HEPATOMA
Di Susun Oleh :
BELLA ANGGRAENI SARI
1102090097
PEMBIMBING
dr. FERICA
Pembimbing, Coass,
Pembimbing Baca,
dr.Sari
2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Ng
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Mekar Sari
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Nomor RM : 669020
Tanggal Pemeriksaan : 02/07/2014
Ruangan : Baji Pamai 1 kmr.207 Labuang Baji
3
Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat DM (-), Riwayat Hipertensi (-), Riwayat penyakit jantung (-),
Riwayat penyakit kuning (-), Riwayat OAT (-), Riwayat merokok (-),
Riwayat minum alkohol (-).
C. PEMERIKSAAN FISIS
Status Present :
Sakit sedang/ Gizi Cukup/ Composmentis
LLA=22 cm BB= 40 kg; TB= 150 cm; IMT= 17,78 kg/m2
Tanda Vital :
o Tensi : 110/70 mmHg
o Nadi : 82 kali/menit (reguler, kuat angkat)
o Pernapasan : 20 kali/menit (thoracoabdominal)
0
o Suhu : 36,6 C (axilla)
Kepala
o Ekspresi : biasa
o Simetris muka : simetris kiri = kanan
o Deformitas : (-)
o Rambut : putih, lurus, sukar dicabut
Mata
o Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
o Gerakan : ke segala arah
o Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan
o Kelopak Mata : edema palpebra (-), ptosis (-)
o Konjungtiva : anemis (+)
o Sklera : ikterus (+)
o Kornea : jernih
o Pupil : bulat, isokor ∅2,5mm/∅2,5mm
RCL +/+, RCTL +/+
4
Telinga
o Pendengaran : dalam batas normal
o Tophi : (-)
o Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
Hidung
o Perdarahan : (-)
o Sekret : (-)
Mulut
o Bibir : kering (-),stomatitis (-)
o Lidah : kotor (-), candidiasis oral (-),
o Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
o Faring : hiperemis (-)
o Gigi geligi : caries (-)
o Gusi : perdarahan (-)
Leher
o Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
o Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
o DVS : R-2 cm H2O
o Pembuluh darah : tidak ada kelainan
o Kaku kuduk : (-)
o Tumor : (-)
Thorax
o Inspeksi
Bentuk : normochest, simetris kiri = kanan
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Buah dada : simetris kiri = kanan, tidak ada kelainan
Sela iga : simetris kiri = kanan, tidak ada pelebaran
Lain-lain : Barrel chest (-), pigeon chest (-),
massa tumor (-)
5
o Palpasi
Fremitus raba : simetris kiri = kanan,
Nyeri tekan : (-)
o Perkusi
Paru kiri : sonor
Paru kanan : sonor
Batas paru-hepar : ICS VI dextra anterior
Batas paru belakang kanan : ICS X dextra
Batas paru belakang kiri : ICS XI sinistra
o Auskultasi
Bunyi pernapasan : vesikuler
Bunyi tambahan :
Ronkhi - - Wheezing - -
- - - -
- - - -
Jantung:
o Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : pekak
batas atas jantung : ICS III sinistra
batas kanan jantung : linea parasternalis dextra
batas kiri jantung : linea midclavicularis sinistra
o Auskultasi : bunyi jantung I/II murni reguler,
bunyi tambahan bising (-)
Abdomen
o Inspeksi : datar, ikut gerak napas
o Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
o Palpasi : perut distended (-), massa tumor (-),
nyeri tekan (+)
6
Hati : teraba 3 jari bac, NT (-), konsistensi
keras, permukaan berbenjol-benjol,
tepi ireguler.
Limpa : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Lain-lain : lien tidak teraba
o Perkusi : Ascites (+) sifting dullness (+)
7
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
23/07/2014
a. Fungsi hati
SGOT : 107 UI / l 38 UI/l
SGPT : 53 UI / l 41 UI/l
Protein total : 6,97 gr/dl 6,0 – 7,8 gr/dl
Albumin : 2,25 gr/dl 4,0 – 5,2 gr/dl
Globulin : 3,72 gr/dl 1,3 – 2,7 gr/dl
Bil total : 37,49 mg/dl 0,3-1,0 mg/dl
Bil direk : 26,9 mg/dl 0,4 mg/dl
Bil indirek : 1,63 mg/dl 0,6 mg/dl
b. Seromarker Hepatitis
HbsAg : positif
8
c. Faal hemostatis
PT : 15,2 detik 10,8-14,4 detik
d. Fungsi ginjal
Ureum darah : 10 mg/dl 10-50 mg/dl
Kreatinin darah : 0,20 gr/dl 0,5 –1,2 mg/dl
E. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. S/ hepatoma dd/ ca caput pankreas
2. Bisitopenia MD
3. Hipoalbuminemia
4. Hiponatremia (130)
F. PENATALAKSANAAN AWAL:
1. Diet hepar II
2. Asering 20 tpm
3. Koreksi albumin 20 = 2,4 1 botol / hari sebanyak 3 botol
4. Injeksi Novalgin 1 amp/12j/iv
5. Spironolakton 25 mg 1-0-0
G. RENCANA PEMERIKSAAN:
ADT , Fe , TIBC
CT SCAN ABDOMEN
ALP , Alkal fosfat
H. PROGNOSIS
o Ad Functionam : Dubia
o Ad Sanationam : Dubia
o Ad Vitam : Dubia
9
LEMBAR FOLLOW UP PASIEN
10
Extremitas : Edema Pretibial +/+
A:
-S/Hepatoma dd/c caput pankreas
- Bisitopeni MD edema
- Hipoalbuminemia
- Hiponatremia (130)
11
Ascites (+)
Anus dan rektum: Spinkter
mencekik, ampulla kurang, mukosa
licin, handschoen tidak ada darah.
Extremitas : Edema Pretibial +/+
A:
-S/Hepatoma dd/c caput pankreas
- Bisitopeni MD edema
- Hipoalbuminemia
- Hiponatremia (130)
12
Abdomen : cembung,MT (-) NT (+)
Ascites (+) hepar: hepatomegali (+)
pembesaran 3 cm dari arkus costa,
konsistensi : keras, sudut tumpul
permukaan berbenjol-benjol, tepi
reguler.
Lien: tidak teraba
Ascites (+)
Extremitas : Edema Pretibial +/+
A:
-S/Hepatoma dd/c caput pankreas
- Bisitopeni MD edema
- Hipoalbuminemia
- Hiponatremia (130)
13
BT: Rh -/- Wh -/-
Abdomen : cembung,MT (-) NT (-)
Ascites (+) hepar: hepatomegali (+)
pembesaran 3 cm dari arkus costa,
konsistensi : keras, sudut tumpul
permukaan berbenjol-benjol, tepi
reguler.
Lien: tidak teraba
Ascites (+)
Extremitas : Edema Pretibial +/+
A:
-S/Hepatoma dd/c caput pankreas
- Bisitopeni MD edema
- Hipoalbuminemia
- Hipoatremia (130)
14
Thorax: BP: bronkovesikuler
BT: Rh -/- Wh -/-
Abdomen : cembung,MT (-) NT (+)
Ascites (+) hepar: hepatomegali (+)
pembesaran 3 cm dari arkus costa,
konsistensi : keras, sudut tumpul
permukaan berbenjol-benjol, tepi
reguler.
Lien: tidak teraba
Ascites (+)
Extremitas : Edema Pretibial +/+
A:
-S/Hepatoma dd/c caput pankreas
- Bisitopeni MD edema
- Hipoalbuminemia
- Hiponatremia (130)
15
BAB II
PEMBAHASAN
RESUME
Pada pemeriksaan fisis didapatkan SP: SS/GC/CM, tanda vital T: 110/70 mmHg,
N: 82 x/menit, P: 20 x/menit, S: 36,6 0C. LLA = 22 cm, BB = 40 kg, TB = 150
cm, IMT = 17,78 kg/m2. Konjungtiva anemis(+) dan ikterik (+).pekak hepar ,
Abdomen Inspeksi : cembung, ikut gerak napas, Auskultasi : peristaltik (+) kesan
normal, Palpasi : nyeri tekan (+), Hati : teraba 3 jari bac, konsistensi : keras, sudut
tumpul, permukaan berbenjol-benjol, tepi regular, NT (-). Perkusi : Ascites (+)
sifting dullness (+).
16
DISKUSI
A. Defenisi
Karsinoma hepatoseluler merupakan tumor ganas hati primer yang
berasal dari hepatosit. Sirosis hati merupakan faktor resiko utama karsinoma
hepatoseluler di dunia dan melatarbelakangi lebih dari 80% kasus karsinoma
hepatoseluler. Setiap tahun tiga sampai lima pasien dari pasien sirosis hepatis
akan menderita karsinoma hepatoseluler dan karsinoma hepatoseluler
merupakan penyebab utama kematian pada sirosis hepatis. Otopsi pada pasien
sirosis hepatis mendapatkan 20-80% pasien di antaranya menderita karsinoma
hepatoseluler. Pada 60-80% dari sirosis makronodular dan tiga sampai sepuluh
persen dari sirosis mikronoduler didapatkan adanya karsinoma hepatoseluler.
1. Hematemesis
2. Melena
3. Badan menjadi kurus
4. Alopesia kepala
5. Alopesia pektoralis
6. Alopesia aksilaris
7. Spider nevi
8. Ginekomasti
9. Ascites
10. Venektasi
11. Eritema palmaris
12. Edem tungkai
17
Karsinoma hepatoseluler (hepatocelluler carcinoma=HCC) merupakan
tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit, demikian pula dengan
karsinoma fibromelar dan hepatoblastoma.
Tumor ganas hati lainnya ialah, kolangiosarkoma (Cholangiosarcoma = CC)
dan sitoadenomakarsinoma berasal dari sel epitel bilier, sedangkan angiosarkoma
dan leiomiosarkoma barasal dari sel mesenkim. Dari seluruh tumor ganas hati
yang pernah didiagnosis, 85% merupakan HCC; 10% CC; dan 5% adalah jenis
lainnya. Dalam dasawarsa terakhir terjadi perkembangan yang cukup berarti
menyangkut HCC, antara lain perkembangan pada modalitasvterapi yang
memberikan harapan untuk sekurang-kurangnya perbaikan pada kualitas hidup
pasien.
B. Insidens
Karsinoma hepatoseluler (hepatocelluler carcinoma=HCC) adalah salah satu
keganasa yang paling umum di seluruh dunia. Insiden global setiap tahunnya ialah
sekitar 1 juta kasus, dengan perbandingan laki-laki dan wanita sekitar 4:1. Tingkat
kejadian sama dengan tingkat kematian. Di Amerika Serikat, terdapat 19.160
kasus baru dan 16.780 kematian yang tercatat pada tahun 2007. Tingkat kematian
pada laki-laki di negara-negara kejadian rendah seperti Amerika Serikat adalah
1,9 per 100.000 per tahun; di daerah-daerah dengan insidensi menengah seperti
Austria dan Afrika Selatan, angka kematian tahunan berkisar 5,1-20,0 per
100.000, dan pada daerah dengan insidensi yang tinggi seperti di Asia (Cina dan
Korea), angka kematian 23,1-150 per 100.000 per tahun (lihat tabel 2.1).
18
C. Etiologi
Virus Hepatitis
Baik kasus-kontrol maupun studi kohort menunjukkan hubungan yang kuat antara
tingkat carrier hepatitis B kronis dan peningkatan kejadian HCC. Pada orang
Taiwan carier laki-laki yang mempunyai antigen permukaan hepatitis B (HBsAg)
positif, ditemukan berisiko 98 kali lipat lebih besar untuk menjadi HCC
dibandingkan dengan individu dengan HbsAg-negatif.
19
Hepatitis C virus (HCV) juga telah dikaitkan dengan terjadinya HCC. Antibodi
terhadap HCV telah ditemukan sebanyak 76% dari pasien dengan HCC di Jepang,
Italia, dan Spanyol dan 36% di Amerika Serikat. Berbeda dengan HCC disebakan
oleh HCV, HCC jarang terjadi pada carier HBV sebelum terjadinya
perkembangan sirosis.
Sebuah interval antara transfusi yang berhubungan dangan virus hepatitis C
(HCV) dan terjadinya HCC adalah ~ 30 tahun. HCC yang disebabkan oleh virus
hepatitis C cenderung memiliki sirosis yang lebih sering dan lebih awal,
tetapi dalam HCC yang disebabkan dengan HBV, hanya setengahnya yang terjadi
sirosis, sisanya menderita hepatitis aktif kronis.
Selain itu, kejadian HCC pada carier HCV kronis diperkirakan setinggi 5% per
tahun, dibandingkan dengan 0,5% per tahun untuk carier HBV
Sirosis hati
Sirosis hati (SH) merupakan faktor resiko utama HCC di dunia dan
melatarbelakangi lebih dari 80% kasus HCC. Setiap tahun tiga sampai lima persen
dari pasien SH akan menderita HCC, dan HCC merupakan penyebab kematian
pada SH. Otopsi pada pasien SH mendapatkan 290-80% di antaranya telah
menderita HCC. Pada 60-80% dari SH makronoduler dan tiga sampai sepuluh
persen dari SH mikronuduler dapat ditemukan adanya HCC. Prediktor utama
HCC pada SH adalah jenis kelamin laki-laki, peningkatan alfa feto protein (AFP)
serum, beratnya penyakit dan tingginya aktivitas proliferasi sel hati.
Karsinogen Kimia
Mungkin karsinogen kimia alami yang paling kuat di mana-mana merupakan
produk dari jamur Aspergillus, disebut aflatoksin B1. Produk aflatoksin dapat
ditemukan dalam biji-bijian yang disimpan di tempat yang panas, tempat-tempat
lembab, kacang dan nasi disimpan tidak dalam lemari es. Kontaminasi aflatoksin
bahan pangan berkorelasi baik dengan tingkat insidensi di Afrika dan China. Pada
daerah endemik di Cina, bahkan hewan ternak seperti bebek telah mengidap HCC.
20
Karsinogen yang paling kuat muncul menjadi produk alami dari tumbuhan, jamur,
dan bakteri, seperti pohon-pohon semak yang mengandung alkaloid pyrrollizidine
serta asam tannic dan safrol. Polutan seperti pestisida dan insektisida dikenal
karsinogen binatang pengerat.
Aflatoksin B1 (AFB1) merupakan mikotoksin yang diproduksi jamur Aspergillus.
Dari percobaan binatang diketahui bahwa AFB1 bersifat karsinogen. Metabolit
AFB1 1-2-3- epoksid merupakan karsinogen utama dari kelompok utama
aflatoksin yang mampu membentuk ikatan dengan DNA maupun RNA. Salah satu
mekanisme karsinogenesisnya ialah kemampuan AFB1 menginduksi mutasi pada
Obesitas
Suatu penelitian kohort prospektif pada lebih dari 900.000 individu di Amerika
Serikat dengan masa pengamatan selama 16 tahun mendapatkan terjadinya
peningkatan angka mortalitas sebesar lima kali akibat kanker hati pada kelompok
individu dengan berat badan tertinggi (Indeks Massa Tubuh IMT) : 35-40 Kg/m2)
dibandingkan dengan kelompok individu yang IMT-nya normal. Seperti
diketahui, obesitas merupakan faktor resiko utama untuk non-alchoholic fatty
liver disease (NAFLD), khususnya non alchoholic steatohepatis (NASH)yang
dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian dapat berlanjut menjadi
HCC.
21
Penelitian kohort besar oleh El Serag dkk. Yang melibatkan 173,643 pasien DM
dan 650,620 pasien bukan DM menemukan bahwa insidensi HCC pada kelompok
DM lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan insidensi HCC kelompok bukan
DM. Insidensi juga semakin tinggi seiring dengan lamanya pengamatan (kurang
dari lima tahun hingga lebih dari 10 tahun). DM merupakan faktor resiko HCC
tanpa memandang umur, jenis kelamin dan ras, dengan angka resiko 2,16.
Alkohol
Meskipun alcohol tidak memiliki kemampuan mutagenic, peminum berat alcohol
(>50-70 g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita HCC melalui
sirosis hati alkoholik. Hanya sedikit bukti adanya efek karsinogenik langsung dari
alkohol. Alkoholisme juga meningkatkan resiko terjadinya sirosis hati dan HCC
pada pengidap infeksi HBV atau HCV. Sebaliknya, pada sirosis alkoholik
terjadinya HCC juga meningkat bermakna pada pasien dengan HBsAg-positif
atau anti HCV-positif. Ini menunjukkan adanya peran sinergistik alcohol terhadap
infeksi HBV maupun infeksi HCV. Acapkali penyalahgunaan alkohol merupakan
prediktor bebas untuk terjadinya HCC pada pasien dengan hepatitis kronik atau
sirosis akibat infeksi HBV atau HCV. Efek hepatotoksik alkohol bersifat dose-
dependent, sehingga asupan sedikit alkohol tidak meningkatkan resiko terjadinya
HCC.
22
Hepatitis virus kronis, alkohol dan penyakit metabolik seperti hemokromatosis
dan defisiensi antitrypsin-alfa 1, mungkin menjalankan peranannya terutama
melalui jalur ini (cedera kronik, regenerasi, dan sirosis). Hilangnya heterozigositas
(LOH = lost of heterozygosity) juga dihubungkan dengan inaktivasi gen supresor
tumor. LOH dan delesi alelik adalah hilangnya satu salinan (kopi) dari bagian
tertentu suatu genom. Pada manusia, LOH dapat terjadi di banyak bagian
kromosom. Infeksi HBV dihubungkan engan kelainan di kromosom 17 atau pada
lokasi di dekat gen p53. Pada kasus HCC, lokasi integrasi HBV DNA di dalam
kromosom sangat bervariasi (acak). Oleh karena itu, HBV mungkin berperan
sebagai agen mutagenic insersional non selektif. Integrasi acapkali menyebabkan
terjadinya beberap perubahan dan selanjutnya mengakibatkan proses translokasi,
duplikasi terbalik, delesi dan rekombinan. Semua perubahan ini dapat berakibat
hilangnya gen-gen supresi tumor maupun gen-gen seluler penting lain. Dengan
analisis Southern Blot, potongan (sekuen) HBV yang telah terintegrasi ditemukan
di dalam jaringan tumor/HCC, tidak ditemukan di luar jaringan tumor. Produk gen
X, lazim disebut HBx, dapat berfungsi sebagai transaktivator transkripsional dari
berbagai gen seluler yang berhubungan dengan kontrol pertumbuhan. Ini
menimbulkan hipotesis bahwa HBx mungkin terlibat pada hepatokarsinogenesis
oleh HBV.
Di wilayah endemic HBV ditemukan hubungan yang bersifat dose-dependent
antara pajanan AFB1 dalam diet dengan mutasi pada kodon 249 dari p53. Mutasi
ini spesifik untuk HCC dan tidak memerlukan integrasi HBV ke dalam DNA
tumor. Mutasi gen p53 terjadi pada sekitar 30% kasus HCC di dunia, dengan
frekuensi dan tipe mutasi yang berbeda menurut wilayah geografik dan etiologi
tumornya.
Infeksi kronik HCV dapat berujung pada HCC setelah berlangsung puluhan tahun
dan umumnya didahuluioleh terjadinya sirosis. Ini menunjukkan peranan penting
dari proses cedera hati kronik diikuti oleh regenerasi dan sirosis pada proses
hepatokarsinogenesis oleh HCV.
23
D. Penyebaran
Metastasis intrahepati dapat melalui pembuluh darah, saluran limfe atau infiltrasi
langsung. Metastasis Ekstrahepatik dapat melibatkan vena hepatica, vena porta
atau vena kava. Dapat terjadi metastasis pada varises oesophagus dan di paru.
Metastasis sistemik seperti ke kelenjar getah bening di porta hepatis tidak jarang
terjadi, dan dapat juga sampai di mediastinum. Bila sampai di peritoneum, dapat
menimbulkan asites hemoragik, yang berarti sudah memasuki stadium terminal.
E. Manifestasi Klinis
Timbulnya sebuah karsinoma hepatoseluler mungkin tidak terduga sampai terjadi
penurunan kondisi pasien sirosis yang sebelumnya stabil. Gejala pada pasien
HCC termasuk cachexia, nyeri pada perut, penurunan berat badan, kelemahan,
abdominal fullness dan bengkak, penyakit kuning, dan mual yang berhubungan
dengan gejala. Kemunculan asites, kemungkinan perdarahan, yang menunjukkan
trombosis vena portal atau hati dengan tumor atau pendarahan dari tumor
nekrotik.
Perut bengkak terjadi sebagai akibat dari asites karena penyakit hati kronis yang
mendasarinya atau mungkin karena tumor yang berkembang dengan pesat.
Kadang-kadang, nekrosis pusat atau perdarahan akut ke dalam rongga peritoneum
menyebabkan kematian. Di negara-negara dengan program surveilans aktif, HCC
cenderung diidentifikasi pada tahap awal. Penyakit kuning biasanya karena
gangguan pada saluran intrahepatic oleh penyakit hati yang mendasarinya.
Hematemesis terjadi mungkin disebabkan karena adanya varises oesophagus
akibat hipertensi portal.
F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan pembesaran hati yang lembut, kadang-
kadang dengan massa yang dapat di palpasi. Di Afrika, presentasi khas pada
pasien muda adalah massa yang berkembang pesat pada perut.
Hepatomegali adalah tanda dari fisik yang paling umum, terjadipada 50-90%
pasien. Bruit perut dicatat dalam 6-25%, dan asites terjadi pada 30-60% pasien.
24
Auskultasi mungkin mengungkapkan bruit pada tumor atau friction rub ketika
prosesnya telah meluas ke permukaan hati.
Ascites harus diperiksa oleh bagian sitologi. Splenomegali terutama karena
hipertensi portal. Berat badan dan wasting otot yang umum, terutama dengan
tumor yang tumbuh dengan cepat atau besar. Demam ditemukan pada 10-50%
pasien, dari penyebab yang tidak jelas. Tanda-tanda penyakit hati kronis dapat
hadir, termasuk sakit kuning, dilatasi vena abdomen, eritema palmar,
ginekomastia, atrofi testis, dan edema perifer.
G. Pemeriksaan Penunjang
- Darah
Bisa dijumpai Hb rendah, anemia normokrom normositer, hipokrom
makrositer. Anemia bisa akibat hipersplenisme dengan leukopenia dan
trombositopenia. Kolesterol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis
yang kurang baik.
25
- Endoskopi
Dapat dilihat varises esophagus, gaster dan kelainan pada duodenumnya.
- USG
Gambaran USG keganasan primer pada hepar dapat dibagi menjadi bentuk
nodular dan difus. Pada jenis nodular terlihat kelainan yang berbatas tegas dari
parenkim hepar sekitarnya. Kelainan ekostruktur pada jenis ini tergantung dari
ukuran lesi. Lesi berukuran kurang dari 2 cm seringkali berekostruktur
hipoekoik. Dengan bertambahnya diameter, ekostruktur akan menjadi lebih
hiperekoik atau campuran, serta dapat dijumpai adanya bagian yang nekrosis
atau perdarahan di dalamnya, seringkali ditemui pada yang berekostruktur
hiperekoik atau campuran. Gambaran lainnya dapat juga ditemui adanya
trombus dalam vena porta atau vena hepatika dan atau cabang-cabangnya
yang tampak sebagai suatu struktur yang hiperekoik tanpa bentuk tertentu,
besarnyapun tidak tentu, dapat memenuhi lumen vena porta dan cabang-
cabangnya atau sebagian saja. Bentuk difus memperlihatkan perubahan
ekostruktur di seluruh hepar.
- AFP
Alfa-fetoprotein adalah protein serum normal yang disintesis oleh sel hati
fetal, sel yolk-sac dan sedikit sekali oleh saluran gastrointestinal fetal. Rentang
normal AFP serum adalah 0-20ng/mL. Kadar AFP meningkat pada 60%-70%
dari pasien karsinoma hepatoseluler dan kadar lebih dari 400 ng/mL adalah
diagnostik atau sangat sugestif untuk karsinoma hepatoseluler. Nilai normal
juga dapat ditemukan pada pasien karsinoma hepatoseluler stadium lanjut.
Hasil positif palsu juga dapat ditemukan pada hepatisis akut atau kronik dan
pada kehamilan.
- Foto toraks
Untuk melihat peninggian diafragma kanan dan ada tidaknya gambar
metastasis di paru.
- Biopsi hepar
Untuk mengetahui sel tumor ganas atau jinak
26
- Endoskopi
Untuk mengetahui asal perdarahan
H. Diagnosis
I. Pengobatan
Sebagian besar pasien HCC mempunyai dua penyakit hati yaitu sirosis dan HCC,
masing-masing yang merupakan penyebab kematian independen. Kehadiran
sirosis biasanya menjadi kendala pada operasi reseksi, terapi ablatif, dan
kemoterapi. Jadi penilaian dan perencanaan perawatan pasien harus mengambil
keparahan dari penyakit hati tidak ganas ke dalam penilaian.
Pilihan manajemen secara klinis pada HCC bisa menjadi kompleks (Bagan 2.1).
27
Pasien dengan tumor lanjut (invasi vaskular, gejala, menyebar extrahepatic)
memiliki hidup rata-rata ~ 4 bulan, dengan atau tanpa pengobatan. Hasil
perawatan dari literatur-literatur sulit untuk ditafsirkan.
Kelangsungan hidup tidak selalu merupakan ukuran keberhasilan terapi karena
efek negatif pada kelangsungan hidup dari penyakit hati yang mendasarinya.
Karsinoma Hepatoseluler Stadium I dan II
Tumor tahap awal dapat berhasil diobati dengan menggunakan berbagai teknik,
termasuk reseksi bedah, ablasi lokal (thermal atau radiofrekuensi), dan terapi
injeksi lokal (etanol atau asam asetat). Banyak juga yang memiliki penyakit hati
yang signifikan yang mendasari dan tidak dapat mentolerir terapi bedah karena
kehilangan parenkim hati, namun mungkin mereka memenuhi persyaratan untuk
transplantasi hati orthotopic (orthotopic liver transplant = OLTX) di masa yang
akan datang. Prinsip penting dalam perawatan tahap awal HCC adalah dengan
menggunakan perawatan hati-hemat dan berfokus pada pengobatan baik tumor
maupun sirosis.
Eksisi Bedah
Risiko hepatectomi utama adalah tinggi (mortalitas 5-10%) diakibatkan oleh
penyakit hati yang mendasari dan potensi untuk menjadi gagal hati. Oklusi vena
portal preoperative kadang-kadang dapat dilakukan untuk menyebabkan atrofi
lobus HCC yang terlibat dan hipertrofi kompensasi dari hati yang masih
normal.Pada pasien sirosis, operasi hati besar dapat mengakibatkan kegagalan
hati. Klasifikasi Child-Pugh dari gagal hati dapat menentukan prognosis untuk
toleransi operasi hati yang dapat diandalkan, dan hanya Child A yang dapat
dipertimbangkan untuk reseksi bedah. Pasien dengan Child B dan C dengan tahap
I dan II HCC harus dirujuk untuk OLTX jika sesuai, seperti pada pasien dengan
asites atau riwayat pendarahan varises. Meskipun terapi bedah eksisi terbuka
merupakan terapi yang paling dapat diandalkan, namun pasien mungkin lebih baik
ditawarkan dengan pendekatan secara laparoskopi untuk reseksi, menggunakan
RFA atau injeksi etanol perkutan (percutaneous ethanol injection=PEI).
28
Transplantasi Hepar
Sebuah pilihan yang layak untuk HCC Stadium I dan II pada tumor dengan sirosis
adalah OLTX, dengan kelangsungan hidup mendekati pada kasus-kasus
nonkanker. OLTX dapat digunakan pada pasien dengan lesi tunggal 5 cm atau 3
nodul atau kurang, setiap 3 cm, menghasilkan kelangsungan hidup yang bagus
tanpa tumor (70% selama 5 tahun). Untuk HCC lanjut, OLTX telah ditinggalkan
karena adanya tingkat kekambuhan tumor yang tinggi. Prioritas skoring untuk
OLTX sebelumnya menyebabkan pasien HCC menunggu terlalu lama untuk
dilakukan OLTX, sehingga beberapa tumor menjadi lebih parah selama pasien
menunggu hati yang disumbangkan. Berbagai terapi yang digunakan sebagai
"jembatan" untuk OLTX, ialah RFA, PEI, dan chemoembolization transarterial
(TACE).
J. Prognosis
Klasifikasi child pugh dipakai sebagai petunjuk prognosis dari pasien
hepatoma:
Derajat Klasifikasi
Parameter klinis
1 2 3
Pada pasien ini termasuk kriteria child C = 11 (10 – 15) dimana mortalitas
pada operasi 60%. Sehingga prognosis pasien ini dubia ad malam
29
Daftar Pustaka :
30