Assalamualaikum wr wb.
Pandemi COVID-19 yang dimulai pada akhir 2019 telah menciptakan kecemasan dan kebingungan secara
luas di seluruh dunia. Masyarakat medis dan non-medis dituntut untuk dapat beradaptasi secara cepat
dengan berbagai perubahan dalam prosedur perawatan kesehatan untuk meminimalkan efek pandemi ini.
Buku ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi kepada penyedia layanan kesehatan khususnya dokter
spesialis neurologi di Indonesia sehubungan dengan mengobati kasus yang dapat terkait dengan COVID-
19, sehingga dapat meminimalkan risiko penyebaran penyakit sambil tetap mempertahankan tingkat
layanan yang tinggi.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan pedoman ini, saya sampaikan terima
kasih. Kami sadari buku rekomendasi ini tidaklah sempurna. Buku ini diharapkan dapat menjadi buku
komplemen buku-buku pedoman penanganan wabah COVID-19 lainnya dengan mempertimbangkan
kondisi masing-masing tempat kerja sejawat sekalian.
Mari kita merapatkan barisan dan memohon perlindungan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa dalam
menjalankan tugas kita.
Waalaikumsalam wr wb
2
Penasehat
Tim Penyusun
3
Daftar Isi
I. Pendahuluan.......................................................................................................................................... 5
II. Rekomendasi penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk pelayanan Neurologi .............................. 6
II.5. Pelayanan di ruang isolasi (yang merawat kasus konfirmasi Covid-19) ........................................... 9
III. Rekomendasi untuk mengurangi jumlah kunjungan atau konsultasi tatap muka ............................... 10
Lampiran 1 .................................................................................................................................................. 13
Lampiran 2 .................................................................................................................................................. 14
Lampiran 3 .................................................................................................................................................. 15
4
I. Pendahuluan
Covid-19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang termasuk
dalam keluarga besar virus corona. Covid-19 merupakan penyakit jenis baru yang menyerang
paru-paru dan saluran pernafasan. Tanda dan gejala umum infeksi Covid-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6
hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020,
dilaporkan total kasus konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (case fatality rate (CFR)
4,4%) di mana kasus dilaporkan di 192 negara/wilayah. Di antara kasus tersebut, sudah ada
beberapa petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi bahkan meninggal dunia termasuk
neurolog di Indonesia.
Pasien neurologi tidak jarang yang memiliki komorbid atau resiko tinggi terhadap infeksi
Covid-19, seperti pasien dengan usia lanjut, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, gangguan
pernapasan dan menggunakan imunosupresan jangka panjang. Pembatasan kunjugan hanya
pada kasus kegawatdaruratan menjadi sangat penting untuk mencegah penularan infeksi.
Edukasi terkait physical distancing, hand hygiene dan karantina mandiri juga menjadi sangat
perlu disampaikan kepada setiap pasien.
Oleh karenanya Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia merasa terpanggil untuk
merumuskan rekomendasi terkait pandemi Covid-19 ini untuk mendukung pemutusan rantai
penularan dan melindungi para neurolog maupun pasien neurologi di Indonesia.
5
II. Rekomendasi penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk pelayanan Neurologi
6
16. Jika pasien cukup mandiri dan tidak ada hendaya kognitif, cukup pasien saja yang
masuk ke ruang praktek. Jika pasien tidak mandiri atau memiliki hendaya kognitif,
maka pasien hanya boleh didampingi satu orang pengantar yang wajib menggunakan
masker bedah.
17. Memperlakukan APD bekas pakai sesuai dengan prosedur yang berlaku dan
mengikuti langkah-langkahnya dengan tepat
18. Neurolog yang telah berusia lebih dari 60 tahun dan atau memiliki komorbid atau
resiko tinggi terhadap perburukan pada infeksi Covid-19 (diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit jantung, penyakit gangguan pernafasan dan imunitas rendah)
sebaiknya melakukan pekerjaan dari rumah.
19. Apabila dalam 1 RS terdapat beberapa neurolog, maka hendaknya dilakukan
pengaturan jam kerja secara bergantian. Neurolog yang masih harus melakukan
kegiatan dinas malam, maka hendaknya tidak bertugas pada hari setelah tugas jaga.
1. Pasien yang tidak memiliki gejala demam dan atau gangguan pernapasan
a. Jika pemeriksaan neurologis dapat menghindari membuka mulut maka APD
yang digunakan masker bedah, sarung tangan non steril, dan cap atau penutup
kepala.
b. Jika pemeriksaan neurologis yang dilakukan mengharuskan untuk meminta
pasien membuka mulut atau melakukan tindakan yang menimbulkan aerosol
maka gunakan masker N95, sarung tangan non steril, goggle/faceshield, cap
atau penutup kepala.
c. Untuk tindakan neurodiagnostik yang membuat operator berada dekat dengan
area kepala pasien (<1meter) untuk waktu yang cukup lama, neurolog dan
7
asisten yang membantu tindakan menggunakan masker N95, goggle/
faceshield dan sarung tangan non steril dan cap atau penutup kepala.
d. Setiap kali selesai melayani 1 pasien, ganti sarung tangan, cuci tangan dan
bersihkan area sekitar dengan desinfektan.
Apabila pelayanan neurologi dilakukan di tempat praktek pribadi yang tidak memiliki
sistem penapisan seperti di RS, maka neurolog menggunakan APD lengkap seperti butir
II.2.2.b
8
3. Jika pelayanan dilakukan di selain zona merah di IGD, maka APD menyesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku di IGD
9
III. Rekomendasi untuk mengurangi jumlah kunjungan atau konsultasi tatap muka
Mengingat banyaknya kasus neurologi yang bersifat kronik, maka tak jarang pasien datang ke
pusat layanan kesehatan hanya untuk mengambil obat meskipun secara klinis kondisinya stabil.
Selain itu banyak juga kasus neurologi yang pengobatannya menggunakan agen
imunosupresan seperti kasus Miastenia Gravis, CIDP, Multipel Sklerosis, Neuromyelitis optika
dan lain lain. Kelompok pasien yang merupakan kelompok rentan ini hendaknya tidak
berkunjung ke RS kecuali untuk kasus emergensi. Untuk itu beberapa strategi yang dapat
dilakukan:
1. Peresepan obat rutin untuk pasien penyakit kronik dapat diberikan sekaligus 2 bulan
2. Pengambilan obat untuk pasien dengan imunosupresan dan kelompok resiko tinggi lainnya
diperkenankan dilakukan oleh keluarga pasien (disesuaikan dengan aturan di masing-
masing institusi)
3. Memberikan pelayanan telekonsultasi neurologi (akan diatur tersendiri) dengan
mengaktifkan Perdossi Cabang untuk menyelenggarakan kegiatan teleneurologi yang akan
didukung oleh PP Perdossi. Kegiatan teleneurologi dapat menjadi bagian dari kegiatan
pengabdian masyarakat bagi para penyelenggaranya.
4. Memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya physical distancing, hand hygiene
dan kapan perlu dilakukan isolasi mandiri
5. Pedoman untuk pasien neurologi dengan kondisi khusus akan diatur tersendiri
10
V. Rekomendasi kegiatan surveillance
1. Perdossi Cabang berkewajiban melaporkan semua anggotanya yang memiliki status
OTG, ODP, PDP maupun terkonfirmasi Covid-19 secara berkala (setiap minggu).
2. Pelaporan dilakukan dengan mengisi formulir yang telah dipersiapkan oleh tim Satgas
Covid-19 PP PERDOSSI (lihat Lampiran)
11
Daftar Pustaka
1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona virus disease (COVID-19). Direktorat Jendral
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Maret 2020
2. Handbook of Covid-19 Prevention and Treatment. Zhejiang University School. 2020
3. Petunjuk Pencegahan Penularan COVID-19 Untuk Petugas Kesehatan Edisi I. Edaran PB-IDI.
Maret 2020
4. Jin H, Hong C, Chen S, et al. Consensus for prevention and management of coronavirus disease
2019 (COVID-19) for neurologists. Stroke & Vascular Neurology 2020;0. doi:10.1136/svn-2020
000382.
5. Rational use of personal protective equipment (PPE) for coronavirus disease (COVID-19). Interim
Guidance. World Health Organization. March 2020
6. Surat Keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Tentang Fatwa Etik Kedokteran, Kebijakan
Kesehatan dan Penelitian Dalam Konteks Pandemi Covid-19
12
Lampiran 1
Tatacara memakai dan melepaskan APD
13
Lampiran 2
Jenis Alat Pelindung Diri (APD) Neurolog berdasarkan tempat kerja dan aktivitas
14
Lampiran 3
Tanggal pelaporan
Nama pelapor
Perdossi Cabang
Email
No. HP
Jumlah OTG
Jumlah ODP
Jumlah PDP ringan
Jumlah PDP sedang
Jumlah PDP berat
Jumlah PDP Meninggal
Konfirmasi Covid-19
Dalam pemantauan
Selesai pemantauan
No. Nama dokter yang menjadi kasus Status Lokasi dokter Nama RS yang
SpS/PPDS terkena merawat
15