Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN ILMU THT-KL JURNAL

FAKULTAS KEDOKTERAN
Januari 2019
UNIVERSITAS PATTIMURA

Diagnosis and treatment of acute pharyngitis/tonsillitis:


a preliminary observational study in General Medicine

(Diagnosis Dan Pengobatan Faringitis Akut/ Tonsilitis : Sebuah Studi Observasi


Awal Dalam Kdokteran Umum)

Disusun oleh:
Maria Fitria Fautngil
NIM. 2012-83-027
Pembimbing:
dr. Rodrigo S. Limmon, Sp. THT-KL,MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN THT-KL
RSUD DR. M. HAULUSSY AMBON
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
penyertaan-Nyalah sehingga Jurnal ini dapat di selesaikan pada waktunya.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dokter dr. Rodrigo S.


Limmon,Sp. THT-KL, MARS selaku pembimbing, yang telah membantu
mengarahkan penulis untuk menyelesaikan jurnal ini. Penulis juga menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Jurnal ini.

Penulis menyadari Jurnal ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu saran
sangat penulis harapkan untuk kedepanya. Semoga jurnal ini dapat berguna bagi
yang membaca. Sekian dan terima kasih.

Ambon, Januari 2019

Penulis

ii
TERJEMAHAN JURNAL

DIAGNOSIS DAN PENGOBATAN FARINGITIS AKUT/ TONSILITIS :


SEBUAH STUDI OBSERVASI AWAL DALAM KDOKTERAN UMUM.

F.DI MUZIO,M.BARUCCO,F.GUERRIERO

Azienda Sanitaria Locale Roma 4, Rome, Ital

ABSTRAK- Objektif : menurut pengamatan terbaru penggunaan antibiotik yang


tidak tepat sasaran menciptakan strain bakteri semakin resisten. Dalam konteks ini
semakin jelas kebutuhan untuk menggunakan secara rasional terapi antibiotik yang
ekstrim dan bijaksana, terutama oleh dokter yang bekerja di unit perawatan primer.
Dalam praktek klinik,sebenarnya dokter umum sering mengobati banyak penyakit
tanpa memiliki peralatan yang tepat. Khususnya penggunaan tes diagnostik yang
berdedikasi dan mudah digunakan akan menjadi satu senjata lagi untuk menegakkan
diagnosis dan pengobatan faringitis akut-tonsilitis dengan tepat. Frekuensi kondisi
penyakit ini ditemui secara praktek klinis namun, manajemen optimal tetap menjadi
topik kontroversial. Dalam konteks ini, studi obeservasi dimaksudkan untuk
demonstrasi menggunakan rapid test (RAD: Rapid Antigen Detection) melawan
Streptokokus Βeta- Hemolitikus Group A (GABHS) dalam praktek klinik sehari-hari
untuk mengidentifikasi individu dengan streptokokus faringitis akut- tonsilitis
membutuhkan terapi antibiotik dan untuk mengikuti objektif : 1) untuk mendapatkan
jawaban kebutuhan medis yang tidak terpenuhi ;(2) promosi untuk kesesuaian
antibiotik; (3) menyediakan sarana penahanan dan pengeluaran farmasi.

1
PASIEN DAN METODE

50 Pasien menunjukkan sakit yang berhubungan dengan eritema dan/atau


faringitis tonsilar eksudat dengan atau tanpa ruam scarlatiniform, demam, pernah
malaise yang bersifat subjektif untuk melakukan rapid test (RAD: Rapid Antigen
Detection) untuk mencari streptokokus β hemolitikus group A (GABHS). Faringitis-
tonsil biasanya dengan test swabs menggunakan immunospark (sensivitas 97.6%,
spesifitas 97.5%) sesuai instruksi manufacturer’s ( dibaca kurang dari 10 menit).

HASIL

Dari 50 pasien, 45 pasien mendapat respon negatif, 5 lainnya positif untuk


mencari streptokokus β hemolitikus group A. Tidak ada hasil tes yang tidak valid.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diperoleh, pasien dengan rapid test positif yang menjadi
sasaran terapi antibiotik. Penelitian ini telah menghasilkan penghematan biaya yang
signifikan dalam pengeluaran farmasi, tanpa mengabaikan penerapan pedoman
dengan melakukan tes validasi secara klinik yang membawa keuntungan untuk
mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak perlu dan berpotensi berbahaya dan
akibatnya prevalensi yang lebih rendah dan kejadian strain bakteri resisten antibiotik.

KATA KUNCI :

Faringitis akut, Tonsilitis, radang tenggorokan, streptoccoccus β-hemolitikus


group A (GABHS). Test Rapid Antigen Detection, penggunaan antibiotik yang
tepat, menghemat biaya dalam mengeluarkan farmasi.

2
PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik orofaring adalah metode terbaik dalam menegakan sebuah


diagnosis dari radang tenggorokan tetapi jarang memberikan bukti yang cukup untuk
mengetahui etiologinya. Biasanya, ada hiperemia luas pada mukosa tonsil, lebih atau
kurang meluas ke faring, yang mungkin berhubungan dengan tanda-tanda lain seperti
eksudat tonsil, petekie pada langit-langit lunak atau jarang luka.

Tonsilar eksudat keputihan atau bernanah dianggap satu-satunya unsur terkait


dengan etiologi dari GABHS (Beta Hemolytic Streptococcus group A). Banyak virus
khususnya adenovirus, dan virus epsteinbarr, dapat menentukan tonsilitis eksudatif
komparatif, jika tidak lebih ditekankan dari apa yang diharapkan menjadi GABHS
khas. Petekie sering dikaitkan dengan etiologi streptokokus, sementara lesi ulseratif
paling sering dikaitkan dengan bentuk virus.

Beberapa data epidemiologi dan gejala yang terkait dengan tanda lokal dari
radang tengorokan dapat berkontribusi pada diagnosis etiologi. Indikasi khas
timbulnya penyakit GABHS adalah: onset akut, tidak adanya penyakit saluran
pernapasan lainnya pada rumahtangga pasien, berusia 3-4 tahun, demam tinggi, sakit
tenggorokan, sakit kepala hebat dan sakit lateroservikal limfadenopati.

Bentuk virus, meskipun harus ditandai oleh gejala sistemik akut yang lebih
sederhana, dengan suhu yang lebih rendah, tetapi keterlibatan saluran udara bagian
atas, adanya keluarga dengan penyakit serupa, onset bertahap, biasanya di musim
panas, dan terlibat dari tahun pertama kehidupan.

Tanda dari streptokokus faring-tonsilitis dan non streptokokus bervariasi dan


bergabung begitu luas sehingga diagnosis pasti hanya dibuat berdasarkan tanda-tanda
klinis, tidak mungkin, meskipun beberapa telah diusulkan sebagai skor klinik, seperti
Mc Isaac.

3
Mengingat faringitis akut-tonsilitis adalah salah satu penyakit yang paling
sering ditemui oleh dokter anak dan praktisi umum ( 15 juta kunjungan per tahun di
AS), hanya sebagian kecil dari pasien (20%-30% pasien anak, bahkan lebih sedikit
pada orang dewasa) yang menderita faring-tonsilitis oleh GABHS.

Dengan pengecualian dari infeksi bakteri langka lainnya dari faring


(disebabkan oleh corynebacterium diphteriae dan Neisseria gonorrhoae), terapi
antibiotik yang tidak diperlukan untuk faringitis akut- tonsilitis yang disebabkan oleh
mikroorganisme lain dibandingkan GABHS bahkan lebih karena kebanyakan kasus
disebabkan oleh virus dan khususnya adenovirus, influenza dan virus parainfluenza.
Sangat penting untuk membuat diagnosis secara akurat untuk menghindar resep
antibiotik yang tidak perlu dan berpotensi membahayakan.

Saat ini, dianjurkan untuk mendapatkan swab faring-tonsil untuk pemeriksaan


RAD (Rapid Antigen Detection) pada anak atau remaja dengan riwayat, gejala dan /
atau tanda-tanda infeksi dari GABHS. Jika respon tes RAD negatif pada subjek
dimana ada bukti yang kuat dan dicurigai adanya infeksi, maka harus dilakukan
kultur bakteri. Dalam kasus yang mendapat hasil tes RAD positif, kultur bakteri tidak
diperlukan untuk tes keandalan dan spesifitas.

Kultur bakteri tidak diperlukan untuk diagnosis faringitis akut oleh GABHS
dengan mempertimbangkan korelasi uji cepat dengan kultur. Dosis antibodi
streptokokkus ASO (Anti-streptolysin O) tidak dianjurkan dalam diagnosis faringitis
streptokokus karena adanya antibodi ini mencerminkan infeksi yang telah terjadi
sebelumnya dan bukan infeksi yang sedang berlangsung.

Setelah mendiagnosis, pasien dengan faring-tonsilitis streptokokus harus


diobati dengan antibiotik yang sesuai, dalam dosis yang tepat untuk durasi yang
diperlukan untuk pemberantasan GABHS dari faring. Antibiotik dasar untuk pasien
yang tidak alergi adalah penisilin, khususnya amoxicillin. Pengobatan faring-tonsilitis
streptokokus pada pasien alergi terhadap penisilin harus mencangkup generasi

4
pertama sefalosporin/ generasi kedua selama 10 hari (5-6 hari untuk sefalosporin
generasi ketiga jika ada yang meragukan terapi 10 hari) atau klaritomisin selama 10
hari atau azitromisin untuk 5 hari; dianjurkan untuk pasien dengan alergi yang
dimediasi oleh IgE terhadap β- laktam karena dilaporkan strain bakteri yang resisten
makrolida.

PASIEN DAN METODE

Dari November 2014 hingga April 2015, 50 pasien dewasa (usia rata-rata
27,48 tahun) dengan tanda dan gejala pharyngo-tonsillitis akut diamati, dalam studi
kedokteran umum. Pasien ini, yang tidak memiliki tes diagnostik (tes cepat untuk
GABHS), dan bahkan menerapkan EBM (Evidence Based Medicine), dapat diobati
dengan antibiotik oral (penisilin / sefalosporin atau makrolida jika alergi). Informed
consent ditandatangani dan dilaporkan dalam catatan medis.

Gambar 1 Gambar 2

Kriteria inklusi (Gambar 1 dan 2): Mayor: sakit tenggorokan yang berhubungan
dengan eritema dan / atau faringeal/ tonsil eksudat dengan atau tanpa ruam
scarlatiniform. Minor: demam, malaise umum, kriteria utama harus selalu ada.

5
BAHAN DAN BIAYA
Deteksi Tes Cepat untuk AlatBeta hemolytic Streptococcus grup A dari
Immunospark (sensitivitas relatif 97,6%, spesifisitas relatif 97,5%) digunakan: harga
rata-rata untuk setiap tes sekitar € 2,00. Total biaya (kiasan) € 100,00. Tes disediakan
"gratis" oleh SD srl (Servizi Diagnostici Srl, Roma, Italia) dan diberikan kepada
pasien tanpa biaya. Tidak ada hasil tes yang tidak valid.

METODOLOGI
Melakukan swab faring-tonsil sesuai dengan instruksi pabrik (hasil run-time /
membaca <10 menit).

HASIL
Kehadiran hanya satu pita kontrol kualitas untuk respons negatif dalam 45 tes
(90% pasien). Kehadiran dual band untuk respons positif dalam 5 tes (10% pasien)
(Gambar 3).

Gambar 3

Berdasarkan data yang diperoleh, hanya pasien dengan respons positif


terhadap tes cepat yang menjalani terapi antibiotik. Untuk 3 pasien amoksisilin
digunakan selama 10 hari; untuk 2 pasien Ceftibuten digunakan selama 6 hari. Total
biaya terapi antibiotik € 65,56.
Jumlah total: € 100,00 (total biaya figuratif 50 kit) + € 65,56 (total biaya
terapi antibiotik untuk pasien RAD positif) = € 165,56 (Gambar 4). Jika semua 50

6
pasien diperlakukan sama, hanya berdasarkan evaluasi klinis (tanpa pemberian tes
cepat), dengan amoksisilin (tidak mempertimbangkan alergi terhadap penisilin dan /
atau pilihan pengobatan yang berbeda), biaya antibiotik adalah: € 6,54 (dua kotak pil /
orang) x 50 = € 327,00 (Gambar 4).

(total biaya kiasan 50 kit) + € 65,56 (total biaya terapi antibiotik untuk pasien RAD
positif) - € 327,00 (pengeluaran farmasi untuk semua 50 pasien yang diobati tanpa
perbedaan) = - € 161,44 sama dengan 49,4% (Gambar 4) .
Jika kami mempertimbangkan penggunaan antibiotik oral (ceftibuten) yang
saat ini lebih mahal hanya untuk pasien positif dibandingkan dengan pengobatan yang
mungkin dari semua 50 pasien dengan antibiotik termurah (amoksisilin),
penghematan biaya akan menjadi: € 100,00 (biaya total figuratif) 50 kit) + € 114,85
(5 kotak pil ceftibuten untuk satu-satunya pasien positif) - € 327,00 (Semua pasien
yang diobati dengan amoksisilin) = - € 112,15 sama dengan 34,4% (Gambar 4).

DISKUSI

Selain penghematan dalam biaya farmasi dibandingkan dengan sedikit biaya


untuk biaya pengujian (dalam hal ini total biaya figuratif berkat pengiriman gratis),
kita tidak boleh mengabaikan penerapan Panduan yang lebih penting dan benar.

7
Penggunaan tes deteksi antigen cepat terhadap streptokokus beta-hemolitik
group A (GABHS) membawa keuntungan terutama dalam mengurangi penggunaan
antibiotik yang tidak perlu dan berpotensi membahayakan, dengan prevalensi yang
lebih rendah dari bentuk bakteri yang resistan terhadap obat.
Studi pengamatan kecil di kedokteran umum menunjukkan bahwa
penggunaan rapid test telah terbukti layak dan dinginkan.

Kesimpulan
Rapid test, diterpkan sesuai pedoman, dapat membantu dalam pengeluaran
farmasi, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat.

Conflik kepentingan
Penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan.

8
REFERENSI

1. Shaikh N, Leonard E, Martin JM. Prevalence of streptococcal pharyngitis and


streptococcal carriage in children: a meta-analysis. Pediatrics 2010;126:e557-64.
2. CHIAPPINI E, REGOLI M, BONSIGNORI F , SOLLAI S, PARRETTI A,
GALLI L, DE MARTINO M. Analysis of different recommendations from
international guidelines for the management of acute pharyngitis in adults and
children.ClinTher 2011;33:48-58.
3. PALLA AH, KHAN RA, GILANI AH, MARRA F. Over prescription of
antibiotics for adult pharyngitis is prevalent in developing countries but can be
reduced using McIsaac modification of Centor scores: a cross-sectional study.
BMC Pulm Med 2012;12:70.
4. WINDFUHR JP , TOEPFNER N, STEFFEN G, WALDFAHRER F , BERNER
R.Clinical practice guideline:tonsillitis I.Diagnostics and nonsurgical
management.Eur Arch Otorhinolaryngol 2016 Jan 11. [Epub ahead of print].
5. SUNJOO K. Optimal diagnosis and treatment of group A streptococcal
pharyngitis. Infect Chemother 2015;47:202-204.
6. AGARWAL M, RAGHUWANSHI SK, ASATI DP. Antibiotic use in sore throat:
are we judicious? Indian J Otolaryngol Head Neck Surg 2015; 67: 267270.
7. GUROL Y, AKAN H, IZBIRAK G, TEKKANAT ZT, GUNDUZ TS, HAYRAN
O, YILMAZ G. The sensitivity and the specifity of the rapid test in streptococcal
upper respiratory tract infections. Int J Pediatr Otorhinolaryngol 2010;74:591-
593.
8. ESCMID SORE THROAT GUIDELINE GROUP , PELUCCHI C,
GRIGORYAN L, GALEONE C, ESPOSITO S, HUOVINEN P , LITTLE P ,

9
VERHEIJ T. Guideline for the management of acute sore throat. Clin Microbiol
Infect 2012; 18 Suppl 1:1-28.
9. TAJBAKHSH S, GHARIBI S, ZANDI K, YAGHOBI R, ASAYESH G. Rapid
detection of Streptococcus pyogenes in throat swab specimens by fluorescent in
situ hybridization. Eur Rev Med Pharmacol Sci 2011; 15: 313-317.
10. CHIAPPINI E, PRINCIPI N, MANSI N, SERRA A, DE MASI S, CAMAIONI
A, ESPOSITO S, FELISATI G, GALLI L, LANDI M, SPECIALE AM,
BONSIGNORI F , MARCHISIO P , DE MARTINO M; ITALIAN PANEL ON
THE MANAGEMENT OF PHARYNGITIS IN CHILDREN. Management of
acute pharyngitis in children: summary of the Italian National Institute of Health
guidelines. Clin Ther 2012; 34: 14421458.
11. SHULMAN ST, BISNO AL, CLEGG HW, GERBER MA, KAPLAN EL, LEE
G, MARTIN JM, VAN BENEDEN C. Clinical practice guideline for the
diagnosis and management of group A streptococcal pharyngitis: 2012 update by
the Infectious Diseases Society of America.Clin Infect Dis 2012;55:1279-1282.
12. THE SANFORD GUIDE TO ANTIMICROBIAL THERAPY, 43th Edition,
2013.
13. GAJIC I, MIJAC V , STANOJEVIC M, RANIN L, SMITRAN A, OPAVSKI N.
Typing of macrolide resistant group A streptococci by random amplified
polymorphic DNA analysis. Eur Rev Med Pharmacol Sci 2014; 18:2960-2965.
14. PINTUCCI JP , CORNO S, GAROTTA M. Biofilms and infections of the upper
respiratory tract. Eur Rev Med Pharmacol Sci 2010;14:683-690.
15. WAJIMA T, CHIBA N, MOROZUMI M, SHOUJI M, SUNAOSHI K, SUGITA
K, TAJIMA T, UBUKATA K; GAS SURVEILLANCE STUDY
GROUP.Prevalence of macrolide resistance among group A streptococci isolated
from pharyngo-tonsillitis. Microb Drug Resist 2014;20:431-435.

10

Anda mungkin juga menyukai