Anda di halaman 1dari 37

MIOPATI

Miopati adalah gangguan otot skelet akibat


penyakit pada serabut otot itu sendiri.
Miopati kongenital muscular dystrophy.
Muscle wasting berkurangnya massa otot
akibat miopati, distrofi atau denervasi.
Muscle atrophy hanya o.k. denervasi.
Muscular dystrophy
Muscle Disease Associated with Myotonia
Toxic and Metabolic Myopathies
Disorders Characterized by Stiffness and
Spasms
Familian Periodic Paralysis
Disorders of the Neuromuscular Junction
Drug-Induced Myasthenia Syndrome
Inflammatory Muscle Disease
Muscular dystrophies
Mitochondrial cytopathies
Congenital myopathies
Metabolic myopathies
Klasifikasi berdasarkan gambaran klinis :
Duchenne Muscular Dystrophy
Becker Muscular Dystrophy
Congenital Muscular Dystrophies
Fascioscapulohumeral Muscular Dystrophy
(FSH)
Scapuloperoneal Muscular Dystrophy
Limb-Girdle Muscular Dystrophy
Oculopharyngeal Muscular Dystrophy
Childhood-onset muscular dystrophies :
Paling sering :
Duchenne muscular dystrophy
Becker muscular dystrophy
Adult-onset muscular dystrophies :
Paling sering :
Myotonic dystrophies and its variant
Fascioscapulohumeral dystrophy
Limb-girdle muscular dystrophy
The most common lethal X-linked recessive
disease.
Prevalensi 1 : 3500 kelahiran laki-laki.
Hampir selalu pada anak laki-laki, wanita
carrier.
Disebabkan tidak adanya dystrophin
90% DMD terjadi o.k. mutasi gen distrofin
pada lengan pendek kromosom Xp21, 30%
akibat mutasi baru.
Pada penderita DMD, mutasi biasanya
menyebabkan delesi (65% kasus) atau
duplikasi (5% kasus) sejumlah besar segmen
gen distrofin, sehingga protein yang
diproduksi sering tidak fungsional.
Gambaran klinis :
Awalnya normal, tetapi berdiri/jalan terlambat
Progressive proximal weakness
Waddling gait
Toe-walking o.k. kontraktur tendon Achilles
Pseudohipertrofi otot betis
Sulit naik tangga atau bangkit dari kursi
Lordosis lumbalis
Gowers maneuver to rise from the floor
Usia 10 tahun kursi roda
Usia belasan tahun di tempat tidur
sekitar usia 20 tahun
Stadium lanjut kontraktur, deformitas, skoliosis berat, distal weakness
and wasting
Distrofin (-) pada :
Otot jantung cardiac dystrophies
Otot polos (-) hipomotilitas saluran cerna
Otak gangguan fungsi kognitif/intelektual
Enzim otot :
CK, AST, ALT LDH, aldolase
Kreatinuria, mioglobinuria
EKG abnormal : takikardi, RBBB (Right
Bundle Branch Block), gel Q
EMG abnormal : durasi dan amplitudo MUP
, gelombang polifasik
DNA : mutasi
Biopsi otot
Distrofi otot lainnya
Neurogenic muscular atrophy
Polimiositis dan dermatomiositis
Polineuropati
Benign congenital myopathies
Terapi spesifik (-)
Fisioterapi cegah kontraktur
Splinting, bracing, terapi bedah release
contracture
Kortikosteroid
Oxandrolone (synthetic testosterone derivative
with significant anabolic properties but few
androgenic effects).
Gene-Based Therapies (masih diteliti) :
o Gentamicin
o Myoblast transfer
o Gene replacement therapy
Varian DMD yang lebih ringan.
X-linked recessive disorder.
O.k. mutasi gen distrofin pada kromosom Xp21.
Due to in-frame mutations that result in a partially functional
dystrophin.
Distrofin (+), tetapi fungsinya berkurang.
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan (peningkatan kadar CK
asimptomatik) sampai berat (sedikit lebih ringan dari
Duchenne).
Umumnya perjalanan penyakitnya lebih ringan daripada DMD.
Saat lahir normal, onset rata-rata pada usia 11 tahun.
Keterlibatan jantung yang simptomatik jarang dijumpai.
Pasien masih dapat berjalan sampai sekitar usia 30 tahun
dengan bantuan brace.
Sama dengan DMD.
Karena perjalanan penyakitnya lebih ringan
dengan usia harapan hidup yang lebih
panjang, penggunaan steroid harus benar-
benar diperhatikan untung ruginya.
Kardiomiopati dapat berkembang lebih cepat
daripada kelemahan ototnya, sehingga cepat
menimbulkan payah jantung kongestif.
Kadang-kadang dibutuhkan transplantasi
jantung.
The third most common muscular dystrophy
(prevalence 1 : 20.000).
An autosomal dominantly inherited disorder.
25% new mutations.
95 98% FSHD (familial or sporadic) have a DNA
short fragment usually < 35 kb in length (N :
300 kb).
Gen yang mengalami defek belum dapat
diidentifikasi tetapi dijumpai adanya delesi
sekuens DNA pada lengan panjang (q arm)
kromosom 4 (4q35).
Patologi :
Seperti gambaran distrofi + inflamasi.
75% menunjukkan infiltrasi sel peradangan.
Gejala timbul saat remaja, 95% mencapai
usia 20.
Gejala awal :
Kelemahan dan atrofi otot wajah dan gelang
bahu pada usia dekade kedua atau ketiga, diikuti
otot abdomen dan gelang panggul serta otot
ekstensor pedis.
Umumnya baru terdiagnosa bila kelemahan
otot-otot gelang bahu sudah menonjol.
Jarang disertai keterlibatan organ lain, tetapi
dapat disertai hipertensi yang labil, yang
sebabnya belum diketahui.
50% mengalami gangguan pendengaran.
Diagnosa berdasarkan :
Gejala klinis
Pattern of inheritance
Genetic testing
Kadar CK serum bisa normal atau sedikit .
Pada beberapa penderita FSMD dengan
fenotip yang tipikal tidak dijumpai reduksi
gen di area 4q35.
Terapi :
Kortikosteroid : short course Prednisone (1
mg/kg/day for 4 8 weeks)
Penggunaan steroid dipertimbangkan pada
kasus dengan perburukan fungsi yang cepat,
khususnya bila disertai peningkatan kadar CK
serum.
Suplemen kreatin
Suportif
LGMD : both autosomal dominant (LGMD 1)
and recessive (LGMD 2).
Sporadis.
Inherited :
Otosomal resesif (kromosom 2p13-16)
Otosomal dominan (kromosom 15q.15.1-
q21.1)
Terutama melibatkan otot-otot truncal dan
proximal limb girdle.
Gejala awal : Kelemahan otot-otot gelang
panggul dan proksimal tungkai.
Clinical hallmark : progressive proximal limb
weakness
Onset sangat bervariasi, dapat dimulai pada
masa kanak-kanak, dapat pula baru timbul
setelah dewasa.
Onset rata-rata pada usia 21 tahun.
Tidak mampu berjalan setelah 10 20 tahun dari
onset.
Kardiomiopati jarang dijumpai.
Diagnosa :
Gejala klinis
Kadar CK serum meningkat
Biopsi otot abnormal

Terapi :
Biasanya suportif
Jarang diperlukan intervensi ortopedik
Kortikosteroid tidak bermanfaat
No drugs can slow the progression of the disease
Dicurigai pada penderita yang mengalami kelemahan
otot-otot proksimal selama pengobatan.
Obat-obat penyebab :
1. kortikosteroid
Atrofi serabut otot dan rhabdomiolisis
2. Colchicine, Klorokuin, Hidroklorokuin,
Cyclosporine
Menyebabkan miopati proksimal
3. Cardiac Drugs (Amiodarone, Labetalol,
Procainamide, Flecainide, Enalapril)
4. D-Penicillamine jangka panjang
Polimiositis dan dermatomiositis
5. Zidovudine (obat HIV/AIDS)
6. Obat Hipolipidemik
7. Pengguna kronis kokain, heroin,
amfetamin, barbiturat, marijuana,
phencyclidine, alkohol
8. Diuretik (jangka panjang)
Hypokalemic periodic paralysis
Secondary hypokalemic periodic paralysis
Hyperkalemic periodic paralysis
Paramyotonia congenita
Semua diturunkan secara otosomal dominan.
Paralisis otot episodik yang berkaitan dengan
hipokalemia.
O.k. mutasi kromosom 1q31-32.
Klinis :
Usia remaja/20an, laki-laki >>
Serangan dimulai malam hari saat bangun
semua otot skelet lumpuh, kecuali untuk otot
bicara/pernafasan.
Serangan berlangsung beberapa jam hari.
Pencetus :
Diet tinggi KH, lelah >>, trauma, alkohol >>,
ISPA, udara dingin, penggunaan insulin,
hormon tiroid, steroid, epinefrin, thiazides,
licorice.
Diagnostik :
Serum K < 3,5 Meq/l
Ekskresi K dan Na di urine <<
EMG : amplitudo, jumlah dan durasi MUP
Terapi : Substitusi K
Myasthenia Gravis
Lambert-Eaton Syndrome (Myasthenic
Syndrome)
Congenital Myasthenic Syndromes
Botulism
Tick Paralysis
Khas : Kelemahan otot progresif pada saat
bekerja diikuti pemulihan setelah istirahat.
Penyakit autoimun Ab merusak reseptor
Ach di NMJ reseptor Ach postsipnatik
berkurang potensial aksi -
Ab yang terbentuk adalah IgG yang mungkin
dihasilkan oleh limfosit B.
Diduga respon autoimun ini dibentuk di timus
o.k. 70% MG dijumpai timoma atau
hiperplasia timus.
Patologi :
Membran postsipnatik abnormal
(Secondary folds <<) area pengikatan untuk Ach <<
Ab memblokade binding site dari reseptor Ach dan
mendegradasinya
Akibatnya jumlah reseptor Ach <<<.
Pada stimulasi berulang reseptor Ach yang tersisa
menjadi lebih cepat jenuh dan tetap refrakter.
Epidemiologis : Jarang, prevalensi 1 : 10.000,
perempuan > laki-laki (2 : 1)
Usia saat onset 26 tahun (perempuan), 31 tahun (laki-
laki), dijumpai pada semua usia, genetik (-), familial
(-).
Klasifikasi :
Group 1 : Ocular myasthenia
Group 2 : Mild generalized myasthenia
Group 3 : Severe generalized myasthenia
Group 4 : Crisis myasthenia
Gejala klinis :
Ocular Myasthenia
Melibatkan otot ekstraokuler diplopia, ptosis uni atau bilateral
Dalam 18 bulan, 85% menjadi generalized myasthenia
Mild Generalized Myasthenia
Dapat didahului ocular myasthenia
Kelemahan otot ekstraokuler, wajah, mengunyah, proximal limb
girdles
Severe Generalized Myasthenia
Kelemahan nyata otot bulbar dan ekstremitas
Sulit bergerak
Infeksi saluran nafas, insufisiensi sampai gagal nafas
Crisis Myasthenia
MG + gagal nafas
Onset tiba-tiba
Pencetus : ISPA, bronkitis, pneumonia
Prosedur diagnostik :
Anamnesa gejala klinis
Test Edrophonium (Tensilon)
Test Prostigmin
EMG/NCV : Harvey Masland Test
Pemeriksaan titer Ab
Biopsi otot : harus dilakukan diagnosa belum
jelas
Test Wartenberg
Diagnosa banding :
Polimiositis
Tirotoksikosis
Exophtalmic opthalmoplegia
Myasthenic syndrome
Mitochondrial myopathies
Periodic paralysis
Botulism
Toxic (penicillamine, acetylcholine esterase
agents terutama organophosphat)
1. Obat anti kolinesterase
Pyridostigmine bromide (Mestinon) 30 mg, atau
Neostigmine bromide (Prostigmin) 15 mg setiap 4 6 jam
2. Kortikosteroid
Prednison 100 mg/hari atau metilprednisolon 96 mg/hari
selama 10 hari, kemudian diberikan selang-selang lalu
diturunkan perlahan-lahan.
3. Timektomi
4. Obat Imunosupresan
Azathioprine
Bila steroid tidak efektif atau kontraindikasi
5. Plasmapheresis
6. Intravenous Immunoglobulin
7. Antilymphocytic globulin atau antithymocytic globulin
THANK UUUUUU

Anda mungkin juga menyukai