A. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : laki-laki
Tanggal lahir : 21-09-1962
MRS : 09-05-2019
Rekam Medis : 650860
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Benjolan di selangkangan kanan
Riwayat Perjalanan Penyakit
Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu, awalnya muncul benjolan di daerah
selangkangan kanan atas sebesar biji kemiri yang dapat didorong masuk.
Benjolan memberat dan mulai menonjol 2 minggu yang lalu dan dapat sampai
ke scrotum. Benjolan bisa keluar masuk. Benjolan keluar dan membesar
terutama bila pasien beraktivitas dan mengejan. Dan benjolan dapat masuk
bila pasien berbaring. Nyeri (-), demam (-), mual (-), muntah (-)
BAB: Biasa, kuning
BAK: lancar, kuning
Status Vitalis
Tekanan Darah : 160/100mmHg
Nadi : 93 x/menit
Pernafasan : 21 x/menit
Suhu : 36, 5oC
Kepala
Mata : anemis (-), ikterus (-),pupil bulat, isokor, θ2,5mm/2,5mm,
RC +/+
Bibir : tidak ada sianosis
Gusi : perdarahan (-)
Leher
Kelenjar getah bening : tidak terdapat pembesaran
DVS : R-2 cmH20
Deviasi trakea : tidak ada
Tidak didapatkan massa tumor
Tidak ada nyeri tekan.
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-), fremitus raba kiri=kanan
Perkusi : sonor R=L
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler R=L, ronkhi -/- Wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis (S)
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1/S2 reguler,murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Palpasi :MT(-), NT(-)
Hepar/Lien tidak teraba.
Perkusi : timpani
Status Lokalis
Regio inguinal dekstra
Inspeksi: Pada saat pasien berbaring tidak terdapat benjolan, tetapi saat
diminta mengedan muncul benjolan yang mengarah ke scrotum, batas
tegas, warna sama dengan kulit sekitarnya
Palpasi : Nyeri tekan (-), teraba tonjolan di ujung jari.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (09/05/2019)
E. DIAGNOSIS KERJA
Hernia inguinal lateralis dekstra
F. PENATALAKSANAAN
Herniotomy
BAB I
PENDAHULUAN
2.2. KLASIFIKASI
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:3
1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
2. Ukuran cincin interna.
3. Integritas dinding posterior dan kanal.
Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek,
sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.
Hernia tipe 1 mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
berdiameter
Hernia tipe 2 (hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal yang
melewati cincin interna yang berdiameter ≤ 2 cm
Hernia tipe 3 hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
berdiameter > 2 cm
menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia.
Hernia tipe 4 mempunyai robekan dinding posterior tau defek posterior multipel. Cincin
interna yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.
Hernia tipe 5 merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat
kantung peritoneal.
Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding
posterior, meliputi:3
Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.
Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior.
Tipe 3c adalah hernia femoralis.
Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.
2.3. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi
diyakini ada tiga penyebab, yaitu:2
1.Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
Overweight
Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan
saluran kencing
Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus
Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma,
emphysema, alergi
Kehamilan
Ascites
2. Adanya kelemahan jaringan /otot.
3. Tersedianya kantong.
2.4. EMBRIOLOGI HERNIA INGUINALIS
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding
abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus
vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang
melewati cincin interna. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau
hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal
Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan
menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena
hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.5
Gambar 1. Proses Pembentukan Canalis Inguinalis
(1) (2)
Gambar 2.5.4. Spermatic cord(1) dan Ligamentum Rotundum(2)
6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx
inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.
Gambar 2.5.5
2.6 PATOGENESIS
Hernia Inguinalis
Pada bulan ke – 8 dari kehamilan,terjadinya desensus vestikulorum
melalui kanal inguinalis. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah
scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.Tetapi
dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih
dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka.
Dalam keadaan normal,kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. 1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka
terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup.Namun karena
daerah ini merupakan locusminoris resistance, maka pada keadaan yang
menyebabkan tekanan intraabdominalmeningkat seperti batuk – batuk kronik,
bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan. Kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi prostat,
asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada
semua.2,3,
a) Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh
faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus
inguinalis subcutaneous..4,5,6
2.8. KOMPLIKASI
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertaiadanyainfeksisistemik
Adanyagangguansistemik pada usus.12
2.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.9.1. Laboratorium
Untuk mendukung kearah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.8
2.9.2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi,
yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous
Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara
spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe
pembagian reduction of hernia en masse :
Retropubic
Intra abdominal
Pre peritoneal
Pre peritoneal locule
2.10. PENATALAKSANAAN HERNIA
2.10.1. Penanganan DI IGD
Mengurangi hernia.
Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien
harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
Menurunkan tegangan otot abdomen.
Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia
inguinalis.
Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menimbulkan proses analgesia.
Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral
(seperti kaki kodok)
Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjutselam proses reduksi penonjolan
Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan isis hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks
akan menyebabkan isis hernia keluar dari pintu hernia.
Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali
percobaanm
Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan
posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama20-30 menit.7
Konsul bedah jika :
Reduksi hernia yang tidak berhasil
Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa
kontraindikasi . penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur
inkarserasi dan strangulasi hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko
operasinya.
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi
kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat
dilakukan. Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien
geriatri.
Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila
dilakukan penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat
tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi
hernia.
Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia
maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk
mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan
panggul dielevasikan dan di beri .analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan
otot-otot.
Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak
ada gejala strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus
masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna
gelap.7
Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata,
strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya
peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen,
Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan
morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
1. Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit
dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
2. Operatif
-Anak-anak : Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan
lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu
dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat
direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
-Dewasa :Herniorrhaphy :Perawatan kantung hernia dan isi hernia
Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson, Halsted /
Kirchner, Lotheissen-Mc Vay (Cooper’s ligament repair), Shouldice, Tension
free herniorrhaphy)
Berliner repair
The Lichtenstein repair
The Wilkinson Technique
Abrahamson Nylon Darn Repair
Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement
Klasifikasi dan terapi menurut Gilbert tipe I-IV
Rutkow Mesh-plug hernioplasty
Rives Prosthetic Mesh Repair
Stoppa Gerat Prosthetic for Reinforcement of the Visceral Sac
Minimally Invasive Surgery (Laparoscopy)
TAPP = Trans Abdominal Pre Peritoneal
TEP = Total Extra Peritoneal
2.10.2. TEKNIK-TEKNIK OPERASI HERNIA
Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung
dan memperbaiki dinding abdomen.
Teknik Operasi;
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu
Marcy dikenal dengan ligasi sederhana dengan diangkat tinggi kantungnya.melewati
ingunal yang dikombinasi dengan pengikatan cincin interna.Lebih sering digunakan
pada anak-anak.
Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.
Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya cara
Bassini.
Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint tendon
lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.₉‚₁₄
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat
dikelompokkan dalam 4 kategori utama ₆:
a. Kelompok 1 : Open Anterior Repair
Kel. 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan
aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dan membebaskan funnikulus
spermatikus. Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis
spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia diligasi dan dasar kanalis spinalis
di rekonstruksi.
b. Kelompok 2 : Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah
lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke preperitoneal
space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Posterior
repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari
jaringan parut dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan
anastesi regional atau anastesi umum.
c. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit
lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah prostesis, yaitu
Mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa
menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh
dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen. Teknik ini
dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.
Gambar 2.19. Setelah pemasangan Mesh13
d. Kelompok 4 : Laparoscopic
Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel
karena paparan usus terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic
herniorhappies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal
preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan
dengan meletakkan trokar laparoskopik dalam cavum abdomen dan memperbaiki
regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi
dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah prosedur laparokopik
langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.
BAB III
KESIMPULAN
Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah
appendicitis.
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui
daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi
di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada
umumnya daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis
directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia
indirecta/hernia obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya
lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
Pada hernia inguinalis lateralis processus vaginalis peritonaei tidak menutup
(tetap terbuka).
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi
strangulasi penanganan segera adalah dengan operasi.
DAFTAR PUSTAKA