Oleh:
M. Alif Qisthi Abi Rafdhi 1740312274
Delila Maharani 1740312269
Rahmatia Syukrina 1510312020
Preseptor
dr. Dina Arfiani Rusjdi, Sp.Rad
ILMU RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
fibrosus yang paling sering. Hasilnya adalah protursi atau ekstrusi material diskus
ke dalam kanal vertebral. Hasil ini dapat disebabkan oleh trauma tunggal atau
diskus.6
2
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan Clinical Science Session ini adalah tinjauan teori dari
berbagai kepustakaan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan
melalui lubang yang abnormal. Nukleus pulposus (Gambar 2.1) adalah massa
setengah cair yang terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian tengah
terjadi penonjolan sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus atau anulus
2.2 Anatomi
2.2.1 Anatomi Kolumna Vertebra
4
Kolumna vertebralis (Gambar 2.2 dan 2.3) disusun oleh 33 vertebra, 7
5
Gambar 2.3. A: Kolumna Vertebralis Tampak Lateral. B: Ciri Umum Berbagai
Vertebra14
perbedaan regional (Gambar 2.3). Vertebra tipikal terdiri dari korpus berbentuk
bulat di anterior dan arkus vertebra di posterior. Terdapat 7 prosesus yang berasal
6
dari arkus vertebra: 1 prosesus spinosus, 2 prosesus transversus, dan 4 prosesus
artikularis (Gambar 2.3). Prosesus spinosus atau spina, mengarah ke posterior dari
dari 1 arkus vertebra bersendi dengan kedua prosesus artikularis inferior dari
insisura vertebralis superior dan inferior. Pada setiap sisi, insisura vertebralis
superior dari sebuah vertebra bersama dengan insisura vertebralis inferior vertebra
darah. Radiks anterior dan radiks posterior nervus spinalis bergabung menjadi satu
7
vertebralis tiba-tiba meningkat. Akan tetapi, gaya pegasnya menurun dengan
bertambahnya usia.14
Gambar 2.4 A: Sendi Regio Servikalis, Torakalis, dan Lumbalis Kolumna
Hubungan di Antara Diskus Intervertebralis dan Kauda Ekuina.14
Masing-masing diskus terdiri atas nukleus fibrosus di bagian luar dan
nukleus pulposus di bagian sentral (Gambar 2.4). Anulus fibrosus terdiri atas
merupakan massa gelatinosa yang berbentuk lonjong pada orang yang berusia
8
muda. Fasies anterior dan posterior korpora vertebra yang terletak di dekatnya dan
fibrokartilago. Serabutserabut kolagen nukleus berdegenerasi dan menyebabkan
nukleus tidak selalu berisi nukleus pulposus di bawah tekanan. Pada usia lanjut,
diskus menjadi tipis, kurang elastis, dan tidak dapat lagi dibedakan antara nukleus
dan anulus.14
2.2.4 Ligamentum Vertebra
Ligamentum longitudinal anterior dan posterior berjalan turun sebagai pita
utuh di fasies anterior dan posterior kolumna vertebralis dari tengkorak sampai ke
sacrum yang diilustrasikan pada Gambar 2.4. Ligamentum longitudinal anterior
lebar dan kuat, melekat pada permukaan dan sisisisi korpus vertebra dan diskus
melekat pada pinggir posterior diskus. Sedangkan ligamentum di antara dua
vertebra terdiri atas:
Ligamentum supraspinosium: Berjalan di antara ujung spina yang
berdekatan.
Ligamentum interspinosum: Menghubungkan spina yang berdekatan.
Ligamentum intertransversum: Berjalan di antara prosesus transversus
yang berdekatan.
Ligamentum flavum: Menghubungkan lamina vertebra yang berdekatan.
9
Sendi di antara korpus vertebra dipersarafi oleh ramus meningei kecil pada
dipersarafi oleh cabang dari ramus posterior nervus spinalis.
Gambar 2.5 Persarafan Sendi Vertebra. Pada Tingkat Vertebra Tertentu, Sendi
Menerima Serabut Saraf dari 2 Nervus Spinalis yang Berdekatan.14
2.3 Epidemiologi
Prevalensi HNP sekitar 1 – 3% di Finlandia dan Italia serta 1 – 2% dari
berkembang adalah sekitar 15 – 20% dari total populasi. Penyakit ini terutama
menyerang orang dewasa pada usia 30 – 50 tahun dan mencapai puncaknya pada
usia 40 – 45 tahun. Rasio HNP antara pria dan wanita adalah 2:1.17,18
Namun, pada populasi umum, insiden tampaknya terdistribusi secara
merata antara pria dan wanita.14 Wanita cenderung mengeluhkan nyeri punggung
10
bawah, dengan nyeri yang menjalar dari pinggul ke kaki dilaporkan lebih banyak
disebabkan oleh HNP di daerah vertebra lumbar, dan hanya sebagian kecil
disebabkan oleh daerah serviks.16
2.4 Patofisiologi
Sifat nukleus pulposus berupa semicairan memungkinkan perubahan
bentuk dan pergeseran vertebra ke depan atau ke belakang antara satu dan yang
nukleus pulposus menjadi pipih. Keadaan ini dimungkinkan oleh sifat pegas dari
anulus fibrosus yang terdapat di sekelilingnya. Apabila dorongan dari luar terlalu
besar untuk anulus fibrosus, anulus dapat robek. Akibatnya herniasi nukleus
dimana nukleus ini dapat menekan radiks nervus spinalis, nervus spinalis, atau
bersifat singkat dan gejala ini disebabkan oleh cedera diskus yang tidak terlihat
selama beberapa bulan atau tahun.19
Pada usia tua, protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului
dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Dimulai dengan
kekakuan diskus, kemudian diikuti dengan kehilangan elastisitas nukleus pulposus
dan degenerasi tulang rawan sendi. Selain itu, kehilangan protein polisakarida
11
dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan
Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, atau stres minor berulang seperti mengangkat
sisi. Di daerah lumbal, herniasi lebih sering terjadi ke arah posterolateral dan
menekan radiks saraf spinalis. Pada herniasi ke arah posterosentral, maka akan
menekan medula spinalis. Sebagian besar HNP terjadi pada L4 – L5 dan L5 – S1
karena:10,21
Daerah lumbal, khususnya daerah L5 – S1 mempunyai tugas yang berat,
oleh sendi L5 – S1.
Mobilitas daerah lumbal, terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi, sangat
dilakukan pada sendi L5 – S1.
Daerah lumbal, terutama L5 – S1 merupakan daerah rawan karena
posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral.
Menurut derajatnya (Gambar 2.6), hernia ini dapat dibagi atas:20
Protrusi diskus intervertebral: Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan anulus fibrosus.
Prolaps diskus intervertebral: Nukleus berpindah, tetapi masih dalam
lingkaran anulus fibrosus.
Ekstrusi diskus intervertebral: Nukleus keluar dan anulus fibrosus berada
di bawah ligamentum longitudinalis posterior.
12
Sekuestrasi diskus intervertebral: Nukleus telah menembus ligamentum
longitudinal posterior.
Gambar 2.6 HNP Menurut Derajatnya.22
2.5 Manifestasi Klinis
Herniasi nukleus pulposus umumnya terjadi di daerah lumbosakral, paling
keluhan nyeri yang menjalar dari punggung bawah, betis, tumit, dan telapak kaki,
13
sedangkan pada kasus yang parah, sering dikeluhkan kebas dan lemah. Pada
ruptur diskus yang melibatkan akar saraf L4, L5, atau S1, akan menunjukkan
lasegue sign positif.12 Herniasi pada garis tengah servikal menghasilkan tekanan
pada medula spinalis yang menyebabkan paraparesis spastik progresif dan urgensi
miksi.23
Tabel 2.1 Lokasi Gejala pada HNP23
Level HNP
/ Radiks Lokasi Perubahan
Lokasi Nyeri Kelemahan Otot
Saraf yang Kebas Refleks
Terlibat
C4 – C5 Leher Dermatom Deltoid Penurunan
C5 Bahu C5 Supraspinatus refleks
C5 – C6 Leher Dermatom Biseps biseps
C6 Lengan bawah C6
C6 – C7 Leher Dermatom Triseps Penurunan
C7 Jari tengah C7 refleks
triseps
L3 – L4 Punggung bawah, Dermatom Quadriseps Penurunan
L4 pinggul, paha L4 refleks
posterolateral, kaki patela
anterior
L4 – L5 Sendi sakroiliaka, Dermatom Ekstensor jempol Penurunan
L5 paha lateral, tumit L5 kaki, sulit relfeks
berjalan dengan biseps
tumit femoris
L5 – S1 Sendi sakroiliaka, Dermatom Planter fleksi jari Penurunan
S1 paha posterior, S1 kaki, sulit refleks
kaki lateral, jari berjalan pada Achilles
kaki kaki
eritrosit (ESR), kadar glukosa serum, konsentrasi antigen spesifik prostat (PSA),
14
kadar alkali fosfatase, imunoelektroforesis protein serum, dan temuan protein
2.6.1 Radiografi6
degenerasi diskus secara tidak langsung dalam bentuk hilangnya ketebalan diskus
intervertebralis, fenomena vakum dalam bentuk gas dalam diskus, dan osteofit
diskus ke luar batas vertebra; hal ini biasanya memiliki dasar yang luas,
servikal tidak diperlukan karena tidak dapat menunjukkan herniasi diskus dengan
misalnya fraktur, kanker, atau infeksi. Ketika kondisi klinis sudah mengarah ke
2.6.2 Mielografi
ekstradural atau perpindahan kantung tekal yang berisi kontras. Selain itu,
mielogram dapat menunjukkan elevasi, deviasi, amputasi, atau edema saraf yang
terkena.6
15
Ketika digunakan rutin, mielografi MR memiliki kemampuan diagnostik
yang terbatas. Dalam satu penelitian, pemeriksaan ini hanya dapat menegakkan
diagnosis pada sedikit kasus (6%). Pemeriksaan ini memiliki nilai diagnostik yang
lebih pada pasien dengan patologi multilevel, namun masih memiliki nilai
diagnostik yang lebih rendah pada pasien dengan skoliosis, yang digunakan untuk
2.6.3 CT Scan
dicurigai stenosis tulang belakang; pada stenosis resesus lateral; pada diskus
CT telah terbukti memiliki nilai diagnostik yang sama atau bahkan lebih
baik dari mielografi dalam diagnosis herniasi diskus. CT scan dengan mielografi
halus ke luar margin diskus pada kanalis spinalis, ke dalam atau lateral foramen
saraf. CT scan juga dapat menunjukkan kalsifikasi atau, pada kasus yang jarang,
lunak dengan penipisan lemak epidural dan perpindahan kantung tekal. Jika
fragmen tidak lagi tertahan oleh Ligamen Longitudinal Posterior (PLL) tetapi
masih berkontak dengan margin diskus, akan terlihat gambaran ekskresi lobular
ireguler pada margin diskus. Fragmen diskus yang terpisah sering terdeteksi pada
16
lemak epidural dekat kantung dural atau selubung radiks saraf. Margin diskus
mungkin tampak normal. Atenuasi fragmen inti dari fragmentasi diskus biasanya
80 - 120 HU.6
di lokasi patologi dengan menggunakan bagian yang tipis dan resolusi optimal.
Diagnosis herniasi diskus dengan CT scan sulit dilakukan pada pasien yang
digantikan oleh fibrosis dan skar bedah. Deformitas kantung dural dan selubung
saraf diiringi perubahan tulang dapat membantu dalam penegakan diagnosis (lihat
gambar di bawah).6
Berat.
17
Gambar 2.8 Mielogram CT Aksial Menunjukkan Ekstrusi Diskus Sentral Posterior
18
Gambar 2.9 Mielogram CT Sagital Menunjukkan Ekstrusi Besar Diskus Sentral
19
Gambar 2.10 Mielogram CT Aksial Menunjukkan Protrusi Diskus Sentral
dan lateral dari diskus intervertebralis. Keausan, robekan, degenerasi diskus, dan
diskus menghasilkan mielopati. Ketika proses serupa terjadi pada foramen saraf,
20
terjadi radikulopati. Pada keadaan normal, ruang epidural serviks memiliki ukuran
yang sempit sehingga herniasi atau protrusi diskus yang kecil dapat menghasilkan
tidak ditemukan pada diskus serviks. Pada penyakit degenerasi diskus serviks
pelemahan disk sering ditandai oleh indentasi kantung dural oleh diskus, dengan
wilayah yang ditentukan berdasarkan lokalisasi klinis memiliki area yang sempit.
Diskus toraks biasanya mengandung kalsium, yang dapat terlihat pada CT scan.
Herniasi diskus dapat terlihat sebagai massa yang dikelilingi oleh lemak epidural
di lateral kantung dural. Namun, jika lemak epidural kurang, diskus tampak
dural. Temuan CT scan bervariasi tergantung pada jumlah lemak epidural dan
2.6.4 MRI
implan (misalnya, alat pacu jantung) atau dengan logam di dalam tubuhnya karena
efek samping MRI yang dapat menyebabkan disfungsi alat pacu jantung dan/atau
21
arus dalam sadapan, denyut radiofrekuensi (RF) dapat menyebabkan kerusakan
Dokter yang meminta pemeriskaan MRI dan staf MRI harus menentukan
apakah pemeriksaan MRI aman bagi pasien. Pasien yang melakukan pemeriksaan
MRI berbaring di meja yang dapat masuk ke dalam MRI. MRI kepala atau leher
mengharuskan kepala dan tubuh bagian atas pasien untuk masuk ke saluran MRI
(diukur dalam unit Tesla) sehingga sulit mendapatkan gambaran yang lebih detail.
Untuk mendapatkan gambar yang baik, pasien tidak boleh bergerak selama
pemeriksaan. Beberapa pasien dan anak kecil yang menjalani pemeriksaan MRI
lebih baik daripada MRI, namun gambaran sumsum tulang paling baik dilakukan
dengan MRI dan MRI lebih unggul dalam menunjukkan sebagian besar kelainan
tulang. CT lebih dipilih pada pasien yang tidak stabil dengan perdarahan berat.
MRI tidak dapat membedakan antara jaringan tumor dengan cairan edema karena
MRI tidak dapat menggambarkan kalsium dengan baik yang mungkin ada pada
tumor.6
meskipun bahaya penggunaan MRI selama periode ini belum terbukti. Obesitas
22
berat dapat menurunkan gambaran MRI spinal. Jaringan parut dan/atau edema
yang berdekatan dengan baik. Pada MRI, HNP digambarkan sebagai protrusi
fokal asimetris material diskus di luar batas anulus. HNP biasanya hipointens.
Namun, karena herniasi diskus sering dikaitkan dengan robekan anular radial,
intensitas yang tinggi pada anulus posterior sering terlihat pada gambaran sagital
T2-weighted. Pada MRI sagital, hubungan antara HNP dengan degenerasi faset
tempat keluarnya radiks saraf pada foramina saraf tergambar dengan baik. Selain
itu, fragmen bebas diskus mudah terdeteksi pada MRI (lihat gambar di bawah). 27–
30,35–38
23
Gambar 2.12 Radikulopati L5 Kanan. Gambar T1 Dan T2-Weighted Sagital
Saraf L5 Kanan.
24
Gambar 2.13 Radikulopai S1 Kanan. Gambar T1 dan T2-Weighted Aksial Di L5 -
25
Gambar 2.14 Gambar T2-weighted Sagital Spinal Lumbosakral Menunjukkan
26
Gambar 2.15 Gambar T1 Dan T2-weighted Aksial Menunjukkan Ekstrusi Diskus
Sentral Posterior Derajat Sedang di Level L5 - S1 yang Menekan Radiks Saraf S1.
27
Gambar 2.16 Gambar T1 dan T2-weighted dengan Gradien Eko Sagital di C5 - 6
Kompresi Korda dengan Intensitas Abnormal pada Korda. Gambar Gradien Eko
diskus. Hal ini disertai dengan tanda lain degenerasi diskus, seperti penonjolan
anulus, penurunan tinggi diskus, HNP, dan perubahan endplates yang berdekatan.
hubungan antara robekan anular pada MRI dengan diskus simtomatik masih
belum jelas.6
28
Agen kontras berbasis Gadolinium dikaitkan dengan kejadian fibrosis
sistemik nefrogenik (NSF) atau dermopati fibrosis nefrogenik (NFD). Penyakit ini
terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal derajat sedang-berat setelah pemberian
agen kontras berbasis gadolinium pada MRI atau MRA. NSF / NFD adalah
penyakit yang berat dan terkadang fatal. Karakteristik penyakit ini meliputi bercak
merah atau gelap pada kulit; rasa terbakar, gatal, bengkak, keras, dan kencang
pada kulit; bintik kuning pada bagian putih mata; kaku sendi dengan kesulitan
menggerakkan atau meluruskan lengan, tangan, tungkai, atau kaki; nyeri dalam
Gambaran HNP yang tidak umum pada MRI berupa area dengan intensitas
Beberapa HNP memiliki intensitas yang tinggi pada MRI T1 atau T2-
cincin setelah pemberian bahan kontras. Lesi di lokasi yang tidak biasa berupa
yang terletak sepenuhnya di luar kanal (herniasi lateral jauh). Pola migrasi diskus
atipikal juga dapat terlihat; kadang, migrasi terjadi di bawah lengan radiks saraf.
Pada kasus yang jarang terjadi, HNP dapat menembus PLL dan meluas ke
intradural.6
29
Peningkatan kontras tidak otomatis meningkatkan hasil diagnostik yang
radiks saraf yang sesuai dengan neuritis; yang mana 70% dari gamabran pasien ini
berhubungan dengan HNP atau tonjolan diskus. Pada spinal servikal dan torakal,
foraminal.6
hasil MRI dan CT scan lumbar dapat menjadi alat diagnostik dalam kasus herniasi
penggambaran herniasi diskus yang kecil dan menonjol tanpa disertai ruptur
anulus serta hubungan migrasi fragmen dari ekstrusi diskus ke bagian belakang
vertebral dan kantong tekal. Selain itu, MRI lebih akurat dibandingkan CT scan
spinalis distal. CT scan lebih mudah dalam penggambaran herniasi diskus lumbal
posisi pasien dapat menunjukkan kelainan saraf minor dibandingkan dengan MRI
30
Jinkins et al mempelajari penggunaan klinis unit MRI pertama yang
memungkinkan MRI diposisikan tegak lurus pada pasien yang berdiri tegak
dengan berat badan digunakan sebagai beban untuk kolumnar spinal dengan
pasien dengan degenerasi spinal.2 MRI posisi tegak dianggap oleh beberapa orang
MRI tiga dimensi (3D) merupakan teknik yang relatif baru untuk
paling baik pada pencitraan 3D dan waktu pemeriksaan akan sangat berkurang.
melaporkan bahwa teknik ini tidak hanya menggambarkan morfologi, tetapi juga
perubahan patologis yang dikaitkan dengan kompresi radiks saraf oleh herniasi
diagnosis herniasi diskus lumbal. Peningkatan gambaran radiks saraf terlihat pada
39,1% sebelum operasi dan 58,7% setelah operasi. Peningkatan gambaran radiks
gejala radikuler.
radiks saraf yang terkena pada pasien yang memiliki diskrepansi antara tingkat
31
2.6.5 Diskografi
penilaian respons pasien terhadap injeksi. Nyeri yang mirip dengan nyeri
punggung atau leher menunjukkan sumber nyeri yang kemungkinan berasal dari
anatomi diskus dan menunjukkan patologi diskus, termasuk celah dan robekan
radial.6
rendah, tetapi studi yang lebih baru menunjukkan kegagalan induksi nyeri pada
diskografi pada masing-masing pasien bervariasi. Insiden nyeri lebih rendah pada
posterior anulus fibrosus atau tonjolan diskus yang signifikan. Intinya, ketika hasil
dari prosedur fusi dibandingkan, diskografi lumbar memiliki hasil yang sensitif
Investigasi gejala yang persisten dan berat ketika hasil tes diagnostik lain
negatif;
Menilai diskus abnormal, menilai nyeri berulang dari diskus yang
32
Menilai pasien yang hasil pembedahannya gagal, untuk menentukan
dan
Menilai pasien dengan herniasi diskus terkonfirmasi sebagai calon pasien
retroperitoneal, mual, kejang, nyeri kepala, peningkatan nyeri. 43 Tidak ada laporan
kerusakan diskus pada tindak lanjut jangka panjang setelah diskografi. HNP
ini dibagi lagi menjadi tipe 3a, yang merupakan fisura radialis posterior;
33
memanjang ke lateral, pada garis yang ditarik dari tangensial diskus sentral
ekstrusi ke bawah PLL dan mengalami kontak langsung dengan dura atau
radiks saraf.
Pada tipe 6, fragmen yang mengalami ekstrusi tidak lagi memiliki
dapat timbul hanya jika terdapat cukup tekanan terhadap fragmen bebas
abnormal secara manometrik dan volumetrik, dan nyeri timbul atau tidak.
yang ditimbulkan dapat berupa nyeri radikuler atau rasa pegal di daerah lumbal.
Nyeri ini timbul terutama bila penderita mulai bergerak setelah lama berada dalam
34
penonjolan tulang atau sejak semula sudah sempit. Nyeri punggung bawah yang
dirasakan berupa nyeri rujukan somatik yang lebih sering dirasakan pada waktu
berjalan atau berdiri lama. Selain itu juga didapatkan klaudikasio intermitens
neurogenik, yaitu rasa nyeri sering disertai rasa kesemutan dan dingin serta
kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung
secara keseluruhan. 90% pasien akan membaik dalam waktu 6 minggu, hanya
2.8.1.1 Nonfarmakologis
Tirah Baring
Tirah baring telah lama dilakukan namun tidak dapat menunjukkan hasil
yang efektif dalam satu hingga dua hari pertama. Seluruh pengobatan konservatif
digunakan untuk mengurangi inflamasi. Untuk itu, tirah baring hanya digunakan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan
aktivitas biasa. Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari
35
Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung
Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri
dingin.
o Iontoforesis
Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri. Modalitas
tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk mengurangi
mungkin. Endurance exercise dan latihan aerobik yang memberi stres minimal
pada punggung, seperti berjalan, naik sepeda, atau berenang dimulai pada minggu
36
Conditional exercise yang bertujuan memperkuat otot punggung dimulai
sesudah dua minggu karena bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat
keluhan pasien.
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung
seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan
otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi
pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.
Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti lebih
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga
mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin
Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak,
Selekoksib. Obat anti inflamasi menunjukkan manfaat (karena nyeri
berasal dari inflamasi pada saraf).
ketergantungan obat.
Kortikosteroid Oral
37
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP
Gabapentin
Suntikan pada Titik Picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi lokal
dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik 36 picu disekitar tulang
punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain,
sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus
sampai 12 minggu.
Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien
38
Laminotomi / laminektomi / foraminotomi / fasetektomi, yaitu melakukan
stabilisasi.
39
BAB 3
KESIMPULAN
sebagian atau seluruh bagian dari nukleus pulposus atau anulus fibrosus diskus
radiks saraf melalui anulus fibrosus yang robek. Sifat nukleus pulposus berupa
atau ke belakang antara satu dan yang lain. Peningkatan beban kolumna
Apabila dorongan dari luar terlalu besar untuk anulus fibrosus, anulus dapat
degenerasi diskus secara tidak langsung dalam bentuk hilangnya ketebalan diskus
intervertebralis, fenomena vakum dalam bentuk gas dalam diskus, dan osteofit
endplate. Radiografi polos spinal tidak dapat menunjukkan herniasi diskus dengan
misalnya fraktur, kanker, atau infeksi. Gambaran mielografik pada pasien dengan
HNP adalah deformitas ekstradural atau perpindahan kantung tekal yang berisi
kontras. CT Scan menunjukkan perpindahan fokal dan halus ke luar margin diskus
pada kanalis spinalis, ke dalam atau lateral foramen saraf pada herniasi
subligamen. CT scan juga dapat menunjukkan kalsifikasi atau, pada kasus yang
jarang, udara pada herniasi. Gambaran sumsum tulang paling baik dilakukan
40
dengan MRI. Pada MRI, HNP digambarkan sebagai protrusi fokal asimetris
suntikan pada titik picu. Terapi operatif berguna untuk menghilangkan penekanan
dan iritasi saraf sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang.
41
DAFTAR PUSTAKA
42
15. Image [Internet]. Keck Medicine of USC. 2016 [cited 2019 Mar 18].
Available from: keckmedicine.adam.com/content.aspx?
productId=117&isArticleLink=false &pid=1&gid=003807
16. Jordan J, Konstantinou K, O’Dowd J. Herniated lumbar disc. BMJ Clin
Evid. 2009;2009:1118.
17. Awad J, Moskovich R. Lumbar Disc Herniations: Surgical Versus Non
Surgical Treatment. Clin Orthop Relate Res. 2006;443:183–97.
18. Malanga G, Nadler S, Agesen T. Epidemiology. In: Cole A, Herring S,
editors. The low back pain handbook: a guide for the practicing clinician.
2nd ed. Philadelphia: Hanley & Belfus, Inc; 2003. p. 1–7.
19. Helmi Z. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika;
2012. 226-331 p.
20. Ekayuda I. Neuroradiologi. In: Radiologi Diagnostik. 2nd ed. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2005. p. 337.
21. Mahadewa T. Diagnosis dan Tatalaksana Hernia Nukleus Pulposus Lumbal.
In: Diagnosis & Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang Belakang. Jakarta:
Sagung Seto; 2009. p. 62–87.
22. Highsmith J. Image [Internet]. 2014 [cited 2019 Mar 17]. Available from:
spineuniverse.com/conditions/herniated-disc/causes-herniated-disc
23. Gilroy J, Holliday P. Herniated Intervertebral Disk. In: Trauma Basic
Neurology. New York: Macmillan Publishing Co. Inc.; 1982. p. 302–5.
24. Mikhael M, Ciric I, Kudrna J, Hindo W. Recognition of lumbar disc disease
with magnetic resonance imaging. Comput Radiol. 1985;9(4):213–22.
25. Hayes D, Holmes D, Gray J. Effect of 1.5 tesla nuclear magnetic resonance
imaging scanner on implanted permanent pacemakers. J Am Coll Cardiol.
1987;10(4):782–6.
26. Weishaupt D, Schmid M, Zanetti M, et al. Positional MR imaging of the
lumbar spine: does it demonstrate nerve root compromise not visible at
conventional MR imaging? Radiology. 2000;215(1):247–53.
27. O’Connell M, Ryan M, Powell T, Eustace S. The value of routine MR
myelography at MRI of the lumbar spine. Acta Radiol. 2003;44(6):665–72.
28. Lurie J, Tosteson A, Tosteson T, Carragee E, Carrino J, Kaiser J, et al.
Reliability of magnetic resonance imaging readings for lumbar disc
herniation in the Spine Patient Outcomes Research Trial (SPORT). Spine
(Phila Pa 1976). 2008;33(9):991–8.
29. Peterson C, Leemann S, Lechmann M, Pfirrmann C, Hodler J, Humphreys
B. Symptomatic magnetic resonance imaging-confirmed lumbar disk
herniation patients: a comparative effectiveness prospective observational
study of 2 age- and sex-matched cohorts treated with either high-velocity,
low-amplitude spinal manipulative therapy or. Manip Physiol Ther.
43
2013;36(4):218–25.
30. Splendiani A, Perri M, Conchiglia A, Fasano F, Di Egidio G, Masciocchi C,
et al. MR Assessment of Lumbar Disk Herniation Treated with Oxygen-
Ozone Diskolysis: The Role of DWI and Related ADC versus
Intervertebral Disk Volumetric Analysis for Detecting Treatment Response.
Neuroradiol J. 2013;26(3):347–56.
31. Papavero L, Langer N, Fritzsche E, Emami P, Westphal M, Kothe R. The
translaminar approach to lumbar disc herniations impinging the exiting
root. Neurosurgery. 2008;62:173–7.
32. Palma L, Carangelo B, Muzii V, Mariottini A, Zalaffi A, Capitani S.
Microsurgery for recurrent lumbar disk herniation at the same level and
side: do patients fare worse? Experience with 95 consecutive cases. Surg
Neurol. 2008;
33. Fontaine J, Mohamed F, Gottlieb C, et al. Rapid ventricular pacing in a
pacemaker patient undergoing magnetic resonance imaging. Pacing Clin
Electrophysiol. 1998;21(6):1336–9.
34. Pfirrmann C, Metzdorf A, Zanetti M, Al E. Magnetic resonance
classification of lumbar intervertebral disc degeneration. Spine (Phila Pa
1976). 2001;26(17):1873–8.
35. Heuck A, Glaser C. Basic aspects in MR imaging of degenerative lumbar
disk disease. Semin Musculoskelet Radiol. 2014;18(3):228–39.
36. Cha S, Jang C, Hong J, Park J, Park J. Use of magnetic resonance imaging
to identify outcome predictors of caudal epidural steroid injections for
lower lumbar radicular pain caused by a herniated disc. Ann Rehabil Med.
2014;38(6):791–8.
37. Splendiani A, Perri M, Grattacaso G, Di Tunno V, Marsecano C,
Panebianco L, et al. Magnetic resonance imaging (MRI) of the lumbar
spine with dedicated G-scan machine in the upright position: a
retrospective study and our experience in 10 years with 4305 patients.
Radiol Med. 2016;121(1):38–44.
38. de Zoete A, Ostelo R, Knol D, Algra P, Wilmink J, van Tulder M, et al.
Diagnostic Accuracy of Lumbosacral Spine Magnetic Resonance Image
Reading by Chiropractors, Chiropractic Radiologists, and Medical
Radiologists. Spine (Phila Pa 1976). 2015;40(11):653–60.
39. Hofman P, Wilmink J. 3-D volume scanning. A new technique for lumbar
MR imaging. Acta Neurochir. 1995;134(1–2):108–12.
40. Taneichi H, Abumi K, Kaneda K, Terae S. Significance of Gd-DTPA-
enhanced magnetic resonance imaging for lumbar disc herniation: the
relationship between nerve root enhancement and clinical manifestations. J
Spinal Disord. 1994;7(2):153–60.
41. Luoma K, Vehmas T, Riihimaki H, Raininko R. Disc height and signal
44
intensity of the nucleus pulposus on magnetic resonance imaging as
indicators of lumbar disc degeneration. Spine (Phila Pa 1976).
2001;26(6):680–6.
42. Unlu Z, Tasci S, Tarhan S, Pabuscu Y, Islak S. Comparison of 3 physical
therapy modalities for acute pain in lumbar disc herniation measured by
clinical evaluation and magnetic resonance imaging. J Manip Physiol Ther.
2008;31(3):191–8.
43. Tai H, Chen W, Huang C, Chen J, Wu Y. Spontaneous septic diskitis: a
common complaint with a serious pathologic cause that should not been
overlooked. Am J Emerg Med. 2008;26(4):514.
44. Rahim H, Priharto K. Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. Divisi
Spine Bagian Orthopaedi & Traumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin;
45. Marcelo GM, Jorge COrdovez M, Cecilia Okuma P, Carlos MM, Takeshi
AK. Differential diagnoses for disc herniation. Re Chil Radiol. 2017; 23 (2)
:66-76
46. Hwang J, Park I, Kang DH, Jung Jm. Discal cyst of the lumbar spine. J
Korean Neurosurg Soc. 2008 ; 44: 262-264
45