Anda di halaman 1dari 15

PENENTUAN LAMA KEMATIAN

Pembimbing
Prof. Dr. Amri amir, Sp.F (K), DFM,SH,Sp.Akup

ELSI FITRI DEWI (130611014)


ILHAM AKBAR (71160891969)
KARTIKA ARSAH (71160891879
S. RANNY YULIA E (130611012)

SMF Ilmu Kedokteran Forensik


dan Medikolegal
RSUD. Dr. Pirngadi Medan
PENDAHULUAN
• Kematian hanya dapat dialami oleh organisme
hidup. Secara medis, kematian merupakan suatu
proses dimana fungsi dan metabolisme sel organ-
organ internal tubuh terhenti. Dikenal beberapa
istilah kematian, yaitu mati somatis, mati seluler,
mati serebral, dan mati batang otak. Mati somatis
(mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi
ketiga sistem penunjang kehidupan yaitu susunan
saraf pusat, sistem kardiovaskuler, dan sistem
pernafasan.
Lama waktu kematian dapat ditentukan dengan mengidentifikasi
perubahan-perubahan yang terjadi pada mayat, baik perubahan
internal maupun perubahan eksternal (Well & Lamotte, 2001).
Setelah terjadi kematian maka akan terdapat beberapa perubahan
pada tubuh. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa saat setelah meninggal atau beberapa
menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah
berhenti, pernafasan berhenti, refleks cahaya dan kornea mata
hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul
perubahan pasca mati yang jelas dan dapat digunakan untuk
mendiagnosis kematian lebih pasti (termasuk lama waktu kematian).
THANATOLOGI

Thanatologi merupakan ilmu yang mempelajari segala


macam aspek yang berkaitan dengan kematian.
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal
secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian,
yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat.
Kegunaan thanatologi antara lain (Amir, 2005):

Memastikan kematian klinis


Memperkirakan sebab kematian
Memperkirakan saat kematian
Memperkirakan cara kematian
Setelah terjadi kematian maka akan terdapat beberapa
perubahan pada tubuh. Perubahan tersebut dapat
timbul dini pada saat meninggal atau beberapa saat
setelah meninggal atau beberapa menit kemudian,
misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti,
pernafasan berhenti, refleks cahaya dan kornea mata
hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa
waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas dan
dapat digunakan untuk mendiagnosis kematian lebih
pasti (termasuk lama waktu kematian)
Tanda-tanda tersebut antara lain,
sebagai berikut (Amir, 2005):

1. PENURUNAN SUHU
2. LEBAM MAYAT
3. KAKU MAYAT (Rigor Mortis, Cadaveric Rigidity)
4. PEMBUSUKAN (Decomposition)
5. ADIPOSE
6. MUMIFIKASI
Penentuan lama kematian secara kasar dengan
menggunakan perubahan temperatur dan kaku mayat
dapat dipedomani tabel berikut(Amir, 2005):

Temperatur Tubuh Kaku Mayat Lama Kematian


Hangat Tidak kaku Di bawah 3 jam
Hangat Kaku 3-8 jam
Dingin Kaku 8-24 jam
Dingin Tidak kaku Lebih 24 jam
Penentuan lama kematian dengan
menggunakan Henssge Normogram
Perkiraan waktu sejak kematian (the time since death)
pada periode awal post mortem dapat dilakukan
dengan cara yakni menganalisis tanda supravital
ataupun dengan menggunakan tanda-tanda awal
kematian. Menggunakan beberapa metode untuk
menentukan waktu sejak kematian meningkat secara
signifikan ketepatan dan keandalan atas estimasi waktu
sejak kematian. Adapun tanda-tanda reaksi supravital
yang dapat dinilai seperti rangsangan listrik otot,
rangsangan kimia otot dan tanda-tanda awal kematian
(pendinginan tubuh, ligamen post mortem dan rigor
mortis). Reaksi supravital dan tanda-tanda awal
kematian adalah parameter penting dalam
memperkirakan waktu sejak itu kematian pada periode
awal post mortem, khususnya selama 24 jam pertama
setelah kematian(Poposka et al., 2013).
APA ITU METODE NORMOGRAM
Metode normogram adalah sebuah diagram
yang menghubungkan tiga variabel yang diwakili
oleh garis lurus atau kurva untuk setiap variabel,
diciptakan oleh Henssge et al. (1984). Metode
Nomogram didasarkan pada rumus yang
mengikuti bentuk kurva sigmoid pendinginan.
Penentuan saat kematian dari normogram ini
dapat diaplikasikan dengan hanya sekali
penentuan suhu raktal korban, dimana cara
penggunaannya dapat dilihat pada gambar
berikut (gambar 2.1) (Amir, 2005).
Pada tahun 2000 Akhirnya Henssge mempelajari
72 kasus menggunakan nomogram sebagai
metode utama, dan kemudian
mempertimbangkan parameter lain (hypostasis,
kekakuan, rangsangan rangsangan mekanik
mekanik dan elektrik dan kimia dari iris). Kriteria
tambahan ini berguna untuk memodifikasi
interval ketidakpastian yang dihitung dengan
nomogram. Henssge kemudian membuat sebuah
perangkat lunak yang dapat menghitung waktu
kematian menggunakan data pada suhu sekitar
dan kadaver, faktor koreksi, pengamatan iri dan
keras, rangsangan otot rangka (mekanik atau
elektrik) dan kimia iris (Elena, 2011).
Gambar 2.1 Henssge’s Normogram
KESIMPULAN
Penentuan lama kematian bisa menggunakan
beberapa metode, salah satu metode yang di
pakai adalah dengan Nomogram. Metode
normogram adalah sebuah diagram yang
menghubungkan tiga variabel yang diwakili
oleh garis lurus atau kurva untuk setiap
variabel, diciptakan oleh Henssge et al. (1984).
Metode Nomogram didasarkan pada rumus
yang mengikuti bentuk kurva sigmoid
pendinginan.

Anda mungkin juga menyukai