Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku yang dianggap mengkhawatirkan orang tua biasanya anak sulit menar
uh perhatian atau sulit berkonsentrasi karena anak lambat dalam memahami pembelaj
aran atau instruksi dari guru. Perilaku tersebut sering dikenal dengan perilaku kurang 
perhatian atau attention deficit atau inatensi. Kesulitan untuk memperhatikan dan peril
aku berlebih tersebut diistilahkan sebagai Attention Deficit Hyperactivity Disorder (A
DHD) atau dalam bahasa Indonesia disebut Gangguan Pemusatan Perhatian disertai H
iperaktif (GPPH). ADHD merupakan suatu kondisi kronis yang mempengaruhi jutaan 
anak-anak dan sering berlanjut sampai dewasa.(I. Ayu et al., 2019)

Prevalensi penderita gangguan ADHD pada anak usia sekolah sebesar 15,8%.
Angka kejadian yang berbeda, didapatkan berdasarkan jenis kelamin. Anak laki-laki
lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yaitu sekitar 3-5 : 1. Menurut hasil
survey yang dilakukan oleh National Survey of Children’s Health pada tahun 2007 di
Amerika Serikat didapatkan prevalensi ADHD untuk anak laki-laki 13,2% dan untuk
anak perempuan 5,6%. Hasil survey di Inggris didapatkan prevalensi ADHD pada
anak usia 5-15 tahun sekitar 3,62% untuk anak lelaki dan 0,85% untuk anak
perempuan. (I. Ayu et al., 2019)
Diagnosis ADHD lebih merupakan diagnosis fenomenologis daripada
etiologis, sebab banyak faktor yang terlibat dan diduga menjadi etiologi, namun
bermanifestasi sebagai gejala yang sama. Predisposisi genetik tentu saja merupakan
kausa utama, namun beberapa faktor lingkungan dicurigai sebagai faktor risiko
ADHD (Andrés Martin et al., 2018). Hipotesis adanya gangguan sistem dopaminergik
mendominasi beberapa studi mengenai neurobiology ADHD. Polimorfisme gen yang
berhubungan dengan dopamin seperti DAT1, DRD4, DRD5, SCL6A3, SNAP 25
diduga berkontribusi terhadap sintesa molekuler bermasalah. (F. Ayu & Setiawati,
2017)

Faktor lingkungan ikut memberikan kontribusi terhadap ADHD, termasuk


diantaranya adalah zat aditif pada makanan, kontaminasi zat kimia kontaminasi logam
berat (Hong, 2015), paparan rokok dan alkohol, serta kebiasaan merokok pada ibu
selama kehamilan, komplikasi persalinan dan berat badan lahir rendah. Banyak
1
penelitian baru-baru ini secara khusus menguji hubungan antara ADHD dan faktor-
faktor tersebut. (F. Ayu & Setiawati, 2017)

Penatalaksanaan ADHD harus merupakan penatalaksanaan yang multimodal


atau multidisiplin yang dirancang agar dapat memenuhi harapan orang tua di rumah
dan guru di sekolah, yaitu adaya perbaikan prestasi atau penampilan akademis dan
tingkah laku. Saat ini, perawatan yang tersedia berfokus pada pengurangan gejala
ADHD dan peningkatan fungsi. Perawatan termasuk obat-obatan, berbagai jenis
psikoterapi, pendidikan atau pelatihan, atau kombinasi dari perawatan. Perawatan
dapat meredakan gejala-gejala gangguan ini, dan kebanyakan berhasil di sekolah serta
dapat menjalani kehidupan yang produktif. Obat saat ini tidak menyembuhkan
ADHD. Namun, hal ini bisa dikombinasikan dengan menambahkan terapi perilaku,
konseling, dan dukungan praktis yang dapat membantu anak-anak dengan ADHD dan
keluarga mereka untuk lebih baik dalam mengatasi masalah sehari-hari. (I. Ayu et al.,
2019)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori anak dengan ADHD?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien anak dengan ADHD ?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana konsep teori anak dengan ADHD.
2. Mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
ADHD.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD)
Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) adalah gangguan fungsi
perkembangan saraf dengan gejala berupa ketidakmampuan memusatkan
perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai dengan usia
perkembangan. (Suyanto & Wimbarti, 2019)
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah perkembangan saraf
yang paling umum gangguan pada anak-anak dan dikaitkan dengan risiko
signifikan dari kegagalan pendidikan, interpersonal masalah, penyakit mental, dan
kenakalan. (Lambez et al., 2020)
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) merupakan gangguan
perilaku yang ditandai oleh rentang perhatian yang buruk dan tidak sesuai dengan
perkembangan atau ciri hiperaktivitas dan impulsif atau keduanya yang tidak
sesuai dengan usia. ADHD adalah gangguan yang terjadi mulai sejak masa kanak-
kanak, biasanya baru terdeteksi saat usia 7 tahun, atau ketika mulai masuk taman
bermain (playgroup) dan taman kanak-kanak. (Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015)
ADHD memiliki tiga ciri utama yaitu:
a. Tidak mampu memusatkan perhatian
b. Kesulitan mengendalikan impuls
c. Hiperaktivitas.

2. Etiologi
Penyebab pasti dan patologi ADHD masih belum terungkap secara jelas.
Seperti halnya gangguan autis, ADHD merupakan suatu kelainan yang bersifat
multifaktorial (Husnah, 2007;Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015).
Menurut Ikatan Dokter Indonesia (2010), banyak faktor yang dianggap
sebagai penyebab gangguan ini, diantaranya:

a. Faktor genetik
Faktor genetik memegang peranan terbesar terjadinya gangguan
perilaku ADHD. Beberapa penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa
hiperaktifitas yang terjadi pada seorang anak selalu disertai adanya riwayat
3
gangguan yang sama dalam keluarga setidaknya satu orang dalam keluarga
dekat.
Perbedaan-perbedaan pada fungsi dan kimiawi otak seperti ini
kemungkinan besar disebabkan oleh faktor keturunan karena ia dapat
diwariskan secara genetik.
b. Faktor perkembangan janin
Ketika memasuki masa kehamilan sang ibu pernah mengalami masalah
dalam kandungannya dan memasuki masa kelahiran terjadi gangguan pada
proses persalinan. Penggunaan forceps dan obat secara berlebihan dapat
menyebabkan hiperaktivitas pada anak.
c. Penggunaan alkohol oleh ibu selama kehamilan
Zat-zat yang terkandung dalam alkohol terutama bahan kimiawi
dapat menyebabkan bayi mengalami gangguan hiperaktivitas.
d. Keracunan dan kontaminasi lingkungan
Polusi udara dengan kandungan timbal yang tinggi dapat menyebabkan
hiperaktivitas pada anak.
e. Alergi makanan
Beberapa peneliti mengungkapkan penderita ADHD mengalami alergi
terhadap makanan, teori feingold menduga bahwa salisilat mempunyai efek
kurang baik terhadap tingkah laku anak, serta teori bahwa gula merupakan
subtansi yang merangsang hiperaktifitas pada anak.
f. Lingkungan fisik dan pola asuh anak oleh orang tua
Keluarga yang tidak harmonis misalnya perceraian orang tua sering
terjadinya pertengkaran, perang tanggung jawab orang tua buruk dapat
membuat anak menjadi terabaikan. Begitu juga dengan pola asuh lingkungan
yang tidak disiplin dan tidak teratur, perbedaan perhatian dan kasih sayang
dalam keluarga, danlain-lain.
g. Aktifitas otak yang berlebihan
Penelitian neuropsikologi menunjukkan kortek frontal dan dan
sirkuit yang menghubungkan fungsi eksekutif bangsal ganglia.
Dopaminergic dan noradrenergik neurotransmission merupakan target
utama dalam pengobatan ADHD. Perubahan lainnya terjadi gangguan
fungsi otak tanpa disertai perubahan struktur dan anatomis yang jelas.
Penyimpangan ini menyebabkan terjadinya hambatan stimulus atau justru
4
timbulnya stimulus yang berlebihan yang menyebabkan penyimpangan
yang signifikan dalam perkembangan hubungan anak dan orang tua serta
lingkungan sekitar. Pada pemeriksaan radiologis otak PET (position
emission tomography) didapatkan gambaran bahwa pada anak penderita
ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih dominan didapatkan
aktifitas otak yang berlebihan dibandingkan anak yang normal dengan
mengukur kadar gula yang didapatkan perbedaan yang signifikan antara
penderita hiperaktif dan anak normal.
3. Epidemiologi
Sesuai dengan edisi keempat dari American Psychiatric Association’s
Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) memperkirakan prevalensi ADHD
sebesar 3-5% di antara anak-anak usia sekolah. Namun dari sampel anak-anak
usia sekolah yang berasal dari komunitas, diperkirakan bahwa prevalensi ADHD
sebesar 4-12%.1
Di USA prevalensi ADHD pada anak sebesar 3-7%, sedangkan angka
prevalensi pada anak-anak di negara lain, seperti Jerman, New Zealand dan
Kanada dilaporkan rata-rata 5 – 10%. Prevalensi menurut Health Maintenance
Organization berkisar antara 7-9 %.3,5
Penderita ADHD lebih sering dijumpai pada anak laki-laki, rasio perkiraan anak laki-laki dan
anak perempuan adalah 3 : 1 dan 4 : 1 pada populasi klinis. 3,5 Tipe inatensi lebih banyak
ditemukan pada wanita. Data pada komunitas lain menunjukkan rasio 2 : 1. Seiring
perkembangan jaman rasio laki-laki berbanding perempuan mengalami penurunan akibat
meningkatnya deteksi dini pada kasus ADHD. (Tanoyo, 2013)

4. Patofisiologi
Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan
konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas.Tidak terdapat bukti yang
meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi. Anak pria yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang
mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik
terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan
yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka,
sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur
dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial yang
5
diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini
mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan,
lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu
pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih
mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka
memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik. (Ii, 2017)
5. Manifestasi klinis
Karakteristik prinsip dari ADHD adalah inatensi, hiperaktifitas, dan
impulsivitas yang mana ini terlihat pada kehidupan awal anak-anak. Biasanya
gejala hiperaktifitas dan impulsivitas mendahului inatensi. Gejala yang berbeda
dapat muncul pada tempat yangberbeda dan tergantung pada situasi.Anak-anak
bisa jadi tidak dapat duduk dengan tenang di kelasnya atau suka mengacau di
sekolah, sedangkan tipe inatensi sering terlihat melamun.
Anak yang impulsif suka bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu, sehingga
sering dianggap memiliki masalah dengan kedisiplinan. Sedangkan anak-anak
yang pasif atau lebih banyak diam dapat terlihat tidak memiliki motivasi.
Semua anak ADHD terkadang terlihat gelisah, terkadang bertindak tanpa
berpikir, terkadang dapat terlihat melamun. Saat hiperaktifitas anak,
distraktibilitas, konsentrasi yang kurang, atau impulsivitas mulai berpengaruh
pada penampilan anak disekolah, hubungan sosial dengan anak lain, atau perilaku
anak di rumah maka terjadinya ADHD dapat diperkirakan.
Oleh karena gejalanya bervariasi pada tempat yang berbeda, maka ADHD sulit
didiagnosis terutama bila inatensi menjadi gejala utamanya.
Anak yang hiperaktif biasanya akan terus bergerak. Mereka suka
menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya, menyentuh atau bermain dengan apa
saja yang dilihatnya, atau bicara tanpa henti. Anak tersebut menjadi sangat sulit
untuk duduk diam saat makan ataupun di sekolah. Mereka suka menggeliat dan
gelisah di tempat duduknya atau suka mengelilingi kamar. Mereka juga suka
menggoyang-goyangkan kakinya, menyentuh segala sesuatu, atau membuat
keributan dengan mengetuk-ketukan pensilnya. Sedangkan remaja atau orang
dewasa yang hiperaktif lebih sering merasakan kegelisahan dalam dirinya. Mereka
sering memilih untuk tetap sibuk dan melalukan banyak hal dalam waktu yang
bersamaan.

6
Anak yang impulsif terlihat tidak mampu berpikir sebelum bertindak, sering
mengatakan sesuatu yang tidak sesuai tanpa dipikirkan dahulu, memperlihatkan
emosinya tanpa mampu mengendalikannya. Impulsivitas ini membuat anak sulit
menunggu sesuatu yang mereka inginkan atau menunggu giliran untuk bermain.
Mereka dapat merampas mainan dari anak lainnya atau memukul anak lain saat
mereka kalah.
Pada remaja dan dewasa, mereka lebih memilih mengerjakan sesuatu dengan
segera walaupun gajinya kecil dibandingkan melakukan sesuatu dengan gaji besar
namun penghargaan yang diterimanya tidak segera didapat.
Anak dengan tipe inatensi susah memusatkan perhatiannya pada satu hal,
perhatiannya mudah beralih pada suara-suara yang didengarnya atau apa saja yang
dilihatnya, dan mudah bosan dengan tugasnya setelah beberapa menit. Bila
mereka melakukan sesuatu yang sangat disukainya, mereka tidak kesulitan dalam
memusatkan perhatian. Tetapi pemusatan perhatian yang disengaja, perhatian
untuk mengatur dan melengkapi tugas atau belajar sesuatu yang baru sangatlah
sulit. Anak-anak tersebut sering lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya atau
meninggalkan tugasnya di sekolah. Mereka juga sering lupa membawa buku atau
salah membawa buku. Bila pekerjaan rumahnya sudah selesai, biasanya banyak
sekali kesalahan dan bekas hapusan. Adanya pekerjaan rumah sering disertai
frustasi baik pada anak maupun pada orang tua anak tersebut. Anak tipe ini juga
jarang sekali dapat mengikuti perintah, sering kehilangan barang seperti mainan,
pensil, buku, dan alat-alat untuk mengerjakan tugas; mudah beralih dari aktivitas
yang belum diselesaikannya ke aktivitas lainnya.
Anak dengan tipe dominan inatensi sering terlihat melamun, mudah bingung,
bergerak lambat, dan letargis. Mereka sulit memproses suatu informasi secara
cepat dan akurat dibandingkan anak-anak lain. Saat gurunya memberikan perintah
langsung maupun tertulis, anak-anak tipe ini membutuhkan waktu yang lama
untuk mengerti apa yang harus mereka lakukan dan mereka seringkali membuat
kesalahan. Walaupun anak terlihat dapat duduk diam, tidak mengacau, dan bahkan
terlihat serius bekerja namun sesungguhnya anak-anak ini tidak mengerti
sepenuhnya apa tugasnya. Anak tipe ini tidak memiliki masalah sosial. (Tanoyo,
2013)
Diagnosis ADHD didasarkan pada riwayat klinis yang didapat dari wawancara
dengan pasien dan orang tua serta informasi dari guru. Wawancara dengan orang
7
tua tentang gejala yang tampak, usia timbulnya gejala, riwayat perkembangan
anak (sejak dalam kandungan), riwayat medis: fungsi penglihatan dan
pendengaran, riwayat pengobatan, riwayat alergi, adanya penyakit kronis, yang
mungkin berpengaruh pada perkembangan anak, riwayat di sekolah, hubungannya
dengan teman, masalah dalam keluarga misalnya perselisihan dalam keluarga,
perceraian, anak kurang kasih sayang yang mungkin berperan dalam
menimbulkan ADHD.(Kuppa & Maysun, 2019)

6. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak
pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang
penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai
makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat
membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada
anak itu.(Ii, 2017)

7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang
mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial
lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-
kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu
penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut haruslah
diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.
2) Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur
menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya
itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah
dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah
bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat
dan keras

8
4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara
menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-
permainan yang keras dan jungkir balik.
5) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa,
barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan.
6) Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu,
dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau
tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku
mereka. (Lambez et al., 2020)

b. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami
gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah
dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta
fenotiazin.obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan
yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah
dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan
fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas.
Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan
tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu
masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu
dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah
akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang,
agar hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan
dan tidur penderita.
a) Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan
usia masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak
berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5
mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika
tidak ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan
2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang
9
berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam.
Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan
dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung
selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel dan
menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan
dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka
akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang
diharapkan.
b) Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang
dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis
awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam
sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja setiap
hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar
setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam.
c) Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal
sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah
tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu
untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek samping dari
obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati,
kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.
d) Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang
bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas
serta distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan
tersebut diatas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri
perut bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta
peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat
serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka
pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu
dihentikan.(Lambez et al., 2020)
8. Prognosis
Prognosis pasien ADHD umumnya baik bila:
a. Tidak ada faktor komorbid utama

10
b. Pasien dan yang merawatnya memperoleh cukup edukasi
mengenai ADHD dan manajemen penanganannya
c. Taat dalam melaksanakan terapi
d. Learning disabilities yang menyertai didiagnosa dan ditinjau
ulang dan ditangani.
e. Beberapa dan semua masalah emosional diinvestigasi dan
ditangani dengan baik oleh dokter umum atau pasien dirujuk ke
pusat kesehatan jiwa yang profesional.
Sedikitnya 80% dari anak-anak yang menderita ADHD, gejalanya
menetap sampai remaja bahkan dewasa. Dengan peningkatan usia,
maka gejala hiperaktif akan berkurang tetapi gejala inatensi,
impulsivitas, disorganisasi, dan kesulitan dalam membangun
hubungan dengan orang lain biasanya menetap dan semakin
menonjol.(Yusuf, A.H & ,R & Nihayati, 2015)

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) dalam (Ii, 2017) pengkajian perkembangan anak
berdasarkan umur atau usia anak antara lain :
a. Neonatus (0-28 hari)
1) Apakah ketika lahir neonatus menangis?
2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
3) Bagaimana kemampuan menghisap?
4) Kapan mulai mengangkat kepala?
5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan
untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap
jari atau tangan)?
6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap
suara atau bel)?
7) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum
dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang?
b. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)
1) Bayi usia 1-4 bulan.

11
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat
kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang,
dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika
didukung pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat
kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke
miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha
untuk merangkan)?
b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang
suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba
memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang
benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang
benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan meskipun
hanya sebentar)?
c) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh
spontan atau berekasi dengan mengoceh)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya:
mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum
bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah
manusia, meskipun tidur dalamsehari lebih sedikit dari waktu
terhaga, membentuk siklus tidur bangun , menangis menjadi sesuatu
yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja
ketika ada orang asing)?
2) Bayi Umur 4-8 bulan
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat
telungkup di alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan
keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri,
sudah mulai bisa duduk dengan kepala tegak, sudah mampu
membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, berkonsentrasi
beban pada kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada lengan,
12
berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke
tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: sudah
mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yang sedang
dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu
menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan,
menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, mentransfer
obajek dari satu tangan ke tangan yang lain)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya: menirukan
suara atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah
sumber suara, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin
banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan
dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa
terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut
akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul
dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3) Bayi Umur 8-12 bulan
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk
tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri,
berdiri 2 detik dan berdiri sendiri)?
b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari
dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu
memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu
memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan
mampu menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai
mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak
(misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan,
sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang
lain, main-main bola atau lainnya dengan orang)?
13
4) Masa Toddler
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu
melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan
cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang
bolan dan mulai melompat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya:
mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki
sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal
serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata,
mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan)?
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai
menggosok gigi dan mencoba memakai baju)?
5) Masa Prasekolah (Preschool)
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan
bantuan)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya:
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar
orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari
cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan,
makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mampu
menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu sampai dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua
kata, mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan
sebagainya, menggunakan suara yntum mengidentifikasi objek,
14
orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti
larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota
keluarga dekat)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: bermain
dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan
peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota
keluarga)?
6) Waktu schoolage
a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar
rumah?
b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami
disekolah?
c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan
dengan lingkungan sekolah)?
d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di
sekolah?
f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan
teman sekolah?
g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?
h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?
7) Masa adolensence
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang
dialami secara mandiri?
b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi
terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami?
c) Bagaimana kematangan identitas seksual?
d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya
sebagai remaja?
e) Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang
tua di rumah (misalnya membersihkan rumah, memasak)?
Menurut (Videbeck 2008; Adhd, 2007) pengkajian anak yang mengalami
Attention Deficyte Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain:
15
1) Pengkajian riwayat penyakit
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan
mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa
disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau
daycare.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang
kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan
menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang
membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dan semua itu
sebagian besar tidak berhasil.
2) Penampilan umum dan perilaku motorik
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan
bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda
lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada
apa yang telah dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik
ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat
tingkat perkembangannya.
3) Mood dan afek
a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau
tempertantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan
tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan.
16
4) Proses dan isi pikir
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat
perkembangan.
5) Sensorium dan proses intelektual
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori
atau persepsi seperti halusinasi.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang
berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali
menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi
perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan
sesuatu.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang
yang mampu menyelesaikan tugas.
6) Penilaian dan daya tilik diri
a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian
yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang
tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada
anak kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu
menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari
sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang
lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang
menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat
menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.
7) Konsep diri
17
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil,
tetapisecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah
rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki
banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas
di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri
mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka
sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh.
8) Peran dan hubungan
a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis
maupun sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras
kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak
yang didiagnosis dan diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi
tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau
merusak barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun
secara fisik.
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
9) Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan.
Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah
yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin
juga ada riwayat cedera fisik.

2. Diagnosa Keperawatan
18
a. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak
efektif.
b. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.
c. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kelainan fungsi dari
system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan
dan penelantaran anak.
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
e. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri,
rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan
antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan.
f. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan
balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan
penurunan makna diri.
g. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan bersalah yang
berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga
tentang perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan
gangguan dalam jangka waktu yang lama.
h. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan
kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi,
interpretasi yang salah tentang informasi.

19
3. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA RENCANA RENCANA RASIONAL
O KEPERAWA TUJUAN TINDAKAN
TAN DAN KRITERIA
HASIL
1 Harga diri Tujuan :
rendah Anak 1. Pastikan 1. Hal ini penting
situasional memperlihatkan bahwa sasaran- untuk pasien untuk
berhubungan perasaan-perasaan sasaran yang mencapai sesuatu,
dengan nilai diri yang akan dicapai maka rencana untuk
koping meningkat saat adalah realistis. aktivitas-aktivitas di
individu pulang, dengan mana kemungkinan
tidak efektif criteria hasil : 2. untuk sukse adalah
1. Ekspresi verbal Sampaikan mungkin dan
dari aspek-aspek perhatian tanpa kesuksesan ini dapat
positif tentang diri, persyaratan meningkatkan harga
pencapaian untuk pasien. diri anak.
masalalu dan
prospek-prospek 3. Sediakan 2. Komunikasi dari
masa depan waktu bersama pada penerimaan
2. Mampu anak, keduanya Anda terhadap anak
mengungkapkan pada satu ke sebagai makhluk
persepsi yang satu basis dan hidup yang berguna
positif tentang diri pada aktivitas- dapat meningkatkan
3. Anak aktivitas harga diri.
berpartisipasi dalam kelompok.
aktivitas-aktivitas 3. Hal ini untuk
baru tanpa 4. menyampaikan pada
memperlihatkan Menemani anak bahwa Anda
rasa takut yang anak dalam merasa bahwa dia
ektrim terhadap mengidentifika berharga untuk
kegagalan. si aspek-aspek waktu Anda.
positif dari diri
anak. 4. Aspek positif

20
yang dimiliki anak
5. Bantu dapat
anak mengembangkan
mengurangi rencana-rencana
penggunaan untuk merubah
penyangkalan karakteristik yang
sebagai suatu dilihatnya sebagai
mekanisme hal yang negatif.
bersikap
membela. 5. Memberikan
bantuan yang positif
6. untuk identifikasi
Memberikan amsalah dan
dorongan dan pengembangan dari
dukungan perilaku-perilaku
kepada pasien koping yang lebih
dalam adaptif. Penguatan
mengalami rasa positif membantu
takut terhadap meningkatkan harga
kegagalan diri dan
dengan meningkatkan
mengikuti penggunaan
aktivitas- perilaku-perilaku
aktivitas terapi yang dapat diterima
dan oleh pasien.
melaksanakan
tugas-tugas 6. Pengakuan dan
baru dan pengyatan positif
berikan meningkatkan harga
pengakuan diri.
tentang kerja
keras yang 7. Pendekatan ini
berhasil dengan yang disebut
penguatan shaping adalah
21
positif untuk prosedur perilaku
usaha-usaha ketika pendekatan
yang yang beturut-turut
dilakukan. akan perilaku yang
diinginkan,
7. Beri dikuatkan secara
umpan balik positid. Hal ini
positif kepada memungkinkan
klien jika untuk memberikan
melakukan penghargaan kepada
perilaku yang klien saat ia
mendekati menunjukkan
pencapaian harapan yang
tugas. sebenarnya secara
bertahap.
2 Risiko Tujuan :
cedera Anak tidak akan 1. Observasi 1. Anak – anak
berhubungan melukai diri sendiri perilaku anak pada resiko tinggi
dengan atau orang lain secara sering. untuk melakukan
hiperaktivita dengan kriteria hasil Lakukan hal ini pelanggaran
s dan : melalui memerlukan
perilaku 1. Darurat aktivitas sehari pengamatan yang
impulsif. dipertahankan pada – hari dan seksama untuk
tingkat di mana interaksi untuk mecegahtndiak yang
pasien merasa tidak menghindari membahayakan bagi
perlu melakukan timbulnya rasa diri sendiri atau
regresi. waspada dan orang lain.
2. Anak mencari kecugiaan.
staf untuk 2. Pernyataan–
mendiskusikan 2. Observasi pernyataan verbal
perasaan – perasaan perilaku– seperti “Saya akan
yang sebenarnya. perilaku yang bunuh diri,” atau
3. Anak mengarah pada “Tak lama ibu saya
mengetahui, tindakan bunuh tidak perlu lagi

22
mengungkapkan diri. menyusahkan diri
dan menerima karena saya” atau
kemungkinan 3. Tentukan perilaku – perilaku
konsekuensi dari maksud dan non verbal seperti
perilaku maladaptif alat – alat yang membagi – bagikan
diri sendiri. memungkinkan barang – barang
untuk bunuh yang disenangi,
diri. Tanyakan alam perasaan
“apakah anda berubah.Kebanyaka
memiliki n anak yang
rencana untuk mencoba untuk
bunuh diri?” bunuh diri telah
dan menyampikan
“bagaimana maksudnya baik
rencana anda secara verbal atau
untuk nonverbal.
melakukannya?
” 3. Pertanyaan-
pertanyaan yang
4. Dapatkan langsung
kontrak verbal menyeluruh dan
atau tertulis mendekati adalah
dari anak yang cocok untuk hal
menyatakan seperti ini. Anak
persetujuannya yang memiliki
untuk tidak rencana yang dapat
mencelakakan digunakan adalah
diri sendiri dan beresiko lebih tinggi
menyetujui dari pada yang
untuk tidak.
menemukan
staf pada 4. Diskusi tentang
kondisi dimana perasaan-perasaan
pemikiran untuk bunuh diri
23
kearah tersebut dengan seseorang
muncul. yang dipercaya
memberikan suatu
5. Bantu anak derajat perasaan
mengenali lega pada anak.
kapan Suatu perjanjian
kemarahan membuat
terjadi dan permasalahan
untuk menjadi terbuka dan
menerima menempatkan
perasaan- beberpa tanggung
perasaan jawab untuk
tersebut keamanan dengan
sebagai anal. Suatu sikap
miliknya menerima anak
sendiri. Apakah sebagai seseorang
anak telah yang patut
menyimpan diperhatikan telah
suatu: buku disampaikan.
catatan
kemarahan 5. Informasi
“dimana tentang sumber
catatan yang tambahan dari
dialami dalam merahan, respon
24 jam perilaku dan
disimpan. persepsia anak
terhadapa situasi ini
6. Bertindak harus dicatat.
sebagai model Diskusikan apapun
peran untuk data dengan anak
ekspresi yang anjurkan juga
sesuai dari respon – respon
percobaan. perilaku alternatif
yang diidentifikasi
24
7. Singkirkan sebagai maladaptif.
semua benda-
benda yang 6. Hal ini vital
berbahaya dari bahwa anak
lingkungan mengekspresikan
anak. perasaan – perasaan
marah, karena
8. Coba bunuh diri dan
untuk perilaku merusak
mengarahkan diri sendiri lainnya
perilaku seringkali terlihat
kekerasan fisik sebagai suatu akibat
untuk ansietas dari kemarahan
anak (mis. diarahkan pada diri
Kantung pasien sendiri.
untuk latihan
tinju, jogging, 7. Keamana fisik
bola voli). anak adalah
prioritas dari
9. Usahakan keperawatan.
untuk bisa tetap
bersama anak 8. Ansietas dan
jika tingkat tegangan dapat
kegelisahan diredakan dengan
dan tegangan aman dan dengan
mulai adanya manfaat
meningkat. untuk anak dengan
cara ini.

9. Hadirnya
seseorang yang
dapat dipercaya
memberikan rasa
aman.
25
3 Ketidakefekt Tujuan: 1. Pastikan 1. Penting untuk
ifan koping Anak bahwa sasaran- anak untuk
individu mengembangkan sasarannya nmencapai sesuatu,
berhubungan dan menggunakan adalah realistis. maka rencana untuk
dengan keterampilan aktivitas-aktivitas di
kelainan koping yang sesuai 2. mana kemungkinan
fungsi dari dengan umur dan Sampaikan untuk sukses adalah
sistem dapat diterima perhatian tanpa mungkin. Sukses
keluarga dan sosial dengan syarat pada meningkatkan harga
perkembang kriteria hasil: anak. diri.
an ego yang 1. Anak mampu
terlambat, penundaan 3. Sediakan 2. Komunikasi
serta pemuasan terhadap waktu bersama dari pada
penganiayaa keinginannya, tanpa anak, keduanya penerimaan Anda
n dan terpaksa untuk pada saty ke terhadapnya sebagai
penelantaran menipulasi orang satu basis dan makhluk hidup yang
anak. lain. pada aktivitas- berguna dapat
2. Anak mampu aktivitas meningkatkan harga
mengekspresikan kelompok. diri.
kemarahan dengan
cara yang dapat 4. 3. Hal ini untuk
diterima secara Menemani menyampaikan pada
sosial anak dalam anak bahwa Anda
3. Anak mampu mengidentifika merasa bahwa dia
mengungkapkan si aspek-aspek berharga untuk
kemampuan- positif dari dan waktu Anda.
kemampuan koping dalam
alternatif yang dapat mengembangka 4. Identifikasi
diterima secara n rencana- aspek-aspek positif
sosial sesuai dengan rencana untuk anak dapat
gaya hidup dari merubah membantu
yang ia rencanakan karakteristik mengembangkan
untuk yang aspek positif
menggunakannya melihatnya sehingga memiliki
26
sebagai respons sebagai negatif. koping individu
terhadap rasa yang efektif.
frustasi 5. Bantu
anak 5. Penguatan
mengurangi positif membantu
penggunaan meningkatkan harga
penyangkalan diri dan
sebagai suatu meningkatkan
mekanisme penggunaan
bersikap perilaku-perilaku
membela. yang dapat diterima
Memberikan oleh anak.
bantuan yang
positif untuk 6. Pengakuan dan
identifikasi penguatan positif
masalah dan meningkatkan harga
pengembangan diri.
dari perilaku-
perilaku koping
yang lebih
adaptif.

6. Memberi
dorongan dan
dukungan
kepada anak
dalam
menghadapi
rasa takut
terhadap
kegagalan
dengan
mengikuti
aktivitas-
27
aktivitas terapi
dan
melaksanakan
tugas-tugas
baru. Beri
pangakuan
tentang kerja
keras yang
berhasil dan
penguatan
positif untuk
usaha-usaha
yang dilakukan
4 Gangguan Tujuan: 1. Observasi 1. Masalah harus
pola tidur Anak mampu untuk pola tidur anak, diidentifikasi
berhubungan mencapai tidur tidak catat kondisi- sebelum bantuan
dengan terganggu selama 6 kondisi yang dapat diberikan.
ansietas dan sampai 7 jam setiap menganggu
hiperaktif. malam dengan tidur. 2. Ansietas yang
kriteria hasil: dirasakan oleh anak
1. Anak 2. Kaji dapat mengganggu
mengungkapkan gangguan- pola tidur anak
tidak adanya gangguan pola sehingfga perlu
gangguan-gangguan tidur yang diidentifikasi
pada waktu tidur. berlangsung penyebabnya.
2. Tidak ada berhubungan
gangguan-gangguan dengan rasa 3. Kehadiran
yang dialamti oleh takut dan seseorang yang
perawat. ansietas- dipercaya
3. Anak mampu ansietas memberikan rasa
untuk mulai tidur tertentu. aman.
dalam 30 menit dan
tidur selama 6 3. Duduk 4. Kafein adalah
sampai 7 jam tanpa dengan anak stimulan SSP yang

28
terbangun. sampai dia dapat mengganggu
tertidur. tidur.

4. Pastikan 5. Sarana-sarana
bahwa ini meningkatkan
makanan dan relaksasi dan
minuman yang membuat bisa tidur.
mengandung
kafein 6. Tubuh
dihilangkan memberikan reaksi
dari diet anak. menyesuaikan
kepada suatu siklus
5. Berikan rutin dari istirahat
sarana dan aktivitas.
perawatan yang
membantu
tidur 7. Kehadiran
(misalnya: seseorang yang
gosok dipercaya
punggung, memberikan rasa
latihan gerak aman.
relaksasi
dengan musik
lembut, susu
hangat dan
mandi air
hangat).

6. Buat jam-
jam tidur yang
rutin, hindari
terjadinya
deviasi dari
jadwal ini.
29
7. Beri
jaminan
ketersediaan
pada anak jika
dia terbangun
pada malam
hari dan dalam
kondisi
ketakutan
5 Ansietas Tujuan: 1. Bentuk 1. Kejujuran,
(sedang Anak mampu hubungan ketersediaan dan
sampai mempertahankan kepercayaan penerimaan
berat) ansietas di bawah dengan anak. meningkatkan
berhubungan tingkat sedang, Bersikap jujur, kepercayaan pada
dengan sebagaimana yang konsisten di hubungan anak
ancaman ditandai oleh tidak dalam dengan staf atau
konsep diri, adanya perilaku- berespons dan perawat.
rasa takut perilaku yang tidak siap.
terhadap perilaku yang tidak Tunjukkan rasa 2. Tegangan dan
kegagalan, mampu dalam hormat yang ansietas dilepaskan
disfungsi menanggapi positif dan dengan aman dan
system terhadap stres. tulus. dengan manfaat
keluarga dan untuk anak melalui
hubungan 2. Sediakan aktivitas-aktivitas
antara orang aktivitas- fisik.
tua dan anak aktivitas yang
yang tidak diarahkan pada 3. Anak-anak
memuaskan. penurunan cemas sering
tegangan dan menolak hubungan
pengurangan antara masalah-
ansietas(misaln masalah emosi
ya berjalan atau dengan ansietas
joging, bola mereka.Gunakan

30
voli, latihan mekanisme-
dengan musik, mekanisme
pekerjaan pertahanan projeksi
rumah tangga, dan pemibdahan
permainan- yang dilebih-
permainan lebihkan.
kelompok.
4. Ansietas
3. Anjurkan dengan mudah dapat
anak untuk menular pada orang
mengidentifika lain.
si perasaan-
perasaan yang
sebenarnya dan 5. Keamanan
untuk anak adalah
mengenali prioritas
sendiri keperawatan.
perasaan-
perasaan 6. Sebagaimana
tersebut ansietas dapat
padanya. membantu
mengembangkan
4. Perawat kecurigaan pada
harus beberapa individu
mempertahank yang dapat salah
an suasana menafsirkan
nyaman pada sentuhan sebagai
pasien. suatu agresi.

5. Tawarkan 7. Rencana
bantuan pada tindakan
waktu-waktu memberikan anak
terjadi perasaan aman
peningkatan untuk penanganan
31
ansietas. yang lebih berhasil
Pastikan terhadap kondisi
kembali akan yang sulit jika
keselamatan terjadi lagi.
fisik dan
fisiologis. 8. Obat-obatan
terhadap ansietas
6. (misalnya diazepam,
Penggunaan klordiasepoksid,alpr
sentuhan azolam)
menyenangkan memberikan
untuk beberapa perasaan lega
anak. terhadap efek-efek
Bagaimanapun yang tidak berjalan
juga anak harus dari ansietas dan
berhati-hati mempermudah
terhadap kerjasama anak
penggunaan. dengan terapi.

7. Dengan
berkurangntaan
sietas, temani
anak untuk
mengetahui
peristiwa-
peristiwa
tertentu yang
mendahului
serangannya.
Berhasil pada
respons-
respons
alternatif pada
kejadian
32
selanjutnya.

8. Lakukan
kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian obat
penenang
sesuai dengan
yang
diperintahkan.
Kaji untuk
keefektifitasan
nya, dan beri
petunjukkepada
anak mengenai
kemungkinan
efek-efek
samping yang
memberi
penharuh
berlawanan.
6 Koping Tujuan: 1. Kenali dan 1. Memfokuskan
defensif Anak akan dukung pada spek-aspek
berhubungan mendemonstrasikan kekuatan- positif dari
dengan kemampuan untuk kekuatan ego kepribadian dapat
harga diri berinteraksi dengan dasar. membantu untuk
rendah, orang lain tanpa memperbaiki
kurang menjadi defensif, 2. Beri konsep diri.
umpan balik perilaku semangat
atau umpan merasionalisasi atau kepada anak 2. Identifikasi
balik negatif mengekspresikan untuk masalah adalah
yang pikiran waham menteahui dan langkah pertama
berulang kebesaran dengan mengungkapka pada proses

33
yang kriteria hasil: n dan perubahan ke arah
mengakibatk 1. Anak bagaimana resolusi.
an mengungkapkan perasaan ini
penurunan dan menerima menimbulkan 3. Anak mungkin
makna diri. tanggung jawab perilaku kurang pengetahuan
terhadap defensif, tentang bagaiamna
perilakunya sendiri. seperti dia diterima oleh
2. Anak menyalahkan orang lain. Berikan
mengungkapkan oprang lain informasi ini dengan
korelasi antara karena cara yang tidak
perasaan-perasaan prilakunya mengancam dapat
ketidakseimbangan sendiri. membantu untuk
dan kebutuhan mengeliminasi
untuk 3. Beri cepat perilaku yang tidak
mempertahankan sebenarnya diinginkan.
ego melalui umpan balik
rasionalisasi dan yang tidaj 4. Bermain peran
kemuliaan. mengancam memberikan
3. Anak tidak untuk perilaku- percaya diri untuk
menertawakan atau perilaku yang menghadapi situasi-
mengkritik orang tidak dapat situasi yang sulit
lain. diterima jika hal-hal tersebut
4. Anak benar-benar terjadi.
berinteraksi dengan 4. Bantu
orang lain dengan anak untuk 5. Umpan balik
situasi-situasi mengidentifika positif
kelompok tanpa si situasi- meningkatkan harga
bersikap defensif. situasi yang diri dan memberi
menimbulkan semangat untuk
sifat defensif mengulangi
dan praktik perilaku-perilaku
bermain peran yang diinginkan.
dengan
respons- 6. Keberhasilan
34
respons yang akan meningkatkan
lebih sesuai. harga diri.

5. Beri 7. Karena
dengan segera keterbatasan
umpan balik kemampuan untuk
positif untuk memecahkan
perilaku- masalah, bantuan
perilaku yang mungkin diperlukan
dapat diterima. untuk mengatur
kembali dan
6. mengembangkan
Membantu strategi baru, pada
anak untuk kondisi di mana
menetapkan metode-metode
sasaran-sasaran koping baru tertentu
yang realistis, terbukti tidak
konkret dan efektif.
membutuhkan
tindakan-
tindakan yang
cocok untuk
mencapai
sasaran-sasaran
ini.

7. Evaluasi
dengan anak
keefektifan
perilaku-
perilaku yang
baru dan
diskusikan
adanya
35
perubahan
untuk
perbaikan.
7 Penurunan Tujuan: 1. Berikan 1. Pengetahuan
koping Orang tua informasi dan dan ketrampilan
keluarga mendemonstrasikan material yang yang tepat dapat
berhubungan metode intervensi berhubungan meningkatkan
dengan yang lebih konsisten dengan keefektifan peran
perasaan dan efektif dalam gangguan anak orang tua.
bersalah berespons perilaku dan teknik
yang anak dengan kriteria menjadi orang 2. Konseling
berlebihan, hasil: tua yang suportif dapat
marah atau 1. efektif. membantu keluarga
saling Mengungkatkan dan dalam
menyalahka mengatasi perilaku 2. Dorong mengembangkan
n diantara negatif pada anak. individu untuk strategi koping.
anggota 2. mengungkapka
keluarga Mengidentifikasi n perasaan 3. Penguatan
tentang dan menggunakan secara verbal positif dapat
perilaku sistem pendukung dan menggali meningkatkan harga
anak, yang dibutuhkan. alternatif cara diri dan mendorong
kepenatan berhubungan kontinuitas upaya.
orang tua dengan anak
karena 4. Masalah
menghadapi 3. Beri keluarga
anak dengan umpan balik mempengaruhi
gangguan positif dan semua anggota
dalam dorong metode keluarga dan
jangka menjadi orang tindakan lebih
waktu yang tua yang efektif bila setiap
lama. efektif. orang terlibat dalam
terapi tersebut.
4. Libatkan
saudara 5. Terapi

36
kandung dalam keluarga dapat
diskusi membantu
keluarga dan mengatasi masalah
perencanaan global yang
interaksi mempengaruhi
keluarga yang seluruh struktur
lebih efektif. keluarga. Gangguan
pada salah satu
5. Libatkan anggota keluarga
dalam akan mempengaruhi
konseling seluruh anggota
keluarga. keluarga.

6. Rujuk pada 6.
sumber Mengembangkan
komunitas sistem pendukung
esuai indikasi, dapat meningkatkan
termasuk kepercayaan diri
kelompok dan keefektifan
pendukung orang tua.Pemberian
orang tua, kelas model peran atau
menjadi orang harapan untuk masa
tua. depan.
8 Defisit Tujuan: 1. Berikan 1. Peredaan dalam
pengetahuan Mengungkapkan lingkungan stimulasi
tentang secara verbal yang tenang, lingkungan dapat
kondisi, pemahaman tentang ruang kelas menurunkan
prognosis, penyebab masalah berisi dirinya distraktibilitas.
perawatan perilaku, perlunya sendiri, Kelompok kecil
diri dan terapi dalam aktivitas dapat meningkatkan
kebutuhan kemampuan kelompok kemampuan untuk
terapi perkembangan kecil. Hindari tepat pada tugas dan
berhubungan dengan kriteria tempat yang membantu klien
dengan hasil: terlalu banyak mempelajari

37
kurang 1. Berpartisipasi stimulasi, interaksi yang tepat
sumber dalam pembelajaran seperti bus dengan orang lain,
informasi, dan m, ulai bertanya sekolah, menghindari rasa
interpretasi dan mencari kafetaria yang terisolasi.
yang salah informasi secara ramai, aula
tentang mandiri. yang banyak. 2.Keterampilan
informasi. 2. Mencapai belajar yang terurut
tujuan kognitive 2. Beri akan meningkat.
yang konsisten materi petunjuk Mengajarkan anak
sesuai tingkat format tertulis keterampilan
temperamen. dan lisan pemecahan masalah,
(Bulechek,dkk. dengan mempraktekkan
2016) penjelasan contoh situasional.
langkah demi Keterampilan
langkah. efektif dapat
meningkatkan
3. Ajarkan tingkat kinerja.
anak dan
keluarga 3. Penggunaan
tentang psikostimulan
penggunaan mungkin tidak
psikostimulan mengakibatkan
dan antisipasi perbaikan kenaikan
respons kelas tanpa
perilaku. perubahan pada
ketrampilan studi
4. anak.
Koordinasi
seluruh rencana 4. Keefektifan
terapi dengan kognitif paling
sekolah mungkin meningkat
personel ketika terapi tidak
sederajat, anak, terfragmentasi, juga
dan keluarga. tidak
38
(Moorhead, terlewatkannya
dkk. 2016) intervensi signifikan
karena kurangnya
komunikasi
interdisiplin.

39
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995) dalam
(Ii, 2017). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri,
saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan / ketergantungan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.

5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak
dengan hiperaktif antara lain:
a. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang
meningkat saat pulang.
b. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
c. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping
yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial.
d. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7
jam setiap malam.
e. Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang,
sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang
tidak perilaku yang tidak mampu dalam menanggapi terhadap stres.
f. Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi
atau mengekspresikan pikiran waham kebesaran.
g. Orang tua dapat mendemonstrasikan metode intervensi yang lebih
konsisten dan efektif dalam berespons perilaku anak.
h. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab
masalah perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan.
(Ii, 2017)

40
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ADHD adalah jenis gangguan perilaku yang ditandai dengan peningkatan
aktivitas motorik yang berlebihan pada anak dan gangguan kemampuan
memusatkan perhatian. ADHD di sebabkan oleh faktor genetik, faktor
perkembangan janin, penggunaan alkohol oleh ibu selama kehamilan, keracunan
dan kontaminasi lingkungan, alergi makanan, lingkungan fisik dan pola asuh anak
oleh orang tua, aktifitas otak yang berlebihan. Orang yang adhd sulit untuk
konsentrasi, memiliki sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Biasanya gejala
hiperaktifitas dan impulsivitas mendahului inantensi. Gejala yang berbeda dapat
muncul pada tempat yang berbeda dan tergantung pada situasi. Anak-anak bisa
jadi tidak dapat duduk dengan tenang di kelasnya atau suka mengacau di sekolah,
sedangkan tipe inatensi sering terlihat melamun.
Semua anak ADHD terkadang terlihat gelisah, terkadang bertindak tanpa
berpikir, terkadang dapat terlihat melamun. Saat hiperaktifitas anak,
distraktibilitas, konsentrasi yang kurang, atau impulsivitas mulai berpengaruh
pada penampilan anak disekolah, hubungan sosial dengan anak lain, atau perilaku
anak di rumah maka terjadinya ADHD dapat diperkirakan. Dengan peningkatan
usia, maka gejala hiperaktif akan berkurang tetapi gejala inatensi, impulsivitas,
disorganisasi, dan kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain
biasanya menetap dan semakin menonjol.

41
DAFTAR PUSTAKA

Adhd, A. D. (2007). Mohamad sugiarmin PLB 2007.


Ayu, F., & Setiawati, Y. (2017). Interaksi Faktor Genetik dan Lingkungan pada Attention
Deficit / Hyperactivity Disorder ( ADHD ) Genetics and Environment Factors in
Attention Deficit / Hyperactivity Disorder ( ADHD ). Jurnal Psikiatri Surabaya, 1–10.
Ayu, I., Laksmi, P., Bagus, C., Lesmana, J., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Udayana, U.,
Psikiatri, B., Kedokteran, F., Udayana, U., & Dari, A. (2019). Tingkat Kemandirian
Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder Dengan Terapi Perilaku Di Yayasan
Mentari Fajar Jimbaran Badung. E-Jurnal Medika Udayana, 8(5), 1–7.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/50076/29813
Bulechek,dkk. (2016). Nursing Intervention classification (NIC) Edisi keenam. Singapore:
Elsevier Icn.
Ii, B. A. B. (2017). Efektifitas Permainan Puzzle..., Purna Nanda Sugari, Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP, 2017. 12–38.
Kuppa, A., & Maysun, A. (2019). Risk of Alcohol Abuse in Humans with Attention-deficit /
Hyperactivity Disorder Symptoms. 11(10). https://doi.org/10.7759/cureus.5996
Lambez, B., Harwood-Gross, A., Golumbic, E. Z., & Rassovsky, Y. (2020). Non-
pharmacological interventions for cognitive difficulties in ADHD: A systematic review
and meta-analysis. Journal of Psychiatric Research, 120, 40–55.
https://doi.org/10.1016/j.jpsychires.2019.10.007
Moorhead, dkk.(2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran Outcomes
Kesehatan Edisi kelima. Singapore: Elsevier Icn.
Roselló, B., Berenguer, C., Baixauli, I., Mira, Á., Martinez-Raga, J., & Miranda, A. (2020).
Empirical examination of executive functioning, ADHD associated behaviors, and
functional impairments in adults with persistent ADHD, remittent ADHD, and without
ADHD. BMC Psychiatry, 20(1), 1–13. https://doi.org/10.1186/s12888-020-02542-y
Suyanto, B. N., & Wimbarti, S. (2019). Program Intervensi Musik terhadap Hiperaktivitas
Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Gadjah Mada Journal of
Professional Psychology (GamaJPP), 5(1), 15. https://doi.org/10.22146/gamajpp.48584
Tanoyo, D. P. (2013). Diagnosis dan tata laksana attention-deficit/hyperactivity disorder. E-
Journal Medika Udayana, 2(7), 1–19. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=82563&val=970
42
Yusuf, A.H, F., & ,R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Buku
Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, 1–366. https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x

43

Anda mungkin juga menyukai