Anda di halaman 1dari 31

BAB I

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
a) Nama Lengkap : Tn. M
b) Usia : 72 tahun
c) Alamat : Jl. Komyos Sudarso, Gg. Bayam
d) Pekerjaan : Wiraswasta
e) Tanggal masuk RS : 21 Agustus 2017

2. Anamnesis
a) Keluhan Utama : buah zakar kiri membengkak
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan buah zakar kiri membengkak sejak 1 hari yang lalu.
Bengkak dirasakan menetap. Bengkak pada buah zakar sudah mulai dirasakan sering
muncul sejak 1 tahun yang lalu. Testis akan bengkak jika pasien mengejan dan
berdiri lama atau saat pasien mengangkat beban berat, namun biasanya bisa hilang
sendiri. Terasa nyeri hilang timbul, mual tidak ada, muntah tidak ada, demam tidak
ada. Nafsu makan dan minum baik. Buang air besar dan air kecil tidak ada keluhan.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM disangkal, riwayat hipertensi disangkal, riwayat asma disangkal,
riwayat batuk-batuk lama disangkal
d) Riwayat Kebiasaan
Pasien bekerja sehari-hari sebagai penjahit pakaian. Dalam pekerjaannya, pasien
lebih sering duduk dan juga sering mengangkat beban berat berupa tumpukan-
tumpukan pakaian dan kain.

3. Pemeriksaan Fisik
I. Tanda vital
Kesadaran : compos mentis
TD : 140/80 mmHg
Frekuensi napas : 20x/menit
Nadi : 88x/menit, reguler, isi cukup, kuat angkat
Suhu : 36,8C

1
II. Status generalis
Kulit : warna kulit sawo matang, sianosis (-), pucat (-)
Kepala : bentuk normocefal, simetris, nyeri tekan (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : sekret (-)
Hidung : sekret (-), deviasi septum (-)
Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil T1/T1
Leher : trakea letak tengah, pembesaran limfonodi (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax : bentuk normal
Paru :
Inspeksi : retraksi sela iga (-), gerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : suara datar napas vesikuler +/+ diseluruh lapang paru, rhonki (-/-
), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi :
- batas atas jantung : SIC II linea parasternalis sinistra
- batas kanan jantung : SIC IV linea parasternalis dextra
- batas kiri jantung : SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : suara jantung S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : supel, bekas operasi (-)
Bising usus : BU (+) 10x/ menit
Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen, pekak hepar (+)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-), CRT2 detik

III. Status lokalis


Inspeksi : Terdapat benjolan dibawah inguinalis lateralis sinistra, diameter 8x3 cm,
warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.

2
Palpasi : Benjolan tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas, benjolan tidak
dapat dimasukkan.

4. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah Lengkap
Leukosit : 11,5x103
Eritrosit : 4,82x106
Hemoglobin 13,2 g/dl
Hematokrit : 39,9 %
MCV : 82,8 fl
MCH : 27,4 pg
MCHC : 33,1 g/dl
Trombosit : 269x103
2) Gula Darah Sewaktu : 117 mg/dl
3) Golongan Darah : B (+)
4) SGOT : 20 U/L
5) SGPT : 29 U/L
6) Urea : 21,7 mg/dl
7) Creatinin : 1,2 mg/dl
8) BT : 200 menit
9) CT : 1000 ment
10) Anti HIV Kromatografi : non reaktif
11) HbsAg kromatografi : non reaktif

3
Elektrokardiografi

Interpretasi:
Ritme: sinus rhythm, frekuensi: 80x/ menit, axis: normoaxis.
Kelainan morfologi: tidak ditemukan kelainan morfologi gelombang.
Kesan: normal sinus rythm.

Rontgent Thorax PA

Corakan bronkovaskuler paru-paru kesan kasar, tidak tampak lesi bercak/konsolidasi.


Cor CTR 0,57, arcus aorta dilatasi. Sinus costophrenicus lancip, diafragma baik.
Tulang costa tervisualisasi intak
Kesan: Kardiomegali

5. Diagnosis Kerja
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Ireponibel

4
6. Diagnosis Banding
Hernia inguinalis medialis
Hernia femoralis
Tumor inguinal

7. Tatalaksana
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam intravena
Inj. Ranitidin 1 ampul/12 jam intravena
Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam intravena
Pro herniotomi

8. Prognosis
a) Ad vitam : Dubia ad bonam
b) Ad functionam : Dubia ad bonam
c) Ad sanactionam : Dubia ad bonam

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Dinding Abdomen


Abdomen merupakan rongga terbesar pada tubuh dan berkelanjutan pada rongga
pelvis. Batas dinding perut anterolateral oleh McVay secara anatomis digambarkan
sebagai berikut. Bagian atas adalah prosessus xiphoideus dan arkus kostarum.
Bagian bawah dari medial ke lateral dibatasi oleh simfisis pubis, ligamnetum
inguinal, krista pubikum, dn krista iliaka. Bagian belakang dibatasi oleh tulang
belakang.1
Rongga abdomen dibagi menjadi 9 regio oleh garis imajiner, 2 garis horizontal dan
2 garis sagital. Garis horizontal yang membagi abdomen adalah garis transpyloric
dan garis transtubercular. Sedangkan garis vertikal yang membagi abdomen adalah
garis imajiner yang sejajar dengan mid-clavicular line. 1
9 regio abdomen terdiri dari :
1) Regio hipokondria kanan
2) Regio epigastrika
3) Regio hipokondria kiri
4) Regio lumbalis kanan
5) Regio umbilikalis
6) Regio lumbalis kiri
7) Regio iliaka kanan
8) Regio suprapubik
9) Regio iliaka kiri

6
B. Anatomi Regio Inguinalis

a. Aponeurosis muskulus obliqus eksternus (MOE)


Merupakan otot ileo inguinal yang paling superficial, yang dimulai dari costa
ke-8 bagian lateral berjalan kkearah medio caudal. Fascia superfisialis fascia
profundus dari otot ini menjadi satu setelah mencapai dinding depan

7
abdomen dan membentuk suatu aponeurosis MOE, dibagian medial dekat
tuberculum pubicum. Aponeurosis ini pecah menjadi 2 bagian, yaitu crus
superior dan crus inferior

b. Musculus obliqus abdomis internus (MOI)


Lapisan otot dibawah MOE, arah sedikit oblique, berjalan dari pertengahan
lateral ligament inguinalis menuju ke cranio medial sampai pada tepi lateral
muskulus rectus abdominis.

c. Ligamentum inguinale (Poupart)


Merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus
eksternus. Terletak mulai dasi SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis

d. Ligamnetum lakunare (Gimbernat)


Merupakan bagian paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk
dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah SIAS.
Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat
pada ligamentum pektineal. Ligamnetum ini membentuk pinggir medial
kanalis femoralis.

e. Fascia transversalis
Tipis dan melekat erat serta menutupi muskulus transversus abdominis.

f. Segitiga Hasselbach
Hasselbach tahun (1814) mengemukakan dasar dari segitiga yang dibentuk
oleh pekten pubis dan ligamentum pektinea. Segitiga ini dibatasi oleh :
Superolateral : pembuluh darah epigastrika inferior
Medial : bagian lateral rektus abdominis
Inferior : ligamentum inguinale

8
g. Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan
panjang 4 cm dan terletak diatas ligamentum inguinale. Dinding yang
membatasi kanalis inguinalis adalah :
1) Anterior : dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus abdominis
eksternus dan 1/3 lateralnya muskulus obliqus eksternus
2) Posterior : dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus
abdominis yang bersatu dengan fascia transversalis dan membentuk
dinding posterior dibagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fascia
transversa dan konjoin tendon.
3) Superior : dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus interns
dan muskulus transversus abdominis dan aponeurosis
4) Inferior : dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.
Isi kanalis inguinalis pria :
1) Vas deferens
2) 3 arteri, yaitu arteri spermatika interna, arteri diferential, arteri
spermatika eksterna
3) Plexus vena pampiniformis
4) 3 nervus yaitu : cabang genital dari nervus genitofemoral, nervus
ilioinguinalis, serabut simpatis dari plexus hipogastrik
5) 3 lapisan fascia, yaitu :
o Fascia spermatika eksterna, lanjutan dari fascia innominate

9
o Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabut-serabut muskulus
obliqus abdominis internus
o Fascia spermatika interna, perluasan dari fascia transversal.

h. Annulus internus
Dibentuk oleh ligamentum inguinalis, conjoin tendon (tepi bawah muskulus
obliqus abdominis internus, dan muskulus tranversus abdominus), dan vasa
epigastrika inferior. Annulus ini merupakan tempat keluarnya funikulus
spermatikus dari cavum abdomen ke kanalis inguinalis. Terletak diantara
SIAS dan tuberkulum pubicum

i. Annulus eksternus
Terdiri dari crus lateral dan crus medial (merupakan pelekatan aponeurosis
MOE pada tuberkulum pubicum). Annulus ini merupakan keluarnya n.
Illioinguinalis dan funikulus spermatikus ke scrotum (pada wanita berupa
round ligament).

j. Kanalis femoralis
Kanalis femoralis merupakan lubang berbentuk oval dengan diameter kurang
dari 4 cm, dan pada wanita mempunyai diameter lebih lebar dibanding
dengan laki-laki. Pada sisi medial femoral sheath dan vena femoralis yang
mengandung limfonodus dan lemak. Di sekelilingnya terdapat beberapa
bagian rigid yaitu pada sisi anterior terdapat ligamentum inguinale, sisi
medial terdapat lakuna dari ligamentum inguinal, dan pada sisi posteriornya
terdapat bagian pectineus dari ligamentum inguinal. Cincin yang sempit ini
beresiko tinggi untuk mengalami inkarserasi (terjepitnya usus). Kanalis
femoralis terletak medial dari vena femoralus didalam lakuna vaserum dorsal
dari ligamnetum inguinalis, tempat vena saphena magna bermuara didalam
vena femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh pinggir keras dan
tajam. Batas kranio ventral dibentuk oleh ligamnetum inguinalis,
kaudodorsal oleh pinggir os pubis yang terdiri dari ligamentum ilio
pectineale (ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh vena femoralis, dan
disebelah medial oleh ligamentum lakunare gimbernati. Hernia femoralis

10
keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinal. Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis. 1

C. Hernia
1. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.
Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial
pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.2,3
Hernia adalah adanya penonjolan peritoneum yang berisi alat visera dari
rongga abdomen melalui suatu lokus minoris resistensi baik bawaan maupun
didapat. Hernia tetap merupakan problem kesehatan yang tidak bisa lepas
dari problem sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke dukun
sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter; adapula sebahagian masyarakat
yang merasa malu bila penyakitnya diketahui orang lain sakit demikian,
sehingga hal-hal inilah yang kadangkala memperlambat penanganan
penyakit dan khususnya hernia. 2,3

2. Komponen Hernia 2,3

a) Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa,
hernia intertitialis.

11
b) Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus, ovarium, dan
jaringan penyangga usus (omentum).
c) Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
2,3

3. Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak
daripada hernia direct yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih
mengambil porsi yang lebih sedikit.4,5
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000
herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya di Amerika Serikat,
dibandingkan dengan 25.000 untuk hernia femoralis, 166.000 hernia
umbilicalis, 97.000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen
lainnya.4
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40%
dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi.
Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah
menjalani operasi hernia inguinal.. meskipun kasus hernia femoralis pada
pira dan wanita adalah sama, insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4
kali lebih sering dibandingkan dikalagan pria, karena secara keseluruhan
sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita. 4,5

4. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia 2,3,6,7,8:
a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat
kemudian dalam hidup.
b) Akibat dari pembedahan sebelumnya.
c) Kongenital
1) Hernia congenital sempurna

12
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat
tempat tertentu.
2) Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia
mempunyai defek pada tempat tempat tertentu
(predisposisi) dan beberapa bulan (0 1 tahun) setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh
kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
d) Aquisial atau didapat
Hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya,
antara lain :
1) Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien
yang sering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
2) Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan
ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat
terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang
menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
3) Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
4) Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan
intraabdominal.
5) Sikatrik.
6) Penyakit yang melemahkan dinding perut.
7) Merokok
8) Diabetes mellitus

5. Klasifikasi 4
Berdasarkan arah penonjolannya hernia dibagi menjadi hernia eksterna dan
hernia interna. Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui
dinding perut, pinggang, atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus
tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut, seperti
foramen winslow, resesus retrosekalis, atau defek dapatan pada mesenterium
setelah operasi anastomosis usus. Berdasar arah hernia dibagi menjadi : 4
a) Hernia eksterna (tampak dari luar)

13
Hernia inguinalis lateralis
Hernia inguinalis medialis
Hernia femoralis
Hernia umbilikalis, sikatrikalis, sciatic, petit, spigelian, dan
perinialis

b) Hernia Interna (tidak tampak dari luar)


Hernia obturatoria
Hernia diafragmatika
Hernia foramen winslowi
Hernia ligamen treit
Lain-lain
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia didapat atau aquisita : 4
1. Hernia bawaan (kongenital) : timbulnya sejak bayi lahir atau pada anak-
anak, umumnya didapatkan pada hernia inguinalis lateralis, yang
disebabkan karena tidak menutupnya prosesus vaginalis setelah proses
penurunan testis ke skrotum baik sebagian atau seluruhnya.
2. Hernia didapat (acquired) : timbul hernia setelah dewasa dan lanjut usia.
Hal ini disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang meningkat dan
dalam waktu yang lama, misalnya pada batuk kronis, asites dan
sebagainya. Insiden ini semakin meningkat dengan bertambahnya usia
karena otot-otot dinding perut yang sudah lemah, manifestasi umumnya
adalah hernia inguinalis medialis.
Menurut sifatnya hernia disebut hernia reponibel jika isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bila didorong masuk ke perut. Selama hernia masih reponibel,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Jika isi kantong tidak bisa

14
kembali lagi ke perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong kepada peritoneum kantong hernia.
Hernia ini disebut juga hernia akreta (perlekatan karena fibrosis), tidak ada
keluhan nyeri dan tidak ada tanda-tanda sumbatan usus. Hernia disebut
hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga
perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. 4

6. Patofisiologi 2,9

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.

15
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga
terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi,
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam
beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih
dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering
terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. 2,9
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah.
Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami
proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang barang berat, mengejan.
Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar
melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah
melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan
kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua. 2,9
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses
perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial
komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi
penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang
masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran
isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang kemudian
menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi
penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah,
konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul
edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. 2,9

16
Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi
perut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses.
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis. 2,9
a) Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh
faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding
di trigonum Hesselbach. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui
annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak berhubungan
dengan pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya pada
laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami
inkarserasi dan strangulasi. 2,9

Hernia Inguinalis Direk

b) Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)


Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu
dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia
lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi secara
kongenital atau akuisita: 2,9
Hernia inguinalis indirekta congenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama
sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan

17
dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut
dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut. 2,9
Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu
bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari
processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan.
Sewaktu-waktu kentung peritonei ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi
hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis. 2,9

Hernia Inguinalis Indirek

c) Hernia Pantalon
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu
sisi. Kedua kantung hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga
berbentuk seperti celana. Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari
kasus hernia inguinalis.
Diagnosis umumnya sukar untuk ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,
dan biasanya baru ditemukan sewaktu operasi. 2,9

18
7. Diagnosis 1,2,9
a. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau
batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan
tangan (manual). Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya
hernia. Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada
hernia inkarserata. Nyeri pada keadaan strangulasi, sering penderita
datang ke dokter atau ke rumah sakit dengan keadaan ini. 1,2
b. Pemeriksaan Fisik1,2,9
Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang
setelah berbaring.
Hernia inguinal
o Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
o Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.

Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang


merupakan tonjolan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis
Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal
Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
Hernia perineum : benjolan di perineum.

Palpasi
Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di
sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia
inguinalis medialis.
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di

19
lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia
inguinalis lateralis.
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di
medialnya hernia inguinalis medialis.
Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan
sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.
Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu
jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan
kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis
dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia
inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum inguina dan
lateral tuberkulum pubikum.
Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
Hernia inkarserata : nyeri tekan.

Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata.

Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).

20
Pemeriksaan Finger Test

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Pemeriksaan Ziemen Test

Ziemen Test
Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).

21
Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
o jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
o jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
o jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Pemeriksaan Thumb Test

Thumb Test
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

c. Pemeriksaan Penunjang 1,2,9


Hasil laboratorium
Leukosit > 10.000 18.000 / mm3
Serum elektrolit meningkat
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam
posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan
memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%.
Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia

22
incarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain
dari suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat
jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau sonografi
yang menunjukkan hernia inguinalis.
CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari
adanya hernia obturator.

8. Diagnosis Banding 1,9


I. Hernia inguinalis
Hidrokel testis
Limfadenopati
Abses inguinal
Varikokel
Hematom karena trauma
Lipoma
Tumor testis
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktifitas seperti mengejan, batuk dan gerak lain yang
disertai dengan peningkatan tekanan intra abdomen, sedangkan penyakit lain
tidak berhubungan dengan aktifitas demikian.
II. Hernia femoralis
Limfadenitis yang disertai tanda radang local umum dengan sumber
infeksi di tungkai bawah, perineum, anus atau kulit tubuh kaudal dari
umbilicus.

23
Berikut ini adalah tabel yang membandingkan antara hernia inguinalis
lateralis, medialis dan femoralis.

9. Komplikasi 10,11
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat sembuh
sendiri, hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling sering terjadi.
Komplikasi yang lebih serius seperti perdarahan, osteitis atau atropy testis
terjadi kurang dari 1 persenpada pasien yang menjalani herriorraphy.

24
Perbandingan komplikasi berat dan ringan dari teknik open dan laparoscopic
herniorrhaphies. 10,11

10. Penatalaksanaan
Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Karena potensinya
menimbulkan komplikasi inkarserasii atau strangulasi lebih berat
dibandingkan resiko yang minimal dari operasi hernia (khususnya bila
menggunakan anastesi lokal). Khusus pada hernia femoralis, tepi kanalis
femoralis yang kaku meningkatkan resiko terjadinya inkarserasi. 9,11,12
Teknik operasi
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat
dikelompokkan dalam 4 kategori utama :
a) Kelompok 1: Open Anterior Repair 9,11,12
Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice)
melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus
dan membebaskan funikulus spermatikus. fascia transversalis
kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan
indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di
rekonstruksi.

25
Teknik Bassini 7,8
Komponen utama dari teknik bassini adalah
Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis
ingunalis hingga ke cincin ekternal
Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari
hernia indirect sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal
untuk mencari hernia direct.
Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis
(fascia transversalis)
Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin
Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis,
otot transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke
ligamentum inguinalis lateral.
b) Kelompok 2: Open Posterior Repair 9,11,12
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan
dengan membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin
luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam
kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini
dan teknik open anterior adakah rekonstruksi dilakukan dari bagian
dalam. Posterior repair sering digunakan pada hernia dengan
kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional
atau anastesi umum
c) Kelompok 3: Tension-Free Repair With Mesh 9,11,12
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow )
menggunakan pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior.
Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek , tetapi
menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat
memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan
disekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka
kekambuhan dilaporkan kurang dari 1%.

26
Open Mesh Repair

d) Kelompok 4: Laparoscopic 9,11,12


Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun
terakhir, tetapi juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan
teknik ini, hernia diperbaiki dengan menempatkan potongan mesh yang
besar di region inguinal diatas peritoneum. Teknik ini ditinggalkan karena
potensi obstruksi usus halus dan pembentuka fistel karena paparan usus
terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal
(TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan
dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum abdomen dan
memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan
pendekatan TAPP adalah prosedur laparoskopic langsung yang
mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cidera selama operasi.

27
Laparoscopic Mesh Repair

11. Prognosis
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan. Tapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi
jarang terjadi, kecuali pada hernia berulang atau hernia yang besar yang
memerlukan penggunaan materi prostesis. Pada penyakit hernia ini yang
penting adalah mencegah faktor predisposisinya. 13

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Gray Henry, 2000. grays anatomy of human body XII. Surface anatomy and surface
markings, Bartleby. Philadelphia
2. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1997
3. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2000
4. Lutfi Achmad, Thalut Kamardi. 2007. Dinding Perut, Hernia, Retroperitonium, dan
Omentum. Buku Ajar Ilmu Bedah,edisi 3. EGC. 615- 641
5. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders
6. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach).
Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery
Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 juli 2010)
7. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356
8. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit
GEM Foundation. 2004. Hal 39-58
9. Fitzgibbons R J, Ahluwalia H S. 2006. Inguinal Hernia. Schwartz Manual of Surgery,
eigth edition. USA: McGraw-Hills Companies.
10. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005.
11. R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias (Principles
and Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New York. 2001
12. Gary G. Wind. Applied Laparoscopic Anatomy (Abdomen and Pelvis). Edisi I. Penerbit
Williams & Wilkins, a Waverly Company. 1997.
13. W. Steve Eubanks M. D. 2004. Hernia. Sabiston Textbook of Surgery. 16th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders

29
FOLLOW UP PASIEN

Pasien dilakukan operasi herniorraphy dengan teknik tension-free repair with mesh pada
tanggal 22 Agustus 2017.

a) 23 Agustus 2017
S : Keluhan disekitar luka post operasi masih terasa, pusing, mual tapi tidak muntah.
Keluhan lain tidak ada
O : TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,6C
Luka baik, kering
A : Post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra (hari -1)
P : IVFD RL 20 tpm
Futrolit 1 fl/hari
Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam intravena
Inj. Ranitidin 1 ampul/12 jam intravena
Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam intravena
b) 24 Agustus 2017
S : Keluhan nyeri disekitar luka post operasi sudah berkurang
O : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,4C

30
Luka baik, kering
A : Post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra (hari -2)
P : IVFD RL 20 tpm
Futrolit 1 fl/hari
Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam intravena
Inj. Ranitidin 1 ampul/12 jam intravena
Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam intravena
c) 25 Agustus 2017
S : Keluhan tidak ada
O : TD : 130/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,8C
Luka baik, kering
A : Post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra (hari -3)
P : IVFD RL 20 tpm
Futrolit 1 fl/hari
Inj. Ketorolac 1 ampul/8 jam intravena
Inj. Ranitidin 1 ampul/12 jam intravena
Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam intravena

d) 26 Agustus 2017
S : Keluhan tidak ada. Pasien diperbolehkan pulang dan kontrol ke poli bedah
seminggu kemudian
O : TD : 120/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,5C
Luka baik, kering
A : Post operasi hernia inguinalis lateralis sinistra (hari -4)
P : Cefroproxin tablet 3x1 tab
Dexketoprofen tablet 3x1 tab

31

Anda mungkin juga menyukai