Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

TUMOR INTRAABDOMEN e.c TUMOR CAECUM dd


ABSES APPENDIKULAR
ASITES
HIPOALBUMINEMIA
ARIANA
I1011131032
Pembimbing :
dr. RANTI WALUYAN
PENDAHULUAN
Keganasan pada GI
Kanker Kolon tersering

WHO  lebih dari 940,000


Penyebab kematian no 2
kasus baru
di negara berkembang
kematian 500,000 kasus/tahun

Insiden karsinoma kolon di Perkembangan teknologi


Indonesia cukup tinggi demikian  kesembuhan 50%
juga angka kematiannya bahklan bisa dicegah
IDENTITAS PASIEN

NAMA Tn. A

USIA 50 tahun

JENIS KELAMIN Laki-laki

TANGGAL LAHIR 12 April 1968

TANGGAL MASUK RS 3 November 2017


PRIMARY SURVEY
• Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah
Obstruksi benda asing (-), stridor (-), gargling (-), tidak terdapat tanda
AIRWAY trauma pada leher dan wajah
Airway clear
Napas spontan, simetris, RR = 20 x/menit, SND vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
BREATHING wheezing (-/-), tidak terdapat jejas, perkusi sonor, saturasi oksigen 97%.
Breathing clear

Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 75 x/menit, CRT < 2 detik.


CIRCULATION
Circulation clear

DISABILIT
GCS = 15, E4V5M6, kesadaran komposmentis, pupil isokor, CA (+/+), SI (-/-)
Y

EXPOSUR Suhu tubuh 37,8˚C, akral hangat, tidak terdapat jejas, GDS 149 mg/dl,
E edema di keempat ekstremitas
SECONDARY SURVEY
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan
sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Nyeri disertai benjolan
yang dirasakan semakin membesar. BAB cair sejak 3 bulan
yang lalu, darah (-), lendir (-). Mual (-), muntah (-), demam (-
). Pasien mengalami kesulitan berjalan sejak 10 hari yang
lalu, tangan dan kaki dirasakan bengkak sejak 1 bulan.
Perut terasa kembung sejak 6 bulan sebelum masuk RS.
Pasien juga mengeluhkan berat badan turun sejak 6 bulan
terakhir.
Pasien merupakan pasien rujukan dari RSUD Sambas
dengan diagnosis sirosis hepatis dan massa intra abdomen
kanan bawah dan dirawat sudah selama 10 hari. Di RSUD
Sambas pasien sudah mendapat transfusi PRC sebanyak 2
kantong (500 cc). Selain itu, di RSUD Sambas juga pasien sudah
diberi obat paracetamol 3x500 mg, ketorolac 3x30 mg, ondansetron
2x4 mg,ranitidin 2x50 mg.
Riwayat penyakit dahulu seperti DM dan hipertensi disangkal.
PEMERIKSAAN UMUM
• Kesadaran : Compos Mentis, GCS
E4V5M6
• Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• Denyut Nadi : 75 kali/menit
• Frekuensi Napas : 20 kali/menit
• Suhu : 37,8˚C
• SpO2 : 97%
STATUS GENERALIS
• Kepala : Normocephal, jejas (-)
• Mata : Pupil isokor, konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik (-/-)
• Leher : Perbesaran KGB (-), deviasi trakea (-),
• Thorax : COR S1 S2 regular, murmur (-) gallop (-),
PULMO suara napas vesikular (+/+), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
• Abdomen : Cembung, undulasi (+), shiffting dullness (+),
bising usus (+), nyeri tekan (+) et regio inguinal
dan regio hipokondrium dextra, psoas sign (+),
obturator sign (+).
• Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (+)
pada keempat ekstremitas.

Rectal Toucher
Teraba massa pada pukul 7-9, nyeri tekan (+), lendir (+), darah (+)
STATUS LOKALIS
• Abdomen : Teraba massa et regio iliaka
dextra, massa berbatas tegas,
konsistensi keras, permukaan licin,
berukuran diameter 15 cm.
• Ekstremitas : pitting edema di keempat
ekstremitas.
LABORATORIUM DARAH
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hemoglobin 11,5 g/dl 13,2-17,3 g/dl

Jumlah Leukosit 7.200/ µl 3.800-10.600/µl


Jumlah Trombosit 295.000/ µl 150.000-440.000/ µl

Hematokrit 34,4% 40-52%


Jumlah Eritrosit 4,10 x106/ µl 4,4-5,9 x106/ µl
Ureum 20,6 mg/dl 0,7-1,5 mg/dl
Creatinin 0,6 mg/dl 10-50 mg/dl
Golongan Darah A
HIV Non-Reaktif
HbsAg Non-Reaktif
Bilirubin Total 0,5 mg/dl
Bilirubin Direk 0,2 mg/dl <0,25 mg/dl
Bilirubin Indirek 0,3 mg/dl
Albumin 1,82
SGOT 24 U/L 3-35 U/L
SGPT 19,7 U/L 8-33 U/L
Gula Darah Sewaktu 138 mg/dl 74-139 mg/dl
EKG

Kesan :
Irama sinus dengan HR 68 kali/menit
USG ABDOMEN
CT SCAN ABDOMEN
CT SCAN ABDOMEN
CT SCAN ABDOMEN
KESAN
• Ascites luas
• Efusi pleura bilateral
• Massa cenderung berasal dari bowel di regio
abdomen kanan bawah dengan udara dan
cairan didalamnya DD/ abses.
DIAGNOSIS KERJA
• Tumor intraabdomen e.c susp. Tumor caecum
dd/ abses appendikular
• Asites
• Hipoalbuminemia
TATALAKSANA
• Konsul spesialis bedah
• Pasang DC
• IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
• Inj. Ceftriaxone 1gram/12 jam
• Inf. Metronidazole 500 mg/8 jam
• Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam (jika nyeri)
• Pro CT Scan abdomen dengan kontras jika
Ureum/Creatinin normal
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad malam
• Quo ad functionam : dubia ad malam
• Quo ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR INTRAABDOMEN
• Tumor empedu • Tumor pankreas
– Ganas: Tumor ganas saluran empedu • Jinak : Kista
– Tumor ganas kandung empedu • Ganas : Adenokarsinoma pankreas
• Tumor hati • Tumor colon
• Tumor jinak kolon : Polyp
– Jinak : Adenoma, hemangioma,
kolangioma, hiperplasia noduler fokal • Tumor ganas kolon : Ca kolon sigmoid
– Ganas : Karsinoma hepatoseluler • Tumor ovarium
• Tumor gaster • Tumor ginjal
Tumor gaster dibagi menjadi dua • Jinak : Hamartoma, kista soliter
kelompok, yaitu : • Ganas : Tumor grawitz dan tumor
• Tumor Jinak Gaster wilms
– Epitel Polip epitel • Tumor ureter
– Non epitel/mesenkim yang dapat • Tumor primer retroperitoneum
berbentuk adenomatosa hiperplastikenkim • Jinak : lipoma, limfangioma, fibroma,
leiomioma, fibroma, tumor neurogenik, leiomyoma, hemangioma, desmoid dan
dan lipoma feokromositoma.
• Tumor Ganas Gaster • Ganas : limfoma malignum, liposarkoma,
dan fibrosarkoma
– Epitel Adenokarsinoma
– Non epitel Limfoma/limfosarkoma, • Tumor limpa
leiomiosarkoma
TUMOR CAECUM
Salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus menyerang bagian
sekum yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak terkendali

Etiologi Patofisiologi

 Konsumsi alkohol  Fase 1  fase karsinogen yang


 Usia bersifat rangsangan
 Diabetes  Fase 2  fase pertumbuhan
 Makanan yang mengandung tumor tetapi belum
lemak tinggi, kolesterol, dan menimbulkan keluhan
makanan rendah serat  Fase 3  timbulnya keluhan
 Genetik dan gejala yang nyata
 Penyakit peradangan usus
 Kurang olahraga
TUMOR CAECUM
• Anamnesis  BAB berdarah, merah segar, berlendir dan berbau disertai
gangguan kebiasaan BAB (diare selama beberapa hari yang disusul konstipasi
selama beberapa hari). Nyeri pada saat BAB, tenesmus, dan pada kasus yang lebih
lanjut ileus obstruksi.
• Pemeriksaan Fisik  Dipastikan dengan pemeriksaan colok dubur. Teraba
tumor berbenjol, rapuh, tukak, mudah berdarah. Bila letaknya rendah (2/3 bawah)
dapat dicapai dengan baik, bila letaknya tinggi (1/3 atas) biasanya tidak dapat
diraba.
• Pemeriksaan penunjang
 Proktosigmoidoskopi
 Sistoskopi
 Barium colon in loop
 Biopsi
TATALAKSANA TUMOR CAECUM
1. Pembedahan
Hemikolektomi

2. Obat Sitostatika
 Inoperabel
 Operabel tetapi ada metastasis ke
kelenjar limfe regional, telah menembus
tunika muskularis propria atau telah
dioperasi kemudian residif kembali

 Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari


intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36
(siklus sekali 5 minggu) dengan total 6
siklus.
ABSES APPENDIKULAR
Kumpulan pus yang terletak di area peri-apendikular (fossa illiaca kanan) yang
merupakan akibat lanjutan dari apendisitis dan perforasinya
ABSES APPENDIKULAR

Tanda dan Gejala

 Nyeri perut pada fosa iliaca kanan


 Terbentuk massa yang lembut atau
empuk bila disentuh pada fossa
illiaca kanan
 Demam
 Gangguan miksi
ASITES
Penimbunan cairan yang abnormal di rongga peritoneum, dapat disebabkan
oleh berbagai penyakit, terutama adalah sirosis hati dan hipertensi porta

Anamnesis Pemeriksaan Fisik

 Pertambahan ukuran lingkar perut


 Adanya kelainan/gangguan di hati
 Konsumsi alkohol, adanya riwayat
dapat dilihat dari jaundice, eritema
hepatitis, penggunaan obat intravena,
palmaris atau spider angioma
lahir/hidup di lingkungan endemik
 Adanya hepatosplenomegali pada saat
hepatitis, riwayat keluarga, dll
dipalpasi
 Obesitas, hiperkolesterolemia, diabetes
 Shifting dullnes, pudle sign
melitus tipe 2, atau penyakit-penyakit
 Peningkatan tekanan vena jugularis
yang dapat berkembang menjadi sirosis
Tatalaksana Asites
• Tirah baring untuk memperbaiki efektifitas
diuretika.
• Diet rendah garam ringan sampai sedang untuk
membantu diuresis.
• Pemberian diuretika yang bekerja sebagai
antialdosteron, misalnya spironolakton.
• Terapi parasentesis
• Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari
terjadinya asites seperti penyakit hati
HIPOALBUMINEMIA
Hipoalbuminemia adalah kadar albumin yang
rendah/dibawah nilai normal atau keadaan dimana kadar
albumin serum < 3,5 g/dL

Penyebab

Masukan protein yang rendah, pencernaan atau


absorbsi protein yang tak adekuat dan peningkatan
kehilangan protein yang dapat ditemukan pada
pasien dengan kondisi medis kronis dan akut
Terapi Hipoalbuminemia
Albumin intravena

Diet tinggi albumin  ekstra putih telur, atau


ekstrak albumin dari bahan makanan yang
mengandung albumin dalam kadar yang
cukup tinggi
PEMBAHASAN
• Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak 1 bulan yang lalu  keluhan sudah kronis.
Lokasi nyeri menunjukkan organ yang menjadi
penyebab rasa sakit. Pada pasien mengeluhkan kanan
bawah maka bisa berasal dari appendiks, ginjal, usus
halus maupun besar. Namun pada pasien ini terdapat
keluhan tambahan yaitu adanya benjolan yang terasa
semakin membesar, perut terasa kembung, serta
adanya penurunan BB sejak 6 bulan terakhir.
• Dari anamnesis didapatkan adanya kecurigaan ke arah
massa intra abdomen. Untuk mengetahui jenis dan
lokasi massa secara spesifik diperlukan tindakan lebih
lanjut .
• Dari pemeriksaan fisik umum didapatkan perut berbentuk
cembung, shiffting dullness (+), nyeri tekan et regio inguinal
dan regio hipokondrium dextra. Kemudian dilakukan RT
didapatkan hasil teraba massa pada pukul 7-9, nyeri tekan (+),
lendir (+), darah (+).
• Pada pemeriksaan ini mengarahkan adanya massa
intraabdomen yang menyebabkan pasien mengeluh sakit
perut. Massa teraba pada RT menunjukkan bahwa massa
terletak pada kolorektal.
• Selanjutnya bisa dilakukan Barium Enema, Digital rectal
examination (DRE), atau Double Contrast Barium
Enema(DCBE). Pada pemeriksaan sigmoidescopy, langsung
dilakukan juga pengambilan jaringan yang diperiksa untuk
diperiksa histopatologis jaringannya, guna mendirikan
diagnosis pasti. setelah didiagnosis, dilakukan penentuan
stadium untuk memberikan penatalaksanaan yang tepat.
• Dari hasil pemeriksaan darah didapatkan pasien
mengalami hipoalbuminemia dengan kadar albumin
1,82 g/dl.
• Keadaan hipoalbumin ini bisa disebabkan oleh
masukan protein yang rendah, pencernaan atau
absorbsi protein yang tak adekuat dan peningkatan
kehilangan protein yang dapat ditemukan pada pasien
dengan kondisi medis kronis dan akut.
• Keadaan hipoalbumin ini juga bisa menyebabkan
keempat ekstremitas pasien menjadi bengkak (pitting
edema).
• Pada pasien ini sudah dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut berupa USG dan CT Scan abdomen
• Dari hasil pemeriksaan USG abdomen dan CT
Scan abdomen didapatkan Ascites luas, Efusi
pleura bilateral, Massa cenderung berasal dari
bowel di regio abdomen kanan bawah dengan
udara dan cairan didalamnya DD/ abses.
• Dari hasil pemeriksaan diatas, maka lebih
menunjang arah diagnostik.
KESIMPULAN
• Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien didapatkan diagnosa (1) tumor
intraabdominal e.c tumor caecum dengan
diagnosis banding abses appendikular, (2) asites,
(3) hipoglikemia.
• Tatalaksana yang diberikan pada pasien berupa
pemasangan kateter urin, pemberian cairan,
pemberian antibiotik, dan anti nyeri (analgetik).

Anda mungkin juga menyukai