PENDAHULUAN
1
sebanyak 12% pada usia 6 tahun dan 84 % pada usia 16-18 tahun. Angka yang
sama juga dijumpai di Singapura dan Jepang.1
Di Indonesia, gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi dengan
prevalensi sebesar 22,1% juga menjadi masalah yang cukup serius. Sementara
10% dari 66 juta anak usia sekolah (5-19 tahun) menderita kelainan refraksi.
Sampai saat ini angka pemakaian kacamata koreksi masih sangat rendah,
yaitu 12,5% dari prevalensi. Apabila keadaan ini tidak ditangani secara
menyeluruh, akan terus berdampak negatif terhadap perkembangan
kecerdasan anak dan proses pembelajarannya, yang selanjutnya juga
mempengaruhi mutu, kreativitas, dan produktivitas angkatan kerja. Dan
masih belum banyak lagi penelitian mengenai prevalensi kelainan refraksi di
Indonesia.3