Anda di halaman 1dari 17

Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session

Faringitis, Tonsilitis, dan Laringitis

Oleh:
Irghea Puti Raudha 1840312238
Rezky Fajriani Anugra 1840312241

Preseptor :
dr. Novialdi, Sp.THT-KL(K), FICS

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2018

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session

Faringitis, Tonsilitis, Laringitis


Irghea Puti Raudha 1, Rezky Fajriani Anugra1

Affiliasi penulis : 1. Profesi Dokter FK UNAND berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding
(Fakultas Kedokteran Universitas Andalas); 2. Bagian posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang
Kepala Leher (THT-KL) RSUP Dr. M. Djamil Padang; terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam
keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler,
PENDAHULUAN pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal.
Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan
1.1 Latar Belakang laringofaring (hipofaring).1
Penyakit saluran pernapasan atas adalah penyakit Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir
yang paling sering datang ke layanan kesehatan (mucous blanket) dan otot.1
primer. Penyakit saluran pernapasan atas diantaranya
berupa tonsilitis, faringitis, dan laringitis.1
Etiologi yang menyebabkan infeksi pada saluran
tersebut hampir sama, kebanyakan disebabkan karna
virus, dilanjutkan dengan bakteri dan bisa juga
disebabkan oleh pemakaian kortikosteroid inhalan
yang terus menerus dan berlangsung lama.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis banding dari penyakit ini begitu luas dan
dapat terjadi bersamaan. Tatalaksana yang diberikan
juga sering disamaratakan dengan pemberian
antibiotik. Oleh karena itu, tonsilitis, faringitis, dan
laringitis yang akan dibahas dalam tulisan clinical
science session ini.
Gambar 1. Anatomi Faring
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Clinical Science Session ini
Mukosa
adalah untuk mengetahui anatomi dan fisiologi faring,
tonsil dan laring serta, definisi, epidemiologi, etiologi,
Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada
patogenesis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan
letaknya. Pada nasofaring karena fungsinya untuk
prognosis faringitis, tonsilitis dan laringitis..
saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedang
epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet.
1.3 Metode Penulisan Di bagian bawahnya, yaitu orofaring dan laringofaring,
Metode penulisan Clinical Science Session ini karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya
adalah dengan studi kepustakaan dengan merujuk gepeng berlapis dan tidak bersilia.1
pada berbagai literatur.
Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel
1.4 Manfaat Penulisan jaringan limfoid yang terletak dalam rangkaian jaringan
Manfaat penulisan Clinical Science Session ini ikat yang termasuk dalam sistem retikuloendotelial.
adalah menambah wawasan dan pengetahuan Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah
mengenai faringitis, tonsilitis dan laringitis. pertahanan tubuh terdepan.1

TINJAUAN PUSTAKA Palut Lendir (Mucous Blancet)

A. FARINGITIS Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan


Anatomi Faring yang diisap melalui hidung. Di bagian atas, nasofaring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang ditutupi oleh palut lendir yang terletak diatas silia dan
berbentuk seperti corong dengan bagianatas yang bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang.
besar dan bagian bawah yang sempit. Faring Palut lendir ini berfungsi untuk menangkap partikel
merupakan ruang utama traktus respiratorius dan kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut
traktus digestivus. Kantung fibromuskuler ini mulai dari lendir ini mengandung enzim Lyzozyme yang penting
dasar tengkorak danterus menyambung ke esofagus untuk proteksi.1
hingga setinggi vertebra servikalis ke-6. Ke atas, faring
berhubungan dengan rongga hidung melalui koana. Ke Otot
depan berhubungan dengan rongga mulut melalui
ismus orofaring, sedangkan dengan laring dibawah Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar
berhubungan dengan aditus laring dan ke bawah (sirkular) dan memanjang (longitudinal). Otot-otot yang

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

sirkular terdiri dari m. konstriktor faring superior, media, Faring mendapat darah dari beberapa sumber
dan inferior. Otot-otot ini terletak disebelah luar. dan kadang-kadang tidak beraturan. Yang utama
Otot-otot ini berbentuk kipas dengan tiap bagian berasal dari cabang a. karotis eksterna (cabang faring
bawahnya menutup sebagian otot bagian atasnya dari asendens dan cabang fausial) serta dari cabang a.
belakang. Di sebelah depan, otot-otot ini bertemu satu maksila interna yakni cabang palatine superior.1
sama lain dan dibelakang bertemu pada jaringan
bertemu pada jaringan ikat yang disebut “rafe faring”
(raphe pharyngis). Kerja otot konstriktor untuk
mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi oleh
n.vagus (n.X).1

Otot-otot yang longitudinal adalah m. stilofaring


dan m. palatofaring. Letak otot-otot ini di sebelah
dalam. M. stilofaring gunanya untuk melebarkan faring
dan menarik laring, sedangkan m. palatofaring
mempertemukan ismus orofaring dan menaikkan
bagian bawah faring dan laring.Jadi kedua otot ini
bekerja sebagai elevator. Kerja kedua otot itu penting
pada waktu menelan. M. Stilofaring dipersarafi oleh
n.IX sedangkan m. palatofaring dipersarafi oleh n.X.1
Gambar 3. Anatomi Vaskularisasi Faring
Pada palatum mole terdapat lima pasang otot
yang dijadikan satu dalam satu sarung fasia dari
mukosa yaitu m. levator veli palatini, m. tensor veli Persarafan
palatini, m. palatoglossus, m. palatofaring, dan m.
azigos uvula.1 Persarafan motorik dan sensorik daerah faring
berasal dari pleksus faring yang ekstensif. Pleksus ini
M. levator veli palatini membentuk sebagian dibentuk oleh cabang faring dari n. vagus, cabang dari
besar palatum mole dan kerjanya untuk menyempitkan n. glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari
ismus faring dan memperlebar ostium tuba Eustachius. n.vagus berisi serabut motorik. Dari pleksus faring
Otot ini dipersarafi oleh n.X.1 yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk
otot-otot faring kecuali m.stilofaring yang dipersarafi
M. tensor veli palatini membentuk tenda palatum langsung oleh cabang n. glosofaring (n.IX).1
mole dan kerjanya untuk mengencangkan bagian
anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius. Kelenjar Getah Bening
Otot ini dipersarafi oleh n.X.1
Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3
M. palatoglosus membentuk arkus anterior faring saluran, yakni superior, media dan inferior. Saluran
dan kerjanya menyempitkan ismus faring. Otot ini limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening
dipersarafi oleh n.X.1 retrofaring dan kelenjar getah bening servikal dalam
atas. Saluran limfa media mengalir ke kelenjar getah
M. palatofaring membentuk arkus posterior bening jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam
faring.Otot ini dipersarafi oleh n.X. M. Azigos uvula atas, sedangkan saluran limfa inferior mengalir ke
merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek kelenjar getah bening servikal dalam bawah.
dan menaikkan uvula ke belakang atas. Otot ini
dipersarafi oleh n.X.1 Berdasarkan letaknya faring dibagi atas:

Gambar 2. Anatomi Otot Faring


Gambar 4. Pembagian Letak Faring
Perdarahan
1. Nasofaring

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar


tengkorak, di bagian bawah adalah palatum mole, ke
depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang
adalah vertebra servikal.

Nasofaring yang relatif kecil mengandung serta


berhubungan erat dengan beberapa struktur penting
seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral
faring dengan resesus faring yang disebut fossa
Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan
invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus
tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas
penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen
jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus,
Nervus Vagus dan Nervus Asesorius spinal saraf
cranial dan vena jugularis interna, bagian petrosus os Gambar 5. Gambar Fase Menelan
temporalis dan foramen laserum dan muara tuba
Eustachius.1

2. Orofaring b) Fungsi faring dalam proses bicara.1

Orofaring disebut juga mesofaring, dengan batas Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan
atasnya adalah palatum mole, batas bawah adalah tepi terpada dari otot-otot palatum dan faring. Gerakan ini
atas epiglotis ke depan adalah rongga mulut antara lain berupa pendekatan palatum mole kea rah
sedangkan ke belakang adalah vertebra servikalis. dinding belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi
sangat cepat dan melibatkan mula-mula
Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah m.salpingofaring dan m.palatofaring.kemudian
dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta m.levator veli palatini bersama-sama m.konstriktor
arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring
dan foramen sekum. m.levator vveli palatini menarik palatum mole ke atas
belakang hampir mengenai dinding posterior faring.
Secara klinik dinding posterior faring penting Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of)
karena ikut terlibat pada radang akut atau radang passavant pada dinding belakang faring yang terjadi
kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan
otot-otot di bagian tersebut. Gangguan otot posterior faring sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama
faring bersama-sama dengan otot palatum mole m.salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif m.konstriktor
berhubungan dengan gangguan n. vagus.1 faring superior. Mingkin kedua gerakan ini bekerja tidak
pada waktu yang bersamaan.1
3. Laringofaring
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant
Batas laringofaring di sebelah superior adalah ini menetap pada pada periode fonasi, tetapi ada pula
tepi atas epiglotis, batas anterior ialah laring, batas pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan
inferior ialah esophagus, sertas batas posterior adalah hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan
vertebra servikal. Bila laringofaring diperiksa dengan palatum.1
kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak
langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan Definisi Faringitis
laring langsung, maka struktur pertama yang tampak Faringitis adalah penyakit inflamasi dari mukosa
dibawah dasar lidah ialah valekula.1 dan submukosa pada tenggorokan, Jaringan yang
terkena meliputi orofaring, nasofaring, hipofaring,
Fisiologi Faring tonsil, dan adenoid.1
Faringitis merupakan peradangan dinding faring
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, yang dapat disebabkan oleh virus (40-60%), bakteri
pada waktu menelan, resonansi suara dan untuk (5-40%), alergi, trauma, toksin, dan lain-lain.2
artikulasi.1 Virus dan bakteri melakukan invasi ke faring dan
menimbulkan reaksi inflamasi local.Infeksi bakteri grup
a) Fungsi menelan A Streptokokus 𝛽 hemolitikus dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat, karena bakteri ini
Terdapat 3 fase dalam proses menelan yaitu fase melepaskan toksin ekstraselular yang dapat
oral, fase faringal dan fase esofagal. Fase oral, bolus menimbulkan demam reumatik, kerusakan katup
makanan dari mulut menuju ke faring.Gerakan disini jantung, glomerulonephritis akut karena fungsi
disengaja (voluntary). Fase faringal yaitu pada waktu glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks
transport bolus makanan melalui faring. Gerakan disini antigen-antibodi. Bakteri ini banyak menyerang anak
tidak sengaja (involuntary). Fase esofagal disini usia sekolah, orang dewasa dan jarang pada anak
gerakannya tidak disengaja, yaitu pada waktu bolus umur kurang dari 3 tahun. Penularan infeksi melalui
makanan bergerak secara peristaltic di esophagus secret hidung dan ludah (droplet infection).2
menuju lambung.1
Etiologi Faringitis
Faringitis merupakan peradangan dinding faring
yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun non
infeksi. Banyak mikroorganisme yang dapat

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

menyebabkan faringitis, virus (40-60%), bakteri GAS (Group A Streptococci). Bakteri penyebab
(5-40%). Respiratory viruses merupakan penyebab tersering yaitu Streptococcus Pyogenes. Sedangkan,
faringitis yang paling banyak teridentifikasi dengan penyebab virus tersering yaitu rhinovirus dan
Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu adenovirus. Masa infeksi GAS paling sering yaitu pada
juga ada Influenzavirus, Parainfluenza virus, akhir musim gugur hingga awal musim semi.5
adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie
virus A, cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Patogenesis Faringitis
Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan
terjadinya faringitis. Faringitis yang disebabkan oleh yang tinggi dengan droplet udara yang berasal dari
bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes dengan pasien faringitis.Droplet ini dikeluarkan melalui batuk
5-15% penyebab faringitis pada orang dewasa. Group dan bersin. Jika bakteri ini hinggap pada sel sehat,
A streptococcus merupakan penyebab faringitis yang bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan
utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang toksin. Toksin ini menyebabkan kerusakan pada sel
ditemukan pada anak berusia <3tahun.3 hidup dan inflamasi pada orofaring dan tonsil.
Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) Kerusakan jaringan ini ditandai dengan adanya
antara lain Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium tampakan kemerahan pada faring.5 Periode inkubasi
diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia faringitis hingga gejala muncul yaitu sekitar 24 – 72
eneterolitica dan Treponema pallidum, Mycobacterium jam.6
tuberculosis. Faringitis dapat menular melalui droplet Beberapa strain dari S. Pyogenes menghasilkan
infection dari orang yang menderita faringitis. Faktor eksotoksin eritrogenik yang menyebabkan bercak
resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, kemerahan pada kulit pada leher, dada, dan lengan.
turunnya daya tahan tubuh, konsumsi makanan yang Bercak tersebut terjadi sebagai akibat dari kumpulan
kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.3 darah pada pembuluh darah yang rusak akibat
Pada faringitis kronik, faktor-faktor yang pengaruh toksin.5
berpengaruh:4
1. Infeksi persisten di sekitar faring. Pada rhinitis dan Klasifikasi Faringitis
sinusitis kronik, mucus purulent secara konstan Faringitis dibagi menjadi:4
jatuh ke faring dan menjadi sumber infeksi yang 1. Faringitis akut
konstan. Tonsillitis kronik dan sepsis dental juga a) Faringitis viral
bertanggung jawab dalam menyebabkan faringitis b) Faringitis bakterial
kronik dan odinofagia yang rekuren. c) Faringitis fungal
2. Bernapas melalui mulut. Bernapas melalui mulut d) Faringitis gonorea
akan mengekspos faring ke udara yang tidak 2. Faringitis kronik
difiltrasi, dilembabkan dan disesuaikan dengan a) Faringitis kronik hiperplastik
suhu tubuh sehingga menyebabkan lebih mudah b) Faringitis kronik atrofi
terinfeksi. Bernapas melalui mulut biasa 3. Faringitis spesifik
disebabkan oleh : a) Faringitis luetika
a. Obstruksi hidung b) Faringitis tuberkulosis
b. Obstruksi nasofaring
c. Gigi yang menonjol 1. Faringitis Akut
d. Kebiasaan a. Faringitis Viral
3. Iritan kronik. Merokok yang berlebihan, Gejala dan tanda faringitis viral adalah demam
mengunyah tembakau, peminum minuman keras, disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit
makanan yang sangat pedas semuanya dapat menelan.Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
menyebabkan faringitis kronik. hiperemis. Rinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan
4. Polusi lingkungan. Asap atau lingkungan yang beberapa hari kemudian akan menimbulkan faringitis.
berdebu atau uap industry juga menyebabkan Virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus
faringitis kronik. tidak menghasilkan eksudat. Coxachievirus dapat
5. Faulty voice production. Penggunaan suara yang menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit
berlebihan atau faulty voice production juga berupa mauclopapular rash. Adenovirus selain
adalah salah satu penyebab faringitis kronik. menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan
gejala konjungtivitis terutama pada anak. Epstein Barr
Faktor risiko dari faringitis yaitu: Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai
1. Cuaca dingin dan musim flu produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat
2. Kontak dengan pasien penderita faringitis pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama
karena penyakit ini dapat menular melalui retroservikal dan hepatosplenomegali.2
udara Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan
3. Merokok, atau terpajan oleh asap rokok keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual, dan
4. Infeksi sinus yang berulang demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,
5. Alergi terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan
pasien tampak lemah. Terapinya adalah istirahat dan
Epidemiologi Faringitis minum yang cukup. Kumur dengan air hangat.
Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada Analgetika jika perlu dan tablet isap. Antivirus
anak-anak daripada pada dewasa. Sekitar 15 – 30 % metisoprinol (Isoprenosine) diberikan pada infeksi
faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia herpes simpleks dengan dosis 60-100 mg/kgBB dibagi
4 – 7 tahun, dan sekitar 10%nya diderita oleh dewasa. dalam 4-6 kali pemberian/hari pada orang dewasa dan
Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia < 3 tahun. pada anak <5 tahun diberikan 50 mg/kgBB dibagi
Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu dalam 4-6 kali pemberian/hari.2
streptokokus grup A, karena itu sering disebut faringitis

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tabel 1. Dosis Penisilin

Alternatif pada Pasien yang Alergi Penisilin

Eritromisin oral atau klindamisin dapat diberikan


untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.

Gambar 6. Faringitis Viral

Tabel 2. Dosis Klindamisin dan Eritromisin


b. Faringitis bakterial
Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus
Infeksi grup A Streptokokus 𝛽 hemolitikus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan
merupakan penyebab faringitis akut pada orang Centor criteria, yaitu :
dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan
tandanya adalah nyeri kepala yang hebat, muntah
kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang
tinggi, jarang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak
tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan
terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari
kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan
faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal,
dan nyeri pada penekanan.2 Tabel 3. Kriteria Centor untuk Faringitis

Terapi: Pada modified Centor criteria ditambah kriteria umur:

a. Antibiotik diberikan terutama bila diduga penyebab - 3-14 tahun (+1)


faringitis akut ini grup A Streptokokus 𝛽
hemolitikus. Penicillin G Banzatin 50.000 U/kgBB, - 15-44 tahun (0)
IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB
dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada - 45 tahun keatas (-1)
dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hariatau
eritromisin 4 x 500 mg/hari Penilaian skornya:

b. Kortikosteroid: deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. 0: Kemungkinan faringitis karena streptococcus
Pada anak 0.08-0.3 mg/kgBB, IM, 1 kali. 1%-2.5%. Tidak perlu pemeriksaan lebih lanjut dan
antibiotic.
c. Analgetika
1: Kemungkinan faringitis karena streptococcus
d. Kumur dengan air hangat atau antiseptic. 5%-10%. Tidak perlu pemeriksaan lebih lanjut dan
antibiotic.

2: Kemungkinan faringitis karena streptococcus


11%-17%. Kultur bakteri faring dan antibiotic hanya
bila hasil kultur positif

3: Kemungkinan faringitis karena streptococcus


28%-35%. Kultur bakteri faring dan antibiotic hanya
bila hasil kultur positif

4-5: Kemungkinan faringitis karena streptococcus


51%-53%. Terapi empiris dengan antibiotic dan atau
kultur bakteri faring
Gambar 7. Faringitis Streptococcal sp.

Tabel 4. Skoring

c. Faringitis Fungal

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut - Epididimitis akut


dan faring. Keluhan nyeri tenggorok dan nyeri
menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di - Striktur uretra
orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.
Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar Saburoud - Infeksi dubur : Dapat dengan nyeri , pruritus, atau
dextrose. tenesmus

Terapi dengan Nystatin 100.000-400.000 2 Diagnosa


kali/hari dan analgetika.2
Kultur adalah tes diagnostik yang paling umum
untuk gonore, yaitu dengan asam deoksiribonukleat
(DNA) probe dan kemudian polymerase chain reaction
(PCR) assay dan ligand chain reaction (LCR). Probe
DNA adalah tes deteksi antigen yang menggunakan
probe untuk mendeteksi DNA gonore dalam spesimen.

Kultur swab dari tempat infeksi merupakan


standar kriteria untuk diagnosis di semua tempat
potensial infeksi gonokokal. Kultur sangat berguna
ketika diagnosis klinis tidak jelas, ketika kegagalan
Gambar 8. Faringitis Jamur pengobatan telah terjadi, ketika pelacakan kontak yang
bermasalah, dan ketika pertanyaan hukum muncul.
d. Faringitis Gonorea
Terapi
Disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Bakteri menyebar melalui oral seks dengan pasangan Antara lain :7
yang terinfeksi. Sebagian besar infeksi tenggorokan
tidak menghasilkan gejala (asimtomatik).7  Ceftriaxone 250 mg intramuscular (IM) single
dose PLUS,
Penyakit ini paling sering terjadi pada pria yang
homoseksual. Faktor risiko nya yaitu, aktivitas seksual  Azithromycin 1 g PO single dose OR
dengan banyak pasangan, dan melakukan seks oral.7
 Doxycycline 100 mg PO twice a day for 7 days
Gejala dan tanda

Pada wanita , gejala urogenital utama gonore


meliputi : 2. Faringitis Kronis

- Keputihan Faringitis kronis atau persisten merupakan


masalah menjengkelkan dan menyakitkan bagi pasien.
- Disuria Hal ini dapat bertahan selama lebih dari 3 bulan dan
sangat menggangu kehidupan sehari-hari.Faringitis
- Perdarahan intermenstrual kronis bisa disebabkan karena induksi yang
berulang-ulang faringitis akut atau karena iritasi faring
- Dispareunia ( hubungan seksual yang akibat merokok berlebihan dan penyalahgunaan
menyakitkan ) alkohol, seringkonsumsi minuman ataupun makanan
yang panas, dan batuk kronis karena alergi. Bernafas
- Nyeri perut bagian bawah melalui mulut, ini dapat disebabkan oleh: Kelainan
pada nasofarings, obstruksi pada hidung, dan
Jika infeksi berkembang menjadi penyakit radang protruding teeth.
panggul (PID) , gejala mungkin termasuk yang berikut :
Terdapat 2 bentuk yaitu faringitis kronik
- Nyeri perut bagian bawah : gejala paling konsisten hiperplastik dan faringitis kronik atrofi. Faktor
PID predisposisi proses radang kronik di faring ini ialah
rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum
- Peningkatan cairan vagina atau cairan dari uretra alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring
mukopurulen dan debu. Faktor lain penyebab terjadinya faringitis
- Disuria : Biasanya tanpa urgensi atau frekuensi kronik adalah pasien yang biasa bernapas melalui
- Nyeri tekan daerah serviks mulut karena hidungnya tersumbat.
- Nyeri adneksa (biasanya bilateral) atau massa
adneksa a. Faringitis kronik hiperplastik
- Perdarahan intermenstrual
- Demam, menggigil, mual, dan muntah ( kurang Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi
umum ) perubahan mukosa dinding posterior faring.Tampak
kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band
Pada laki-laki , gejala urogenital utama gonore hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding
meliputi : posterior tidak rata, bergranular.2
- Uretritis

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Gejalanya pasien sering mengeluh mula-mula b. Faringitis Tuberkulosis


tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang
berlendir.2 Faringitis tuberkulosis merupakan proses
sekunder dari tuberculosis paru. Pada infeksi kuman
Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring tahan asam jenis bovinum dapat timbul tuberculosis
dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau faring primer. Cara infeksi eksogen yaitu kontak
dengan listrik (electro cauter). Pengobatan simptomatis dengan sputum yang mengandung kuman atau
diberikan obat kumur atau tablet isap. Jika diperlukan inhalasi kuman melalui udara. Cara infeksi endogen
dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran. yaitu penyebaran melalui darah pada tuberculosis
Penyakit di hidung dan sinus paranasal harus diobati.2 miliaris.Bila infeksi timbul secara hematogen maka
tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering
b. Faringitis kronik atrofi ditemukan pada dinding posterior faring, arkus faring
anterior, dinding lateral hipofaring, palatum mole, dan
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan palatum durum. Kelenjar regional leher membengkak.
dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara Saat ini juga penyebaran secara limfogen.2
pernapasan tidak diatur suhu serta kelembabannya,
sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada Gejalanya yaitu keadaan umum pasien buruk
faring.2 karena anoreksia dan odinofagia. Pasien mengeluh
nyeri yang gebat di tenggorok, nyeri di telinga atau
Gejalanya pasien sering mengeluh tenggorok otalgia serta pembesaran kelenjar limfa servikal.2
kering dan tebal serta mulut berbau. Pada
pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir Untuk menegakkan diagnosis diperlukan
yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering 2 pemeriksaan sputum basil tahan asam, foto toraks
untuk melihat adanya tuberculosis paru dan biopsi
Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofinya dan jaringan yang terinfeksi untuk menyingkirkan proses
untuk faringitis kronik atrofi ditambahkan dengan obat keganasan serta mencari kuman basil tahan asam di
kumur dan menjaga kebersihan mulut.2 jaringan.2

Pengobatan dengan isoniazid dan rifampisin selama 9


sampai 12 bulan merupakan terapi yang paling efektif
3. Faringitis Spesifik dan mampu mencapai hasil yang diinginkan dalam
99% dari pasien . Sumber lain menyebutkan terapi
a. Faringitis Luetika sesuai dengan terapi tuberkulosis.2

Faringitis leutika atau faringitis syphilis ini dapat Pemeriksaan Penunjang Faringitis
disebabkan oleh Treponema palidum yang dapat
menimbulkan infeksi di daerah faring seperti penyakit 1. Kultur Swab tenggorokan (Gold standard)
lues di organ lain. Gambaran kliniknya tergantung pada
stadium penyakit primer, sekunder atau tertier. 2. Darah Rutin

1) Stadium primer 3. Kultur BTA untuk diagnosis Faringitis TB


4. Tes infeksi jamur dengan menggunakan
Kelainan pada stadium primer terdapat pada pewarnaan KOH
lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring 5. Tes Antigen
berbentuk bercak keputihan.Bila infeksi terus
berlangsung maka timbul ulkus pada daerah faring
seperti ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri.Juga Komplikasi Faringitis
didapatkan pembesaran kelenjar\ mandibular yang
tidak nyeri tekan. Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis,
otitis media, epiglotitis, mastoiditis, pneumonia, abses
2) Stadium sekunder peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat
terjadi komplikasi lain berupa septikemia, meningitis,
Stadium ini jarang ditemukan.Terdapat eritema glomerulonefritis, demam rematik akut. Hal ini terjadi
pada dinding faring yang menjalar kearah laring. secara perkontuinatum, limfogenik maupun
hematogenik.3
3) Stadium tertier
Prognosis Faringitis
Pada stadium ini terdapat guma.Predileksinya
pada tonsil dan palatum.Jarang pada dinding posterior Umumnya prognosis pasien dengan faringitis
faring.Guma pada dinding posterior faring dapat adalah baik, akan tetapi tergantung dari berat ringan
meluas ke vertebra servikal dan bila pecah dapat nya infeksi. Pasien dengan faringitis ringan biasanya
menyebabkan kematian. Guma yang terdapat di sembuh dalam waktu 1-2 minggu.
palatum mole, bila sembuh akan terbentuk jaringan
parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi
palatum secara permanen.2

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan


serologic. Terapi penisilin dalam dosis tinggi
merupakan obat pilihan utama.2

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

DAFTAR PUSTAKA
Epidemiologi Tonsilitis
1. Rusmarjono dan Hermani B. Odinofagia. Buku Insiden penyakit tonsilitis pada praktek umum di
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Inggris adalah sebanyak 100 per 1000 populasi dalam
Kepala & Leher. Edisi Keenam. Cetakan ke-5. setahun. Tonsilitis akut lebih sering terjadi pada
Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2010 anak-anak, namun jarang terjadi pada anak usia di
2. Rusmarjono dan Soepardi EA. Faringitis, bawah dua tahun.8,9
Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Etiologi Tonsilitis
Leher. Edisi Keenam. Cetakan ke-5. Balai Tonsilitis dapat disebabkan oleh beberapa agen
Penerbit FKUI. Jakarta: 2010 penyebab seperti, virus dan bakteri. Virus Epstein Barr
3. Mansjoer, A (ed). Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, merupakan penyebab tersering dari tonsilitis akibat
dan Tenggorok, Edisi 3. FK UI.Jakarta.2005 virus. Virus lainnya yang dapat menyebabkan tonsilitis
4. Acerra JR. Pharyngitis in Emergency Medicine. adalah Hemofilus influenzae, virus coxschakie, dan
2010. Diambil dari sitomegalovirus (CMV). Bakteri merupakan penyebab
http://emedicine.medscape.com/article/764304-ov tersering dari tonsilitis khususnya adalah jenis
erview#a0199 Streptokokus beta hemolitikus. Kelompok bakteri
lainnya yang dapat menyebabkan tonsilitis adalah
5. Pommerville JC. Alcamo’s Fundamentals of pneumokokus, Streptokokus viridan, Streptokokus
Microbiology. Ed ke-9. Sudbury: Jones & Bartlett piogenes, Corynebacterium diphteriae dan bakteri
Publisher; 2011 spirochaeta atau triponema.2,4
6. Lipsky MS, King MS. Blueprints Family Medicine.
Philadelphia: Lipincott; 2010 Klasifikasi Tonsilitis
7. Dhingra PL. Diseases of Ear, Nose, Throat. India: Tonsilitis dapat diklasifikasikan menjadi:2
Reed Elsevier; 2000 1. Tonsilitis akut
a) Tonsilitis viral
B. TONSILITIS b) Tonsilitis bakterial
2. Tonsilitis membranosa
Anatomi dan Fisiologi Tonsil a) Tonsilitis difteri
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan b) Tonsilitis septik
limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus c) Angina Plaut Vincent
di dalamnya. Tonsil palatina yang biasanya disebut d) Penyakit kelainan darah
tonsil saja terletak di dalam fosa tonsil. Pada kutub 3. Tonsilitis kronik
atas sering ditemukan celah intratonsil yang
merupakan sisa kantong faring kedua. Kutub bawah Manifestasi Klinis
tonsil melekat pada dasar lidah. Epitel yangmelapisi Manifestasi klinis tonsilitis berbeda untuk setiap
tonsil ialah epitel skuamosa yang melingkupi kriptus. Di klasifikasinya, yaitu:2,4,10
dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, 1. Tonsilitis akut
dan epitel yang erlepas, bakteri dan sisa makanan. Tonsilitis akut ditandai oleh adanya
Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring pembengkakan dan kemerahan dari tonsil, bisa
yang sering disebut kapsul tonsil.2 dengan atau tanpa eksudat, limfadenopati servikal dan
Tonsil mendapat darah dari a. platina mayor, a. demam di atas 38,3ºC per rektal.
palatina ascenden, cabang tonsil a. maksila interna, a. Tonsilitis akut viral memiliki gejala menyerupai
faring asenden, dan a. lingualis dorsal.2 common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Pada
Anatomi faring dan tonsil dapat dilihat pada infeksi virus Hemofilus influenzae akan terjadi
gambar 2.1 di bawah ini. peradangan yang supuratif. Pada infeksi virus
coxschakie, akan ditemukan luka-luka kecil pada
palatum dan tonsil yang sangat nyeri.
Tonsilitis akut bakterial memiliki manifestasi klinis
berupa nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan,
demam dengan suhu tubuh yang tinggi, lesu, nyeri
sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga
(otalgia). Otalgia disebabkan oleh nyeri alih melalui
saraf glosofaringeus. Pada pemeriksaan, tampak tonsil
membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus
berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran
semu. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri
mati dan epitel yang terlepas yang mengisi kriptus
tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.
2. Tonsilitis membranosa
Pada tonsillitis difteri akan ditemukan tiga
golongan gejala, yaitu gejala umum, gejala lokal dan
Gambar 1. Anatomi faring dan tonsil15 gejala akibat eksotoksin. Gejala umum sama dengan
Definisi Tonsilitis gejala tonsillitis akut. Gejala lokal yang dapat ditemui
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang adalah tonsil membengkak yang ditutupi oleh bercak
merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Peradangan putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu
ini dapat disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri yang membentuk membran semu. Membran semu ini
menyebar melalui udara, tangan dan ciuman. Penyakit melekat erat pada dasarnya, sehingga apabila
ini dapat terjadi pada semua umur, namun sebagian diangkat akan mudah berdarah. Gejala lainnya adalah
besar terjadi pada anak-anak.2,7

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

gejala akibat eksotoksin yang akan menimbulkan Tonsil hipertrofik dengan ukuran ≥ T2
kerusakan jaringan tubuh. Pada jantung akan terjadi Hiperemis dan terdapat detritus di dalam kripti
miokarditis hingga decompensatio cordis, pada saraf yang memenuhi permukaan tonsil
kranial akan terjadi kelumpuhan otot palatum dan otot  Terdapat membran semu akibat bercak detritus
pernapasan, sedangkan pada ginjal akan terjadi yang melebar sehingga mirip tampilan tonsillitis
albuminuria. difteri
Angina Plaut Vincent atau stomatitis ulsero  Udem dan hiperemis palatum mole, arkus
membranosa memiliki gejala berupa demam hingga anterior dan posterior faring
39ºC, nyeri kepala, badan lemah dan kadang-kadang  Kelenjar limfe dapat membesar disertai nyeri
terdapat gangguan pencernaan, rasa nyeri di mulut, tekan
hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah. Pada B. Tonsilitis difteri
pemeriksaan akan ditemukan membran putih keabuan  Tonsil membengkak yang ditutupi oleh bercak
di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta prosesus putih kotor yang makin lama makin meluas
alveolaris, mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar  Tampak membran semu atau pseudomembran
submandibular membesar. yang melekat erat pada dasarnya, sehingga
Infeksi mononukleosis merupakan tonsilo apabila diangkat akan mudah berdarah.
faringitis ulsero membranosa bilateral yang ditandai C. Tonsilitis kronik
oleh adanya membran semu yang mudah diangkat
 Tampak tonsil membesar dengan permukaan
tanpa timbul perdarahan dan disertai oleh pembesaran
yang tidak rata dan kriptus yang melebar dan diisi
kelenjar getah bening leher, ketiak dan inguinal.
oleh detritus
3. Tonsilitis kronik
 Pembesaran kelenjar limfe submandibula dan
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar
tonsil yang mengalami perlengketan.
dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan
dan beberapa kriptus terisi detritus. Kriptus yang
orofaring, dengan mengukur jarak antara kedua pilar
melebar disebabkan oleh inflamasi berulang yang
anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial
mengikis mukosa dan jaringan limfoid pada tonsil yang
kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat
mengakibatkan jaringan limffoid digantikan oleh
dibagi menjadi:
jaringan parut sehingga akan mengalami pengerutan
dan kriptus menjadi melebar. Gejala lainnya adalah  T0: tonsil masuk di dalam fossa atau sudah
perasaan mengganjal di tenggorok, rasa kering di diangkat
tenggorok dan napas berbau.  T1: <25% volume tonsil dibandingkan dengan
volume orofaring atau batas medial tonsil
Diagnosis Tonsilitis melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, anterior uvula
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti  T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan
di bawah ini:2,6 volume orofaringatau batas medial tonsil
1. Anamnesis melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½
Dari anamnesis akan didapatkan keluhan dan jarak pilar anterior-uvula
faktor risiko pada pasien. Keluhan yang dirasakan  T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan
adalah: volume orofaring atau batas medial tonsil
 Rasa kering di tenggorok melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai ¾
 Nyeri pada tenggorok terutama saat menelan jarak pilar anterior-uvula
 Nyeri alih ke telinga  T4: > 75% volume tonsil dibandingkan dengan
 Demam tinggi volume orofaring atau batas medial tonsil
melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai
 Sakit kepala, badan lesu, nafsu makan berkurang
uvula atau lebih.
 Hot potato voice, yaitu suara pasien seperti orang
Gradasi pembesaran tonsil dapat dilihat pada
yang mulutnya penuh dengan masakan panas
gambar 2.5 di bawah ini.
 Mulut berbau (foetor ex ore) dan ludah
menumpuk di cavum oris
 Rasa mengganjal di tenggorok pada tonsilitis
kronis
 Pada Angina Plaut Vincent ditemukan demam
hingga 39ºC, nyeri kepala, badan lemah dan
kadang-kadang terdapat gangguan pencernaan,
rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi
mudah berdarah.
Faktor risiko pada pasien yang dapat ditemui
pada anamnesis adalah:
 Faktor usia, terutama anak-anak
 Penurunan daya tahan tubuh
 Rangsangan menahun, misalnya rokok dan Gambar 2. Gradasi pembesaran tonsil6
makanan tertentu
 Higiene rongga mulut yang kurang baik 3. Pemeriksaan penunjang
 Riwayat alergi A. Pemeriksaan darah lengkap
 Pada tonsilitis kronik dapat ditemukan risiko B. Swab tonsil untuk pemeriksaan pewarnaan Gram
berupa kelelahan dan pengobatan tonsillitis akut yang dilihat di bawah mikroskop.
yang tidak adekuat.
2. Pemeriksaan fisik Diagnosis Banding Tonsilitis
A. Tonsilitis akut Diagnosis banding dari tonsillitis adalah:6

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1. Faringitis 2. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak


2. Tumor tonsil membaik dengan pemberian terapi medis
3. Limfoma 3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier
streptococcus yang tidak membaik dengan
Tatalaksana Tonsilitis pemberian antibiotik laktamase resisten.
Tatalaksana penyakit tonsilitis meliputi:2,6  Konseling dan edukasi
 Istirahat cukup Memberitahu individu dan keluarga untuk:
 Makan makanan lunak dan menghindari makan 1. Melakukan pengobatan yang adekuat karena
makanan yang mengiritasi risiko kekambuhan cukup tinggi
 Menjaga kebersihan mulut 2. Menjaga daya tahan tubuh dengan
 Pemberian obat topikal dapat berupa obat kumur mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga
antiseptik teratur
 Pemberian obat oral sistemik: 3. Berhenti merokok
A. Tonsilitis viral 4. Selalu menjaga kebersihan mulut
Obat yang diberikan adalah analgetika dan 5. Mencuci tangan secara teratur
antivirus diberikan bila gejala berat. Antivirus 6. Menghindari makanan dan minuman yang
metisoprinol (isoprenosine) diberikan dengan mengiritasi.
dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali
pemberian/hari pada orang dewasa dan pada Komplikasi Tonsilitis
anak <5tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam Tonsilitis akut pada anak dapat menimbulkan
4-6 kali pemberian/hari. otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil, abses
B. Tonsilitis bakterial parafaring, bronchitis, glomerulonefritis akut,
Bila diduga penyebabnya adalah miokarditis, artritis serta septicemia akibat infeksi vena
streptokokus grup A, diberikan antibiotik Penicillin jugularis interna (sindrom Lemierre).2
G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau Tonsilitis difteri dapat menyebabkan laringitis
Amoksisilin 50 mg/ kgBB dosis dibagi 3 kali/ hari difteri yang ditandai oleh membran semu yang menjalar
selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg ke laring. Selain itu juga bisa terjadi miokarditis,
selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari. albuminuria, dan kelumpuhan otot palatum mole, otot
Kortikosteroid juga diberikan karena steroid mata, otot faring serta otot laring.2
telah menunjukkan perbaikan klinis yang dapat Tonsilitis kronik dapat menimbulkan komplikasi ke
menekan reaksi inflamasi. Steroid yang dapat daerah sekitarnya berupa rhinitis kronik, sinusitis atau
diberikan berupa deksametason 3x0,5 mg pada otitis media secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh
dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 terjadi melalui jalur hematogen dan limfogen yang
mg/kgBB/hari dibagi 3 kali pemberian selama 3 dapat menyebabkan endokarditis, artritis, miositis,
hari. nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria,
dan furunkulosis.2
C. Tonsilitis difteri
Anti Difteri Serum diberikan segera tanpa Prognosis Tonsilitis
menunggu hasil kultur, dengan dosis Prognosis pada umumnya bonam jika
20.000-100.000 unit tergantung umur dan jenis pengobatan adekuat dan kebersihan mulut baik.
kelamin. Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50
mg/kgBB/hari. Antipiretik untuk simptomatis dan DAFTAR PUSTAKA
pasien harus diisolasi. Perawatan harus istirahat 1. Kementerian Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar.
di tempat tidur selama 2-3 minggu. 2013.
D. Angina Plaut Vincent 2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
Pada Angina Plaut Vincent (Stomatitis RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
ulseromembranosa) diberikan antibiotik spektrum tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-7. Jakarta:
luas selama 1 minggu, dan pemberian vitamin C Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016.
serta vitamin B kompleks. 87-88.
E. Tonsilitis kronik 3. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi
Diberikan obat-obatan simptomatik dan manusia Jilid 3: Kepala, leher dan neuroanatomi.
obat kumur yang mengandung desinfektan. Edisi ke-23. Jakarta: EGC. 2013. 154.
 Tonsilektomi 4. Pharyngitis A. Quick Recertifi cation Series Quick
Menurut Health Technology Assessment, Recertifi cation Series. 2013;26(February):57–8.
Kemenkes tahun 2004, indikasi tonsilektomi, 5. Regoli M, Chiappini E, Bonsignori F, Galli L,
yaitu:6 Martino M De. Update on the management of
a. Indikasi Absolut: acute pharyngitis in children. Ital J Pediatr
1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan [Internet]. 2011;37(1):10. Available from:
obstruksi saluran nafas, disfagia berat, gangguan http://www.ijponline.net/content/37/1/10
tidur dan komplikasi kardiopulmonar 6. IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
2. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed. Jakarta;
pengobatan medis dan drainase 2014. 346-359 p.
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam 7. Alotaibi AD. Tonsillitis in Children Diagnosis and
4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk Treatment Measures. 2017;3389.
menentukan patologi anatomi. 8. Georgalas CC, Tolley NS, Narula A. Tonsillitis.
b. Indikasi Relatif: BMJ Clin Evid [Internet]. 2009;2009(4):273–8.
1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per Available from:
tahun dengan terapi antibiotik adekuat http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2907808%5
Cnhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21718574

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 12
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

%5Cnhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articleren Sepasang kartilago kornikulata atau bisa disebut


der.fcgi?artid=PMC2907808 kartilago santorini melekat pada kartilago aritenoid di
9. Alasmari NSH, Bamashmous ROM, Alshuwaykan daerah apeks dan berada di dalam lipatan ariepiglotik.
RMA. Causes and Treatment of Tonsillitis. Egypt J Sepasang kartilago kuneiformis atau bisa disebut
Hosp Med [Internet]. 2017;69(8):2975–80. kartilago wrisberg terdapat di dalam lipatan ariepiglotik
Available from: , kartilago kornikulata dan kuneiformis berperan dalam
http://platform.almanhal.com/MNHL/Preview/?ID= rigiditas dari lipatan ariepiglotik. Sedangkan kartilago
2-111223 tritisea terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.
10. Stelter K. Tonsillitis and sore throat in children.
GMS Curr Top Otorhinolaryngol Head Neck Surg
[Internet]. 2014;13:Doc07. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25587367%5
Cnhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender
.fcgi?artid=PMC4273168
11. Golubicic TP, Trkanjec JK. Upper Respiratory
Tract Infections : Textbook of Respiratory and
Critical Care Infections. 2014: 1-13
12. Thomas CM, Jette ME, Clary MS. Factors
Associated with Infectious Laryngitis : a
Retrospective Review of 16 Cases. Ann Otol
Rhinol Laryngol. 2017; 126(5): 388-395. Gambar 3. Anatomi Laring
13. Wood JM, Athanasiadis T, Allen J. Laryngitis.
Thebmj. 2014: 349 Epiglotis merupakan Cartilago yang berbentuk
14. Mustafa M, Patawari P, Muniardy RK, Sien MM, daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah.
Parash MTH, Sieman J. Acute Laryngitis and Epiglottis ini melekat pada bagian belakang kartilago
Croup : Diagnosis and Treatment. IOSR Journal of thyroidea. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari
Pharmacy. 2015; 5(4): 19-23 bagian samping epiglottis menuju cartilago
15. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
manusia Jilid 3: Kepala, leher dan neuroanatomi.
Edisi ke-23. Jakarta: EGC. 2013. 176. Membrana mukosa di Laring sebagian besar
dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiridari sel-sel
C. LARINGITIS silinder yang bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel
skuamosa.
Anatomi Laring3
Laring berada di depan dan sejajar dengan Plica vocalis adalah dua lembar membrana
vetebre cervical 4 sampai 6, bagian atasnya yang aka mukosa tipis yang terletak di atas ligamenturn vocale,
melanjutkan ke faring berbentuk seperti bentuk limas dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam
segitiga dan bagian bawahnya yg akan melanjutkan ke kartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago
trakea berbentuk seperti sirkular. arytenoidea di bagian belakang. Plica vocalis palsu
Laring dibentuk oleh sebuah tulang yaitu tulang adalah dua lipatan membrana mukosa tepat di atas
hioid di bagian atas dan beberapa tulang rawan. plica vocalis sejati. Bagian ini tidak terlibat dalarn
Tulang hioid berbentuk seperti huruf ‘U’, yang produksi suara.
permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah,
mandibula, dan tengkorak oleh tendon dan otot-otot.
Saat menelan, konstraksi otot-otot (M.sternohioid dan
M.Tirohioid) ini akan menyebabkan laring tertarik ke
atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini
bekerja untuk membantu menggerakan lidah.
Tulang rawan yang menyusun laring adalah
kartilago tiroid, krikoid, aritenoid, kornikulata,
kuneiform, dan epiglotis. Kartilago tiroid, merupakan
tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari dua
lamina yang bersatu di bagian depan dan
mengembang ke arah belakang. Tulang rawan ini
berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami
penonjolan membentuk “adam’s apple” dan di dalam
tulang rawan ini terdapat pita suara, dihubungkan
dengan kartilago krikoid oleh ligamentum krikotiroid.
Kartilago krikoid terbentuk dari kartilago hialin Gambar 4. Anatomi Laring
yang berada tepat dibawah kartilago tiroid berbentuk
seperti cincin signet, pada orang dewasa kartilago
Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi
krikoid terletak setinggi dengan vetebra C6 sampai C7
krikotiroid dan artikulasi krikoaritenoid. Ligamentum
dan pada anak-anak setinggi vetebra C3 sampai C4.
yang membentuk susunan laring adalah ligamentum
Kartilago aritenoid mempunyai ukuran yang lebih kecil, seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior),
bertanggung jawab untuk membuka dan menutup
ligamentum krikotiroid medial, ligamentum krikotiroid
laring, berbentuk seperti piramid, terdapat 2 buah
posterior, ligamentum kornikulofaringeal, ligamentum
(sepasang) yang terletak dekat permukaan belakang
hiotoroid lateral, ligamentum hiotiroid media,
laring dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, ligamentum hioepiglotica, ligamentum ventricularis,
sendi ini disebut artikulasi krikoaritenoid.
ligamentum vocale yang menghubungkan kartilago

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 13
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

aritenoid dengan kartilago tiroid dan ligamentum Plica vocalis dan plica ventrikularis membagi
tiroepiglotica. rongga laring dalam tiga bagian, yaitu vestibulum laring
, glotic dan subglotic.
Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok
otot-otot ekstrinsik dan otot-otot instrinsik, otot-otot Vestibulum laring ialah rongga laring yang
ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara terdapat diatas plica ventrikularis. Daerah ini disebut
keseluruhan, sedangkan otot-otot instrinsik supraglotic. Antara plica vocalis dan pita ventrikularis,
menyebabkan gerakan bagian-bagian laring sendiri. pada tiap sisinya disebut ventriculus laring morgagni.
Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak diatas
tulang hyoid (suprahioid), dan ada yang terletak Rima glottis terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
dibawah tulang hyoid (infrahioid). Otot ekstrinsik yang intermembran dan bagian interkartilago. Bagian
supra hyoid ialah M. Digastricus, M.Geniohioid, intermembran ialah ruang antara kedua plica vocalis,
M.Stylohioid, dan M.Milohioid. Otot yang infrahioid dan terletak dibagian anterior, sedangkan bagian
ialah M.sternohioid dan M.Tirohioid. Otot-otot ekstrinsik interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago
laring yang suprahioid berfungsi menarik laring aritenoid, dan terletak di bagian posterioir. Daerah
kebawah, sedangkan yang infrahioid menarik laring subglotic adalah rongga laring yang terletak di bawah
keatas. Otot-otot intrinsik laring ialah M. Krikoaritenoid pita suara (plicavocalis).
lateral. M.Tiroepiglotica, M.vocalis,M. Tiroaritenoid,
M.Ariepiglotica, dan M.Krikotiroid. Otot-otot ini terletak Persyarafan 3
di bagian lateral laring.Otot-otot intrinsik laring yang
terletak di bagian posterior, ialah M.aritenoid Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus
transversum, M.Ariteniod obliq dan M.Krioaritenoid vagus, yaitu n.laringeus superior dan laringeus
posterior. inferior (recurrent). Kedua saraf ini merupakan
campuran saraf motorik dan sensorik. Nervus
laryngeus superior mempersarafi m.krikotiroid,
sehingga memberikan sensasi pada mukosa laring
dibawah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak diatas
m.konstriktor faring medial, disebelah medial a.karotis
interna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang hyoid
dan setelah menerima hubungan dengan ganglion
servikal superior, membagi diri dalam 2 cabang, yaitu
ramus eksternus dan ramus internus.

Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar


m.konstriktor faring inferior dan menuju ke
m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh
m.tirohioid terletak disebelah medial a.tiroid superior,
menembus membran hiotiroid, dan bersama-sama
dengan a.laringeus superior menuju ke mukosa laring.

Nervus laringeus inferior merupakan lanjutan dari


n.rekuren setelah saraf itu memberikan cabangnya
menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren
merupakan lanjutan dari n.vagus.

Nervus rekuren kanan akan menyilang


Gambar 5. Anatomi laring a.subklavia kanan dibawahnya, sedangkan n.rekuren
kiri akan menyilang aorta. Nervus laringis inferior
Rongga laring 3 berjalan diantara cabang-cabang arteri tiroid inferior,
dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar tiroid
Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah akan sampai pada permukaan medial m.krikofaring.
aditus laring, batas bawahnya ialah bidang yang Disebelah posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini
melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas bercabang dua menjadi ramus anterior dan ramus
depannya ialah permukaan belakang epiglottis, posterior, Ramus anterior akan mempersarafi otot-otot
tuberkulum epiglotic, ligamentum tiroepiglotic, sudut intrinsik laring bagian lateral, sedangkan ramus
antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan arkus posterior mempersyarafi otot-otot intrinsik laring
kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membran superior dan mengadakan anstomosis dengan
kuadranagularis, kartilago aritenoid, konus elasticus, n.laringitis superior ramus internus.
dan arkus kartilago krikoid, sedangkan batas
belakangnya ialah M.aritenoid transverses dan lamina
kartilago krikoid.

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum


vocale dan ligamentum ventrikulare, maka
terbentuklah plika vocalis (pita suara asli) dan plica
ventrikularis (pita suara palsu).

Bidang antara plica vocalis kiri dan kanan, disebut


rima glottis, sedangkan antara kedua plica ventrikularis
disebut rima vestibuli.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 14
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Gambar 7. Letak Kelenjar getah Bening Kepala dan


Leher
Gambar 6. Anatomi Laring
Fisiologi 3
Pendarahan 3
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi,
Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang
sirkulasi, menelan, emosi serta fonasi.
yaitu a.laringitis superior dan a.laringitis inferior.
Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk
Arteri laryngeus superior merupakan cabang dari
mencegah makanan dan benda asing masuk kedalam
a.tiroid superior. Arteri laryngitis superior berjalan agak
trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima
mendatar melewati bagian belakang membran tirohioid
glotis secara bersamaan. Terjadi penutupan aditus
bersama-sama dengan cabang internus dari n.laringis
laring ialah akibat karena pengangkatan laring ke atas
superior kemudian menembus membran ini untuk
akibat kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini
berjalan kebawah di submokosa dari dinding lateral
kartilogo aritenoid bergerak ke depan akibat kontraksi
dan lantai dari sinus piriformis, untuk memperdarahi
m.tiro-aritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya
mukosa dan otot-otot laring.
m.ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter.
Arteri laringeus interior merupakan cabang dari
Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika
a.tiriod inferior dan bersama-sama dengan n.laringis
vokalis. Kartilago arritenoid kiri dan kanan mendekat
inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid, masuk
karena aduksi otot-otot intrinsik.
laring melalui daerah pinggir bawah dari m.konstriktor
Selain itu dengan reflex batuk, benda asing yang
faring inferior. Di dalam arteri itu bercabang-cabang
telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan ke luar.
memperdarahi mukosa dan otot serta beranastomosis
Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang
dengan a.laringis superior.
berasal dari paru dapat dikeluarkan.
Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid
Fungsi respirasi dan laring ialah dengan
superior juga memberikan cabang yang berjalan
mengatur besar kecilnya rima glottis. Bila
mendatar sepanjang membrane itu sampai mendekati
m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan
tiroid. Kadang-kadang arteri ini mengirimkan cabang
menyebabkan prosesus vokalis kartilago aritenoid
yang kecil melalui membran krikotiroid untuk
bergerak ke lateral, sehingga rima glottis terbuka.
mengadakan anastomosis dengan a.laringeus
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di
superior.
dalam traktus trakeo-bronkial akan dapat
Vena laringeus superior dan vena laringeus
mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga
inferior letaknya sejajar dengan a.laringis superior dan
mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Dengan
inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid
demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur
superior dan inferior.
sirkulasi darah.
Pembuluh Limfe 3,4 Fungsi laring dalam membantu proses menelan
ialah dengan 3 mekanisme, yaitu gerakan laring bagian
Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di
bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong
daerah lipatan vocal. Disini mukosanya tipis dan
bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin
melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah
masuk kedalam laring.
lipatan vocal pembuluh limfa dibagi dalam golongan
Laring juga mempunyai fungsi untuk
superior dan inferior.
mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh,
Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan
menangis dan lain-lain.
lewat lantai sinus piriformis dan a.laringeus superior,
Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan
kemudian ke atas, dan bergabung dengan kelenjar dari
membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya
bagian superior rantai servikal dalam. Pembuluh
nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan
eferen dari golongan inferior berjalan kebawah dengan
plica vokalis. Bila plica vokalis dalam aduksi, maka
a.laringeus inferior dan bergabung dengan kelenjar
m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid kebawah
servikal dalam, dan beberapa dintaranya menjalar
dan kedepan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat
sampai sejauh kelenjar supraklavikular.
yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan
menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang.
Plika vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk
berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m. Krikoaritenoid
akan mendorong kartilago aritenoid ke depan,
sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi
serta mengendornya plika vokalis akan menentukan
tinggi rendahnya nada.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 15
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Klasifikasi Laringitis kongesti mukosa, edema dan sekret eksudat. Pada


A. Akut foto AP di leher bisa didapatkan steeple-sign (
1. Laringitis Akut 1 subglittic narrowing due to edema).
Radang akut pada laring, umumnya adalah Penatalaksanaannya dengan antibiotik sesuai
lanjutan dari rinofaringitis (common cold). Disebabkan dengan hasil kultur bakterinya, sebagai contoh
biasanya oleh bakteri, yang menyebabkan radang lokal ampicillin/ sulbactam, cefuroxime, atau ceftriaxone.
atau virus yang menyebabkan peradangan sistemik. Aztreonam dan chloramphenicol dapat di berikan bila
Gejala klinis dari laringitis akut bisa ditandai pasien alergi terhadap golongan penicilin atau
dengan demam, malaise, dan gejala lokalnya seperti sepalosporin. Kortikosteroid dapat diberikan mengingat
suara parau sampai tidak bersuara (afoni), nyeri adanya edema, preparat sedasi tidak boleh diberikan
menelan (disfagi) atau berbicara, serta gejala-gejala mengingat efeknya dapat mengkompresi pernafasan,
sumbatan laring, pada anak-anak, laringitis akut ini bila sudah terdapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas,
dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas, pada segera lakukan intubasi atau tracheotomy , berikan O2,
dewasa tidak secepat pada anak-anak. epinephrine secara intermitten, dan observasi pada
Pada pemeriksaan dengan laringoskopi tampak tanda vitalnya. Ultrasonic humidification juga dapat
mukosa laring yang hiperemis, membengkak, terutama digunakan sebagai terapy.
di atas dan bawah pita suara. Biasanya terdapat tanda-
tanda penyakit yang mendasarinya seperti faringitis, 4. Epiglottitis akut
rhinitis, sinusitis atau pnemonia Merupakan bentuk yang khusus dari laringitis
Penatalaksanaan dengan istirahat berbicara dan akut yang progresif yang ditandai dengan inflamasi
bersuara selama 2-3 hari. Menghirup udara lembab. pada epiglotis, sering terjadi pada anak umur 2 sampai
Menghindari dari iritasi pada faring dan laring, seperti 7 tahun, ada kemungkinan dapat mengenai bayi,
rokok, makanan pedas atau minum es. Antibiotika remaja ataupun dewasa. Penyebab utama epiglotitis
diindikasikan untuk infeksi virus yang diikuti oleh infeksi adalah hemophilus influenzae, masuk ke dalam
bakteri, preparat steroid juga diindikasikan untuk mukosa yang teriritasi karena tergesek oleh makanan
mukosa yang edema. Bila terdapat sumbatan laring, atau benda yang mempunyai permukaan yang tajam.
dilakukan pemasangan endotrakea atau trakeostomi. Gejala klinis yang ditemukan seperti disfagia dan
sulit menelan, yang kemudian pada anak-anak
2. Croup syndrome mempunyai gejala penurunan nafsu makan, bisa
Atau bisa disebut “diphtheritic croup” , penyakit disertai dehidrasi, demam, takikardi, lemas, lelah
ini sudah jarang di temui, disebabkan oleh infeksi dari bernafas dan tekanan darah yang turun. Suara tidak
corynebacterium diphtheriae. parau melainkan seperti “hot potato voice”, biasanya
Gejala klinis yang ditemukan seperti suara parau, pasien lebih suka untuk duduk dikarenakakan stridor
dan batuk yang berdahak, dapat menyebabkan bila berbaring. Sesak yang progresif terutama pada
obtruksi jalan nafas karena terbentuk membran. anak akan berakibat fatal dalam beberapa jam, maka
Pada pemeriksaan ditemukan membran putih dari itu harus cepat terdiagnosa.
keabu-abuan dan dapat juga disertai dengan Pada pemeriksaan fisik yang penting
perdarahan, biasanya juga disertai lesi pada orofaring. ditemukannya epiglotis yang bengkak dan berwarna
Penatalaksanaannya dapat diberikan antitoxin merah terang “cherry red” yang mengobstruksi faring di
dan antibiotika golongan penicilin, bila sudah terjadi dasar lidah. Pada foto AP leher dapat ditemukan
sumbatan atau obstruksi jalan nafas, dapat dilakukan epiglotis yang seperti ibu jari “thumbprinting”. Pada
tracheotomy untuk jalan nafasnya. kultur darah didapatkan adanya H. Influenzae tipe B.
Penatalaksanaan. Pada kasus gawat darurat
3. Pseudocroup (Acute karena sumbata jalan nafas, dapat dilakukan intubasi
Laryngotracheobrochitis) orotracheal atau tracheostomi, dengan pengawasan
Adalah infeksi akut pada saluran pernafasan ketat di ruang ICU untuk mencegah adanya
bawah yang disebabkan oleh infeksi pada laring yang self-extubation. Pasien diobservasi 24 sampai 48 jam.
turun ke trakea hingga bonkus, penyakit ini endemi Antibiotika pilihan yang diberikan adalah golongan
sepanjang tahun tetapi banyak insiden penyakit ini penicilin dan sefalosporin, diberikan selama 10 hari.
pada musim dingin. Disebabkan oleh virus Steroid dapat diberikan untuk menenangkan
Parainfluenza tipe 1 sampai 4, H. Influenzae, inflamasinya dan edema.
streptocoocus, staphylococcus dan pnemococcus.
Insiden banyak pada anak-anak umur 1 sampai 3 B. Kronik 1
tahun. 1. Laringitis Kronis Nonspesifik
Pathofisiologinya adalah turunnya inflamasi pada Sering merupakan radang kronis yang
membran mukosa ke saluran nafas bawah, diikuti disebabkan oleh infeksi pada saluran pernapasan,
dengan kongesti, edema dan sekret yang berupa seperti selesma,influensa,bronkhitis atau sinusitis.
eksudat. Akibat paparan zat-zat yang membuat iritasi,seperti
Gejala klinis pada awalnya seperti flu biasa asap rokok, alkohol yang berlebihan, asam lambung
(rhinofaringitis) disertai dengan batuk yang berdahak, atau zat-zat kimia yang terdapat pada tempat
mual dan demam, lalu timbulnya suara parau, lemas kerja.Terlalu banyak menggunakan suara, dengan
dan stridor karena meningkatnya congesti dan edema. terlalu banyak bicara, berbicara terlalu keras atau
Pada pemeriksaan fisik bila ditemukan menyanyi (vokal abuse). Pada peradangan ini seluruh
tanda-tanda seperti bibir pucat dan sianosis lalu suara mukosa laring hiperemis, permukaan yang tidak rata
nafas yang menurun pada auskultasi, maka jalan nafas dan menebal.
harus segera di perbaiki untuk mencegah kematian, Gejala klinis yang sering timbul adalah berdehem
tekanan darah sampai dengan 140 mm hg dan laju untuk membersihkan tenggorokan. Selain itu ada juga
nafas sampai dengan 80x/ menit menandakan suara serak, Perubahan pada suara dapat bervariasi
peningkatan CO2. Pada laringoskopi dapat ditemukan tergantung pada tingkat infeksi atau iritasi, bisa hanya

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 16
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

sedikit serak hingga suara yang hilang total, rasa gatal Tuberkel itu makin besar, serta beberapa
dan kasar di tenggorokan, sakit tenggorokan, tuberkel yang berdekatan bersatu, sehingga
tenggorokan kering, batuk kering, sakit waktu menelan. mukosa diatasnya meregang. Pada suatu
Gejala berlangsung beberapa minggu sampai bulan. saat, karena sangat meregang, maka akan
Pada pemeriksaan ditemukan mukosa yang menebal, pecah dan timbul ulkus. Pada stadium ini
permukaannya tidak rata dan hiperemis. Bila terdapat pasien dapat merasakan adanya rasa kering
daerah yang dicurigai menyerupai tumor, maka perlu ditenggorokan, panas dan tertekan di daerah
dilakukan biopsi. laring, selain itu juga terdapat suara parau.
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada  Stadium ulserasi. Ulkus yang timbul pada
penyebab terjadinya laryngitis dan simtomatis. akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus ini
Pengobatan terbaik untuk langiritis yang diakibatkan dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkejuan,
oleh sebab-sebab yang umum, seperti virus, adalah serta dirasakan nyeri waktu menelan yang
dengan mengistirahatkan suara sebanyak mungkin hebat bila dibandingkan dengan nyeri karena
dan tidak membersihkan tenggorokan dengan radang (khas), dapat juga terjadi hemoptisis.
berdehem. Bila penyebabnya adalah zat yang  Stadium perikondritis. Ulkus makin dalam,
dihirup, maka hindari zat penyebab iritasi tersebut. sehingga mengenai kartilago laring, dan yang
Dengan menghirup uap hangat dari baskom yang diisi paling sering terkena ialah kartilago aritenoid
air panas mungkin bisa membantu. Bila anak yang dan epiglotis. Dengan demikian terjadi
masih berusia batita atau balita mengalami langiritis kerusakan tulang rawan, sehingga terbentuk
yang berindikasi karahcroup, bisa digunakan nanah yang berbau, proses ini akan melanjut
kortikosteroid seperti dexamethasone. Untuk laringitis dan terbentuk sekuester. Pada stadium
kronis yang juga berhubungan dengan kondisi lain inipasien dapat terjadi afoni dan keadaan
seperti rasa terbakardi uluh hati, merokok atau umum sangat buruk dan dapat meninggal
alkoholik, harus dihentikan. dunia. Bila pasien dapat bertahan maka
Untuk mencegah kekeringan atau iritasi pada pita proses penyakit berlanjut dan masuk dalam
suara :2 stadium fibrotuberkulosis.
a. Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan  Stadium fibrotuberkulosa. Pada stadium ini
tidak menjadi perokok tidak langsung. Rokok akan terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding
membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan posterior, pita suara dan subglotik.
iritasi pada pita suara. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum
b. Minum banyak air . Cairan akan membantu dan pemeriksaan THT termasuk pemeriksaan laring
menjaga agar lendir yang terdapat tenggorokan tidak tak langsung untuk melihat laring melalui kaca laring,
terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan. maupun pemeriksaan laring langsung dengan
c. Batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk laringoskopi. Pemeriksaan penunjang seperti
mencegah tenggorokan kering . Bila mengalami laboratorium dapat di temukannya tes BTA positif, dan
langiritis, hindari kedua zat tersebut diatas. patologi anatomi. 5,6
d. Jangan berdehem untuk membersihkan Penatalaksanaannya berupa pembeian obat
tenggorokan. Berdehem tidak akan berakibat baik, antituberkulosis primer dan sekunder. Selain itu pasien
karena berdehem akan menyebabkan terjadinya juga harus mengistirahatkan suaranya. Beberapa
vibrasi abnormal peda pita suara dan meningkatkan macam dan cara pemberian obat antituberkulosa. 5,7
pembengkakan . Berdehem juga akan menyebabkan  Obat primer: INH (isoniazid), Rifampisin,
tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir dan Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
merasa lebih iritasi , membuat ingin berdehem lagi. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan
toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian
2. Laringitis Kronis Spesifik besar penderita dapat disembuhkan dengan
a. Laringitis Tuberkulosa obat-obat ini.
Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat dari  Obat sekunder: Exionamid,
tuberkulosis paru. Sering kali setelah diberikan Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
pengobatan, tuberkulosisnya sembuh tetapi laringitis Kapreomisin dan Kanamisin.
tuberkulosanya menetap. Hal ini terjadi karena struktur  Pemberian terapi OAT terbagi atas 3 kategori
mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta yaitu :
vaskularisasi yang tidak sebaik paru, sehingga bila o Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3.
infeksi sudah mengenai kartilago, pengobatannya lebih Pemberian selama 2 bulan HRZE
lama. Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui setiap hari dan dilanjutkan
udara pernafasan, sputum yang mengandung kuman, pemberian INH 3x semingu dan
atau penyebaran melalui aliran darah atau limfe. Rifampisin 3x seminggu selama 4
Tuberkulosis dapat menimbulkan gangguan sirkulasi. bulan, diberikan kepada penderita
Edema dapat timbul di fossa inter aritenoid, kemudian TBC aktif dengan BTA positif dan TB
ke aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis, epiglotis, ekstraparu berat
serta subglotik. 5 o Katagori 2 : HRZE / 5H3R3E.
Secara klinis, laringitis tuberkulosis terbagi Diberikan kepada penderita yang
menjadi 4 stadium yaitu : 5 kambuh, gagal terapi dan penderita
 Stadium infiltrasi. Mukosa laring posterior putus obat
mengalami pembengkakan dan hiperemis, o Katagori 3 : 2HRZ / 4H3R. Diberikan
kadang pita suara terkena juga, pada stadium pada penderita dengan BTA positif
ini mukosa laring tampak pucat. Kemudian di dan Ro paru mendukung.
daerah sub mukosaterbentuk tuberkel,
sehingga mukosa tidak rata, tampak b. Laringitis Luetika
bintik-bintik yang berwarna kebiruan.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)


Dokter Muda THT-KL Periode Agustus– September 2018 17
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Disebabkan oleh kuman treponema palidum, 2. Etiologi penyakit ini bisa berasal dari virus, bakteri,
sudah sangat jarang dijumpai pada bayi ataupun orang jamur, inhalan zat kimia, zat iritan inhalan, dan
dewasa. laring tidak pernah terinfeksi pada stadium penggunaan obat kortikosteroid inhalasi..
pertama sifilis. Pada stadium kedua, laring terinfeksi 3. Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri menelan,
dengan tanda-tanda adanya edema yang hebat dan perubahan suara, batuk, kadang disertai dengan
lesi mukosa berwarna keabu-abuan. Sumbatan jalan gejala sistemik berupa demam dan malaise.
nafas dapat terjadi karena adanya pembengkakan 4. Diagnosis sudah bisa ditegakkan dengan
mukosa. Pada stadium ketiga, terbentuknya guma anamnesis serta pemeriksaan fisik dan untuk
yang nanti akan pecah dan menimbulkan ulcerasi, memastikan penyebabnya diperlukan
perikondritis dan fibrosis.5 pemeriksaan laboratorium berupa kultur kuman.
Gejala klinis yang ditemukan adalah suara parau 5. Diagnosis banding berupa infeksi saluran napas
dan batuk yang kronis. Disfagia timbul bila gumma atas lain, bronkitis, pneumonia dan tumor.
terdapat dekat introitus esofagus. Pada penyakit ini, 6. Tatalaksana yang diberikan dimulai dari
pasien tidak merasakan nyeri, mengingat kuman ini konservatif baik itu dari menjaga daya tahan tubuh,
juga menyerang saraf-saraf di perifer.5 menjaga oral higiene, pengistirahatan pita suara,
Pada pemeriksaan, bila guma pecah, maka tidak memakan makanan yang bersifat pedas dan
ditemukan ulkus yang sangat dalam, bertepi dengan dingin. Bisa dilanjutkan dengan medikamentosa
dasar yang keras, berwarna merah tua serta berupa analgetik dan antibiotik jika penyebabnya
mengeluarkan eksudat yang berwarna kekuningan. berupa bakteri.
Ulkus ini tidak menyebabkan nyeri dan menjalar sagat 7. Prognosis peradangan ini cukup baik.
cepat, sehingga bila tidak terbentuk proses ini akan
menjadi perikondritis.5
Diagnosis dapat ditegakkan dengan tes serologi
(RPR,VDRL, dan FTA-ABS) dan biopsi.
Penatalaksanaan dengen pemberian antibiotika
golongan penicilin dosis tinggi, pengengkatan
sekuester, bila terdapat sumbatan laring karena
stenosis dapat dilakukan trakeostomi dan operasi
rekonstruksi.5
Prognosis pada penyakit ini kurang bagus pada
gumma yang sudah pecah, karena menyebabkan
destruksi pada kartilago dan bersifat permanen.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher:
Disfonia. 6th Ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2008.p. 231-34.
2. Adam GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar
Pentakit THT.6th Ed. Jakarta: EGC; 1999. p. 369-77.
3. Cohen James . Anatomi dan Fisiologi laring.
Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 369-376
4. Roezin A. Sistem Aliran Limfa
Leher.Dalam:Soepardi EA. Buku Ajar llmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Edisi ke-6.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2007. h. 174-177.
5. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A.
Kelainan Laring. Dalam: Soepardi EA. Buku Ajar llmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher.Edisi ke-6. Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2007.
Hal. 237-242.
6. Banovetz JD. Gangguan Laring Jinak. Boies
Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 378-396.
7. Lalwani AK : Current Diagnosis & Treatment in
Otolaryngology – Head & Neck Surgery, 2nd Edition.
New York: The McGraw-Hill.2007.

KESIMPULAN

1. Faringitis, tonsilitis, dan laringitis merupakan


infeksi saluran pernapasan atas yang sering
dikeluhkan di layanan kesehatan primer.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 1(1)

Anda mungkin juga menyukai