NASKAH PSIKIATRI
ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER
Oleh:
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER i
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 BATASAN MASALAH 2
1.3 TUJUAN PENULISAN 2
1.4 METODOLOGI PENULISAN 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 DEFINISI 3
2.2 EPIDEMIOLOGI 3
2.3 ETIOLOGI 3
2.4 KLASIFIKASI 5
2.5 MANIFESTASI KLINIS 6
2.6 DIAGNOSIS 7
2.7 DIAGNOSIS BANDING 11
2.8 TATALAKSANA 11
2.9 PROGNOSIS 14
BAB III LAPORAN KASUS 16
BAB IV DISKUSI 40
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 43
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Batasan Masalah
Penulisan laporan kasus ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi,
gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis gangguan aktivitas dan
perhatian.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan perilaku
yang terdiri dari beberapa masalah yaitu kesulitan untuk menjaga perhatian,
hiperaktivitas, dan perilaku impulsif. Anak yang menderita ADHD akan sukar
menyesuaikan aktivitas dengan norma yang ada sehingga sering dianggap sebagai
anak yang tidak baik. Anak dengan gangguan ini sering gagal mencapai potensinya
dan memiliki banyak kesulitan komorbid seperti gangguan perkembangan
gangguan belajar spesifik dan gangguan perilaku serta emosional lainnya.1,2
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian ADHD di Amerika Serikat diperikirakan sebanyak 3-5%
pada anak usia sekolah. Di Indonesia angka kejadiannya masih belum ditemukan
secara pasti, namun diperikirakan ADHD terjadi sebanyak 9000 kasus atau sekitar
16,3% pada anak usia sekolah dasar. Gangguan ini sering ditemui pada anak laki-
laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan sekitar 4:1. Onset gejala
biasanya muncul pertama kali pada usia <7 tahun dan berlangsung lebih dari 6
bulan.3
2.3 Etiologi
Penyebab ADHD belum dapat dipastikan hingga saat ini. Sebagian anak
dengan ADHD tidak menunjukkan tanda-tanda cedera struktural yang besar pada
susunan saraf pusat. Sebaliknya, sebagian besar anak dengan gangguan neurologis
yang diketahui disebabkan oleh cedera otak tidak menunjukkan devisit atensi dan
hiperaktivitas. Faktor penyumbang yang diajukan untuk ADHD adalah pemaparan
toksin prenatal, prematuritas, dan kerusakan mekanis prenatal pada susunan saraf
janin.1,2
Berdasarkan teori dikemukan seperti faktor genetika, faktor kerusakan otak,
faktor neurokimiawi, dan faktor psikososial. Beberapa hal yang diduga menjadi
3
penyebab terjadinya ADHD, secara umum karena ketidakseimbangan kimiawi atau
kekurangan zat kimia tertentu di otak yang berfungsi untuk mengatur perhatian dan
aktivitas. Beberapa penelitian menunjukkan adanya kecenderungan faktor
keturunan (herediter) tetapi banyak pula penelitian yang menyebutkan bahwa faktor
sosial dan lingkungan yang lebih berperan.1,2
a. Faktor Genetik
Bukti adanya dasar genetik untuk ADHD mencakup corcodance
yang lebih tinggi pada kembar monozigot dibandingkan dizigot. Saudara
kandung anak hiperaktif juga memiliki risiko kira-kira dua kali untuk
memiliki gangguan dibandingkan populasi umum. Anak tersebut bisa
memiliki gejala hiperaktif yang menonjol sedangkan saudara kandung yang
lain dapat mempunyai gejala defisit yang menonjol.1
b. Faktor Kerusakan Otak
Beberapa anak yang menderita ADHD memiliki kerusakan ringan
pada sistem saraf pusat dan perkembangan otak selama masa periode janin
dan perinatal. Kerusakan ini diduga disebabkan oleh gangguan sirkulasi,
toksik, metabolic, mekanik, atau fisik pada otak. Sebuah penelitian
menyebutkan bahwa anak dengan ADHD mengalami pengecilan lobus
prefrontal kanan, nucleus kaudatus kanan, globus palidus kanan, serta
vermis.1
c. Faktor Neurokimia
Anak dengan ADHD diperkirakan terjadi mutasi gen sehingga
terjadi peningkatan ambilan kembali dopamin ke dalam sel neuron di sistem
limbik dan lobus prefrontal akibat perubahan aktivitas Dopamine
Transporter Gene.1 Beberapa neurotransmitter termasuk dopamin dan
norepinefrin mempengaruhi produksi, pemakaian, dan pengaturan
neurotransmitter lain. Adanya peningkatan ambilan kembali dopamin ke
dalam sel neuron daerah limbik dan lobus prefrontal dikatakan
mengendalikan fungsi eksekutif perilaku. Fungsi eksekutif bertanggung
jawab pada ingatan pengorganisasian, menghambat perilaku,
mempertahankan perhatian, pengendalian diri, dan membuat perencanaan
masa depan.1,2
4
d. Faktor Neurofisiologis
Anak dengan ADHD ditemukan adanya berbagai pola elektroensefalogram
(EEG) abnormal nonspesifik yang tidak beraturan dibandingkan dengan
control normal.1 Sejumlah studi yang menggunakan Positron Emmision
Tomography (PET) menemukan aliran balik dan laju metabolik di area
frontalis anak dengan ADHD dibandingkan dengan kontrol. Pemindaian
PET juga menunjukkan bahwa remaja perempuan dengan gangguan ini
memiliki metabolisme glukosa yang berkurang secara global dibandingkan
kontrol normal perempuan. Sebuah teori menjelaskan bahwa anak-anak
dengan ADHD melakukan mekanisme inhibisinya dengan tidak adekuat.1
e. Faktor Psikososial
ADHD dipengaruhi kemunculan dan keterlanjutannya bisa karena
peristiwa siklik yang memberikan sress dan gangguan keseimbangan
keluarga.
2.4 Klasifikasi
a. ADHD dengan predominan inatensi
Anak memiliki paling sedikit 6 gejala inatensi dan kurang dari 6
gejala hiperaktivitas-impulsivitas. Anak dengan tipe ini kurang cenderung
‘acting out’ atau mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan anak
lainnya. Anak mungkin akan duduk tenang, tetapi tidak memperhatikan apa
yang sedang dikerjakan. Jadi, kemungkinan besar akan tidak disadari oleh
orang tua dan gurunya bahwa ia memiliki ADHD.4,5,6
b. ADHD dengan predominan hiperaktivitas-impulsivitas
Anak memiliki paling tidak 6 gejala hiperaktivitas-impulsivitas dan
kurang dari 6 inatensi.4,5 Anak tidak bisa duduk diam dan banyak berbicara.
Anak dapat berlari, loncat-loncat, atau memanjat dengan konstan. Anak
merasa gelisah dan impulsif (seringkali menyela, mengambil barang dari
orang lain, atau berbicara pada saat yang tidak tepat). Anak sulit menunggu
serta lebih sering mengalami kecelakaan dan cedera daripada anak
lainnya.4,6
5
c. ADHD tipe kombinasi
Anak memiliki 6 atau lebih tanda dan gejala dari ketiga kelompok tersebut.
Ini tipe yang biasanya dimiliki oleh sebagian besar anak dengan ADHD.4,5,6
6
• Berkhayal, mudah menjadi bingung, dan bergerak dengan lamban.
• Seperti tidak mendengar ketika diajak berbicara.
• Pelupa.
2.6 Diagnosis
Perilaku inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas digolongkan ADHD
jika:4
• Berlangsung lebih dari enam bulan.
• Muncul sebelum berusia 7 tahun.
• Terjadi pada lebih dari satu setting (sekolah dan rumah).
• Mengganggu aktivitas sekolah, bermain, dan aktivitas
sehari-hari lainnya secara reguler.
• Menyebabkan masalah dalam hubungannya dengan
orang dewasa dan anak-anak lainnya.
7
Perilaku pada bayi yang dapat digolongkan ADHD diantaranya sangat
sensitif terhadap bunyi, cahaya, suhu, serta perubahan lingkungan lainnya, sangat
aktif dalam buaian, tidurnya sangat sedikit, dan sering menangis. Atau sebaliknya,
tenang dan lemas, tidur berlebihan, dan berkembang sangat lambat pada beberapa
bulan pertama.1
Berdasarkan PPDGJ III, ADHD disebut dengan F90.0 gangguan aktivitas dan
perhatian. Pedoman diagnostik F90.0 gangguan aktivitas dan perhatian sebagai
berikut:
a) Kriteria umum mengenai gangguan hiperkinetik (F90) telah
terpenuhi, tetapi kriteria untuk gangguan tingkah laku (F91) tidak
terpenuhi. Pedoman diagnostik F90 Gangguan Hiperkinetik:
• Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas
berlebihan. Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis
dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di
rumah, di kelas, di klinik).
• Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini
dihentikannya tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum
tuntas selesai. Anak-anak ini seringkali beralih dari satu kegiatan
ke kegiatan lain, rupanya kehilangan minatnya terhadap tugas
yang satu, karena perhatiannya tertarik kepada kegiatan lainnya
(sekalipun kajian laboratorium pada umumnya tidak
menunjukkan adanya derajat gangguan sensorik atau perseptual
yang tidak biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan perhatian
ini seharusnya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi
anak dengan usia atau IQ yang sama.
• Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan,
khususnya dalam situasi yang menuntut keadaan relatif tenang.
Hal ini, tergantung dari situasinya, mencakup anak itu berlari-lari
atau berlompat-lompat sekeliling ruangan, ataupun bangun dari
duduk/ kursi dalam situasi yang mneghendaki anak itu tetap
duduk, terlalu banyak berbicara dan ribut, atau kegugupan/
kegelisahan dan berputar-putar (berbelit-belit). Tolok ukur untuk
8
penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut berlebihan
dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan
dibandingkan dengan anak-anak lain yang sama umur dan nilai
IG-nya. Ciri khas perilaku ini paling nyata di dalam situasi yang
berstruktur dan diatur yang menuntut suatu tingkat sikap
pengendalian diri yang tinggi.
• Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi
suatu diagnosis, namun demikian ia dapat mendukung.
Kecerobohan dalam hubungan-hubungan sosial, kesembronoan
dalam situasi yang berbahaya dan sikap yang secara impulsif
melanggar tata tertib sosial (yang diperlihatkan dengan
mencampuri urusan atau mengganggu kegiatan orang lain,
terlampau cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum
lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar menunggu gilirannya),
kesemuanya merupakan ciri khas dari anak-anak dengan gangguan
ini.
• Gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi dan
haruslah di catat secara terpisah (di bawah F80-89) bila ada;
namun demikian tidak boleh dijadikan bagian dari diagnosis aktual
mengenai gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya.
• Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan
kriteria eksklusi ataupun kriteria inklusi untuk diagnosis utamanya,
tetapi ada tidaknya gejala-gejala itu dijadikan dasar untuk subdivisi
utama dari gangguan tersebut
b) Termasuk: gangguan defisit perhatian dengan hiperaktivitas
9
Berdasarkan DSM V, kriteria ADHD sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kriteria AHDH Berdasarkan DSM V
10
2.7 Diagnosis Banding
Kelompok tempramental yang terdiri atas tingkat aktivitas yang tinggi serta
rentang perhatian yang singkat harus dipertimbangkan. Cara membedakan ciri
temperamental ini dengan gejala utama ADHD sebelum usia 3 tahun sulit dilakukan
terutama karena gambaran sistem saraf yang imatur normal dan adanya tanda
hendaya visual-persepsi-motorik yang tumpang tindih.1,7
Ansietas pada anak harus dievaluasi. Ansietas dapat menyertai ADHD
sebagai gambaran sekunder dan ansietas sendiri dapat ditunjukan dengan
overaktivitas dan mudah teralihnya perhatiannya. Banyak anak dengan ADHD
memiliki depresi sekunder karena frustasi yang berkelanjutan akibat kegagalan
mereka untuk belajar dan rendahnya harga diri karena atensi berkurang.1,7
2.8 Tatalaksana
Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi) dan
konseling (non farmakologi). Terapi lainnya adalah untuk meringankan gejala
ADHD. Pengobatan ADHD merupakan gabungan dari kerjasama antara pemberi
pelayanan kesahatan, orang tua atau pengasuh dengan anak itu sendiri.
a) Terapi Farmakologis
Terdapat tiga obat untuk terapi ADHD yang biasa digunakan di
Amerika Serikat yaitu methylphenidate hydrochloride, dexamphetamine
sulfat, dan atomoxetine. Obat-obatan ini biasanya digunakan untuk anak usia
6 tahun atau lebih, sedangkan dexamphetamine sulfat untuk usia 3 tahun atau
lebih. Medikasi tidak direkomendasikan pada anak usia pre sekolah. Terapi
farmakologis untuk ADHD dibagi dua yaitu obat psikostimulan dan non
psikostimulan.8,9
• Obat Psikostimulan
Obat psikostimulan merupakan obat yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD. Obat ini bekerja dengan meningkatkan dan
menyeimbangkan keadaan neurotransmitter otak sehingga dapat
memperbaiki gejala-gejala inti. Obat ini dapat bekerja dalam jangka
waktu panjang dan jangka waktu pendek. Penggunaan obat
psikostimulan jangka panjang dapat berfungsi 6-12 jam sedangkan
11
jangka pendek kurang lebih 4 jam. Selain itu dosis yang diberikan
berbeda pada tiap anak sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk mendapatkan dosis yang optimal. Contoh obat psikostimulan
diantaranya Amfetamin - dekstroamfetamin, Deksmetilfenidat,
Dekstroamfetamin, Lisdeksamfetamin, dan Metilfenidat. Obat yang
terdapat di Indonesia adalah Metilfenidat dan Dekstroamfetamin.9
Tabel 2.2 Obat-obatan Stimulan untuk Terapi ADHD1
12
Tabel 2.3 Obat-obatan Nonstimulan untuk Terapi ADHD1
• Antidepresan Trisiklik
Penggunaan obat ini diberikan pada gejala behavioral ADHD dan
gangguan hiperkinetik. Penggunaan terapi ini tidak boleh diberikan sebagai
obat rutin untuk terapi ADHD karena obat ini memiliki e1ek samping seperti
anoreksia, letargi, dan insomnia. Obat yang termasuk golongan ini yaitu
imipramine, desipramine, amitriptiline, noretriptiline, dan clomipramine.9
b) Non Farmakologi
• Behavior Therapy
Terapi ini berguna untuk meningkatkan kemampuan pada anak.
Orang tua terlibat langsung dalam terapi, misalnya memberikan penghargaan
terhadap perilaku positif yang ditunjukkan oleh anak. Ketika anak mulai
kehilangan kontrol, orangtua mengambil time out dan menyuruh anak untuk
diam di kursinya sampai ia menjadi tenang. Tujuan terapi ini juga
mengajarkan anak untuk mengenal muatan-muatan emosinya. Terapi juga
mengajarkan orangtua teknik- teknik bersenang-senang dengan anak ADHD
tanpa harus merasa tertekan.7,8
• Social Skills Training
Dalam pelatihan ini anak belajar cara menghargai dan menempatkan
dirinya bersama dengan kelompok bermain. Pelatihan ini juga mengajarkan
13
anak kecakapan bahasa nonverbal melalui isyarat wajah, ekspresi roman,
intonasi suara sehingga anak cepat tanggap dalam berbagai situasi sosial.
Disamping itu anak juga diajarkan untuk belajar mengendalikan impuls,
misalnya dilatih untuk menunggu giliran bermain, berbagi mainan dengan
temannya. Anak diharapkan dapat mengontrol perilaku amarah yang tidak
terkendali.7,8
• Family Support Groups
Merupakan kelompok orangtua yang memiliki anggota keluarga
dengan gangguan ADHD untuk berbagi pengalaman. Kelompok ini juga
saling menyediakan informasi bagi sesama anggotanya, mengundang
pembicara profesional untuk berbagi pengetahuan dalam menghadapi dan
membesarkan anak-anak mereka.7,8
2.9 Prognosis
Perjalanan ADHD bervariasi, ada yang mengalami remisi, dan ada yang
menetap.
• Persisten atau menetap.
Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten hingga masa remaja atau
dewasa.1,2 Gejala akan lebih cenderung menetap jika terdapat riwayat
keluarga, peristiwa negatif dalam hidupnya, komobiditas dengan gejala-
gejala perilaku, depresi dan gangguan cemas. Dalam beberapa kasus,
hiperaktivitasnya akan menghilang, tetapi tetap mengalami inatensi dan
kesulitan mengontrol impuls (tidak hiperaktif, tetapi impulsif dan ceroboh).
Anak rentan dengan penyalahgunaan alkohol dan narkoba, kegagalan
disekolah, sulit mempertahankan pekerjaan, serta pelanggaran hukum.1
• Remisi.
Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang pada
masa remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara usia 12 hingga
20 tahun.
Gejala yang pertama kali memudar adalah hiperaktivitas dan yang
paling terakhir adalah distractibility.1
14
• Remisi total.
Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa remaja dan
dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang memuaskan, dan
memiliki gejala sisa yang sedikit.1
• Remisi parsial.
Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial mudah menjadi
antisosial, mengalami gangguan mood, sulit mempertahankan pekerjaan,
mengalami kegagalan disekolah, melanggar hukum, dan menyalahgunakan
alkohol dan narkoba.1
15
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : SA
Panggilan :S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & Tanggal Lahir/ Umur : Pesisir Selatan & 22 Oktober
2014/ 5 tahun 9 bulan
Status Perkawinan : Belum menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : TK
Pekerjaan : Siswa
Alamat & Telepon : Serantih, Pesisir Selatan & -
16
Kesan pemeriksa/ dokter terhadap keterangan yang diberikannya:
(Dapat dipercaya/ kurang dapat dipercaya)
2. Sebab Utama
Pasien kurang fokus saat belajar dan belum bisa komunikasi dengan
lancar.
17
lancar berbicara dan terkadang tidak nyambung saat diajak
berkomunikasi. Pasien sering menangis dan mengamuk tiba-tiba,
pernah memukul orang lain, serta sulit diarahkan dan diberi
pengertian dalam berperilaku. Pasien tidur dengan kedua orang
tuanya, dengan intensitas tidur cukup. Pasien sudah bisa mandi dan
makan sendiri.
Pasien merupakan anak tunggal dan tinggal bersama kedua
orang tua serta neneknya. Pasien memiliki hubungan baik dengan
setiap keluarga, namun terkadang suka tiba-tiba memukul
keluarganya. Pasien kurang bisa bergaul dengan teman-temannya
karena lebih cenderung sibuk dengan kegiatannya sendiri.
Pasien sudah berobat rutin ke Poliklinik Anak dan Remaja
RSJ Prof. HB Saanin sejak bulan Maret 2020, sekarang merupakan
kunjungan kelima. Saat kunjungan pertama dan kedua, belum
terlihat perubahan dari pasien. Namun setelah kunjungan ketiga,
pasien mengalami perbaikan, di antaranya lebih fokus belajar dan
saat diajak berkomunikasi lebih nyambung.
18
6. Riwayat Keluarga
a. Identitas orang tua/ pengganti
IDENTITAS Orang Tua/ Pengganti Ket
Bapak Ibu
Kewarganegaraan Indonesia Indonesia
Suku bangsa Minangkabau Minangkabau
Agama Islam Islam
Pendidikan Sarjana SMP
Pekerjaan Guru Montir bengkel
Umur 38 tahun 38 tahun
Alamat Serantih, Serantih, Pesisir
Pesisir Selatan Selatan
Hubungan pasien* Akrab Akrab
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Tak peduli Tak peduli
Dan lain-lain - -
19
), Pencemburu ( - ), Egois ( - ), Penakut ( - ), Tak bertanggung
jawab ( - ).
c. Saudara
Jumlah bersaudara 1 orang dan pasien anak ke 1
20
benyak teman (
- ), pemalu ( + ),
perokok berat ( -
), penjudi ( - ),
peminum ( - ),
pecemas ( + ),
penyedih ( - ),
perfeksi ( - ),
dramatisi ( - ),
pencuriga ( - ),
pencemburu ( -
), egois ( - ),
penakut ( + ),
tak bertanggung
jawab ( - )
21
Skema Pedegree
22
Pasien adalah anak yang direncanakan/ diinginkan (ya/
tidak)
Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/ tidak)
d. Toilet training
Umur : 4,5 tahun
Sikap orang tua : (memaksa/ menghargai/ membiarkan)
23
g. Masa sekolah
Perihal TK SD SMP SMA PT
Umur 5 tahun - - - -
Prestasi* Kurang - - - -
Aktifitas Kurang - - - -
sekolah*
Sikap Baik - - - -
terhadap
teman*
Sikap Baik - - - -
terhadap
guru
Kemampuan - - - - -
khusus
(bakat)
Tingkah Baik - - - -
laku
h. Masa remaja:
Pasien masih berusia 5 tahun
i. Riwayat pekerjaan
Pasien belum bekerja
24
serumah dengan mertua ( - ), di asrama ( - ), dan lain-lain (
-)
- Polusi lingkungan: bising ( - ), kotor ( - ), bau ( - ), ramai ( +
), dan lain-lain
25
yang ganjil ( - ), bila bertatap muka dengan
orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - )
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( -
), aktivitas seksual yang berlebihan tanpa
menghiraukan akibat yang merugikan ( - ),
melibatkan dirinya secara berlebihan dalam
aktivitas yang menyenangkan tanpa
menghiraukan kemungkinan yang merugikan
dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya
kebutuhan tidur ( - ), pesimis ( - ), putus asa ( -
), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ), kurang
bersemangat ( - ), rasa rendah diri ( - ),
penurunan aktivitas ( - ), mudah merasa sedih
dan menangis ( - )
Histrionik Dramatisasi ( - ), selalu berusaha menarik
perhatian bagi dirinya ( - ), mendambakan
rangsangan aktivitas yang menggairahkan ( - ),
bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele ( -
), egosentris ( - ), suka menuntut ( - ), dependen
( - ), dan lain-lain
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan
dirinya ( - ), preokupasi dengan fantasi tentang
sukses, kekuasaan, dan kecantikan ( - ),
ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian
dan pujian yang terus menerus ( - ), hubungan
interpersonal yang eksploitatif ( - ), merasa
marah, malu, terhina dan rendah diri bila
dikritik ( - ), dan lain-lain
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain ( - ),
sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan
berlangsung terus menerus ( - ), tidak mampu
mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat
26
dari pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-
norma, peraturan dan kewajiban sosial ( - ),
tidak mampu memelihara suatu hubungan agar
berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ),
agresivitas ( - ), impulsif ( - ), sering berbohong
( - ), sangat cenderung menyalahkan orang lain
atau menawarkan rasionalisasi yang masuk
akal ( - ), untuk perilaku yang membuat pasien
konflik dengan masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam
dan tidak stabil ( - ), kurangnya pengendalian
terhadap kemarahan ( - ), gangguan identitas (
- ), afek yang tidak mantap ( - ), tidak tahan
untuk berada sendirian ( - ), tindakan
mencederai diri sendiri ( - ), rasa bosan kronik
( - ), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut pervasif ( - ), merasa
dirinya tidak mampu, tidak menarik atau lebih
rendah dari orang lain ( - ), kengganan untuk
terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin
disukai ( - ), preokupasi yang berlebihan
terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
sosial ( - ), menghindari aktivitas social atau
pekerjaan yang banyak melibatkan kontak
interpersonal karena takut dikritik, tidak
didukung atau ditolak
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati berlebihan (
- ), preokupasi pada hal-hal yang rinci (details),
peraturan, daftar, urutan, organisasi dan jadwal
( -), perfeksionisme ( - ), ketelitian yang
berlebihan ( - ), kaku dan keras kepala ( - ),
pengabdian yang berlebihan terhadap
27
pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan
interpersonal ( - ), pemaksaan yang berlebihan
agar orang lain mengikuti persis caranya
mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan yang
berlebihan pada kebiasaan social ( - ), dan lain-
lain
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat
keputusan sehari-hari tanpa nasehat dan
masukan dari orang lain ( + ), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab
pada banyak hal dalam hidupnya ( - ), perasaan
tidak enak atau tidak berdaya apabila
sendirian, karena ketakutan yang dibesar-
besarkan tentang ketidakmampuan mengurus
diri sendiri ( - ), takut ditinggalkan oleh orang
yang dekat dengannya ( - )
28
dewasa ( - ), menopause ( - ), memasuki usia 50 tahun ( - ), menderita
penyakit fisik yang parah ( - ), kecelakaan ( - ), pembedahan ( - ),
abortus ( - ), hubungan yang buruk antar orang tua ( - ), terdapatnya
gangguan fisik atau mental dalam keluarga ( - ), cara pendidikan
anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau kakek nenek ( - ), sikap
orang tua yang acuh tak acuh pada anak ( - ), sikap orang tua yang
kasar atau keras terhadap anak ( - ), campur tangan atau perhatian
yang lebih dari orang tua terhadap anak ( - ), orang tua yang jarang
berada di rumah ( - ), terdapat istri lain ( - ), sikap atau kontrol yang
tidak konsisten ( - ), kontrol yang tidak cukup ( - ), kurang stimulasi
kognitif dan sosial ( - ), bencana alam ( - ), amukan masa ( - ),
diskriminasi sosial ( - ), perkosaan ( - ), tugas militer ( - ), kehamilan
( - ), melahirkan di luar perkawinan ( - ), dan lain-lain
9. Pernah suicide
Tidak pernah ada keinginan bunuh diri
29
13. Persepsi dan harapan pasien
Pasien sulit dianamnesis karena masih anak-anak dan bergerak aktif
kesana kemari.
30
III. STATUS INTERNUS
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tekanan Darah : tidak diperiksa
4. Nadi : teraba, kuat angkat, teratur, frekuensi 90
x/menit
5. Nafas : pernapasan abdominotorakal, simetris kiri
dan kanan, frekuensi 20 x/menit
6. Suhu : 36,5°C
7. Tinggi Badan : 135 cm
8. Berat Badan : 20 kg
9. Status Gizi : Gizi baik
10. Sistem Kardiovaskuler : bunyi jantung reguler, murmur (-), gallop (-
)
11. Sistem Respiratorik : suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing
(-)
12. Kelainan Khusus : tidak ditemukan
31
i. Refleks : bisep (++/++), trisep (++/++) KPR (++/++),
APR (++/++), babinsky (-/-), hoffmann-
tromner (-/-)
V. STATUS MENTAL
(Pemeriksaan tanggal 14 Agustus 2020)
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran/ sensorium: composmentis ( + ), somnolen ( - ), stupor ( - ),
kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ), delirium ( - ), kesadaran
berubah ( - ), dan lain-lain
2. Penampilan
a. Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku ( -
), gelisah ( - ), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( - ),
berpakaian sesuai gender ( + )
b. Cara berpakaian: rapi ( + ), biasa ( - ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi ( + ), kotor ( - ), kesan ( dapat/ tidak dapat mengurus diri)*
c. Kesehatan fisik: sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), sebentar (
+ ), lama ( - )
4. Sikap
Kooperatif ( + ),penuh perhatian ( - ), berterus terang ( - ), menggoda ( - ),
bermusuhan ( - ), suka main-main ( + ), berusaha supaya disayangi ( - ),
selalu menghindar ( - ), berhati-hati ( - ), dependen ( - ), infantil ( - ),
curiga ( - ), pasif (-), dan lain-lain.
32
b. Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik (
- ), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas ( - ),
negativism ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerism ( - ), otomatisme
( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi psikomotor ( - ),
hiperaktivitas/ hiperkinesis ( + ), tik ( - ), somnabulisme ( - ), akathisia
( - ), kompulsi ( - ), ataksia ( - ), hipoaktivitas ( - ), mimikri ( - ),
agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ), chorea ( - ),
dystonia ( - ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( - ), diskinesia ( - ), convulsi
( - ), seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage ( - )
C. Emosi
Hidup emosi*: stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/ tidak
adekuat), echt/ unecht, dalam/ dangkal, skala diferensiasi (sempit/ luas),
arus emosi (biasa/ lambat/ cepat).
a. Afek
Afek appropriate/ serasi ( + ), afek in-appropriate/ tidak serasi ( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( - ).
33
b. Mood
Mood eutimik ( + ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap (expansive
mood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing mood) ( - ),
mood meninggi (elevated mood/ hipertim) ( - ), euforia ( - ), ectasy ( - ),
mood depresi (hipotim) ( - ), anhedonia ( - ), dukacita ( - ), aleksitimia ( - ),
elasi ( - ), hipomania ( - ), mania ( - ), melankolia ( - ), La belle indifference
( -), tidak ada harapan ( - ).
c. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ), tension
(ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ), abreaksional ( - ),
rasa malu ( - ), rasa berdosa/ bersalah ( - ), kontrol impuls ( - ).
34
), derailment ( - ), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking ( - ),
glossolalia ( - ).
E. Persepsi
a. Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
halusinasi auditorik ( - ), halusinasi visual ( - ), halusinasi olfaktorik ( - ),
halusinasi gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ),
halusinasi liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang
tidak sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
b. Ilusi ( - )
c. Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
35
F. Mimpi dan Fantasi
a. Mimpi : -
b. Fantasi : -
H. Discriminative Insight*
a. Derajat I (penyangkalan)
b. Derajat II (ambigu)
c. Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
d. Derajat IV (sadar, tidak mengetahui penyebab)
e. Derajat V (tilikan intelektual)
f. Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
I. Discriminative Judgmenet
Judgment tes : tidak terganggu
Judgment sosial : tidak terganggu
36
VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
KHUSUS LAINNYA
Tes IQ
37
ada waham, persepsi tidak ada halusinasi. Namun pasien mengalami gangguan
atensi/perhatian. Discriminative insight pasien derajat II, dan discrimintaive
judgement tidak terganggu. Pada pemeriksaan internus dan neurologis tidak
terdapat kelainan.
X. DIAGNOSIS BANDING
F.70 Retardasi Mental
XII. PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi: (puyer, 1x sehari)
a. Haloperidol 0,5 mg
b. THP 0,5 mg
c. Diazepam 1 mg
d. Vitamin B6 1/2 tab
c. Asam folat 1/2 tab
2. Psikoterapi
a. Psikoterapi suportif
Memberikan penghargaan positif kepada anak apabila anak sudah
bertingkah laku secara positif. Ketika anak mulai kehilangan kontrol, orangtua
38
mengambil time out dan menyuruh anak untuk diam di kursinya sampai ia menjadi
tenang. Tujuan terapi ini juga mengajarkan anak untuk mengenal muatanmuatan
emosinya.
b. Psikoedukasi
Memberikan edukasi kepada orang tua terutama daalam menghadapi anak
dengan ADHD. Bentuk pemberian informasi dapat dilakukan antara psikiaterorang
tua, atau dengan membentuk sebuah kelompok kecil yang terdiri dari orang tua
dengan anak ADHD. Dalam forum tersebut dapat dilakukan diskusi dan sharing
informasi dengan sesama orang tua dibantu dengan psikiater untuk menambahkan
informasi dari segi medis.
XIII. PROGNOSIS
1. Quo et vitam : bonam
2. Quo et fungsionam : bonam
3. Quo et sanctionam : dubia ad bonam
39
BAB IV
DISKUSI
Telah datang seorang pasien perempuan usia 5 tahun ke poliklinik anak dan
remaja RSJ HB Saanin Padang pada tanggal 14 Agustus 2020 dengan sebab utama
kontrol ulang untuk konsultasi dan tambah obat. Pasien datang bersama ibu pasien.
Keluhan pasien adalah kurang fokus saat kegiatan sehari-hari di rumah. Diagnosis
pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status psikiatri yang
didasarkan pada PPDGJ III. Berdasarkan anamnesis secara alloanamnesis dan
pemeriksaan psikiatri didapatkan pasien kurang fokus dan konsentrasi terganggu.
Kurang fokus ini sudah didapatkan semenjak satu tahun yang lalu, namun tidak
menjadi pikiran bagi orang tua pasien karna menganggap hal biasa pada anak-anak.
Pasien juga tidak bisa belajar dalam waktu yang lama dan mudah merasa bosan.
Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan tersebut pasien didiagnosis
denganAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (GPPH).
Terapi yang diberikan kepada pasien adalah psikofarmaka dan psikoterapi.
Diberikan Haloperidol 0,5 mg untuk antipsikotik tipikal bekerja dengan memblokir
reseptor dopamin postsinaptik. Thrihexyphenidyl 0,5 mg untuk membantu
mengurangi kekakuan otot dan mengontrol fungsi otot. Dizepam 1 mg untuk obat
anti kejang. Vitamin B6 10 mg 1/2 tab, untuk menjaga fungsi sistem saraf, jantung,
dan otot agar bekerja dengan baik. Asam folat 0,4 mg ½ tab berfungsi sebagai
memproduksi dan mempertahankan sel-sel baru.
Terapi psikologi berupa psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Terapi yang
dapat diberikan adalah Behavior Therapy.yang berguna untuk meningkatkan
kemampuan pada anak. Orang tua terlibat langsung dalam terapi, misalnya
memberikan penghargaan terhadap perilaku positif yang ditunjukkan oleh anak.
Social Skills Training, pelatihan dimana anak belajar cara menghargai dan
menempatkan dirinya bersama dengan kelompok bermain. Pelatihan ini juga
mengajarkan anak kecakapan bahasa nonverbal melalui isyarat wajah, ekspresi
roman, intonasi suara sehingga anak cepat tanggap dalam berbagai situasi sosial. Di
samping itu anak juga diajarkan untuk belajar mengendalikan impuls, misalnya
40
dilatih untuk menunggu giliran bermain, berbagi mainan dengan temannya. Anak
diharapkan dapat mengontrol perilaku amarah yang tidak terkendali. Family Support
Groups, merupakan kelompok orangtua yang memiliki anggota keluarga dengan
gangguan ADHD untuk berbagi pengalaman. Kelompok ini juga saling
menyediakan informasi bagi sesama anggotanya, mengundang pembicara
profesional untuk berbagi pengetahuan dalam menghadapi dan membesarkan anak-
anak mereka.7,8
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock B, Sadock V. Buku ajar psikiatri klinis Kaplan dan sadock. Edisi 2.
Jakarta: EGC. 2015.
2. Wiguna T. gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
dalam: Wlvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. 441-454.
3. Theodorus, Prilly. Terapi psikososial pada anak dengan ADHD. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. 2016.
4. Attention-deficit/ hyperactivity disorder (ADHD) in Children by
MayoClinic Staff, diunduh pada tanggal 16/08/2020 pada pukul 14.25 dari
http://www.mayoclinic.com/health/adhd/DS00275
5. Attention deficit hyperactivity disorder oleh Davis Zieve dan Fred K. Berger
diunduh pada tanggal 16/08/2020 pada pukul 14.30 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002518
6. Facts about ADHD diunduh pada tanggal 16/08/2020 pada pukul 15.00 dari
http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/facts.html
7. Cunningham, Natoshia, Jensen, Peter. Attention-deficit hyperactivity
disorder dalam: Kliegman RM, Behman RE, Jenson HB, Stanton BF.
Nelson textbook of pediatrics. Edisi 19. Philadelphia: Saunders Elsevier.
2011.
8. Australian Psychological Society. 2018. ADHD (Attention deficit
hyperactivity disorder in children. The Australian psychological society
limited. https://www.psychology.org.au/for-the-public/Psychology-
Topics/ADHD-in-children
9. Ahuja, Niraj. A short textbook of psychiatry. Edisi 7. Jaypee Brothers
Medical Publushers. 2011.
42
LAMPIRAN
43
Syifa kalau dingin pakai Pakai jaket Judgement tidak
apa? terganggu
Syifa bisa menulis dan (awalnya malu, lalu Psikomotor aktif
menggambar? Coba tulis akhirnya menggambar
dan gambar sesuai tapi hanya sebentar)
keinginan Syifa
44