Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

GNAPS + HIPERTENSI GRADE 2


Ariana, S.Ked
I1011131032
Pembimbing :
dr. Rista Lestari, M.Sc, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE
PONTIANAK
2017
Identitas
Nama : An. F Ayah Ibu

Jenis Kelamin : laki-laki Nama : Ny. M Nama : Tn. S

Usia : 11 tahun 4 bulan Usia : 48 tahun Usia : 48 tahun

Suku : Melayu Agama : Islam Agama : Islam

Agama : Islam Suku : Melayu Suku : Melayu

Alamat : Gg. Teluk Keramat, Siantan Alamat : Gg. Teluk Keramat, Alamat : Gg. Teluk Keramat,
Hilir Siantan Hilir Siantan Hilir

Status dalam Keluarga : Anak kandung Pendidikan : SLTA Pendidikan : SD

Tanggal Masuk RS : 10 April 2017 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Karyawan swasta

2 01/12/2017
Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri Kepala di bagian belakang

Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala di bagian belakang sejak 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti tertimpa

beban berat. Nyeri kepala dirasakan terus menerus. Nyeri kepala berkurang ketika pasien mengkonsumsi obat penghilang

nyeri dengan dosis setengah tablet. Nyeri berkurang beberapa jam kemudian muncul kembali. Menurut pengakuan ibu

pasien, nyeri kepala disertai dengan munculnya pembengkakan pada wajah. Bengkak pada wajah muncul di pagi hari

ketika pasien baru bangun tidur. Bengkak pada wajah mulai sedikit berkurang pada siang hari. Pada 4 jam SMRS

pasien dibawa ke puskesmas. Di puskesmas pasien diperiksa tekanan darah, dan cek darah rutin. Menurut ibu pasien, ketika

di Puskesmas tekanan darah pasien mencapai 170 pada sistolnya. Pasien sempat dipasangkan infus dan diberi obat anti

hipertensi. Setelah hasil laboratorium darah rutin keluar, maka dokter puskesmas langsung merujuk pasien ke RS SSMA.

Pasien juga mengeluhkan BAK sering tetapi hanya sedikit-sedikit dan sejak 1 minggu yang lalu. BAK lebih sering

berwarna kuning pekat. Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 2 hari yang lalu, batuk kering, belum pernah diobati
01/12/2017

karena hanya muncul sesekali saja. Demam tidak ada, mual muntah tidak ada, nyeri saat BAK tidak ada, BAB normal.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada keluhan serupa sebelumnya, satu bulan yang lalu cek darah rutin
dan didiagnosis pembengkakan pada amandel tetapi tidak dioperasi

Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada riwayat keluhan serupa pada keluarga

Riwayat obstetri :Pasien merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara. Pasien lahir spontan, langsung menangis,
cukup bulan, ditolong dukun beranak di kampung tempat tinggal pasien. Berat badan lahir 3200 gram.

Riwayat imunisasi : Kesan imunisasi dasar lengkap

Riwayat nutrisi : Pasien diberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Setelah itu ASI ditambah susu formula
sampai usia 3 tahun. Saat ini pasien mengkonsumsi makanan keluarga. Pasien terkesan pilih-pilih makanan
dan kurang suka makan sayur.

Riwayat tumbuh kembang : Tumbuh kembang pasien berlangsung baik. Berat badan pasien selalu
bertambah setiap bulan.

Riwayat lingkungan : Lingkungan rumah pasien cukup bersih, jarak antar rumah kurang lebih 1,5 meter.
Satu
4 rumah dihuni oleh 7 orang anggota keluarga. 01/12/2017
Pemeriksaan Fisik (10 April 2017)

KU : Tampak sakit sedang Kepala : normocephal


RR : 27x /menit Mata : SI (-/-), CA (-/-), edema palpebra (+/+)
HR : 98x /menit Thorax : Simetris saat diam dan gerak napas,
retraksi (-)
Suhu : 36,9 C
Pulmo : SND vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
TD : 130/80 mmHg
Wheezing (-/-)
Jantung : BJ S1 reguler, S2 split tak konstan,
Status Antropometri murmur (-), gallop (-)
BB sekarang : 30 kg
BB ideal : 37 kg Abdomen : datar, distensi (-), BU (+) normal,
TB : 133 cm hepar dan lien tidak teraba, timpani
Usia : 11 tahun 4 bulan
TB/U :-2 z -1 SD : tinggi normal
Ekstremitas : akral hangat, ADP kkuat angkat,
CRT 2 detik, edema ekstremitas (-/-)
Waterlow : 81% : gizi kurang
5 01/12/2017
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (10 April 2017)

Pemeriksaan Darah Hasil

Leukosit 15,4x103
Eritrosit 3,63x106 Kesan :
Hemoglobin 10,3 Leukositosis
Anemia
Hematokrit 29,0 Hipoalbumin
MCV 79,9
MCH 28,4
MCHC 35,5
Trombosit 508x103
Urea 22,9 mg/dL
Kreatinin 0,84 mg/dL
Albumin 2,71 g/dL
6 01/12/2017
Kolesterol 111 mg/dL
Pemeriksaan Urin Hasil
Warna Kuning muda

Kekeruhan Keruh
Glukosa -
Keton -
Kesan :
Berat Jenis 1,015
Hematuria
Darah 3+
Proteinuria
pH 6,5
Protein 1+
Leukosit Trace
Sedimen
Lekosit 2-3
Eritrosit Penuh
Silinder + granuler, + hialin
7 01/12/2017

Epitel : Gepeng 0-1


Pemeriksaan EKG (11 April 2017)

Irama sinus
HR : 98 x/menit
Elongated ST interval et causa susp. electrolite imbalance
8 01/12/2017
Pemeriksaan Radiologi
Rontgent Thorax

Kesan : Paru dan jantung normal

Corakan bronkovaskuler paru tak tampak bercak/konsolidasi


Cor CTR dalam batas normal
Kedua sinus lancip, pleural space kiri kesan sedikit menebal
Tulang costa tervisualisasi intak
9 01/12/2017
Diagnosis
GNAPS (Glomerulonefritis Pasca Streptococcus)
Hipertensi Grade 2

10 01/12/2017
Tatalaksana

Non Medikamentosa Medika Mentosa


Rawat inap inj. Ampicillin sulbactam 700 mg/6 jam
(intravena)
Observasi KU dan tanda vital
inj. Furosemid 30 mg/12 jam (intravena)
Restriksi cairan
Captopril 3x12,5 mg (per oral)
Cek diuresis per 12 jam
Spironolactone 1x25 mg (per oral)
Cavit D3 1x1 tablet (per oral)
11 01/12/2017
PEMBAHASAN

12 01/12/2017
EDEMA

13 01/12/2017
Glomerulonefritis Akut Pasca
Streptococcus
Peradangan glomerulus yang secara histopatologi menunjukkan proliferasi &
inflamasi glomeruli yang didahului oleh infeksi group A -hemolytic
streptococci dan ditandai dengan gejala nefritik seperti hematuria, edema,
hipertensi, oliguria yang terjadi secara akut.

GNAPS lebih sering terjadi pada anak usia 6 sampai 15 tahun dan jarang pada usia di
bawah 2 tahun.1,2 GNAPS didahului oleh infeksi GABHS melalui infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA) atau infeksi kulit (piodermi) dengan periode laten 1-2 minggu
pada ISPA atau 3 minggu pada pioderma.

14 01/12/2017
PATOFISIOLOGI
Infeksi streptokokus Infeksi saluran pernapasan Muncul Antibodi (Ab)
hemolitikus grup A Infeksi Kult

Endapan komplemen di Terbentuk kompleks imun Ikatan antibody dan antigen


Menarik leukosit dan Glomerulus basement bersirkulasi (sirculating (kompleks reaksi antigen
trombosit membran immune complex) antibody)

Glomerulus terjadi Terdeposisi di glomerulus


Proliferasi dan kerusakan Inflamasi
inflamasi ginjal
glomerulus

Laju filtrasi glomerulus Kerusakan kapiler Albuminuria, Hematuria


menurun generalisata

Aldosteron meningkat Retensi Na+ dan H2O


Edema

15 01/12/2017
Cairan ekstraseluler Hipertensi
meningkat
Manifestasi Klinis GNAPS
Periode Laten periode antara infeksi streptokokus dan timbulnya gejala klinik

Edema (pitting) paling sering terjadi di daerah periorbital (edema palpebra), disusul
daerah tungkai

Hematuria makroskopik dan mikroskopik

Hipertensi terjadi dalam minggu pertama dan menghilang bersamaan dengan


menghilangnya gejala klinik yang lain.

Oliguria fungsi ginjal menurun atau timbul kegagalan ginjal akut

Gejala lain : pucat, malaise, letargi dan anoreksia


16 01/12/2017
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis Darah
Ditemukan hematuri mikroskopis ataupun LED umumnya meninggi pada fase akut dan menurun
makroskopis (gros), proteinuria. setelah gejala klinik menghilang

Reaksi serologis
Infeksi streptokokus pada GNA menyebabkan reaksi
serologis terhadap produk-produk ekstraselular
streptokokus, sehingga timbul antibodi yang titernya
dapat diukur, seperti antistreptolisin O (ASO)

Aktivitas komplemen
Kadar C3 mulai menurun selama fase akut atau dalam
minggu pertama perjalanan penyakit, kemudian menjadi
normal sesudah 4-8 minggu timbulnya gejala-gejala
penyakit

17 01/12/2017
Diagnosis
Secara klinik diagnosis GNAPS dapat ditegakkan bila dijumpai full blown case dengan
gejala-gejala hematuria, hipertensi, edema, oliguria yang merupakan gejala-gejala khas
GNAPS.

Untuk menunjang diagnosis klinik, dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa ASTO


(meningkat) & C3 (menurun) dan pemeriksaan lain berupa adanya torak eritrosit,
hematuria & proteinuria.

Diagnosis pasti ditegakkan bila biakan positif untuk streptokokus hemolitikus grup A.

Pada GNAPS asimtomatik, diagnosis berdasarkan atas kelainan sedimen urin (hematuria
mikroskopik), proteinuria dan adanya epidemi/kontak dengan penderita GNAPS.

18 01/12/2017
Tatalaksana GNAPS
Antibiotik Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
Jika terdapat alergi terhadap golongan penisilin, dapat diberi eritromisin dosis 30
mg/kgbb/hari.

Diet Jumlah garam yang diberikan perlu diperhatikan. Bila edema berat,
diberikan makanan tanpa garam, bila edema ringan, pemberian garam dibatasi
sebanyak 1-2 g/hari. Diet protein normal sesuai dengan RDA (recommended
daily allowances) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari. Protein dibatasi bila kadar ureum
meninggi,
19
yaitu sebanyak 0,5-1 g/kgbb/hari. 01/12/2017
Prognosis
Penyakit ini dapat sembuh sempurna dalam waktu 1-2 minggu bila tidak ada
komplikasi, sehingga sering digolongkan ke dalam self limiting disease.
Walaupun sangat jarang, GNAPS dapat kambuh kembali.

Pada anak 85-95% kasus GNAPS sembuh sempurna, sedangkan pada orang
dewasa 50-75% GNAPS dapat berlangsung kronis

20 01/12/2017
HIPERTENSI
Tekanan darah normal pada anak adalah tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan
darah diastolik (TDD) di bawah persentil 90 berdasarkan jenis kelamin, usia dan
tinggi badan.

21 01/12/2017
Klasifikasi

Hipertensi Primer Hipertensi Sekunder


Hipertensi primer atau esensial Hipertensi sekunder lebih sering
merupakan hipertensi yang tidak dapat terjadi pada anak-anak dibanding
dijelaskan penyebabnya. Meskipun pada orang dewasa.
beberapa faktor dapat diperkirakan
berperan seperti faktor keturunan, berat Sekitar 60-80% hipertensi sekunder
badan, respons terhadap stres fisik dan pada masa anak berkaitan dengan
psikologis, abnormalitas transpor kation penyakit parenkim ginjal.
pada membran sel, hipereaktivitas sistem Kebanyakan hipertensi akut pada
saraf simpatis, resistensi insulin, dan
anak berhubungan dengan
respons terhadap masukan garam dan
kalsium glomerulonefritis,
22 01/12/2017
Manifestasi Klinis
Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala. Pada
keadaan hipertensi berat yang bersifat mengancam jiwa atau menggangu fungsi
organ vital dapat timbul gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi.
Krisis hipertensi terbagi menjadi dua yaitu:
Hipertensi urgensi Hipertensi yang tidak disertai kerusakan organ target
Hipertensi emergensi Hipertensi berat disertai komplikasi yang mengancam
jiwa seperti ensefalopati (kejang, stroke, defisit fokal), gagal jantung akut, edema
paru, aneurisma aorta, atau gagal ginjal akut.

23 01/12/2017
Terapi Hipertensi
Terapi non-farmakologis pengurangan berat badan, aktivitas fisik yang reguler,
dan modifikasi diet

Terapi farmakologis menggunakan Angiotensin-converting enzymes (ACE)


inhibitors, penghambat reseptor-angiotensin, penghambat reseptor-b, calcium
channel blockers, dan diuretika.

24 01/12/2017
25 01/12/2017

Anda mungkin juga menyukai