Anda di halaman 1dari 21

Case Report Session

PERIODIK PARALISIS

Oleh:

Amatullah Fauziyyah

1210313053

Preseptor:

dr. Marsal, Sp.S

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ADNAAN WD

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Periodic paralisis adalah kelumpuhan keempat anggota gerak yang bersifat
flaksid yang diakibatkan oleh terganggunya channel Kalium di otot skeletal.
Kelainan ini dikarakteristikkan denganterjadinya suatu episodik kelemahan tiba-
tiba yang diakibatkan gangguan pada kadar kalium serum. Periodik paralisis ini
dapat terjadi pada suatu keadaan hiperkalemia atau hypokalemia. Paralisis
periodik disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan dalam keluarga secara
autosomal dominan. Namun, adakalanya gangguan ini terjadi karena kelainan
genetik yang tidak bersifat diturunkan.
Angka kejadian dari periodic paralisis hyperkalemia belum diketahui,
karena kejadian yang paling sering terjadi berupa periodic paralisis hypokalemia.
Pencetus untuk setiap individu berbeda, juga tidak ada korelasi antara besarnya
penurunan kadar kadar kalium serum dengan beratnya paralisis (kelemahan) otot
skeletal. Penderita dapat mengalami serangan hanya sekali, tetapi dapat juga
serangan berkali-kali (berulang) dengan interval waktu serangan juga bervariasi.
Kelemahan biasanya terjadi pada otot kaki dan tangan, tetapi kadangkadang dapat
mengenai otot mata, otot pernafasan dan otot untuk menelan, di mana kedua
keadaan terakhir ini dapat berakibat fatal. Penulis tertarik membahas masalah ini
sebagai bahan pemblajaran.

1.2 Batasan Masalah


makalah ini dibatasi pada pembahasan tentang definisi, etiologi,
patogenesis, gejala klinis, diagnosis, dan tata laksana pada periodic paralisis.

1.3 Tujuan Penulisan


makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang definisi, etiologi,
patogenesis, gejala klinis, diagnosis, dan tata laksana pada periodic paralisis.

2
1.4 Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan referat ini berupa tinjauan
kepustakaan yang mengacu pada berbagai literatur, termasuk buku teks dan
artikel ilmiah.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Periodic paralisis adalah kelumpuhan keempat anggota gerak yang bersifat
flaksid yang diakibatkan oleh terganggunya channel Kalium di otot skeletal.
Kelainan ini dikarakteristikkan denganterjadinya suatu episodik kelemahan tiba-
tiba yang diakibatkan gangguan pada kadar kalium serum. Periodik paralisis ini
dapat terjadi pada suatu keadaan hiperkalemia atau hypokalemia.
Kelompok penyakit otot yang dikenal dengan periodik paralisis (PP)
cirinya adalah episode kelemahan flaksid otot yang terjadi pada interval yang
tidak teratur. Umumnya diturunkan dan lebih episode daripada periode. Penyakit
ini dapat dibagi dengan baik dalamkelainan primer dan sekunder. Karakteristik
umum PP primer sebagai berikut : (1)diturunkan; (2) umumnya dihubungkan
dengan perubahan kadar kalium serum; (3) kadangdisertai myotonia; dan
(4) myotonia dan PP primer keduanya akibat defek ion channel.1

2.2 Etiologi

Paralisis periodik disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan dalam


keluarga secara autosomal dominan. Namun, adakalanya gangguan ini terjadi
karena kelainan genetik yang tidak bersifat diturunkan. Selama serangan, otot
tidak berespon terhadap impuls saraf yang normal atau bahkan pada stimulasi
buatan dengan alat elektronik. Penyebab tersering adalah :

1) Hipokalemi :
1. Primer: Genetik / Familial
2. Sekunder : Tirotoksikosis, insulin increase, GE, drugs
(amfoterisin B, loop diuretik, dll), alcohol, eksresi urin
berlebihan, renal tubular asidosis
2) Hiperkalemi :
1. Primer : Genetik / Familial

4
2. Sekunder : High intake, Addison disease , Gagal ginjal kronik ,
hypoaldosteronis

2.3 Epidemiologi
Angka kejadian dari periodic paralisis hyperkalemia belum diketahui,
karena kejadian yang paling sering terjadi berupa periodic paralisis hypokalemia
dengan angka 1 per 100.000 populasi. paralisis hipokalemi banyak terjadi pada
pria daripada wanita dengan rasio 3-4 : 1. Usia terjadinya serangan pertama
bervariasi dari 1-20 tahun, frekuensi serangan terbanyak di usia 15-35 tahun dan
kemudian menurun dengan peningkatan usia. Bila gejala-gejala dari sindroma
tersebut dapat dikenali dan diterapi secara benar maka pasien dapat sembuh
dengan sempurna.

2.4 Klasifikasi
Atas dasar kadar kalium darah pada saat serangan , dibedakan 3 jenis
paralisis periodik yaitu:1
1. Paralisis periodik hipokalemia :kadar kalium darah yang rendah (kurang dari
3,5 mmol/L) pada waktu serangan
2. Paralisis periodik hiperkalemia
3. Paralisis periodik normokalemi

2.5 Patofisiologi
Dasar fisiologis kelemahan otot flaksid adalah tidak adanya eksitabilitas
membranotot (yakni, sarkolema). Perubahan kadar kalium serum bukan defek
utama pada PP primer;perubahan metabolismse kaliuim adalah akibat PP. Pada
primer dan tirotoksikosis PP,paralisis flaksid terjadi dengan relatif sedikit
perubahan dalam kadar kalium serum,sementara pada PP sekunder, ditandai kadar
kalium serum tidak normal.2,4
Tidak ada mekanisme tunggal yang bertanggung jawab untuk kelainan
pada kelompok penyakit ini. Kelemahan biasanya secara umum tetapi bisa lokal.
Otot-otot kranial dan pernapasan biasanya tidak terkena. Reflek regang tidak ada
atau berkurang selama serangan. Serat otot secara elektrik tidak ada
hantaran selama serangan. Kekuatan otot normal diantara serangan, tetapi setelah

5
beberapa tahun, tingkat kelemahan yang menetap semakin berkembang pada
beberapa tipe PP (khususnya PP primer). Semua bentuk PP primer kecuali Becker
myotonia kongenital (MC) juga terkait autosomal dominan atau sporadik (paling
sering muncul dari paint mutation).
Ion channel yang sensitif tegangan secara tertutup meregulasi pergantian
potensialaksi (perubahan singkat dan reversibel tegangan mebran sel). Disana
terdapat permeabelitasion channel yang selektif dan bervariasi. Energi tergantung
voltase ion channel terutama gradien konsentrasi. Selama berlangsungnya
potensial aksi ion natrium bergerak melintasi membran melalui voltage-gated
ion channel.
Masa istirahat membran serat otot dipolarisasi terutama oleh pergerakan
klorida melalui channel klorida dan dipolarisasi kembali oleh gerakan kalium,
natrium, klorida dan kalsium channelopati sebagai sebuah grup , dihubungkan
dengan myotonia dan PP. Subunit fungsional channel natrium, kalsium dan
kalium adalah homolog. Natrium channelopati lebih dipahami daripada kalsium
atau klorida channelopati.

2.6 Manifestasi Klinis


1) Hiperkalemik periodik paralisis
a. Onset pada umur kurang dari 10 tahun. Pasien biasanyamenjekaskan suatu
rasa berat dan kekakuan pada otot. Kelemahandimulai pada paha dan betis,
yang kemudian menyebar ke tangan danleher. Predominan kelemahan
proksimal; otot-otot distal mungkin bias terlibat setelah latihan-latihan
yang melelahkan.
b. Pada anak, suatu lid lag myotonik (kelambatan kelopak mata atas saat
menurunkan pandangan) bisa menjadi gejala awa. Paralisis komplet jarang
dan masih ada sedikit sisa gerakan. Keterlibatanotot napas jam serangan
terakhir kurang dari 2 jam dan pada sebagianbesar kasus, kurang dari 1
jam. Spinkter tidak terlibat. Disfungsipencernaan dan buli disebabkan oleh
kelemahan otot abdomen.
c. Kelemahan terjadi selama istirahat setelah suatu latihan berat atau selama
puasa. Hal ini juga bisa dicetuskan oleh kalium, dingin, etanol, karboidrat,

6
atau stres. Penyakit ini bisa dsembuhkandengan latihan ringan atau intake
karbohidrat. Pasien juga mungkinmelaporkan nyeri otot dan parestesia.
Beberapa keluarga tidak mempunyai myotonia. Kelemahan interiktal, jika
ada, tidak seberathipokalemik PP.
2) Hipokalemik periodik paralisis
a. Kasus yang berat muncul pada awal masa kanak-kanak dan kasus yang ringan
mungkin muncul selambat-lambatnya dekade ketiga. Sebagian besar kasus
muncul sebelum umur 16 tahun. Kelemahan bisa bertingkat mulai dari
kelemahan sepintas pada sekelompok otot yang terisolasi sampai
kelemahan umumyang berat. Serangan berat di mulai pada pagi hari,
sering dengan latihan yang berat atau makan tinggi karbohidrat pada hari
sebelumnya. Pasien bangun dengan kelemahan simetris berat,sering
dengan keterlibatan batang tubuh. Serangan ringan bisa sering dan hanya
melibatkan suatu kelompok otot pentig, dan bisa unilateral, parsial, atau
monomelic. Hal ini bisa mempengaruhi kaki secara predominan kadang-kadang,
otot ektensor dipengaruhi lebih dari fleksor. Durasi bervariasi dari beberapa
jam sampaihampir 8 hari tetapi jarang lebih dari 72 jam. Serangannya
intermiten dan infrekuen pada awalnya tetapi bisa meningkat frekuensinya
sampai serangan terjadi hampir setiap hari. Frekuensi mulai berkurang
oleh usia 30 tahung hal ini jarang terjadi setelahumur 50 tahun.
b. Pengeluaran urin menurun selama serangan karenaakumulasi air intrasel
meningkat.
c. Myotonia interictal tidak sesering hiperkalemik PP. Lidlag myotonia
diobservasi diantara serangan. Kelemahan ototpermanen mungkin terlihat
kemudian dalam perjalanan penyakitdan bisa menjadi tajam. Hipertropi
betis pernah diobservasi. Ototproksimal wasting daripada hipertropi, bisa
terlihat pada pasiendengan kelemahan permanen.

2.7 Pemeriksaan Fisik


Banyak pasien dengan mempunyai kesamaan gambaran klinik, sebagaimana
berikut:
- Eyelid myotonia

7
- Sensasi normal
- Pada beberapa kasus, kelemahan menetap bagian proksimal, khususnya
dengan hipokalemik PP
- Berkurangnya reflek regang selama serangan

2.8. Diferensial diagnosa


Masalah lainnya untuk dipertimbangkan:4,5
- Neuropati motor dan sensori herediter
- Inflammatory miopati
- Sindrom guillain barre
- Miastenia gravis

2.9. Pemeriksaan penunjang


- Kadar K serum
- EKG
- EMG

2.10 Tatalaksana
Pengobatan sering dibutuhkan untuk serangan akut hipokalemik PP tetapi
jarang untuk hiperkalemik PP. Pengobatan profilaksis dibutuhkan ketika serangan
semakin sering.2,5,6
• Hipokalemik periodik paralisis
Selama serangan, suplemen oral kalsium lebih baik dari suplemen IV.
Yang terakhir diberikan untuk pasien yang mual atau tidak bisa menelan. Garam
kalium oral pada dosis 0,25 mEq/kg seharusnya diberikan setiap 30 menit sampai
kelemahan improves.Kalium Klorida IV 0,05-0,1 mEq/kgBB dalam manitol 5%
bolus adalah lebihbaik sebagai lanjutan infus. Monitoring ECG dan pengukuran
kalium serum berturutdianjurkan. Untuk proifilaksis, asetazolamid diberikan pada
dosis 125-1500 mg/haridalam dosis terbagi. Dichlorphenamide 50-150 mg/hari
telah menunjukkan keefektifan yang sama. Potasium-sparing diuretik seperti
triamterene (25-100 mg/hari) danspironolakton (25- 100 mg/hari) adalah obat lini
kedua untuk digunakan pasien yangmempunyai kelemahan buruk (worsens

8
weakness) atau mereka yang tidak respon dengan penghambat karbonik anhidrase.
Karena diuretik ini potassium sparing,suplemen kalium bisa tidak dibutuhkan.
• Hiperkalemik periodik paralisis
Beruntungnya, serangan biasanya ringan dan jarang meminta pengobatan.
Kelemahan terjadi terutama karena makanan tinggi karbohidrat. Stimulasi beta
adrenergik seperti salbutamol inhaler juga memperbaiki kelemahan (tetapi
kontraindikasi pada pasien aritmia jantung). Pada serangan berat, terapetik
measure yang mengurangi hiperkalemia berguna. Monitoring EKG yang
berkelanjutan selalu dibutuhkan selama pengobatan.Diuretik tiazid dan karbonik
anhidrase inhibitor digunakan sebagi protilaksis. Diuretik tiazid mempunyai
beberapa efek samping jangka pendek; obat-obat ini dicoba sebagaiterapi lini
pertama. Kadang-kadang diuretik tiazid bisa menghasilkan kelemahan
hipokalemik paradoksal, yang respon dengan suplementasi kalium.

2.11 Diet
• Hipokalemik PP : Diet rendah karbohidrat dan rendah natrium bisa menurunkan
frekuensi serangan.
• Hiperkalemik PP : Diet permen yang berisi glukosa atau karbohidrat dengan
rendah kalium bisa memperbaiki kelemahan.

2.12 Prognosis
• Hiperkalemik periodik paralisis dan paramyotonia kongenita
 Ketika tidak dihubungkan dengan kelemahan, kelainan ini biasanya
tidak mengganggu pekerjaan.
 Myotonia bisa memerlukan pengobatan
 Harapan hidup tidak diketahui.
• Hipokalemik periodik paralisis
Pasien yang tidak diobati bisa mengalami kelemahan poksimal menetap, yang bisa
mengganggu aktivitas.Beberapa kematian sudah dilaporkan, paling banyak
dihubungkan dengan aspirasi pneumonia atau ketidakmampuan membersihkan
sekresi.

9
BAB 3
ILUSTRASI KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Nn. DA
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 24 tahun
Alamat : Payakumbuh
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
No MR : 076851

3.2 ANAMNESIS
Seorang perempuan usia 24 tahun dirawat di bangsal saraf RSUD Adnaan
WD Payakumbuh pada tanggal 27 April 2018 dengan:
Keluhan Utama :
Lemah keempat anggota gerak sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Lemah keempat anggota gerak sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit,
lemah berangsur – angsur dirasakan mulai dari tungkai hingga kelengan,
diawali dengan adanya rasa kaku di pergelangan kaki hingga tidak bias
digerakkan sampai kepergelangan tangan
- Pasien beraktivitas lebih banyak dan berkeringat lebih dari biasanya sehari
sebelum mengalami kelemahan
- Pasien sudah dikenal menderita periodic paralisis sebelumnya sejak 6
bulan yang lalu dan ini merupakan rawatan ke 4
- Keluhan nyeri pada ekstremitas tidak ada
- Keluhan rasa kebas tidak ada
- Mual ada, muntah tidak ada
- Nyeri kepala dan demam tidak ada
- BAB dan BAK biasa

10
Riwayat penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit gondok tidak ada
- Riwayat diare sebeumnya tidak ada
- Riwayat hipertensi tidak ada
- Riwayat diabetes melitus tidak ada
- Riwayat penyakit jantung tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan
pasien
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan
Pasien seorang mahasiswi dan asisten dosen dengan aktivitas sedang – berat

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis :
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : CMC GCS 15 E4M6V5
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
Keadaan Gizi : sedang
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 55 Kg

Status Internus:
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Kulit dan kuku : tidak ada kelainan
Kelenjer getah bening:
 Leher : tidak ada pembesaran
 Aksila : tidak ada pembesaran
 Inguinal : tidak ada pembesaran
Kepala : normocephal, tidak ditemukan kelainan

11
Mata : konjuntiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
THT : tidak ada kelainan
Leher : JVP 5-2 cmH₂O
Paru
 Inspeksi : simetris kiri sama dengan kanan
 Palpasi : fremitus kiri sama dengan kanan
 Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru
 Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung
 Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
 Perkusi : batas jantung normal
 Auskultasi : BJ1 BJ2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : perut tidak tanpak membuncit, distensi (-)
 Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : BU (+) normal

Status Neurologis

Kesadaran : GCS 15 E4M6V45

1.Tanda Rangsangan Selaput Otak:

Kaku Kuduk :- Brudzinki I :-

Brudzunki II :- Tanda Kernig :-

2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial:

- Pupil : Isokor, diameter 3 mm/3 mm okuli dekstra sinistra, refleks


Cahaya +/+

3. Pemeriksaan Nervus Kranialis

12
N. I (Olfaktorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Baik Baik
Objektif (dengan bahan) Baik Baik

N. II (Optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan Baik Baik

Lapangan pandang Baik Baik

Melihat warna Baik Baik


Funduskopi Tidak dilakukan

N. III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola mata Bulat Bulat
Ptosis (-) (-)
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Strabismus (-) (-)

Nistagmus (-) (-)

Ekso/endotalmus (-) (-)

Pupil
 Bentuk Bulat Bulat
 Refleks cahaya (+) (+)
 Refleks akomodasi (+) (+)

 Refleks konvergensi (+) (+)

13
N. IV (Trochlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah (+) (+)
Sikap bulbus Ortho Ortho

Diplopia (-) (-)

N. VI (Abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral (+) (+)
Sikap bulbus Ortho Ortho

Diplopia (-) (-)

N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
 Membuka mulut (+) (+)
 Menggerakkan rahang (+) (+)
 Menggigit (+) (+)

 Mengunyah (+) (+)

Sensorik
 Divisi oftalmika
- Refleks kornea (+) (+)
- Sensibilitas Baik Baik
 Divisi maksila
- Refleks masetter (+) (+)
- Sensibilitas Baik Baik
 Divisi mandibula
- Sensibilitas Baik Baik

14
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris kiri dan kanan
Sekresi air mata (+) (+)
Fissura palpebra (+) (+)
Menggerakkan dahi (+) (+)
Menutup mata (+) (+)
Mencibir/ bersiul (+) (+)

Memperlihatkan gigi (+) (+)

Sensasi lidah 2/3 depan (+) (+)

Hiperakusis (-) (-)

N. VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik (+) (+)

Detik arloji (+) (+)

Rinne tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Weber tes Tidak dilakukan

Schwabach tes Tidak dilakukan


- Memanjang
- Memendek
Nistagmus (-) (-)
- Pendular
- Vertikal
- Siklikal
Pengaruh posisi kepala (-) (-)

15
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang (+)

Refleks muntah (Gag Rx) (+)

N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Di tengah Di tengah
Menelan (+) (+)

Suara (+) (+)

Nadi Reguler Reguler

N. XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan (+) (+)

Menoleh ke kiri (+) (+)

Mengangkat bahu kanan (+) (+)

Mengangkat bahu kiri (+) (+)

N. XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Simetris
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atropi (-) (-)

16
1. Pemeriksaan koordinasi
Keseimbangan Koordinasi

Romberg test (tidak dilakukan) Finger to finger (tidak terganggu)

Sharp Romberg test (tidak dilakukan) Finger to nose (tidak terganggu)

Stepping gait (tidak dilakukan) Pronasi-supinasi (tidak terganggu)

Tandem gait (tidak dilakukan) Tes tumit lutut (tidak terganggu)

2. Pemeriksaan fungsi motorik


a. Badan Respirasi Normal
Duduk Normal
b. Berdiri dan berjalan Gerakan spontan (+)
Tremor (-)
Atetosis (-)
Mioklonik (-)
Khorea (-)

Superior Inferior
Ektremitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Kurang aktif kurang aktif Kurang aktif Kurang aktif
Kekuatan 333 333 222 222
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus

3. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas Taktil Normal
Sensibilitas Nyeri Normal
Sensibilitas Termis Normal
Sensibilitas Kortikal Normal
Stereognosis Normal

17
Pengenalan 2 titik Normal
Pengenalan rabaan Normal

4. Sistem refleks
a. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps ++ ++
Berbangkis Triseps ++ ++
Laring KPR ++ ++
Masetter APR ++ ++
Dinding perut Bulbokvernosus
 Atas Cremaster
 Tengah Sfingter

 Bawah

b.Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri


Lengan Babinski (-) (-)
Hoffmann- (-) (-) Chaddocks (-) (-)
Tromner
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)
Tungkai

5. Fungsi otonom
- Miksi : Baik
- Defekasi : Baik
- Sekresi keringat : Baik

18
6. Fungsi Luhur
Kesadaran CMC Tanda Dementia
Reaksi Bicara Normal Reflek glabella (-)
Fungsi intelek Normal Reflek snout (-)
Reaksi emosi Normal Reflek menghisap (-)
Reflek memegang (-)
Reflek palmomental (-)

Laboratorium
Hb : 14,9 gr% GDR : 153 mg/dl
Leukosit : 18.700/mm3
Trombosit : 315.000/mm3
Ht : 41%
Na/K/Cl : 138/1,6/104 mg/dl

Rencana Pemeriksaan Tambahan


EKG

Diagnosis
Diagnosis Klinis : Periodik paralisis
Diagnosis Topik : Neuromuscular junction Kalium Channel
Diagnosis Etiologi : Hipokalemia
Diagnosis Sekunder : -

Penatalaksanaan
1. Terapi umum
- Istirahat
- MB Rendah Karbohidrat
2. Terapi Khusus
- Drip KCl 25 mEq dalam 300cc RL habis dalam 6 jam
- KSR 2x1
- Inj cefotaxim 2x1

19
- Inj ondasentron 2x1
- Paracetamol 3x500 mg
- Neurodex 1x1

Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

3.4 FOLLOW UP
Kamis, 3 Mei 2018
S/ Kelemahan anggota gerak sudah tidak ada
Nyeri kepala (-), demam (-)
Muntah (-), mual (-)
O/ KU: baik, Kesadaran: composmentis
TD: 110/80 mmHg, HR: 90x/menit, RR: 18x/menit, T: 37ºC
Status Interne :
 Pulmo : Suara nafas vesikuler, Ronkhi -/- , wheezing -/-
 Cor : BJ regular, murmur (-), gallop (-)
Status Neurologi :
 GCS 15 E4M6V5
 TRM (-), Peningkatan TIK (-)
 Pupil isokor dm 3mm/3mm RC+/+ RK +/+, bola mata bebas bergerak
 Reflex fisiologis ++ ++
++ ++
 Reflex patologis - -
- -
 Kekuatan motorik 555 555
555 555
A/ Periodik paralisis
P/ : - Istirahat - MB Rendah Karbohidrat
- Boleh Pulang - Mecobalamin 2x1

20
BAB 4
DISKUSI

Seorang perempuan usia 24 tahun dirawat di bangsal saraf RSUD Adnaan


WD Payakumbuh pada tanggal 27 April 2018 dengan keluhan Lemah keempat
anggota gerak sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit, lemah berangsur –
angsur dirasakan mulai dari tungkai hingga kelengan, diawali dengan adanya rasa
kaku di pergelangan kaki hingga tidak bias digerakkan sampai kepergelangan
tangan, Pasien beraktivitas lebih banyak dan berkeringat lebih dari biasanya sehari
sebelum mengalami kelemahan, Pasien sudah dikenal menderita periodic paralisis
sebelumnya sejak 6 bulan yang lalu dan ini merupakan rawatan ke 4, dari
anamnesis didapatkan keluhan menjuru ke diagnosis periodic paralisis.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien sakit sedang dan tidak terdapat
penekanan intracranial, pada pemeriksaan motorik ditemukan kelemahan pada
ekstremitas bawah dan atas, degan reflek fisiologis normal dan reflek patologis
tidak ada, ini mengarahkan terjadinya kelemahan otot yang tidak berasal dari
central.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan pasien hipokalemia yang
memperkuat diagnosis, dan ditatalaksana dengan pemberian kalium. Untuk
prognosis yaitu bonam karena tidak sampai mengenai otot jantung dan pernafasan.
Pasien diberi edukasi untuk makan makanan tinggi kalsium dan banyak istirahat
serta mengurangi aktivitas berat.

21

Anda mungkin juga menyukai