Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN ADHD

(ATTENTION DEFICIT HYPERCTIVITY DISORDER) PADA ANAK

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

Rissa Sintya Mahera (NPM.2026010069.P)


Septi Nurwidiarti (NPM.2026010068.P)
Winda Ayu Febriani (NPM.2026010033.P)
Yezi Silvia (NPM.2026010031.P)

SEMESTER : 2 (DUA) KONVERSI


MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK II

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI KEPERAWATAN KONVERSI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga anggota kelompok 3 dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Makalah Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan ADHD
(Attention Deficit Hiperractivity Disorder) pada Anak” tepat pada waktunya.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas kelompok dan
mahasiswa/i dapat menambah wawasan mengenai materi ini.

Anggota Kelompok 3 menyadari dalam penyusunan makalah ini masih


banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun teori yang mendasar. Untuk
itu penulis berharap mendapatkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak demi menyempurnakan makalah ini. Akhir kata kelompok berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Curup , 29 April 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fase pertumbuhan dan perkembangan merupakan fase terpenting pada
manusia, khususnya pada anak usia dini. Pertumbuhan dan perkembangan
pada anak mempengaruhi bagaimana seorang anak tersebut ketika mencapai
dewasa baik dari segi mental, fisik, maupun kecerdasaannya. Tentunya tidak
semua anak mengalami perkembangan yang normal, bisa saja ada yang
mengalami gangguan perkembangan. Salah satu gangguan perkembangan
yang sering dialami pada anak usia dini adalah ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder). ADHD merupakan gangguan motorik yang bisa
membuat seseorang sulit dalam memperhatikan atau konsentrasi dan
berperilaku yang berlebihan. (Fadila, et al. 2016)
Pada umumnya yang lebih banyak teridentifikasi terkena ADHD
adalah laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio 2:1 pada anak kecil
dan 1,6 : 1 pada orang dewasa, dan berdasarkan hasil survei populasi
ditunjukkan bahwa ADHD 5% terjadi pada anak kecil dan 2,5% pada orang
dewasa. ADHD diperkirakan 5-10% mempengaruhi anak usia sekolah dan 3-
5% mempengaruhi orang dewasa berdasarkan kriteria diagnostik yang
digunakan.
Di Indonesia belum ada data yang akurat mengenai jumlah anak
ADHD. Namun, berdasarkan survei yang dilakukan, angka kejadian anak
ADHD pada populasi 3 anak Sekolah Dasar yaitu 16,3% (sekitar 3,5 juta)
dari total populasi 25,85 juta anak. Berdasarkan jumlah tersebut, 30%-80%
diagnosis menetap hingga usia remaja dan 65% hingga usia dewasa.
Penanganan kasus ADHD pada umumnya menggunakan terapi farmakologi
sebagai terapi utama. Namun, terapi tersebut tidak disarankan sebagai terapi
tunggal karena dalam jangka panjang dapat menyebabkan kecanduan bahkan
ketergantungan obat sampai ia dewasa.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai penambah pengetahuan tentang ADHD. Selain itu
juga, tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Mengetahui definisi dari ADHD


2. Mengetahui patofisiologis dari ADHD
3. Mengetahui asuhan keperawatan ADHD pada anak

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis
mengenai materi ADHD pada anak.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi institusi pendidikan dalam proses belajar mengajar
dan memberikan sumbangan pikiran yang kiranya dapat berguna sebagai
informasi awal tentang asuhan keperawatan pada klien dengan ADHD
pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi ADHD
Attention Deficit Hyperctivity Disorde (ADHD) adalah gangguan
perilaku neurobiologis yang ditandai dengan tingkat inatensi yang
berkembang tidak sesuai dan bersifat kronis dan dalam beberapa kasus
disertai hiperaktivitas. ADHD merupakan gangguan biokimia kronis dan
perkembangan neurologis yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
mengatur dan mencegah perilaku serta mempertahankan perhatian pada suatu
tugas. Inefisiensi neurologis pada area otak yang mengontrol impuls dan pada
pusat pengambilan keputusan (regulasi dan manajemen diri).
Dengan demikian Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
dapat disimpulkan sebagai gangguan aktivitas dan perhatian (gangguan
hiperkinetik) adalah suatu gangguan psikiatrik yang cukup banyak ditemukan
dengan gejala utama inatensi (kurangnya perhatian), hiperaktivitas, dan
impulsivitas (bertindak tanpa dipikir) yang tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan anak, remaja, atau orang dewasa.

B. Patofisiologi ADHD
Faktor genetik dan lingkungan berkontribusi pada ADHD, "sifat dan
pengasuhan." Studi kembar mengkonfirmasi hubungan genetik sebagai
kembar monozigot menunjukkan tingkat konkordansi 55% hingga 90% untuk
ADHD. Studi terbaru menggambarkan ADHD sebagai gangguan poligenik
yang melibatkan beberapa gen yang menentukan tingkat keparahan gejala.
ADHD mungkin paling baik dilihat sebagai ekstrim dari perilaku yang
bervariasi secara genetis di seluruh populasi pada suatu kontinum. Tidak ada
pemindaian otak atau tes darah yang menegaskan ADHD, bagaimanapun
korteks prefrontal kanan, berekor nukleus, dan globus pallidus biasanya lebih
kecil, yang menunjukkan kurangnya konektivitas dari wilayah otak utama
yang memodulasi perhatian, pemprosesan stimulus, dan impulsivitas.
Neurotransmitter dopamine (DA) dan norepinefrin (NE) terlibat
dalam patofisiologi ADHD. Dopamin adalah neurotransmiter yang terlibat
dalam hadiah, pengambilan risiko, impulsivitas, dan suasana hati.
Norepinefrin memodulasi perhatian, gairah, dan suasana hati. Studi otak pada
individu dengan ADHD menunjukkan adanya defek pada gen reseptor
dopamin reseptor D4 (DRD4) dan overekspresi dopamin transporter-1
(DAT1). Reseptor DRD4 menggunakan DA dan NE untuk memodulasi
perhatian dan respons terhadap lingkungan seseorang. Protein transporter
DAT1 atau dopamin mengambil DA/NE ke terminal saraf presinaptik
sehingga mungkin tidak memiliki interaksi yang cukup dengan reseptor
postsinaptik. Implikasi dari temuan reseptor terbatas ini memerlukan
penelitian lebih lanjut, namun, tampaknya jelas bahwa dopamin dan
norepinefrin terlibat dalam patofisiologi ADHD.
Protein transporter DAT1 atau dopamin mengambil DA/NE ke
terminal saraf presinaptik sehingga mungkin tidak memiliki interaksi yang
cukup dengan reseptor postsinaptik. Implikasi dari temuan reseptor terbatas
ini memerlukan penelitian lebih lanjut, namun, tampaknya jelas bahwa
dopamin dan norepinefrin terlibat dalam patofisiologi ADHD. Meskipun
bukan penyebab utama, faktor kesulitan lingkungan keluarga (misalnya stres
psikososial tingkat tinggi, gangguan mental ibu, kriminalitas ayah, status
sosial ekonomi rendah, asuh) telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat
ADHD juga. Penyebab diet tidak mungkin, meskipun diet sehat secara
keseluruhan yang meliputi biji-bijian utuh, 5 porsi atau lebih buah dan / atau
sayuran, dan protein dengan gula olahan minimal, seperti yang
direkomendasikan oleh American Dietetic Association, dapat menghilangkan
diet sebagai faktor yang berkontribusi.
Patofisiologi yang tepat dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) tidak jelas. Dengan ini dikatakan, beberapa mekanisme telah
diusulkan sebagai faktor yang terkait dengan kondisi tersebut. Ini termasuk
kelainan pada fungsi neurotransmitter, struktur otak dan fungsi kognitif.
Meskipun masih belum diketahui apakah mekanisme ini menyebabkan atau
merupakan konsekuensi dari kondisi tersebut, mereka tampaknya terkait
dengan patofisiologi ADHD dan jelas pada individu yang terkena. Peran
mereka mungkin dibahas secara lebih rinci di bawah ini.
1. Neurotransmitter
Karena kemanjuran obat seperti psikostimulan dan tricyclics
noradrenergik dalam pengobatan ADHD, neurotransmiter seperti
dopamin dan noradrenalin telah disarankan sebagai pemain kunci dalam
patofisiologi ADHD. Obat-obatan ini bekerja untuk mengurangi gejala
ADHD dengan membantu memfasilitasi pelepasan dan fungsi
neurotransmitter dopamine atau noradrenalin. Untuk alasan ini,
kekurangan dalam transmisi saraf mungkin terkait dengan patofisiologi
dan gejala ADHD. Penelitian lain yang didasarkan pada orang dewasa
dengan ADHD juga mendukung teori keterlibatan neurotransmitter.
Aktivitas dopamin yang depresi telah dikaitkan dengan kondisi ini, dan
telah diidentifikasi pada individu yang terkena dengan penggunaan
pemindaian transmisi elektron positif (PET).
2. Struktur Otak
Daerah frontal dan prefrontal otak, serta mungkin lobus parietal
dan otak kecil, dianggap terkait dengan ADHD. Area struktural ini telah
diidentifikasi dengan magnetic resonance imaging (MRI), karena
beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan ADHD
cenderung telah mengubah aktivasi otak ketika melakukan tugas-tugas
tertentu. Deformasi inti basal ganglia pada anak-anak dengan ADHD
juga dapat dilibatkan. Secara umum, anak-anak dengan deformasi yang
lebih parah cenderung memiliki gejala yang lebih buruk. Teori ini
mungkin didukung oleh kemanjuran obat stimulan dalam mengobati
ADHD, yang dapat membantu mengurangi deformasi. Selain itu,
beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih
hiperaktif atau impulsif memiliki tingkat penipisan kortikal yang lebih
lambat di otak, yang paling jelas di daerah prefrontal otak. Ini adalah
karakteristik dari ADHD sepanjang masa remaja.
3. Fungsi kognitif
ADHD juga terkait dengan beberapa defisit neurofisiologis dan
kelainan pada fungsi kognitif. Defisit ini biasanya dapat dilihat di otak
yang beristirahat tetapi aktivitas Default-Mode-Network (DMN)
mungkin terlibat, yang merupakan kunci di wilayah otak yang digunakan
untuk memproses tugas. Akibatnya, individu yang terkena cenderung
mengalami kesulitan dalam mengatur dan mempertahankan perhatian.
Kontrol eksekutif top-down kognitif dianggap membantu memantau
memori, fleksibilitas kognitif dan penghambatan. Ini sangat penting
ketika individu melakukan tugas-tugas kompleks yang memiliki tuntutan
adaptasi dan usaha yang tinggi. Kelainan fungsi sistem ini dapat terlihat
pada pasien dengan ADHD dan mengarah ke gejala-gejala yang khas dari
kondisi tersebut. Ini mungkin termasuk waktu reaksi lambat atau variabel
ketika melakukan tugas-tugas tertentu dan peningkatan jumlah kesalahan
yang dibuat.

C. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
a) Identitas Klien :
Meliputi: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur, agama,
alamat, penanggung jawab, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama :
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya
bergerak terus.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Orang tua atau pengasuh melihat tanda-tanda awal dari ADHD :
- Anak tidak bisa duduk tenang
- Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal Lelah
- Perubahan suasana hati yang mendadak.
d) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tanyakan pada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera
otak.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
f) Riwayat Psiko, Sosio, dan Spiritual
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan
membina hubungan dengan teman sebayanya karena hiperaktivitas dan
impulsvitas.
g) Riwayat Tumbuh Kembang.
- Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alkohol, atau
obat-obatan selama kehamilan.
- Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama
persalinan, lahir premature, berat badan lahir (BBLR).
- Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan
imunisasi atau tidak.
h) Riwayat Imunisasi.
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
- Usia <7hari anak mendapat imunisasi hepatitis B.
- Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio 1.
- Usia 2 bulan anal mendapat imunisasi DPT/HB 1 dan Polio 2.
- Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3.
- Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4.
- Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak.
i) Activity daily living (ADL) :
- Nutrisi
Anak nafsu makannya berkurang (anorexia).
- Aktivitas.
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan.
- Eliminasi.
Anak tidak mengalami gangguan dalam eliminasi.
- Istirahat tidur.
Anak mengalami gangguan tidur.
- Personal Hygine.
Anak kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan sulit
diatur.

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention


Deficit Hyperctivity Disorde (ADHD) antara lain:
1. Pengkajian riwayat penyakit
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau day care.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan
yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku
overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu
sebagian besar tidak berhasil.
2. Penampilan umum dan perilaku motoric
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta
bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada
apa yang telah dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke
topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap
perkembangannya
3. Mood dan Afek
a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper
tantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan
4. Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap
perkembangan
5. Sensorium dan proses intelektual
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2
atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab,
saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada
pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuatu.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang
yang mampu menyelesaikan tugas
6. Penilaian dan daya tilik diri
a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang
buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang
tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak
kecil.
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai
jika dibandingkan dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari
sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang
menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan
kurang teman dengan perilaku mereka sendiri
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai
banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di
rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka
buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh.
8. Peran dan hubungan
a. Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun
sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala
dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang
didiagnosis dan diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak
terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak
barang-barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara
fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat
duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur
juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan interaksi social b.d perubahan neurologis
b. Risiko cedera b.d hiperaktivitas dan perilaku impulsive
c. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
d. Koping tidak efektif b.d ketidakadekuatan strategi koping

3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)

1. Gangguan interaksi Setelah dilakukan tindakan Modifikasi perilaku keterampilan


social b.d perubahan keperawatan selama 3x24 jam social
neurologis dan diharapkan interaksi social
Observasi
perilaku impulsive. meningkat dengan kriteria
hasil: 1. identifikasi penyebab
Ditandai dengan:
kurangnya keterampilan
1. perasaan nyaman dengan
Ds: social
situasi social
2. identifikasi focus pelatihan
- Merasa tidak 2. perasaan mudah menerima
nyaman dengan atau mengkominukasikan
situasi social perasaan meningkat keterampilan social
- Merasa sulit 3. responsif pada orang lain
Terapeutik
menerima atau meningkat
mengkomunikas 4. perilaku sesuai usia 3. motivasi untuk berlatih
ikan perasaan meningkat keterampilan social
4. beri umpan balik positif
Do:
(mis.pujian) terhadap
- kurang kemampuan sosialisasi
responsive atau 5. libatkan kelaurga selama
tertarik pada latihan keterampian social,
orang lain jika perlu.
- kontak mata
Edukasi
kurang
- tidak kooperatif 6. jelaskan tujaun melatih
dalam bermain keterampilan social
dengan teman 7. anjurkan mengevalusai
sebaya pencapaian setiap interaksi
8. edukasi keluarga untuk
dukungan keterampialn social
9. latih keterampilan social
secraa bertahap

2. Risiko cedera b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen keselamatan


hiperaktivitas dan keperawatan selama 3x24 jam lingkungan.
perilaku impulsive. diharapkan tingkat cedera
Observasi
menurun dengan kriteria hasil:
Ditandai dengan:
1. Identifikasi kebutuhan
1. Kejadian cedera menurun
Ds: keselamatan (mis. Kondisi
2. Luka/ lecet menurun
fisik, fungsi kognitif)
- 3. Toleransi aktivitas
2. Monitor perubahan status
meningkat
keselamatan lingkungan

Terapeutik

3. Hilangkan bahaya
keselamatan (mis. Fisik,
biologi, kimis)
4. Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan
risiko
5. Gunakan perangkat
pelindung

Edukasi
6. Ajarkan individu, keluarga
dan kelompok risiko tinggi
bahaya lingkungan.

3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur.


b.d kurang kontrol keperawatan selama 3x24 jam
Observasi
tidur. diharapkan pola tidur
membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi pola aktivitas
Ditandai dengan:
tidur
1. Keluhan sulit tidur menrun
Ds: 2. Identifikasi factor
2. Keluhan sering terjaga
pengganggu tidur (mis. Fisik
- Keluarga menurun
atau psikologi)
mengatakan 3. Keluhan tidak puas tidue
anak sering menurun Terapeutik
terjaga
3. Modifikasi lingkungan (mis.
- Keluarga
Kebisingan, tempat tidur)
mengatakan
4. Fasilitasi menghilangkan
anak sulit tidur
stress sebelum tidur
5. Lakukan prosedur untuk
Do: meningkatkan kenyamanan

- Anak tampak Edukasi


tidur larut
6. Anjurkan penggunaan obat
malam
tidur yang tidak mengandung
- Anak tampak
supresor terhadap tidur REM
gelisah saat tidur
7. Ajarkan factor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis)

4. Koping tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Dukungan penampilan peran.


b.d keperawatan selama 3x24 jam
Observasi
ketidakadekuatan diharapkan status koping
strategi koping. membaik dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi berbagai peran
dan periode transisi sesuai
Ditandai dengan: 1. Kemampuan memenuhu
tingkat perkembangan
peran social sesuai usia
Ds: 2. Identifikasi adanya peran
meningkat
yang tidak terpenuhi
- keluarga 2. Perilaku koping adaptif
mengatakan meningkat Terapeutik
anak tidak
3. Fasilitasi adaptasi peran
mampu
keluarga terhadap perubahan
mengatasi
peran yang tidak diinginkan
masalah
4. Fasilitasi diskusi perubahan
peran anak terhadap bayi baru
lahir, jika perlu
Do:
5. Fasilitasi diskusi tentang
- Menggunakan peran orang tua, jika perlu
mekanisme 6. Fasilitasi diskusi tentang
koping yang adaptasi peran saat anak
tidak sesuai meninggalkan rumah, jika
- Perilaku tidsk perlu
asertif
Edukasi
- Partisipasi social
kurang 7. Diskusikan perubahan peran
yang diperlukan akibat
penyakit atau
ketidakmampuan
8. Diskusikan stretegi positif
untuk mengolah perubahan
peran
9. Ajarkan perilaku baru yang
diutuhkan oleh pasien/ orang
tua untuk memenuhi peran

Anda mungkin juga menyukai