Oleh
1840312448
Preseptor:
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.MN
Pilek (-)
Demam (-)
Secondary Survey
1. B1 (Breath)
2. B2 (Blood)
Akral hangat
3. B3 (Brain)
4. B4 (Bladder)
Buang air kecil tidak ada kelainan.
5. B5 (Bowel)
Buang air besar tidak ada kelainan. Mual (+) dan muntah (+).
6. B6 (Bone)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. DIAGNOSIS KERJA
Epidural hematoma + Subdural hematoma + fraktur basis cranii + kontusio
serebri
F. DIAGNOSIS ANESTESI
Penggolongan status fisik pasien menurut ASA :
Status fisik ASA III + Emergency
G. RENCANA OPERASI
Craniotomy
H. RENCANA ANESTESI
General Anesthesia
I. KESIMPULAN
Pasien seorang laki-laki, usia 17 Tahun, status fisik ASA III + emergency
dengan diagnosis Epidural hematoma + Subdural hematoma + fraktur
basis cranii + kontusio serebri. Rencana kraniotomi dalam anestesi umum.
J. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia
Quo ad Functionam : dubia
Quo ad Sanactionam : dubia
K. LAPORAN ANESTESI
Diagnosa Pre Operatif : Epidural hematoma + Subdural hematoma
+ fraktur basis cranii + kontusio serebri
Diagnosa Post Operatif : epidural hematoma + kontusio serebri +
fraktur basis cranii + laserasi sinus venosus
Penatalakasanaan Post-operasi
Morfin 1 mg (iv) paracetamol 2x2
Sedacum 1 mg (iv)
Ranitidin 3x1
Metoclopramide 3x1
Ceftriaxone 2x1 gram
BAB 3
PEMBAHASAN
b. Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk dilakukannya tindakan anestesi
umum. Namun, beberapa kontraindikasi relatif dilakukannya anestesi umum yaitu
gangguan kardivaskular yang berat, hipertensi berat atau tak terkontrol (diastolik
>110 mmHg), diabetes tak terkontrol, infeksi akut, sepsis.8
3.1.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang berkaitan dengan anestesi umum dikelompokan
menjadi empat kelompok besar yaitu:9
a. Post-operative nausea and vomiting
b. Komplikasi pulmonologi
c. Komplikasi sirkulasi
d. Komplikasi neurologis
b. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis cranii.Tulang
tengkorak terbagi atas beberapa bagian tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan
oksipital.Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun bagian ini
dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat
melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi.
Ronggatengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu fossa anterior tempat
lobusfrontalis,fossa media tempat temporalis dan fossa posterior ruang bagi
bagian bawah batang otak dan serebelum.12,13
c. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3
lapisan, yaitu:12,13
1) Duramater
Duramater, secara embriologi berasal dari mesoderm.Duramater terletak
paling luar, terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan luar (lapisan periosteal) langsung
melekat pada endosteum tabula interna dan lapisan dalam (lapisan
meningeal).Duramater merupakan selaput yang kerasterdiri atas jaringan ikat
fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari kranium.Karena tidak
melekat pada selaput arakhnoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial
(ruang subdura) yang terletak antara duramater dan arachnoid, dimana sering
dijumpai perdarahan subdural.
Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan
otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Vein
dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural.Sinus sagitalis
superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus
sigmoideus.Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan
hebat.Diperdarahi oleh arteri meningea anterior, media, dan posterior.Masing-
masing merupakan cabang dari arteri opthtalmika untuk yang anterior, arteri
carotis eksterna untuk yang media, dan arteri vertebralis untuk yang posterior.
Arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari
kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan
laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling
sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa
temporalis.12,13
d. Otak
e. Cairan serebrospinalis
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus
dengankecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dariventrikel
lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, dari akuaduktus sylvius
menujuventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui
granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah
dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu
penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan intrakranial. Angka rata-rata
pada kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan
sekitar 500 ml CSS per hari.13
g. Vaskularisasi Otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri
vertebralis.Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan
membentuk sirkulus Willisi.Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot
didalamdindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut
keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis.13
3.3.2 Epidemiologi
Tipe- tipe : 16
3.3.4 Etiologi
Epidural hematoma dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja,
beberapa keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya
benturan pada kepala pada kecelakaan motor. Hematoma epidural terjadi akibat
3.3.5 Patofisiologi
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus
keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur
mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu
beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang progersif memberat,
kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran
ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan disebut interval lucid.
Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada epidural
hematom.17
2. Sinus duramati
2. Bingung
3. Penglihatan kabur
4. Susah bicara
8. Mual
9. Pusing
10. Berkeringat
11. Pucat
Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese
atau serangan epilepsi fokal. Pada perjalannya, pelebaran pupil akan mencapai
maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah
tanda sudah terjadi herniasi tentorial. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan
Jika epidural hematom disertai cedera otak seperti memar otak, interval
bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi kabur.17
dengan sisi yang mengalami trauma pada film untuk mencari adanya fraktur
tulang yang memotong sulcus arteria meningea media. Sebaiknya foto ini hanya
potensi cedara intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja
(single) tetapi dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks,
garis fraktur pada areaepidural hematoma, Densitas yang tinggi pada stage yang
posisi duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat
menggambarkan batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis
b. Hematoma Subarachnoid
didalamnya.
3.3.9 Tatalaksana
darah.Terhentinya pernafasan sementara dapat terjadi pada cedera otak, dan dapat
b. Breathing
hiperventilasi harus dilakukan secara hati-hati pada penderita cedera otak berat
c. Circulation
Hipotensi biasanya tidak disebabkan oleh cedera otak itu sendiri, kecuali
2. Pemeriksaan neurologis
kardiopulmoner penderita stabil. Pemeriksaan ini terdiri dari GCS dan reflex
cahaya pupil. Pada penderita koma, respon motorik dapat dibangkitkan dengan
3. Secondary survey
selalu dilakukan untuk deteksi dini gangguan neurologis. Tanda awal dari herniasi
lobus temporal (unkus) adalah dilatasi pupil dan hilangnya refleks pupil terhadap
abnormalitas respon pupil dan dapat membuat pemeriksaan pupil menjadi sulit.
Usahakan agar jalan nafas selalu bebas, bersihkan lendir dan darah yang
membuka jalur intravena, gunakan cairan NaCl 0,9% atau dextrose in saline.
a. Cairan intravena
pada otak yang cedera. Karena itu cairan yang dianjurkan untuk resusitasi adalah
larutan garam fisiologis atau atau ringer laktat. Kadar natrium serum juga harus
b. Hiperventilasi
pembuluh darah. Selain itu suplai oksigen yang terjaga dapat membantu menekan
mmHg.
c. Cairan hiperosmoler
Umumnya digunakan cairan manitol 20% per infus untuk "menarik" air
diberikan dalam dosis yang cukup dalam waktu singkat, umumnya diberikan 0,25-
1 gram/kg BB dalam 10-30 menit, secara bolus intravena. Cara ini berguna pada
d. Kortikosteroid
tiap 6 jam. Selain itu juga Metilprednisolon pernah digunakan dengan dosis 6 dd
e. Barbiturat
karena kebutuhan yang rendah, otak relatif lebih terlindung dari kemungkinan
terhadap otak dari anoksia dan iskemik ). Cara ini hanya dapat digunakan dengan
meninggi. Dosis yang biasa diterapkan adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam
30 menit dan kemudian dilanjutkan dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1
f. Fenitoin
(24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic dan untuk
g. Cara lain
ml/24 jam agar tidak memperberat edema jaringan. Ada laporan yang menyatakan
bahwa posisi tidur dengan kepala (dan leher) yang diangkat 30° akan menurunkan
Posisi tidur yang dianjurkan, terutama pada pasien yang berbaring lama adalah:
Terapi Operatif
Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk
fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi
operasi emergensi. Biasanya keadaan emergensi ini disebabkan oleh lesi desak
ruang.
Indikasi untuk life saving adalah jika lesi desak ruang bervolume:
Sedangkan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan :
a. Penurunan klinis
b. Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan
3.3.10 Komplikasi
1. Koagulopati
kepala, menunjukkan hasil bahwa 71% nya memiliki clotting test yang abnormal
fibrinolysis (DICF).
2. Tromboemboli
3.3.11 Prognosis
karena kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar
3.4 Kraniotomi
Kraniotomi adalah tindakan pembedahan dengan membuka tulang
dilakukan pada tumor otak, perdarahan otak seperti subdural hematoma, epidural
3.4.2 Premedikasi
Premedikasi dengan obat penenang atau opioid sebaiknya dihindari,
terutama ketika diduga terjadi hipertensi intrakranial. Hiperkapnia sekunder akibat
depresi pernapasan akan meningkatkan ICP. Kortikosteroid dan terapi
antikonvulsan harus dilanjutkan hingga waktu operasi.
3.4.3.2 Induksi
Induksi anestesi dan intubasi trakea adalah periode kritis bagi pasien
dengan gangguan tekanan intrakranial terkait perubahan volume, terutama jika
terdapat peningkatan ICP. Elastansi intrakranial dapat ditingkatkan dengan
diuresisosmotik atau pembuangan CSF dalam volume kecil melalui drain
ventrikulostomi. Tujuan dari teknik tersebut adalah untuk kelancaran induksi
anestesi dan intubasi trakea tanpa meningkatkan ICP atau mengganggu CBF.
Hipertensi arteri selama induksi akan meningkatkan CBV dan menyebabkan
3. Farhan AM, Justin FF. Traumatic Brain Injury dalam Ferri’s Clinical Advisor
2018. Philladelphia. Elsevier. 2018; pp: 1297-1299.e1.