(ADHD)
1. Nur Faizah
2. Rahmad Joko P
3. Eka Arief J
4. Candra Adi K
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak saat itu hipotesis lain telah diajukan untuk menjelaskan asal
gangguan, seperti kondisi dengan dasar genetik yang mencerminkan
tingkat kesadaran yang abnormal dan kemampuan yang buruk untuk
memodulasi emosi. Teori tersebut pada awalnya didukung oleh
pengamatan bahwa medikasi stimulan membantu menghasilkan atensi
yang bertahan dan memperbaiki kemampuan anak untuk memusatkan
perhatian pada tugas yang diberikan. Sekarang ini, tidak ada faktor
tunggal yang dianggap menyebabkan gangguan, walaupun banyak
variabel lingkungan dapat menyebabkannya dan banyak gambaran klinis
yang dapat diramalkan adalah berhubungan dengannya.
1
Gangguan Jiwa III, 1993) adalah suatu diagnosis untuk pola perilaku anak
yang berlangsung dlam jangka waktu paling sedikit 6 bulan, dimulai sejak
berusia sekitar 7 tahun, yang menunjukkan sejumlah gejala
ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian atau sejumlah gejala
perilaku hiperaktif-impulsif, atau kedua-duanya.
Para ahli percaya bahwa setidaknya tiga dari seratus anak usia 4-
14 tahun menderita ADHD. Orang dewasa juga terpengaruh oleh ADHD,
tetapi kerusakan yang ditimbulkan terhadap kehidupan anak sering kali
jauh lebih besar karena efeknya terhadap keluarga, teman sekelas dan
guru. ADHD dapat menyebabkan anak-anak tidak punya teman, sering
membuat kekacauan di rumah dan sekolah dan tidak mampu
menyelesaikan pekerjaan rumah mereka.
B. Rumusan Masalah
2
5. Apa macam etiologi gangguan ADHD?
6. Bagaimana perjalanan penyakit ADHD?
7. Bagaimana penatalaksanaan gangguan ADHD?
8. Apa prognosis dari gangguan ADHD?
9. Bagaimana contoh kasus dari gangguan ADHD?
10. Apa saja diagnosis banding dari gangguan ADHD?
C. Tujuan
Berikut merupakan tujuan dari penyusunan makalah:
1. Untuk mengetahui gambaran klinis dari gangguan ADHD.
2. Untuk mengetahui epidemiologi gangguan ADHD.
3. Untuk mengetahui diagnosis gangguan ADHD.
4. Untuk mengetahui tipe (klasifikasi) gangguan ADHD.
5. Untuk mengetahui etiologi gangguan ADHD.
6. Untuk mengetahui perjalanan penyakit ADHD.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan ADHD.
8. Untuk mengetahui prognosis dari gangguan ADHD.
9. Untuk mengetahui contoh kasus dari gangguan ADHD.
10. Untuk mengetahui diagnosis banding dari gangguan ADHD.
D. Metode Penyusunan
Makalah ini disusun melalui studi literatur dengan menggunakan
beberapa buku dan informasi yang di dapat dari internet.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage
(Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak /
aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia
sekolah menderita ADHD.
5
1. Lobus Frontal
6
dengan kelebihan Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan
kejadian hiperaktivitas yang menyertai kemampuan verbal dan
performance rendah. Masalah kesulitan memusatkan perhatian dan
kesulitan belajar juga diakibatkan adanya cacat genetik. Pada anak
perempuan dengan kromosom 45, XO juga menunjukkan kesulitan
memusatkan perhatian dan kesulitan menulis dan menggambar
ulang.
b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
7
disebabkan oleh beberapa sistem yang berbeda tetapi memiliki
hubungan yang erat. Sistem tersebut memiliki peran yang berbeda
terhadap metabolisme dopamin atau norepinefrin. Meskipun
berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi kimiawi berbeda,
mekanisme kerja obat tersebut sama baik dengan dopaminerjik
ataupun norepinefrinerjik. Norepinefrin dan dopamin adalah poten
agonis pada reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen reseptor
dopamin D4 (DRD 4) sampai saat ini telah dianggap sebagai
penyebab gangguan ini ( Landau et al., 1997 ; Biederman, 2000)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas
disebabkan oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah
dari ibu, dan pengaturan perilaku yang buruk pada anak timbul dari
manjemen pengasuhan orangtua yang buruk.
Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh faktor
lingkungan terhadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi
berlebihan oleh orangtua pada waktu mengasuh anak dan masalah
psikologis yang terjadi pada orngtua.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai
penyebab ADHD. Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan
reaksi alergi. Akan tetapi berbagai penelitian terhadap faktor
tersebut belum ada yang menunjukkan bukti adanya hubungan
yang bermakna antara faktor tersebut dengan ADHD.
2. Faktor Predisposisi
a. Teori Psikodonamika
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD
adalah tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum
8
membedakan diri dengan ibunya. Perkembangan ego mundur,
dan dimanifestasikan perilaku impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori Biologia
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf
pusat (SSP), seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral
palsi, epilepsi, dan perilaku-perilaku neurologis yang
menyimpang lainnya, disebut sebagai faktor predisposisi.
Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau semrawut serta
penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan
faktor-faktor predisposisi pada beberapa kasus.
c. Teori Dinamika Keluarga
Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan
pasangan disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada
anak, dimana perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-
pola dari gangguan fungsi system.
2.1.4 Klasifikasi
1. Tipe ADHD Gabungan
Untuk mengetahui ADHD tipe ini dapat didiagnosis atau
dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk
perhatian, ditambah paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk
hiperaktivitas impulsifitas. Munculnya enam gejala tersebut
berkali-kali sampai dengan tingkat yang signifikan disertai
adanya beberapa bukti, antara lain sebagai berikut :
a. Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai
usia 7 tahun.
b. Gejala-gejala diwujudkan pada paling sedikit dua seting
yang berbeda.
c. Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang
signifikan dalam kemampuan akademik.
9
d. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh
kondisi psikologi atau psikiatri lainnya.
10
rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka,
sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang
berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi,
potensial–potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat
penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk
kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian
mereka yang buruk serta impulsivitas.
2.1.6 Manifestasi Klinis
11
e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak
memahami perintah
f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas /
aktivitasnya
g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas
yang menuntut ketahanan mental
h. Sering kehilangan barang
i. Perhatiannya mudah beralih
j. Pelupa
2. Hiperaktivitas
12
3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif
2.1.7 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan
penyakit ansietas
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca
dan mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas
konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali perilaku
agresif dan kata-kata yang diungkapkan)
13
4. IQ rendah / kesulitan belajar (anak tidak duduk tenang dan
belajar)
5. Resiko kecelakaan (karena impulsivitas)
6. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya
(perilakunya membuat anak-anak lainnya marah)
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan
diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami
hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-
gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram
mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit
neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini
mempunyai makna yang tidak pasti. Menurut Doenges et. al (2007)
pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan ADHD
antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memperberat masalah.
2. Tes Neurologist (misalnya EEG, CT Scan) menentukan adanya
gangguan otak organik
3. Tes Psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan
ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak
tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan
perkembangan bahasa
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala
fisik (misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala
alergi lain, infeksi SSP)
14
adanya Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
pada anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas
indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada
kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PADU,
pengelola TPA, dan guru TK.Keluhan tersebutdapat berupa salah satu
atau lebih keadaan di bawah ini :
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
15
kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap
dalam 2 hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) Amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi
keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk
mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
c. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan
pantay peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat
berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.
Kebanyakan obat yang digunakan dalam menangani ADHD aman
jika mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini mempunyai toleransi
tinggi dan sedikit efek samping. Bagi beberapa anak, pengobatan
akan menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum setelah si anak
makan, akan banyak mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak
yang menggunakan obat untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan
badan yang diluar batas normal. Hubungi dokter anda jika
pertumbuhan si anak terlambat.
16
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
perhatian, termasuk dalam kemampuan membedakan reward segera
dengan keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang
(Barkley, 1998).
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Yiming, C. (2006). Living with ADHD. Singapore : Marshall Cavendish
Editions
20