Anda di halaman 1dari 15

Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Report Session

Laryngopharyngeal Reflux

Oleh:

Hernandes 1840312757

Ismail Bin Abdullah 1840312404

Rezy Pysesia Alfani 1840312716

Yenny Handayani S. 1610312060

Preseptor:

dr. Yan Edward, SpTHT-KL (K), FICS

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2020
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Report Session

Laryngopharyngeal Reflux
1 1 1 1 2
Hernandes , Ismail , Rezy , Yenny , dr. Yan Edward, Sp.THT-KL(K),FICS

Affiliasi penulis : 1. Profesi Dokter FK UNAND (Fakultas Kedepan berhubungan dengan rongga mulut melalui
Kedokteran Universitas Andalas); 2. Bagian Ilmu Kesehatan ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL) berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah
RSUP Dr. M. Djamil Padang; berhubungan dengan esofagus. Panjang dinding
posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm;
PENDAHULUAN bagian ini merupakan bagian dinding faring yang
terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam
1.1 Latar Belakang keluar): 1. Selaput lendir; 2. Fasia faringobasiler; 3.
Refluks Laring Faring/ Laryngopharyngeal Reflux Pembungkus otot; 4. Sebagian fasia bukofaringeal.
(LPR) dapat didefinisikan sebagai pergerakan asam Faring terbagi atas: 1. Nasofaring; 2. Orofaring; 3.
lambung secara retrograd menuju faring dan laring Laringofaring. Unsur-unsur faring meliputi: 1. Mukosa;
serta saluran pencernaan atas. LPR dapat
menyebabkan iritasi dan perubahan pada laring.
Dalam menentukan diagnosis LPR perlu dilakukan
anamnesis yang teliti, pemeriksaan penunjang seperti
laringoskopi fleksibel, pH dan lain-lain. Pengobatan
LPR meliputi kombinasi diet, modifikasi perilaku,
antasida, antagonis reseptor H2, proton pump inhibitor
(PPI) dan tindakan bedah. Oleh karena itu,
Laryngopharyngeal Reflux akan dibahas dalam tulisan
clinical science session ini.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan Clinical Science Session ini 2. Palut lendir (mucous blanket); 3. Otot.
adalah untuk mengetahui anatomi dan fisiologi faring, Gambar 1. Anatomi Faring
laring, serta, definisi, epidemiologi, etiologi,
patogenesis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan Vaskularisasi Faring
prognosis Laryngopharyngeal Reflux. Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan
kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama berasal
1.3 Metode Penulisan dari cabang a. karotis eksterna (cabang faring asendens
Metode penulisan Clinical Science Session ini dan cabang fausial) serta dari cabang a. maksila interna
adalah dengan studi kepustakaan dengan merujuk yakni cabang palatina superior.
pada berbagai literatur.
Persarafan Faring
1.4 Manfaat Penulisan Persarafan motorik dan sensorik daerah faring
Manfaat penulisan Clinical Science Session ini berasal dari pleksus faring yang ekstensif. Pleksus ini
adalah menambah wawasan dan pengetahuan dibentuk oleh cabang faring dari nervus vagus, cabang
mengenai Laryngopharyngeal Reflux. . dari nervus glosofaring dan serabut motorik. Dari
pleksus faring yang ekstensif ini keluar cabang-cabang
untuk otot-otot faring kecuali muskulus stilofaring yang
TINJAUAN PUSTAKA dipersarafi langsung olaeh cabang nervus glosofaring
(n.IX).
A. Anatomi dan Fisiologi Faring dan Laring

Anatomi Faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang
bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas
dan sempit di bagian bawah. Kantong ini mulai dari
dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus
setinggi vertebra servikal ke – 6. Ke atas, faring
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana.
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan


lobus kelenjar tiroid.

Laring berbentuk piramida triangular terbalik


dengan dinding kartilago tiroidea di sebelah atas dan
kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid
dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea.
Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan
ligamen serta akan mengalami osifikasi sempurna
pada usia 2 tahun. Secara keseluruhan laring dibentuk
oleh sejumlah: 1.kartilago; 2.ligamentum; 3.otot-otot.

Gambar 2. Persarafan Faring

Fisiologi Faring
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi,
pada waktu menelan, resonansi suara dan untuk
artikulasi. Dalam fungsi menelan terdapat 3 fase yaitu
1. Fase oral; 2. Fase faringal; 3. Fase esofagal. Fase
oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring.
Gerakan disini disengaja (voluntary). Fase faringal
yaitu pada waktu transport bolus makanan melalui
faring. Gerakan disini tidak disengaja (involuntary).
Gambar 3. Anatomi Laring
Fase esofagal yaitu waktu bolus makanan bergerak
secara peristaltik di esofagus menuju lambung. Pada
Kartilago Laring
saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok,
dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini antara
yaitu : Kelompok kartilago mayor, terdiri dari: 1.
lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding
Kartilago Tiroidea (1 buah); 2. Kartilago Krikoidea (1
belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat
buah); 3. Kartilago Aritenoidea (2 buah). Kelompok
cepat dan mula-mula melibatkan M.salpingofaring dan
kartilago minor, terdiri dari : 1.Kartilago Kornikulata
M.palatofaring. kemudian M.elevator veli palatini
Santorini (2 buah); 2. Kartilago Kuneiforme Wrisberg (2
bersama-sama M.konstriktor faring superior. Pada
buah); 3. Kartilago Epiglotis (1 buah).
gerakan penutupan nasofaring M.elevator veli palatini
menarik palatum mole ke atas belakang hampir
mengenai dinding posterior faring.

Anatomi Laring
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan
bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang
rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi
vertebra cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak
dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada
umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja
tertutup bila sedang menelan makanan.
Gambar 4. Tulang dan kartilago laring tampak lateral
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi
dan palpasi dimana didapatkannya kartilago tiroid yang Ligamen dan Membran Laring
pada pria dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut Ligamen dan membran laring terbagi atas 2
Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s apple grup, yaitu: A. Ligamen ekstrinsik , terdiri dari : 1.
atau jakun. Membran tirohioid; 2. Ligamen tirohioid; 3. Ligamentum
tiroepiglotis; 4. Ligamen hioepiglotis; 5. Ligamen
Batas-batas laring berupa sebelah kranial krikotrakeal.
terdapat Aditus Laringeus yang berhubungan dengan
Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior
kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di
sebelah posterior dipisahkan dari vertebra servikal oleh
otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring
serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan
lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Krikoaritenoideus posterior); 3. Otot-otot tensor (M.


4
Tiroaritenoideus, M. Vokalis, M. Krikotiroideus).
Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita
suara. Pada orang tua, M. tensor internus kehilangan
sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke
4
lateral mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.

Gambar 5. Ligamen ekstrinsik.


B. Ligamen intrinsik, terdiri dari : 1. Membran
quadrangular; 2. Ligamen vestibular; 3. Konus
elastikus; 4. Ligamen krikotiroid media; 5. Ligamen
vokalis.
Gambar 7. Otot-otot ekstrinsik laring

Vaskularisasi Laring
Laring mendapat perdarahan dari cabang A.
Tiroidea Superior dan Inferior sebagai A. Laringeus
Superior dan Inferior. Arteri Laringeus Superior berjalan
bersama ramus interna N. Laringeus Superior
menembus membrana tirohioid menuju ke bawah
diantara dinding lateral dan dasar sinus pyriformis.
Arteri Laringeus Inferior berjalan bersama N. Laringeus
Inferior masuk ke dalam laring melalui area Killian
Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M.
Konstriktor Faringeus Inferior. Darah vena yang
dialirkan melalui V. Laringeus Superior dan inferior ke
Gambar 6. Ligamen intrinsik. V. Tiroidea Superior dan Inferior yang kemudian akan
bermuara ke V. Jugularis Interna.
Otot - otot Laring
Otot–otot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok Persarafan Laring
besar yaitu otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsik Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu
yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Nn. Laringeus Superior dan Nn. Laringeus Inferior (Nn.
Otot-otot ekstrinsik ini menghubungkan laring dengan Laringeus Rekuren) kiri dan kanan. Nn. Laringeus
struktur disekitarnya. Kelompok otot ini menggerakkan Superior meninggalkan N. vagus tepat di bawah
laring secara keseluruhan. Kelompok otot-otot ganglion nodosum, melengkung ke depan dan medial
depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan C3 di bawah A. karotis interna dan eksterna yang
dan penting untuk proses menelan (deglutisi) dan kemudian akan bercabang dua, yaitu : 1.Cabang
pembentukan suara (fonasi). Muskulus konstriktor Interna ; bersifat sensoris, mempersarafi vallecula,
faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan epiglotis, sinus pyriformis dan mukosa bagian dalam
melekat pada linea oblikus kartilago tiroidea. laring di atas pita suara sejati; 2. Cabang Eksterna ;
Otot-otot ekstrinsik terdiri atas: 1. Otot-otot bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m.
Konstriktor inferior.
suprahioid (M. Stilohioideus – M. Milohioideus, M.
N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren)
Geniohioideus – M. Digastrikus, M Genioglosus – M. berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus,
Hioglosus); 2. Otot-otot infrahioid (M. Omohioideus, mencapai laring tepat di belakang artikulasio
M.Sternokleidomastoideus, M. Tirohiodeus). krikotiroidea. N. laringeus yang kiri mempunyai
perjalanan yang panjang dan dekat dengan Aorta
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik
sehingga mudah terganggu.
adalah : 1. Otot-otot adduktor (Mm. Interaritenoideus
Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian
transversal dan oblik , M. Krikotiroideus, M.
proksimal A. subklavia dan berjalan membelok ke atas
Krikotiroideus lateral); 2. Otot-otot abduktor (M.
sepanjang lekukan antara trakea dan esofagus,
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

selanjutnya akan mencapai laring tepat di belakang penunjang seperti laringoskopi fleksibel, pH dan
artikulasio krikotiroidea dan memberikan persarafan : 1. lain-lain. Pengobatan LPR meliputi kombinasi diet,
Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian modifikasi perilaku, antasida, antagonis reseptor H2,
atas trakea; 2. Motoris, mempersarafi semua otot laring proton pump inhibitor (PPI) dan tindakan bedah.
kecuali M. Krikotiroidea.

Epidemiologi
Kejadian refluks sering ditemukan di
Negara-negara barat dengan angka kejadian 10-15%
dan umumnya mengenai usia diatas 40 tahun (35%).
Hal ini berhubungan dengan pola konsumsi
masyarakat barat, olahraga genetik dan kebiasaan
berobat.

Qadeer dkk pada tahun 2005 menyebutkan


bahwa prevalensi gejala yang berhubungan dengan
LPR adalah 15-20%. Diperkirakan lebih dari 15%
Gambar 8. Persarafan Laring pasien yang datang ke spesialis THT disebabkan oleh
manifestasi dari LPR. Vaezi dkk pada tahun 2006
B. Laryngopharingeal Reflux menyebutkan bahwa insiden GERD yang
berhubungan dengan gejala THT sekitar 10% di
Refluks menurut literatur adalah aliran balik. praktek.
Kata ini diambil dari bahasa latin yaitu “re” yang
Pada penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
bermakna balik atau kembali dan “fluere” yang artinya
prevalensi GERD pada populasi China lebih rendah
mengalir. Refluks Laring Faring/ Laryngopharyngeal
dibandingkan dengan populasi negara-negara barat.
Reflux (LPR) dapat didefinisikan sebagai pergerakan
Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan kebiasaan
asam lambung secara retrograd menuju faring dan
diet, perbedaan bentuk tubuh, genetik, dan perilaku
laring serta saluran pencernaan atas. LPR dapat
kesehatan. Di Amerika Serikat GERD adalah kelainan
menyebabkan iritasi dan perubahan pada laring. Pada
yang umum dijumpai. Sebesar 50% orang dewasa
tahun 1996, Koufman dkk memperkenalkan istilah
menderita GERD dan diperkirakan 4-10% kelainan
penyakit refluks laring faring (LPR) untuk penyakit ini.
laring kronis non spesifik di klinik THT berhubungan
Amerika Serikat beranggapan LPR merupakan bentuk
dengan penyakit refluks. Tidak ditemukan predileksi
lain dari Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
ras pada penyakit refluks. Namun prevalensi pria
karena pada pasien LPR tidak perlu ditemukan gejala
dibandingkan wanita yaitu 55%: 45% dan meningkat
spesifik GERD seperti rasa panas di dada (heartburn)
pada usia lebih dari 44 tahun.
dan regurgitasi. Lebih jauh lagi pada kebanyakan
pasien dengan LPR refluks asam di esofagus bagian Etiologi
bawah normal dan pasien LPR tidak didiagnosis Penyebab LPR adalah adanya refluks secara
sebagai GERD. retrograd dari asam lambung atau isinya seperti pepsin
kesaluran esofagus atas dan menimbulkan cedera
Walaupun penyebab kedua penyakit tersebut
mukosa karena trauma langsung. Sehingga terjadi
sama, LPR harus dibedakan dari GERD. Pasien
kerusakan silia yang menimbulkan tertumpuknya
dengan LPR biasanya mempunyai keluhan di daerah
mukus, aktivitas mendehem dan batuk kronis akibatnya
kepala dan leher sedangkan pada GERD biasanya
akan sebabkan iritasi dan inflamasi.
didapatkan keluhan klasik seperti esofagitis dan rasa
panas di dada (heartburn). Perbedaan ini Patofisiologi
menyebabkan kedua penyakit tersebut memerlukan Patofisiologi LPR sampai saat ini masih sulit
pengobatan yang agak berbeda. Dikenal berbagai dipastikan. Seperti yang diketahui mukosa faring dan
istilah LPR seperti GERD supraesofagus, GERD laring tidak dirancang untuk mencegah cedera
atipikal, komplikasi ekstra esofagus dari GERD, refluks langsung akibat asam lambung dan pepsin yang
laryngeal, gastrofaringeal refluks, refluks terkandung pada refluxate. Laring lebih rentan
supraesofageal dan refluks ekstraesofageal. Sekarang terhadap cairan refluks dibanding esofagus karena
LPR dianggap sebagai penyakit yang berbeda dan tidak mempunyai mekanisme pertahanan ekstrinsik
memerlukan penatalaksanaan yang berbeda pula. dan instrinsik seperti esofagus. Terdapat beberapa
Inflamasi jaringan laring yang disebabkan LPR mudah teori yang mencetuskan respon patologis karena
rusak karena intubasi sehingga mempermudah cairan refluks ini, yaitu:
progesifitas menjadi granuloma dan dapat berubah
menjadi stenosis subglotik. 1. Cedera laring dan jaringan sekitar akibat trauma
langsung oleh cairan refluks yang mengandung
Dalam menentukan diagnosis LPR perlu asam dan pepsin. Byrne menyimpulkan bahwa
dilakukan anamnesis yang teliti, pemeriksaan
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

cairan asam dan pepsin merupakan zat dan kebiasaan merokok. Gerakan paradoks dari pita
berbahaya bagi laring dan jaringan sekitarnya. suara dan spasme laring juga dapat dikarenakan LPR
Pepsin merupakan enzim proteolitik utama sehingga perlu ditanyakan apakah pasien mempunyai
lambung. Aktivitas optimal pepsin terjadi pada pH masalah pernafasan dan perubahan suara. Asma dan
2,0 dan tidak aktif dan bersifat stabil pada pH 6 sinusitis dapat merupakan gejala lain LPR. Refluks
tetapi akan aktif kembali jika pH dapat kembali ke sering dianggap sebagai faktor yang dapat
pH 2,0 dengan tingkat aktivitas 70% dari mencetuskan asma.
sebelumnya.
Pada pasien yang asam lambungnya dapat
2. Asam lambung pada bagian distal esofagus akan ditekan terlihat ada perbaikan fungsi paru dan
merangsang reflex vagal sehingga akan perbaikan keluhan pada kasus asma 78%.
mengakibatkan bronkokontriksi, gerakan Gejala-gejala esofagus yang dapat ditemui pada
mendehem (throat clearing) dan batuk kronis. pasien LPR seperti rasa seperti terbakar di dada 37 %
Lama kelamaan akan menyebabkan lesi pada dan regurgitasi 3%. riwayat mengkonsumsi obat
mukosa. Mekanisme keduanya akan gastritis seperti antasida perlu ditanyakan serta riwayat
menyebabkan perubahan patologis pada kondisi suka mengkonsumsi makanan pedas. Pertanyaan
laring. Bukti lain juga menyebutkan bahwa seperti ini membantu penegakan diagnosis penyakit
rangsangan mukosa esofagus oleh cairan asam refluk karena pasien sering datang dengan keluhan
lambung juga akan menyebabkan peradangan yang tidak pasti. Pola hidup seperti kebiasaan
pada mukosa hidung, disfungsi tuba dan merokok dan mengkonsumsi alkohol, 92% ditemukan
gangguan pernafasan. Cairan lambung tadi pada pasien dengan penyakit refluks. Rokok dan
menyebabkan refleks vagal eferen sehingga alkohol sebagai salah satu penyebab penurunan
terjadi respons neuroinflamasi mukosa dan dapat tekanan esofagus bawah, kelemahan tahanan
saja tidak ditemukan inflamasi di daerah laring. mukosa, memanjangnya waktu pengosongan lambung
dan merangsang sekresi lambung.

Pada akhir-akhir ini terdapat penelitian yang Belfasky (2002) seperti dikutip menyatakan ada 9
menyebutkan teori dari patofisiologi LPR. Yang gejala refluks (Reflux Symptom Index/RSI) yang dapat
menyebutkan adanya fungsi proteksi dari enzim digunakan untuk menentukan adanya gejala LPR dan
carbonic anhydrase. Enzim ini akan menetralisir asam derajat sebelum dan sesudah terapi. Gejala yang
pada cairan refluks. Pada keadaan epitel laring normal sering muncul seperti suara serak, mendehem,
kadar enzim ini tinggi. Terdapat hubungan yang jelas penumpukan dahak di tenggorok atau post nasal drip,
antara kadar pepsin di epitel laring dengan penurunan sukar menelan, batuk setelah makan, sulit bernafas
kadar protein yang memproteksi laring yaitu enzim atau tersedak, batuk yang sangat mengganggu, rasa
carbonic anhydrase dan squamous epithelial stress mengganjal dan rasa panas di tenggorok, nyeri dada
protein Sep70. Pasien LPR menunjukkan kadar atau rasa asam naik ke tenggorok.
penurunan enzim ini 64% ketika dilakukan biopsi
jaringan laring. Gejala tersering pada LPR adalah suara serak
71%, batuk 51% dan rasa mengganjal di tenggorok
Diagnosis (globus faringeus) 47%. Pasien karsinoma laring
Ditegakkan berdasarkaan gejala klinis (Reflux ditemukan riwayat LPR 58% dan stenosis subglotik
1
Symptoms Index/RSI) dan pemeriksaan Laring (Reflux 56%. Skor RSI adalah 0-45 dengan skor ≥ 13 curiga
Finding Score/ RFS). Akan tetapi pemeriksaan LPR.
penunjang sering digunakan untuk menegakkan
diagnosis.

Riwayat Penyakit

Hal yang penting ditanyakan apakah ada


perubahan suara terutama perubahan suara yang
intermitten di siang hari. Jika ada keluhan ini perlu ada
kecurigaan akan LPR. Gejala lain yang sering
dikeluhkan pasien adalah rasa seperti tersangkut di
tenggorok (Globus sensation), mendehem (throat
clearing), batuk dan suara serak. Gejala lain seperti
nyeri tenggorok, penumpukan dahak di tenggorok,
obstruksi jalan nafas intermiten, post nasal drip,
wheezing, halitosis dan disfagia dapat timbul. Suara
serak merupakan gejala utama pada LPR yang paling
nyata dan utama. Gejala-gejala yang tidak spesifik lain Tabel 1. Reflux Symptom Index (RSI)
dapat disebabkan kondisi lain seperti keeadaan alergi
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pemeriksaan Fisik

Keadaan laring yang dicurigai teriritasi asam


seperti hipertrofi komissura posterior, globus faringeus,
nodul pita suara, laringospasme, stenosis subglotik
dan karsinoma laring. Untuk melihat gejala LPR pada
laring dan pita suara perlu pemeriksaan Laringoskopi.
Gejala paling bermakna seperti adanya eritema,
edema dan hipertrofi komissura posterior (gambar 5).

Tabel 2. Reflux Finding Score

Udem subglotik (Pseudosulkus vokalis- gambar


7) ditemui pada 90% kasus, adalah udem subglotik
dimulai dari komissura anterior meluas sampai laring
Gambar 9. Hipertrofi komissura Posterior posterior.

Laringitis posterior ditemukan pada 74% kasus


begitu juga udem serta eritema laring dijumpai pada 60%
kasus LPR. Dapat juga terjadi hipertrofi mukosa
interaritenoid dan pada kasus lanjutan dapat berkembang
menjadi hyperkeratosis epitel pada komissura posterior.
Granuloma (gambar 6) dan nodul pita suara dapat terjadi
pada kasus-kasus yang tidak diobati.

Gambar 11. Pseudosulkus vokalis

Obliterasi ventrikel (gambar 8) ditemukan pada


80% kasus. Dinilai menjadi parsial atau komplit. Pada
obliterasi parsial ditemukan gambaran pemendekan
jarak ruang ventrikel dan batas pita suara palsu
memendek. Sedangkan paada keadaan komplit
ditemukan pita suara asli dan palsu seperti bertemu
dan tidak terlihat adanya ruang ventrikel.
Gambar 10. Granuloma

Belfasky (2002) membuat tabel penilaian gejala


LPR melalui pemeriksaan laringoskop fleksibel (Reflux
Finding Score/ RFS). Skor dimulai dari nol (tidak ada
kelainan) dengan nilai maksimal 26 dan jika nilai RFS
≥7 dengan tingkat keyakinan 95% dapat di diagnosis
sebagai LPR. Nilai ini juga dapat dengan baik
memprakirakan efektifitas pengobatan pasien.

Gambar 12. Obliterasi ventrikel

Eritema atau laring yang hiperemis merupakan


gambaran LPR yang tidak spesifik. Sangat tergantung
kualitas alat endoskopi seperti kualitas sumber cahaya,
monitor video dan kualitas endoskop fleksibel sendiri
jadi kadang-kadang sulit terlihat. Edema pita suara
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dinilai tingkatannya. Gradasi ringan (nilai 1) jika hanya 4. Pemeriksaan videostroboskopi


ada pembengkakan ringan, nilai 2 jika pembengkakan
nyata dan gradasi berat (nilai 3) jika ditemukan Pemeriksaan video laring dengan menggunakan
pembengkakan yang lebih berat dan menetap endoskop sumber cahaya xenon yang diaktifasi oleh
sedangkan nilai 4 (gradasi sangat berat) jika ditemukan pergerakan pita suara. Gambaran ini dapat dilihat
degenerasi polipoid pita suara. Udem laring yang difus dengan gerakan lambat.
dinilai dari perbandingan antara ukuran laring dengan
ukuran jalan nafas, penilaian mulai nari nol sampai nilai 5. Pemeriksaan Histopatologi
4 (obstruksi).
Pada biopsi laring ditemukan gambaran
Hipertrofi komissura posterior gradasi ringan (nilai hyperplasia epitel skuamosa dengan inflamasi kronik
1) jika komissura posterior terlihat seperti “kumis”, nilai pada submukosa. Gambaran ini dapat berkembang
2 (gradasi sedang) jika komisura posterior bengkak menjadi atopi dan ulserasi epitel serta penumpukan
sehingga seperti membentuk garis lurus pada fibrin, jaringan granulasi dan fibrotik didaerah
belakang laring. Gradasi berat (nilai 3) jika terlihat submukosa.
penonjolan laring posterior kearah jalan nafas dan
6. Pemeriksaan esofagografi dengan Barium Enema
gradasi sangat berat apabila terlihat ada obliterasi ke
Pemeriksaan ini dapat melihat gerakan
arah jalan nafas. Gambaran lain yang mungkin
peristaltik yang abnormal juga motilitas, lesi di
ditemukan adalah sinusitis berulang dan erosi dari gigi.
esofagus, hiatus hernia, refluks spontan dan kelainan
Pemeriksaan Penunjang sfingter esofagus bawah. kelemahannya pemeriksaan
ini tidak dapat menilai refluks yang intermiten.
1. Laringoskopi fleksibel pemeriksaan ini dianjurkan pada keadaan jika
pengobatan gagal, terdapat indikasi klinis kearah
Merupakan pemeriksaan utama untuk GERD, disfungsi esofagus atau diagnosis yang belum
mendiagnosis LPR. Biasanya yang digunakan adalah pasti.
laringoskop fleksibel karena lebih sensitif dan mudah
dikerjakan di poliklinik dibandingkan laringoskop rigid. 7. Pemeriksaan laringoskopi langsung
Pemeriksaan ini memerlukan anestesi umum dan
2. Monitor pH 24 jam di faringoesofageal dilakukan diruangan operasi. Dapat melihat secara
langsung struktur laring dan jaringan sekitarnya serta
Pemeriksaan ini disebut ambulatory 24 hours dapat dilakukan tindakan biopsi.
double probe pH monitoring yang merupakan baku
emas dalam mendiagnosis LPR. Pertama kali Perbedaan GERD dengan LPR
diperkenalkan oleh Wiener pada 1986. Pemeriksaan Banyak fakyor yang mempengaruhi keadaan
ini dianjurkan pada keadaan pasien dengan keluhan GERD dan LPR yaitu sensitifitas jaringan, keadaan
LPR tetapi pada pemeriksaan klinis tidak ada kelainan. fungsi sfingter esofagus dan lamanya paparan.
Pemeriksaan ini sangat sensitif dalam mendiagnosis Mekanisme pasti LPR masih belum dapat disimpulkan
refluks karena pemeriksaan ini secara akurat dapat dengan pasti. Akan tetapi yang dianggap berperan
membedakan adanya refluks asam pada sfingter seperti disfungsi sfingter esofagus atas dan berkaitan
esofagus atas dengan dibawah sehingga dapat erat dengan posisi badan tegak. Berbeda pada GERD
menentukan adanya LPR atau GERD. Kelemahan dimana keluhan sering timbul saat berbaring dan
pemeriksaan ini adalah mahal, invasif dan tidak berhubungan dengan kelainan sfingter esofagus
nyaman dan dapat ditemukan hasil negative palsu bawah. Perbedaan lain yang mencolok adalah keluhan
sekitar 20%.Hal ini dikarenakan pola refluks pada rasa terbakar di dada dan esofagitis sangat jarang
pasien LPR yang intermittent atau berhubungan ditemukan pada kasus LPR dibandingkan dengan
dengan gaya hidup sehingga kejadian refluks dapat GERD.
tidak terjadi saat pemeriksaan. Pemeriksaan ini hanya
dapat menilai refluks asam sedangkan refluks non Keluhan rasa terbakar di dada ditemukan
asam tidak terdeteksi. Pemeriksaan ini disarankan kurang dari 40% kasus LPR sedangkan gejala
pada pasien yang tidak respons terhadap pengobatan esofagitis hanya 25%. Pada LPR refluks bersifat
supresi asam. intermiten dengan motilitas esofagus yang normal
sedangkan GERD refluks bersifat lebih lama dengan
3. Pemeriksaan Endoskopi gangguan motilitas esofagus sering ditemukan.
Dengan menggunakan esofagoskop dapat Refluks pada LPR sering terjadi pada siang sedangkan
membantu dalam penegakan diagnosis. Gambaran kasus GERD, refluks biasanya malam hari. Defek
esofagitis hanya ditemukan sekitar 30% pada kasus sfingter esofagus bawah dijumpai pada GERD
LPR. Gambaran yang patut dicurigai LPR adalah jika sedangkan pada LPR terjadi disfungsi sfingter atas
kita temukan gambaran garis melingkar “barret” esofagus. Dari segi pengobatan kedua penyakit ini
dengan atau tanpa adanya inflamasi esofagus. mirip namun medikamentosa LPR lebih lama dan
agresif dibandingkan penanganan GERD.
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Penatalaksanan pengobatan dapat sampai 6 bulan atau lebih


dengan menggunakan PPI 2 kali sehari untuk
Penatalaksanaan meliputi medikamentosa memperbaiki laring yang cedera.
dengan obat-obatan anti refluks, perubahan gaya
hidup dengan modifikasi diet serta secara bedah Dalam penelitian sebelumnya Omeprazole
dengan operasi funduplikasi. disebut sebagai derivat PPI yang ampuh ternyata
akhir-akhir ini Lansoprazole dan Pantoprazole
Modifikasi diet dan gaya hidup dianggap lebih maksimal dalam menekan
asam lambung. Tamin menemukan terdapat
Pasien dengan gejala LPR dianjurkan melakukan pola perbaikan bermakna nilai gejala/keluhan (RSI) dengan
diet yang tepat agar terapi berjalan maksimal. pemberian terapi Lansoprazole 2x30 mg perhari pada
Penjelasan kepada pasien mengenai pencegahan 8 minngu I dan II terapi akan tetapi pada 8 minggu III
refluks cairan lambung merupakan kunci pengobatan tidak terlihat perbaikan pada RSI.22 Kemudian zat
LPR. Pasien akan mengalami pengurangan keluhan proteksi mukosa, sukralfat misalnya dapat
dengan perubahan diet dan gaya hidup sehat. digunakan untuk melindungi mukosa dari cedera akibat
Misalnya pola diet yang dianjurkan pada pasien seperti asam dan pepsin. Pemeriksaan sedianya dilakukan
makan terakhir 2-4 jam sebelum berbaring, rutin setiap 3 bulan yang berguna memantau gejala
pengurangan porsi makan, hindari makanan yang atau mencari penyebab lain jika tidak terjadi
menurunkan tonus otot sfingter esofagus seperti perbaikan.1 McGlashan melakukan uji terapi pada
makanan berlemak, gorengan, kopi, soda, alkohol, pasien LPR dengan memberikan suspense cairan
mint, coklat buahan dan jus yang asam, cuka, mustard alginate disamping proton pump inhibitor, ternyata
dan tomat. Koufman (2011) menganjurkan pola diet terdapat perbaikan yang nyata pada RSI dan RFS
bebas asam atau rendah asam (A strict low acid or pada objek uji. Cairan alginate ini telah
acid free) dalam penelitiannya ada manfaat yang nyata digunakan bertahun tahun untuk mengobati
pada perbaikan RSI dan RFS pada populasi yang gejala refluks. Cairan ini efektif membuat tahanan
diteliti. Anjuran lain seperti menurunkan berat badan mekanik yang berfungsi sebagai anti refluks
jika berat badan pasien berlebihan, hindari pakaian pada daerah fundus gaster. Sehingga akan
yang ketat, stop rokok, tinggikan kepala sewaktu mengurangi efek cairan refluks jika sampai ke laring.
berbaring 10-20 cm dan mengurangi stress. Koufman
menegaskan modifikasi gaya hidup dan pola diet Terapi Pembedahan
berperan penting dalam proses penyembuhan. Jika
merokok dianjurkan berhenti karena akan merangsang Tujuan terapi pembedahan adalah memperbaiki
refluks. Hindari pakaian yang terlalu sempit terutama penahan/ barier pada daerah pertemuan esofagus dan
celana, korset dan ikat pinggang. Hindari olahraga gaster sehingga dapat menccegah refluks seluruh isi
seperti angkat berat, berenang, jogging dan yoga gaster kearah esofagus. Keadaan ini dianjurkan pada
setelah makan. Tinggikan kepala jika ada gejala pasien yang harus terus menerus minum obat atau
refluks nokturnal seperti suara serak, tidak nyaman di dengan dosis yang makin lama makin tinggi untuk
tenggorok, dan batuk di pagi hari. Batasi konsumsi menekan asam lambung. Sekarang ini tindakan yang
daging merah, mentega, keju, telur dan bahan sering dilakukan adalah funduplikasi laparoskopi yang
mengandung kafein. Hindari selalu makanan kurang invasif. Akan tetapi tindakan ini bukannya tanpa
gorengan, makanan tinggi lemak, bawang, tomat, komplikasi, perlu dokter yang berpengalaman dan
buahan dan jus yang asam, soda, bir, alkohol, mint mengerti mengenai anatomi esofagus serta menguasai
dan coklat. teknik funduplikasi konvensional agar angka
komplikasi dapat ditekan.4 Sehingga operasi ini bukan
Medikamentosa pilihan pertama pada kasus LPR.

Proton Pump Inhibitor (PPI) atau penghambat


pompa proton merupakan terapi LPR yang utama dan Komplikasi
paling efektif dalam menangani kasus refluks. Cara LPR dapat merupakan factor pencetus munculnya
kerja PPI dengan menurunkan kadar ion hidrogen penyakit seperti faringitis, sinusitis, asma, pneumonia,
cairan refluks tetapi tidak dapat menurunkan jumlah batuk di malam hari, penyakit gigi dan keganasan
dan durasi refluks. PPI dapat menurunkan refluks laring. Salah satu komplikasi yang patut diwaspadai
asam lambung sampai lebih dari 80%. Akan tetapi dan mengancam nyawa adalah stenosis laring.
efektifitas obat terhadap LPR tidak seoptimal Riwayat LPR ditemukan pada 75% pasien stenosis
efektifitasnya pada kasus GERD. Akan tetapi laring dan trakea.
pengobatan PPI ternyata cukup efektif dengan catatan
harus menggunakan dosis yang lebih tinggi dan
pengobatan lebih lama dibandingkan GERD. Prognosis
Rekomendasi dosis adalah 2 kali dosis GERD dengan Angka keberhasilan terapi cukup tinggi bahkan
rentang waktu 3 sampai 6 bulan. Salah satu sampai 90%, dengan catatan terapi harus diikuti
kepustakaan menyebutkan rentang waktu dengan modifikasi diet yang ketat dan gaya hidup. Dari
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

salah satu kepustakaan menyebutkan angka ● Pasien memiliki riwayat syndrome dyspepsia
keberhasilan pada pasien dengan laryngitis posterior dan tidak rutin meminum obat dan terhenti
berat sekitar 83% setelah diberikan terapi 6 minggu sejak covid karena takut untuk kontrol.
dengan omeprazol. Dan sekitar 79% kasus alami
kekambuhan setelah berhenti berobat.14 sedangkan PEMERIKSAAN FISIK
prognosis keberhasilan dengan menggunakan Status Generalis
Lansoprazole 30 mg 2 kali sehari selama 8 minggu Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
memberikan angka keberhasilan 86%. Kesadaran : Composmentis kooperatif
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit
LAPORAN KASUS Frekuensi nafas : 18 x/menit
0
Suhu : 37,8 C (febris)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. V. Pemeriksaan Sistemik
Umur : 50 tahun Kepala : normochepal
Jenis Kelamin : Perempuan Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera
No MR : 00510420 tidak ikterik
Alamat : Padang Wajah : tidak ditemukan kelainan
Thorax : paru dan jantung dalam batas
ANAMNESIS normal
Seorang pasien perempuan berusia 50 tahun datang Abdomen : dalam batas normal
RSUP Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 8 Juli 2020 Extremitas : akral hangat dan refilling kapiler <2”
dengan:

Keluhan Utama :
- Sulit menelan sejak 3 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :


- Sulit menelan sejak 3 bulan yang lalu.
- Pasien mengaku kesulitan makan karena rasa
mengganjal pada tenggorokannya.
- Rasa mengganjal ini menyebabkan suara
pasien menjadi serak.
- Pasien mengaku sering mendehem dan
merasakan adanya cairan yang mengalir dari
belakang tenggorok
- Batuk berdahak ada sesekali, dahak berwarna
putih kental, batuk setelah makan tidak ada,
batuk yang mengganggu
- Nyeri pada ulu hati ada, rasa terbakar pada
ulu hati ada dan perasaan makanan naik
keatas ada.
- Rasa pahit atau asam ditenggorokan ada.
- Sesak nafas tidak ada
- Demam ada
- Mual muntah ada

Riwayat penyakit dahulu :


- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat Diabetes melitus disangkal
- Riwayat keganasan disangkal

Riwayat penyakit keluarga :


- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
keluhan seperti ini.

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan kebiasaan :

● Pasien seorang buruh pabrik, pasien tidak


merokok, pasien sering mengkonsumsi
makanan pedas, dan asam.
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Status Lokalis THT

1. Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel kongenital Tidak ada Tidak ada
Daun telinga Trauma Tidak Ada Tidak ada
Radang Tidak Ada Tidak ada
Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Dinding liang telinga Sempit - -
Hiperemis Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Ada / Tidak Tidak ada Tidak ada
Sekret/serumen Bau - -
Warna - -
Jumlah - -
Jenis - -
Membran timpani
Warna Putih mutiara Putih mutiara
Reflek cahaya Ada , arah jam 5 Ada, arah jam 7
Utuh Bulging Tidak ada Tidak ada
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah perforasi - -
Perforasi Jenis - -
Kwadran - -
Pinggir - -
Tanda radang Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Mastoid Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinne Positif Positif
Tes garpu tala Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Weber Tidak ada lateralisasi
Kesimpulan Normal Normal
Timpanometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

2. Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra
Deformitas Tidak Ada Tidak Ada
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Hidung luar Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Sinus Paranasal Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri Ketok Tidak ada Tidak ada
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 12
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Rinoskopi Anterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Vestibulum Vibrise Ada Ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Cavum nasi Sempit - -
Lapang - -
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Sekret Jenis - -
Jumlah - -
Bau - -
Konka inferior Ukuran eutrofi Eutrofi
Warna Tidak Hiperemis Tidak hiperemis
Permukaan Licin Licin
Edema Tidak Ada Tidak Ada
Konka media Ukuran eutrofi Eutrofi
Warna Tidak hiperemis Tidak hiperemis
Permukaan licin Licin
Edema Tidak Ada Tidak Ada
Cukup Tidak ada Deviasi
lurus/deviasi
Permukaan Licin
Septum Warna Tidak Hiperemis
Spina Tidak ada
Krista Tidak ada
Abses Tidak ada
Perforasi Tidak ada
Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Massa Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
vasokonstriktor
Gambar Rinoskopi Anterior

3. Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Koana Cukup lapang (N) Sulit dinilai Sulit dinilai
Sempit Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapang Sulit dinilai Sulit dinilai
Mukosa Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Jaringan granulasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Konka superior Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Permukaan Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Adenoid Ada/ tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Muara tuba eustachius Tertutup sekret Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Lokasi Sulit dinilai Sulit dinilai
Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai
Bentuk Sulit dinilai Sulit dinilai
Permukaan Sulit dinilai Sulit dinilai
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 13
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Post nasal drip Ada/ tidak Sulit dinilai Sulit dinilai


Jenis

4. Oral Cavity dan Orofaring

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Simetris/tidak Simetris
Palatum mole + Arkus Warna Hiperemis
Faring Edem Tidak ada
Bercak/eksudat Tidak ada
Dinding faring Warna Hiperemis
Permukaan Licin
Ukuran T1 T1
Warna Hiperemis Hiperemis
Permukaan Tenang Tenang
Muara kripti Tidak Melebar Tidak Melebar
Tonsil Detritus Ada Ada
Eksudat Tidak Ada Tidak Ada
Perlengketan dengan pilar Tidak ada Tidak ada
Warna Merah muda Merah muda
Peritonsil Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ada
Bentuk -
Tumor Ukuran -
Permukaan -
Konsistensi -
Gigi Karies/Radiks Ada Ada
Kesan -
Warna Putih
Bentuk Simetris
Lidah Deviasi Tidak ada
Massa Tidak ada

5. Laringiskopi Indirek

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Epiglotis Bentuk Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Pinggir rata/ tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Aritenoid Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Gerakan Sulit dinilai Sulit dinilai
Ventrikular band Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Edema Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Plika vokalis Warna Sulit dinilai Sulit dinilai
Gerakan Sulit dinilai Sulit dinilai
Pinggir medial Sulit dinilai Sulit dinilai
Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Subglotis/ trakea Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Sekret ada / tidak Sulit dinilai Sulit dinilai
Sinus piriformis Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 14
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Sekret Sulit dinilai Sulit dinilai


Valekulae Massa Sulit dinilai Sulit dinilai
Sekret (jenisnya) Sulit dinilai Sulit dinilai

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher DISKUSI


 Dextra I : tidak ada pembesaran KGB
P : tidak ada teraba pembesaran
KGB Dilaporkan seorang pasien perempuan
▪ Sinistra I : tidak ada pembesaran KGB berusia 50 tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil
P : tidak ada teraba pembesaran Padang pada tanggal 8 Juli 2020 dengan diagnosis
KGB Laryngopharingeal Reflux. Laryngopharingeal Reflux
adalah Keadaan dimana, asam lambung bergerak
Pemeriksaan penunjang retrograde ke arah esofagus bagian atas, laring dan
 FOL faring.

Awalnya, pasien merasakan sulit menelan


sejak 3 bulan yang lalu. Rasa sulit menelan tersebut
semakin lama semakin mengganggu, sehingga pasien
mengaku kesulitan makan karena rasa menjanggal
pada tenggorokannya. Rasa menjanggal ini juga
menyebabkan suara pasien menjadi serak. Pasien
menyatakan bahwa ia sering mendehem, dan
merasakan adanya aliran cairan dari belakang
tenggorok. Batuk berdahak ada sesekali, berwarna
putih kental, batuk tidak terjadi setelah makan. Pasien
juga menyatakan bahwa ia merasakan adanya nyeri
pada ulu hati dan rasa terbakar pada ulu hati. Rasa
asam atau pahit dibelakang lidah ada dirasakan.
Penurunan berat badan tidak ada, sesak nafas tidak
ada. Dan terdapat demam. Akhirnya pasien
memutuskan untuk berobat ke poliklinik RSUP dr.
M.djamil Padang.

Pemeriksaan fisik pasien ditemukan telinga


dan hidung dalam batas normal, namun pada
pemeriksaan tenggorokan ditemukan adanya
hiperemis. Pada pemeriksaan laringoskop posterior
sulit untuk dinilai. Sehingga dilakukan pemeriksan
selanjutnya FOL, ditemukan adanya hipertrofi tonsil
lingua dan kesan LPR.

Pasien di diagnosis dengan LPR setelah


Kesan : LPR dengan tonsillitis kronis diagnosis banding terbantahkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada
Diagnosis : Larygopharingeal Reflux pasien khas ditemukan adanya rasa mengganjal pada
Diagnosis banding : GERD tenggorokan, sulit menelan, ditemukan nyeri dan rasa
Diagnosis tambahan : Disfonia terbakar pada dada. Khas untuk gejala LPR. Lalu pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya peradangan pada
Tatalaksana: faring, serta pada pemeriksaan penunjang ditemukan
Lansoprazole 1 x 30 mg adanya tanda LPR dan tonsillitis kronis.
Cefixime 2 x 50 mg
Sukralfat 3 x 1 tab Pada pasien ditemukan adanya rasa sulit
menelan sebagai keluhan utama. Hal ini disebabka
Prognosis adanya hipertrofi lingua pada pasien. Sesuai dengan
Quo ad vitam : dubia ad bonam patofisiloginya yaitu (1) cairan refluks berupa asam dan
Quo ad functionam : dubia ad bonam pepsin akan menyebabkan cedera laring dan jaringan
Quo ad sanationam : dubia ad bonam sekitar. Cairan asam dan pepsin merupakan zat
berbahaya bagi laring dan jaringan sekitarnya. Pepsin
merupakan enzim proteolitik utama lambung. Aktivitas
optimal pepsin terjadi pada pH 2,0 dan tidak aktif dan
Dokter Muda THT-KL Periode Juni – Juli 2020 15
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

bersifat stabil pada pH 6 tetapi akan aktif kembali jika 10. Oguz H et al. acoustic analysis finding sinobjective
pH dapat kembali ke pH 2,0 dengan tingkat aktivitas Laryngopharyngeal Reflux Patients. Journal of
70% dari sebelumnya. (2) Asam lambung pada bagian voice. 2006. P 1-7.
distal esofagus akan merangsang refleks vagal
sehingga akan mengakibatkan bronkokontriksi,
gerakan mendehem (throat clearing) dan batuk kronis.
Lama kelamaan akan menyebabkan lesi pada mukosa.
Mekanisme keduanya akan menyebabkan perubahan
patologis pada kondisi laring. Hal ini menjadi dasar
keluhan pada pasien.

Selanjutnya pada pemeriksaan ditemukan


adanya hiperemis pada dinding faring dan pada laring
pasien akibat adanya peradangan yang terus menerus
pada tenggorok pasien. Ditemukan pula adanya
hipertrofi pada tonsil yang dapat disebabkan adanya
peradangan ynag terus menerus sehingga, jaringan
limfoid tersebut mengelami perbaikan dan membentuk
jaringan parut serta mengalami pembesaran.

Pasien direncanakan untuk diterapi


menggunakan lansoprazole (1 x 30 mg), cefixime (2 x
50mg) dan sukralfat (3 x 1 tab).

Daftar Pustaka
1. Diamond L, Laryngopharyngeal reflux-It’s not
GERD. JAAPA. 2005; 18 (8): 50-53.
2. Belafsky PC, Postman G, Koufman JA. The validity
and Reability of the Reflux Finding Score (RFS).
Laryngoscope. 2001; 111: 1313-17.
3. Koufman J Aetal. Laryngopharyngeal reflux:
Position statement of the committee on Speech,
Voice and Swallowing Disorders of the American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck
Surgery. Otolaryngology- Head and Neck Surgery.
2002. 127 (1): 32-35.
4. Tokashiki R et al. the relationship
between esophagoscopic findings and total
acid reflux time below pH 4 and pH 5 in the
upper esofagus in patients with
laryngopharyngeal reflux disease (LPRD).
Auris Nasus Larynx. 2005. 32: 265-68.
5. Groome et al. Prevalence of Laryngopharyngeal
Reflux in a Population with Gastroesophageal
Reflux. Laryngoscope. 2007. 117: 1424-28.
6. Byrne PJ et al, Laryngopharyngeal Reflux in
patients with symptomps of gastroesophageal
reflux disease. Disease of the Esofagus. 2006. 19:
377-381.
7. Qadeer MA et al. Correlation between
symptoms and Laryngeal signs in
Laryngopharyngeal Reflux. Laryngoscope.
2005. 115: 1947-52.
8. Vaezi MF et al. Treatment of chronic posterior
laryngitis with esomeprazole. Laryngoscope 2006.
116: 254-260.
9. Lam P et al. Prevalence of pH documented
laryngopharyngeal reflux in Chinese patients with
clinically suspected reflux laryngitis. Am J of
Otology Head and Neck Med Surg. 2006. 27:
186-189.

Anda mungkin juga menyukai