Laura
0310035
Pembimbing: Dr. Franky S. Supriady, SpA
SMF Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Immanuel BANDUNG 2008
PENDAHULUAN
BAT U K
BATUK BATUK
Diagnosis
Terapi (non-definitif)
Isu-isu penggunaan obat batuk OTC pediatrik
Pertahanan Intrinsik . . .
Prinsip Kerja :
Mencegah masuknya benda asing Mengeluarkan secara cepat benda-benda yang sudah masuk
Filtrasi
Mekanisme
Refleks Pernafasan
Sistem Mukosilier
Sistem Mukosilier . . .
Mekanisme pertahanan mayor saluran pernafasan bawah. Nasofaring Bronkhiolus, dilapisi: Epitel kolumnar bersilia ASL
(Airway Surface Liquid)
Sol / PCL
(Pericilliary Liquid)
Gel / mukus
Ekspulsi udara dari paru secara kuat yang berada di bawah pengendalian volunter sekaligus involunter.
(Chernick, Boat, Wilmott and Bush, 2006)
- kanalis auditorius externa - membrana timpani - sinus paranasalis - faring - diafragma - pleura - perikardium - gaster
(Culver & Kavuru, 2004; Irwin, et al, 2006)
Innervasi: N. Vagus
Pusat
Keberadaan pusat batuk : masih kontroversi. Serabut afferen area dekat Nukleus Traktus Solitarius Impuls-impuls bergabung respons batuk yg terkoordinasi di Medulla Oblongata
Efferen
Impuls efferen dari refleks batuk dihantarkan menuju:
Otot-otot pernafasan N.frenikus & saraf motorik. Laring cab.Laringeal rekurens N.Vagus. Trakheobronkhial N.vagus.
Konstriksi otot polos bronkhus
Mekanisme Batuk . . .
1. Fase Inspirasi
Diinisiasi oleh inspirasi dalam (1,52 x volume tidal) mendilatasikan saluran pernafasan secara maksimal.
2. Fase Kompresi
Penutupan laring kontraksi otot interkostal & muskulatur abdomen meningkatkan tek.intrathorakal (100-200 cmH2O).
3. Fase Ekspresif
Glottis terbuka 80% saluran pernafasan kolaps meningkatkan kecepatan linear udara yg diekshalasi aliran udara kecepatan tinggi (2.500 cm/detik).
4. Fase Relaksasi
Menurunnya tek.intrathorakal yg berkaitan dg relaksasi otot interkostal & abdominal serta bronkhodilatasi temporer.
Pembagian Batuk
Berdasarkan Kronisitas Batuk Akut : < 2minggu Batuk Subakut : 2-3 minggu Batuk Kronik : > 4 minggu
ISPA Atas Etiologi utama : virus !!! 50% < 1 minggu 70-80% < 2 minggu 5% > 4 minggu Rhinitis / common cold : 3-10x/tahun (Allen, 2007) ISPA Bawah Laringotrakheobronkhitis, trakheitis, bronkhitis, pneumonia.
Anamnesis:
Studi deskriptif:
- Permasalahan neonatal - Makanan, imunisasi - RPD, RPK asma/atopi - TBC, lingkungan - Durasi & pola batuk, pencetus
Pemeriksaan Fisik:
Parameter tumbuh-kembang.
Bayi GERD Infeksi Malformasi kongenital PJB Perokok pasif Polusi lingkungan Asma
Catatan:
Post-viral Cough
Asma Perokok pasif GERD Benda asing Bronkhiektasi
Kejadian penyakit di tabel disusun secara berurutan berdasarkan angka kejadian tertinggi.
Pendekatan Diagnostik
No
1.
DIAGNOSIS
Sinusitis
KARAKTERISTIK
Batuk timbul saat berbaring, nyeri pada daerah wajah, vomitus paska batuk pagi, kelegaan transien oleh terapi antibiotik.
2.
3. 4.
5.
GERD
6. 7. 8.
Fistula trakehoesopha- Tersedak dan batuk berhubungan dengan minum, respon geal, laryngeal cleft buruk terhadap terapi asma atau refluks, bercak-bercak infiltrat pada radiologis paru.
10. Perokok pasif 11. AIDS 12. Sindrom dismotilitas silia 13. Aspergillosis bronkhopulmoner allergika. 14. Tuberkulosis 15. Pertusis / sindrom pertusis 16. Sindrom Tourette
2. Protusif
Indikasi: jika batuk memberikan manfaat, tapi tidak adekuat.
- Zat-zat Non-Adiktif
Contoh: noscapine, destromethorphan, pentoksiverin.
2. zat-zat perifer
a. Ekspektoran: guaiakholat, ammonium klorida, kalium iodida, minyak atsiri. b. Mukolitik: sistein, bromheksin, ambroxol. c. Antitusif: oksolamin, tipepidine. d. Emolliensia
Hasil penelitian: Obat batuk OTC (dekongestan, ekspektoran, antihistamin, dan antitusif) tidak efektif untuk anak-anak < 6 tahun. Demikian pula obat-obat batuk yang diresepkan dokter. FDA: Sampai saat ini tidak menemukan data-data yang mendokumentasikan efektifitas obat-obat ini pada anak < 2 tahun. U.S. FDA, 18-19 Oktober 2007: Tidak diperbolehkan pemberian obat-obat batuk OTC pada bayi atau anak < 2 tahun, karena ESO yang serius bahkan mengancam jiwa. (FDA, 2008; Hitti, 2008; Waknine, 2008)
Penelitian Penggunaan Obat OTC pada Pneumonia: Tidak ditemukan data yang sufisien bahwa OTC efektif. Peran mukolitik sebagai terapi adjuvan rutin untuk Pneumonia juga dieksklusikan karena tidak ditemukannya bukti yang konsisten mengenai efektifitasnya.
(Chang Christina C, Cheng Allen C & Chang Anne B, 2007)
Penelitian Klinis Smith & Feldman pada anak-anak (1950-1991): Tidak ada studi yang mendemonstrasikan efektifitas OTC pada anak-anak < 6 tahun. (Aebi, 2008)
CDC (Center for Disease Control) & NAME (the National Association of Medical Examiners): 2004-2005 : 1.500 anak < 2 tahun IGD, Amerika, sebagai akibat ESO OTC. 3 anak yang meninggal. Pusat Pengendalian Intoksikasi Amerika: Sejak 2000: > 750.000 telepon anak-anak yang mengkonsumsi obat batuk dan mengalami overdosis, interaksi obat dan keracunan yang tidak terduga lainnya.
Pada bulan Oktober 2007: 14 produk obat batuk OTC ditarik dari pasaran Triaminic, di pasaran Indonesia.
(Aebi, 2008)
Antihistamin (terapi batuk non-spesifik), juga dinyatakan tidak memberikan efek yang berbeda dengan kelompok plasebo. Sebuah penelitian kecil menunjukkan perbaikan yang signifikan pada anak batuk kronik (rhinitis alergi) yang diberikan Cetirizine, dibandingkan dengan plasebo. Dan efek perbaikan ini tampak setelah mendapat terapi selama 2 minggu. (Chang, Peake & McElrea, 2008)
Batuk merupakan mekanisme pertahanan paru yang memegang peranan yang sangat krusial.
Dalam menangani anak-anak yang datang dengan keluhan batuk, hendaklah dicari etiologi yang mendasarinya dan diterapi etiologinya. Bukan hanya diberikan terapi simptomatis saja!
Batuk tidak hanya merupakan masalah saluran pernafasan, namun dapat menunjukkan adanya gangguan kardiovaskular, kelainan neuromuskular dan gastrointestinal. Orang tua hendaknya diberi edukasi tentang peranan batuk bagi kesehatan paru anak serta bahaya pemberian obat batuk OTC tanpa resep dokter.