BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut otitis media perforata
(OMP) atau dalam sebutan sehari-hari congek. Yang disebut otitis media supuratif
kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Djaafar, 2007).
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsillitis, rhinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi
yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan down syndrome. Adanya tuba
patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK
yang tinggi di Amerika Serikat.
Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah
defisiensi imun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan
cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat bermanifestasi
sebagai sekresi telinga kronis (Nursiah, 2003).
pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal
perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif
dari otitis media kronis (Djaafar, 2007).
1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-
20 dB
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli
konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi.
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang
masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun
keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan kokhlea parah.
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan
sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk
mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada otitis media kronik adalah
(Helmi, 2005).
Pseudomonas : Aminoglikosida karbenisilin
P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin
P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida Karbenisilin
Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida
E. coli : Ampisilin atau sefalosforin
S. Aureus Anti-stafilikokus : penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
B. fragilis : Klindamisin
Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat
derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat
diberikan peroral. Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun.
Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau
kolesteatoma, sarana yang tersedia serta pengamanan operator. Sesuai dengan luasnya
infeksi atau luas kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi
dari jenis operasi itu atau dimodifikasinya.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang
mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga
tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki (Soepardi,
2007). Ahli bedah membuka tulang mastoid, menghilangkan sel-sel udara yang
terinfeksi, dan menguras telinga tengah (Phillips, 2012).
Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma
yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan
dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut
menjadi satu ruangan (Soepardi, 2007)
eksternal dan sisa-sisa membran timpani dan telinga tengah ossicles untuk exteriorize
rongga mastoid dan telinga tengah melalui saluran pendengaran eksternal (Farlex,
2012)
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan men-
cegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian
operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien
harus datang dengan teratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali.
Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan dan karier
pasien (Soepardi, 2007).
Ahli bedah dapat menghapus gendang telinga dan telinga tengah struktur.
Kadang-kadang cangkok kulit ditempatkan di telinga tengah (Phillips, 2012).
Modifikasi operasi ini adalah dengan memasang tandur (graft) pada rongga
operasi serta membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering
permanen. Tetap terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telnga luar menjadi lebar
(Soepardi, 2007).
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetap
belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding
posterior liang telinga direndahkan (Soepardi, 2007). Ini adalah bentuk kurang parah
dari mastoidektomi radikal. Tidak semua tulang telinga tengah dikeluarkan dan
gendang telinga tersebut dibangun (Phillips, 2012).
Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga
mastoid, dan mempertahankan pendengaran yag masih ada (Soepardi, 2007).
2.1.9.4. Miringoplasti
2.1.9.5 Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih
berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan
medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta
memperbaiki pendengaran (Soepardi, 2007)
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus
dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi
tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang
dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V. Sebelum
rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan
atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula
operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan operasi ini terpaksa dilakukan dua
tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan (Soepardi, 2007).
2.2.9.7. Timpanomastoidektomi
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Seluruh pinna (daun telinga), kecuali lobulus, serta bagian luar kanal akustik
eksternal terdiri dari kerangka satu bagian dari tulang rawan elastis kuning ditutupi
dengan kulit. Yang terakhir ini erat melekat pada perichondrium di permukaan lateral
sementara itu sedikit longgar pada permukaan medial (Dhingra, 2007)
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar seru-
men (kelenjar kerigat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang
telinga (Soepardi, 2010).
Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksid (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria).
Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang
telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa
saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian
luar sirkuler pada bagian dalam (Soepardi, 2010).
timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut itu. Secara klinis reflek cahaya ini
dinilai, misalnya bila letak reflek cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada
tuba Eustachius (Soepardi, 2007)
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya
bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm,
sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu
: bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding
posterior (Nursiah, 2003).
flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum,
yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid (Soepriadi,
2007).
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan verstibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan
skala vestibula (Soepardi, 2007)
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti (Soepardi,
2007).
a. Neuron ke-1
Sel-sel bipolar Ganglion spirale cochleae. Setelah keluar dari aperturae kecil-
kecil di trachus spiralis foraminosus di dalam meatus acusticus internus, serabut-
serabut tersebut membentuk N. cochlearis dan bersatu dengan N. vestibularis di dasar
meatus acusticus internus sehingga membentuk N. vestibulo-cochlearis [VIII].
Serabut-serabut dari bagian cochlea basal menyeberang menuju ke nucleus cochlearis
posterior, dan serabut yang berasal dari bagian apeks berakhir di nucleus cochlearis
anterior (Sobotta, 2006)
b. Neuron ke-2
Sel-sel ganglion multipolar di nuclei cochlearis. Serabut-serabut dari nucleus
cochlearis anterior sebagian besar melintas di dalam corpus trapezoideum menuju ke
sisi seberang dan membentuk lemnicus lateralis, yang menjadi penghubung dengan
colliculus inferior. Sebagian kecil serabut bergabung dengan lemnicus lateralis pada
sisi yang sama. Akson dari nucleus cochlearis posterior menyilang di superfisial
menuju ke fossa rhomboidea dan masuk ke dalam lemnicus lateralis pada sisi yang
berlawanan (Sobotta, 2006).
c. Neuron ke-3 atau ke-4
Dari collicus inferior dibuat hubungan ke Corpus geniculatum mediale
(Sobotta, 2006).
d. Neuron ke-4 atau ke-5
Radiatio acustica menghubungkan corpus geniculatum mediale dengan gyrus
transversus HESCHL dan pusat WERNICLE di lobus temporalis (Sobotta, 2006).