Anda di halaman 1dari 19

BORANG PORTOFOLIO KASUS MEDIK

No. ID dan Nama Peserta : dr. Bella Anggraeni Sari


No. ID dan Nama Wahana : RS TK.II Pelamonia Makassar
Topik : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra
Tanggal (kasus) : 09 Mei 2019
Nama Pasien : Tn. A No. RM : 65 08 60
Tanggal Presentasi : 29/ Juli 2019 Pendamping: dr. Asniwati A. Malkab
Tempat Presentasi : RS TK.II Pelamonia Makassar
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Pasien laki-laki (lansia), usia 56 tahun, di bawa oleh keluarganya dengan keluhan
benjolan di selangkangan kiri, tidak nyeri serta memberat ± 2 minggu yang lalu.
Tujuan: Mendiagnosa pasien Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel dan memberikan
penanganannya
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien: Nama: Tn. A No.Registrasi: 65 08 60


Nama klinik RS TK.II Pelamonia Makassar
Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis/gambaran klinis: Pasien laki-laki usia 56 tahun, dibawa oleh
keluarganya dengan keluhan benjolan pada selangkangan k iri dialami sejak ± 1
tahun yang lalu, awalnya muncul benjolan di daerah selangkangan kiri atas sebesar biji
kemiri yang dapat didorong masuk. Benjolan memberat dan mulai menonjol 2 minggu
yang lalu dan dapat sampai ke scrotum. Benjolan bisa keluar masuk. Benjolan keluar dan
membesar terutama bila pasien beraktivitas dan mengejan. Dan benjolan dapat masuk
bila pasien berbaring. Nyeri (-), demam (-), mual (-), muntah (-)
BAB: Biasa, kuning BAK: lancar, kuning
1. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya : (Tidak ada)
2. Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga : (Tidak ada)
3. Lain-lain: Riwayat sering mengangkat beban berat (+)
Riwayat trauma (Tidak ada)
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (Tidak ada)
Riwayat berobat berobat sebelumnya (Tidak ada)

Daftar pustaka
1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 1st January 2011 Available at
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey, David. Hernias .2007.on 1st January 2011 Available
athttp://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
6. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2004;hal. 523-38
7. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005.on 1st January 2011 Available
athttp://www.webmed.com
8. Inguinal hernia. Accesed on 1st January 2011 Available at
http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms
9. Doherty GM. 2006. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current Surgical
Diagnosis and Treatment. Twelfth edition. New York. Mc Graw-Hill. 765-777
10. Inguinal hernia.Accesed on 1st January 2011 Available at
http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/
11. Inguinal hernia.Accesed on 1st January 2011 Available at
http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia
12. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB
Saunders Company. 795-801
13. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO.
151-156.
14. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. Volume 1. Tenth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel
2. Penanganan Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel
3. Edukasi pasien dengan Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:
Pasien laki-laki usia 56 tahun, dibawa oleh keluarganya dengan keluhan
benjolan pada selangkangan kiri dialami sejak ± 1 tahun yang lalu, awalnya muncul
benjolan di daerah selangkangan kiri atas sebesar biji kemiri yang dapat didorong masuk.
Benjolan memberat dan mulai menonjol 2 minggu yang lalu dan dapat sampai ke
scrotum. Benjolan bisa keluar masuk. Benjolan keluar dan membesar terutama bila
pasien beraktivitas dan mengejan. Dan benjolan dapat masuk bila pasien berbaring. Nyeri
(-), demam (-), mual (-), muntah (-)
BAB: Biasa, kuning
BAK: lancar, kuning

2. Obyektif:
 Status Generalis
Sakit sedang/gizi baik/composmentis
Status Vitalis
Tekanan Darah : 160/100mmHg
Nadi : 93 x/menit
Pernafasan : 21 x/menit
Suhu : 36, 5oC

Kepala
Mata : anemis (-), ikterus (-),pupil bulat, isokor, θ2,5mm/2,5mm,
RC +/+
Bibir : tidak ada sianosis
Gusi : perdarahan (-)
Leher
Kelenjar getah bening : tidak terdapat pembesaran
DVS : R-2 cmH20
Deviasi trakea : tidak ada
Tidak didapatkan massa tumor
Tidak ada nyeri tekan.

Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-), fremitus raba kiri=kanan
Perkusi : sonor R=L
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler R=L, ronkhi -/- Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis (S)
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1/S2 reguler,murmur (-)

Abdomen :
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Palpasi :MT(-), NT(-)
Hepar/Lien tidak teraba.
Perkusi : timpani

 Status Lokalis
Regio inguinal dekstra
Inspeksi: Pada saat pasien berbaring tidak terdapat benjolan di sebelah kiri, tetapi saat
diminta mengedan muncul benjolan yang mengarah ke scrotum, batas tegas,
warna sama dengan kulit sekitarnya
Palpasi : Nyeri tekan (-), teraba tonjolan di ujung jari.
 Pemeriksaan Neurologis : tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Penunjang
- Darah Lengkap

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

WBC 4,70 4,00-10,0

RBC 6,00 4,00-6,00

HGB 13,5 12,0-16,0

HCT 43,0 37,0-48,0

PLT 216 150-400

Ureum 13 10-50

Kreatinin 1,0 L(<1,3); P(<1,1)

GDS 95 140

CT 7’00” 4-10
BT 1’45” 1-7

HbsAg Negatif Negatif

HCV Negatif Negatif

o Elektrolit
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Kalium 3,6 Mmol/L 3.5 – 5.1
Natrium 139 Mmol/L 136 – 145
Klorida 108 Mmol/L 97 – 111

c. Planning
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 1 gr / 12 jam / iv
Inj Ketorolac amp 30 mg /12 jam/iv
Inj Ranitidin amp 50 mg/12 jam/iv
Rencana Herniotomy

3. Assesment (Penalaran klinis) :


2.1. Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh
dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.1
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia
Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang
artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang
lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial
bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah
lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan
kongenital meskipun ada yang didapat. 3

2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi diyakini ada
tiga penyebab, yaitu:2
1.Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
 Overweight
 Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
 Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
 Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus

 Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi


 Kehamilan
 Ascites
2. Adanya kelemahan jaringan /otot.
3. Tersedianya kantong.

2.3 Patogenesis
 Hernia Inguinalis
Pada bulan ke – 8 dari kehamilan,terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal
inguinalis. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut.Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang
kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering
terbuka. Dalam keadaan normal,kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. 1,2

Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.Namun karena daerah ini merupakan
locusminoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intraabdominalmeningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat
barang – barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar
melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertropi prostat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat
terjadi pada semua.2,3,
a) Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor
peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis
subcutaneous..4,5,6

Gambar 7.Hernia Inguinalis Direct


b) Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus
dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk
lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita:5,6

Gambar 8. Hernia inguinalis indirect


c) Hernia Pantalon
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua
kantung hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.5,6

2.4 Klasifikasi
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:3
1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
2. Ukuran cincin interna.
3. Integritas dinding posterior dan kanal.

Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek, sedangkan
tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.
Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
berdiameter
Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal
yang melewati cincin interna yang berdiameter ≤ 2 cm
Hernia tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna
yang berdiameter > 2 cm
menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia.
Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek posterior multipel.
Cincin interna yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.

Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat
kantung peritoneal.

Tabel 2.2 Kalasifikasi Gilbert

Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding posterior,
meliputi:3
 Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
 Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.
 Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
 Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior.
 Tipe 3c adalah hernia femoralis.
 Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.

2.5 Diagnosis
 Anamnesis
Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan lanjut dapat menetap
(irreponible),kecuali pada hernia inguinalis medialis tidak terjadi
irreponibilis.Penonjolan timbul jika tekanan intraabdomen naik. Benjolan dapat hilang
jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan tangan (manual). Dapat terjadi gangguan
passage usus (obstruksi) terutama pada herinia inkarserata. Nyeri pada keadaan
strangulasi.
 Pemeriksaan Fisik
Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas, bising usus (+),
transiluminasi (-).
HIL :
o Terletak diatas ligamentum inguinalis
o Lateral terhadap vasa epigastrika inferior
o Jika dapat dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di cincin
eksternus teraba tekanan pada ujung jari, jalan keluar hernia tertutup (finger test)
o Bentuk hernia biasanya lonjong
HIM :
o Terletak diatas ligamentum inguinalis
o Medial terhadap vasa epigastrika inferior
o Jika dimasukkan kemudian pasien disuruh valsava dengan tangan di cincin eksternus
teraba tekanan pada sisi medial dan hernia timbul lagi (finger test)
o Bentuk hernia biasanya bulat
Hernia femoralis :
o Terletak dibawah ligamentum inguinalis.
Bila benjolan tidak tampak, pasien dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut
dalam keadaan berdiri. Bila hernia maka akan tampak benjolan, atau pasien diminta
berbaring, bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan abdominal.

Untuk menilai keadaan cincin hernia melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral
dari tuberkulum. Ikuti funikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus. Pada keadaan
normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah ada masa
yang menyentuh jari tangan. Bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia
inguinalis lateralis/indirek. Sedangkan bila menyentuh sisi jari maka diagnosisnya hernia
inguinalis medialis.
2.6 Pemeriksaan penunjang
. Laboratorium
Untuk mendukung kearah adanya strangulasi, sebagai berikut:
 Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
 Elektrolit, BUN, kadar kreatinin yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi.
 Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia. Ultrasonografi
dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau dinding abdomen dan
juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya
suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En
Masse adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya
ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en masse :
 Retropubic
 Intra abdominal
 Pre peritoneal
 Pre peritoneal locule
2.7 Diagnosis Banding
 Hidrokel
Mempunyai batas atas tegas, iluminensi positif dan tidak dapat dimasukkan kembali.
Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel pemeriksaan
transluminasi/diapanoskopi akan memberi hasil positif.
 Limpadenopali anguinal
Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi.
 Testis ektopik
Yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis.
 Lipoma/herniasi
Lemak praperitoneal melalui cincin inguinal.
 Granuloma inguinalis
 Orkitis
2.8 Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritonii atau
abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi
menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas
isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Jika dalam 6 jam tidak ada perbaikan atau reposisi
gagal segera operasi.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin di daerah sekitar hernia, yang
menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isis hernia keluar
dari cavum peritonii.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan menolak dilakukan operasi. Bentuk
kepala sabuk seperti kepala ular. Kepala sabuk ditempatkan tepat di pintu hernia supaya
menghalangi keluarnya organ intra abdomen.

2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada:
- Hernia reponibilis
- Hernia irreponibilis
- Hernia strangulasi
- Hernia incarserata
Tujuan operasi hernia:
- Reposisi isi hernia
- Menutup pintu hernia
- Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut
Dasar indikasi operasi untuk hernia adalah:
- Timing Operasi
o Elektif dilakukan pada hernia reponibilis
o 2 x 24 jam dilakukan pada hernia irreponibilis
o Speed operasi dilakukan untuk hernia incarserata dengan penderita yang mengalami tanda-
tanda ileus, tetapi belum terjadi iskemi dan ganggren pada isi hernia.

Bila keadaan yang mengancam jiwa maka dilakukan Tindakan konservatif dilakukan bila hernia
masih reponibilis. Tindakan paliatif dilakukan pada pasien dengan keadaan umum yang jelek
dan hernia incarserata untuk mengatasi ileus, baru kemudian dilakukan penutupan hernia.
 Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:
1. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum
abdominalis.
2. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon
(penebalan antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan m.transversus abdominis
yang berinsersio di tuberculum pubicum).
3. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR hilang/tertutup dan
dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis
lateralis ada bermacam-macam menurut kebutuhannya:
a. Ferguson
Yaitu fuuniculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari m.obliquus eksternus dan
internus abdominis dan m.obliquus internus dan m.transversus abdominis dijahitkan pada
ligamentum inguinale dan meletakkan funiculuc spermaticus di dorsal, kemudian
apponeurosis m.obliquus eksternus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi analis
inguinalis.
b. Bassini
M.Obliquus internus dan m.transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinale.
Funiculus spermaticus diletakkan ventral dari m. tadi tetapi dorsal dari apponeurosis
m.obliquss eksternus sehingga canalis inguinalis tetap ada. Dengan cara ini kedua
muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari canalis inguinalis, sehingga locus
minoris resistens hilang.
c. Halstedt
Dilakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minoris resistens. M.Obliquus
eksternus abdominalis, m.obliquus internus abdominis dan m.obliquus transversus
dijahitkan pada ligamentum inguinal dan meletakkan funiculus spermaticus pada
subcutis.

Hernioplasty pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara
Mc.Vay, yaitu dengan menarik m.Obliquus abdominis internal dan m.transversa abdominis
serta conjoint tendon lalu dijahitkan pada ligamentum Cowperi lewat sebelah dorsal dari
ligamentum inguinale. Sehingga dengan demikian annulus femoralis tertutup oleh
m.obliquus abdominis internus dan contjoint tendon, dan juga m.transversus abdominis.
 Operasi hernia pada anak:
Operasi hernia dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2 yaitu:
- Anak berumur kurang dari 1 tahun
Menggunakan teknik Michele Benc. Dilakukan tanpa membuka aponeurosis
m.Abdominis eksternus (tanpa membuka canalis inguinalis medialis) , yaitu mengambil
kantong hernia lewat anulus inguinalis medialis, kemudian dilakukan herniotomy
dilanjutkan herniorapy (tanpa digantung) dan tanpa hernioplasty.

- Anak berumur lebih dari 1 tahun


Menggunakan teknik POTT. Canalis Inguinalis dibuka (membuka aponeurosis m.abdominis
eksternus) , kemudian dilakukan herniotomy, herniorapy tanpa digantung pada contjoint tendon
dan tanpa hernioplasty.
 Kontraindikasi operasi:
o Bayi berumur <6>
2.9 Edukasi
 Pada pasien asimtomatis, hindari aktivitas fisik berat yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal seperti mengangkat beban berat atau mengejan.
 Sebagian hernia inguinalis merupakan kondisi kongenital (terutama hernia indirek), dan sebagian
lainnya akibat perubahan struktur sekitar annulus inguinalis (terutama pada hernia direk).
Namun terdapat beberapa pencegahan umum untuk menurunkan risiko hernia inguinalis seperti
tidak merokok dan menghindari melakukan tindakan repetitif dengan beban berat.

2.10 Obat – obatan


Tindakan pembedahan adalah pengobatan utama pada hernia ini. Menggunakan celana hernia
tidak akan membantu lebih. Sudah banyak kasus, dengan tindakan pembedahan hernia dapat
sembuh. Tindakan ini dapat berupa hernioraphy inguinal laparoskopi dan herniorrhaphy open.
Pada hernioraphy open, satu incisi besar dibuat di sekitar selangkangan, sedangkan pada
hernioraphy laparoskopi, incisi kecil multiple dibuat. Kamera kecil dimasukkan ke dalam untuk
membantu dokter bedah melihat bagian dalam abdomen.

Tujuan kedua operasi ini adalah mengembalikan jaringan abdomen interna kembali ke cavum
abdominal dan memperbaiki dinding abdomen yang lemah. MESH ditempatkan pada dinding
abdomen kemudian di tutup dengan jahitan, dan krim adhesif.

Hernioraphy laparoskopi lebih dipilih untuk waktu pemulihan luka yang lebih cepat, tetapi risiko
rekurensi kembalinya hernia setelah tindakan laparoskopi lebih tinggi. Dalam hal ini teknik open
lebih dipilih karena lebih maksimal hasilnya walaupun dengan waktu pemulihan lebih lama.

2.11 Komplikasi
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertaiadanyainfeksisistemik
Adanyagangguansistemik pada usus.12
2.12

Tabel 4. Algoritma Hernia Inguinalis Lateralis


4. Plan :

Cek Darah Rutin


Diagnosis Kerja
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel

Terapi
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 1 gr / 12 jam / iv
Inj Ketorolac amp 30 mg /12 jam/iv
Inj Ranitidin amp 50 mg/12 jam/iv
Rencana Herniotomy

Prognosis
Dubia Ad Bonam

Tujuan Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan pada pasien ini bersifat pembedahan

Edukasi pada Pasien


 Hindari aktivitas fisik berat yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal seperti
mengangkat beban berat atau mengejan.
Konsultasi : Konsultasi dokter Spesialis Bedah

Kegiatan Periode Hasil yang Diharapkan

Follow up Dilakukan setiap bulan selama pasien Perbaikan dari gejala yang
keadaan pasien kontrol di Poli Bedah RS Tk.II Pelamonia dialami pasien.
Makassar

Nasihat Setiap kontrol Diberikan kepada pasien dan


keluarga pasien agar kualitas
hidup pasien membaik
Makassar, 29 Juli 2019

Peserta, Pendamping,

dr.Bella Anggraeni Sari dr. Asniwati A. Malkab

Anda mungkin juga menyukai