Penutup kepala
Pemeriksaan membutuhkan Pakaian dan sepatu kerja
membuka mulut pasien atau Masker N95
menimbulkan aerosol Goggle/faceshield
Sarung tangan
Penutup kepala
Ruang Rawat Jalan
Ruang konsultasi Pemeriksaan neurologis tidak Pakaian dan sepatu kerja
Pasien sudah ditapis dan perlu membuka mulut Masker bedah
tidak memiliki gejala Sarung tangan
demam ataupun Penutup kepala
gangguan pernapasan Pemeriksaan membutuhkan Pakaian dan sepatu kerja
membuka mulut pasien atau Masker N95
menimbulkan aerosol Goggle/faceshield
Sarung tangan
Penutup kepala
Pemeriksaan neurodiagnostik Pakaian dan sepatu kerja
Masker N95
Sarung tangan
Penutup kepala
Goggle/faceshield
Ruang konsultasi Pakaian dan sepatu kerja
Pasien belum ditapis Masker N95
Sarung tangan
Penutup kepala
Cover all atau jubah
Goggle/faceshield
Apron
IGD zona merah Pakaian dan sepatu kerja
Masker N95
Sarung tangan
Penutup kepala
Cover all atau jubah
Goggle/faceshield
Apron
Ruang isolasi perawatan Pakaian dan sepatu kerja
kasus konfirmasi Covid-19 Masker N95
Sarung tangan
Penutup kepala
Cover all atau jubah
Goggle/faceshield
Apron
Penutup sepatu

14
Lampiran 3

Format pelaporan mingguan survailence Perdossi cabang

Tanggal pelaporan
Nama pelapor
Perdossi Cabang
Email
No. HP
Jumlah OTG
Jumlah ODP
Jumlah PDP ringan
Jumlah PDP sedang
Jumlah PDP berat
Jumlah PDP Meninggal
Konfirmasi Covid-19
Dalam pemantauan
Selesai pemantauan

No. Nama dokter yang menjadi kasus Status Lokasi dokter Nama RS yang
SpS/PPDS terkena merawat

*Akan diinformasikan link daring untuk kedua formulir ini

15

Anda mungkin juga menyukai