Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan kedua di antara orang dewasa di
Amerika Serikat. Kebanyakan kasus tidak menunjukkan gejala hingga kerusakan yang luas
dan tidak dapat diperbaiki terjadi. Glaukoma mempengaruhi orang-orang dari segala usia
tetapi lebih umum dengan bertambahnya usia (di atas 40 tahun). Orang lain yang berisiko
adalah pasien penderita diabetes, orang Afrika-Amerika, orang-orang dengan riwayat
keluarga glaukoma, dan orang dengan mata sebelumnya trauma atau pembedahan atau
mereka yang telah menjalani steroid jangka panjang pengobatan. Tidak ada obat untuk
glaukoma, tetapi penyakitnya bisa dikendalikan. . (Brunner & Suddarth’s 2010 : 316 )
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa, neuropati
saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas dan utamanya diakibatkan oleh
tekanan bola mata yang tidak normal. (Sidarta Ilyas, 2002 : 239)
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal (N = 15-
20mmHg). (Sidarta Ilyas, 2004 : 135)
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh peningkatan abnormal
tekanan intraokular ( sampai lebih dari 20 mmHg). (Elizabeth J.Corwin, 2009 : 382)
B. Etiologi
Glaukoma terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara proses produksi dan
ekskresi/ aliran keluar aqueous humor. Beberapa faktor resiko yang dapat memicu
terjadinya glaukoma adalah tekanan darah yang tinggi, diabetes melitus, miopia, ras kulit
hitam, pertambahan usia dan pasca bedah (Simmons et al, 2007).
1. Tekanan Intra Okuli
Sejumlah faktor yang dapat berhubungan dengan timbulnya glaukoma sudut terbuka
primer adalah tekanan bola mata. Nilai batas normal tekanan bola mata dalam populasi
berkisar antara 10–21 mmHg. Beberapa kasus menunjukkan, bahwa adanya tekanan bola
mata di atas nilai normal akan diikuti dengan kerusakan diskus optikus dan gangguan
lapang pandangan dalam beberapa tahun. Sebaliknya pada beberapa kasus, pada tekanan
bola mata yang normal dapat juga terjadi kerusakan pada diskus optikus dan lapang
pandangan. Oleh karena itu, definisi tekanan bola mata yang normal sangat sukar untuk
ditentukan dengan pasti (Lisegang, et al., 2005)
2. Umur
Faktor bertambahnya umur memunyai peluang lebih besar untuk menderita
glaukoma sudut terbuka primer. Vaughan (1995), menyatakan bahwa frekuensi pada umur
sekitar 40 tahun adalah 0,4%–0,7% jumlah penduduk, sedangkan pada umur sekitar 70
tahun frekuensinya meningkat menjadi 2%–3% dari jumlah penduduk (Lisegang, et al,
2005)
3. Riwayat Keluarga
Baltimore Eye Survey menyatakan resiko relatif glaukoma sudut terbuka primer
meningkat sekitar 3,7 kali pada seseorang yang memiliki kerabat menderita glaukoma
sudut terbuka primer. Pada Rotterdam Eye Study, prevalensi glaukoma sudut terbuka
primer sekitar 10,4% pada pasien yang memunyai riwayat keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama. Peneliti yang sama mengestimasikan bahwa resiko relatif untuk
menderita glaukoma sudut terbuka primer sebesar 9,2 kali pada seseorang yang memiliki
kerabat dekat yang menderita glaukoma sudut terbuka primer (Lisegang et al., 2005).
4. Ras
Sebuah hipotesa menyatakan bahwa ras merupakan faktor resiko terjadinya
glaukoma sudut terbuka primer berdasarkan data pada orang berkulit hitam memunyai
prevalensi tiga kali lebih besar untuk menderita glaukoma sudut terbuka primer
dibandingkan yang berkulit putih. Tetapi penelitian terbaru menyatakan bahwa glaukoma
sudut terbuka primer ini banyak ditemukan pada populasi China dan Eskimo (Ritch,1996).

C. Klasifikasi
Ada beberapa jenis glaukoma. Bentuk klinis saat ini dari glaukoma diidentifikasi
sebagai glaukoma sudut terbuka, sudut tertutup glaukoma (juga disebut blok pupil),
glaukoma kongenital, dan glaukoma yang berhubungan dengan kondisi lain. Bisa
glaucoma menjadi primer atau sekunder, tergantung pada apakah faktor terkait
berkontribusi terhadap peningkatan TIO. Dua klinis umum bentuk glaukoma yang
dijumpai pada orang dewasa adalah glaukoma openangle primer (POAG) dan glaukoma
sudut tertutup, yang dibedakan oleh mekanisme yang menyebabkan gangguan aliran keluar
air. (Brunner & Suddarth’s )

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis menurut . (Brunner & Suddarth’s )
1. Kebanyakan pasien tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut
sampai mereka telah mengalami perubahan visual dan kehilangan penglihatan.
2. Gejala mungkin termasuk penglihatan kabur atau "lingkaran cahaya" di sekitar
cahaya, kesulitan fokus, kesulitan menyesuaikan mata dalam kondisi rendah
pencahayaan, kehilangan penglihatan tepi, nyeri atau ketidaknyamanan di sekitar
mata, dan sakit kepala.
3. Pucat dan cupping pada diskus saraf optik; sebagai saraf optic kerusakan
meningkat, persepsi visual di area tersebut hilang.

E. Patofisiologi
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel 
ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam
retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Discus optikus menjadi atrofik, disertai
pembesaran cawan optik (Vaughan, 2009).
Glaukoma akut terjadi bila terbentuk iris bombe yang menyebabkan oklusi sudut
bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini menghambat aliran keluar aqueous humor dan
tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan
penglihatan kabur (Vaughan, 2009).
Pada glaukoma akut, tekanan intraokular dapat mencapai 60-80 mmHg,
menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai edema kornea dan kerusakan
nervus optikus (Vaughan., 2009).
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan
reabsorpsi humor akuos akibat kelainan sistem drainase sudut kamera okuli anterior
(glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akuos ke sistem drainase (glaukoma
sudut tertutup). Efek peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh perjalanan waktu
dan besar peningkatan tekanan intraokular. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan
intraokular mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan kerusjikan iskemik akut pada iris yang
disertai edema komea dan kerusakan nervus optikus. Pada glaukoma sudut terbuka primer,
tekanan intraokular biasanya tidak meningkat lebih dari 30 mmHg dan kerusakan sel
ganglion terjadi setelah waktu yang lama. Pada glaukoma tekanan normal, sel-sel ganglion
retina rentan mengalami kemsakan akibat tekanan intraokular dalam kisaran normal atau
mekanisme kerusakannya yang utama yaitu iskemia kaput nervus optikus. Mekanisme
utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion retina yang
menyebabkan penipisan lapisan serat saraf 20 dan lapisan inti dalam retina serta
berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran
cawan optik (Salmon JF, 2008).
F. Diagnosa
G. Pathway
WOC GLAUKOMA
Etiologi

 Primer  Sekunder
 Bertambahnya produksi cairan mata
 Akut  Katarak
oleh badan cilliary  Perubahan lensa
 Trauma
 Berkumpulnya pengeluaran cairan mata  Kelainan uve
 Kronis
di daerah sudut bilik mata dicelah pupil  Pembedahan
 Diabetes melitus
 Hipertensi
 Arterisklerosit
 Pemakaian kortikos teroid jangka panjang
 Sudut bilik mata depannya memang sudah sempit dari pembawaan nya

Trauma Bilik mata depan Pemakaian Uveitis Katarak


dangkal akibat lensa kortikosteroid jangka
dekat pada iris panjang
Peradangan
Kontusio bola mata Katarak matur Katarak hipematur
mengenai sel-sel
trabekular
Terjadi hambatan Metabilitasme
Hifema pupil (pupiliary block) giloksaminoglikan dan
Kapsul lensa Zonulla zinni rapuh
lipopolisakarida
Trabekular bocor keluar
meningkay
Darah menyumbat Iris menutupi jaringan
COA Dislokasi lensa
trabekulum
H. Pencegahan
a. Deteksi dini

Salah satu satu cara pencegahan glaukoma adalah dengan deteksi sedinimungkin.
Tidak ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya glaukoma sudut terbuka. Jika penyakit
ini ditemukan secara dini, maka hilangnya fungsi penglihatan dan kebutaan bisa dicegah
dengan pengobatan. Orang-orang yangmemiliki resiko menderita glaukoma sudut tertutup
sebaiknya menjalani pemeriksaan mata yang rutin dan jika resikonya tinggi sebaiknya
menjalani iridotomi untuk mencegah serangan akut.
Mengingat hilangnya penglihatan secara permanen yang disebabkan olehglaukoma,
sebaiknya setiap orang memperhatikan kesehatan matanya dengancara melakukan
pengukuran tekanan bola mata secara rutin setiap 3 tahun,terutama bagi orang yang
usianya di atas 40 tahun.
Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah mereka yang memiliki
riwayatkeluarga penderita glaukoma, mata minus tinggi atau plus tinggi (miopia),serta
penderita penyakit sistemik seperti diabetes atau kelainan vaskular (jantung).
Pemeriksaan mata rutin yang disarankan adalah setiap enam bulan sekali,khususnya
bagi orang dengan risiko tinggi. Untuk mengukur tekanan bolamata kerusakan mata yang
diderita dilakukan tes lapang pandang mata.- Sebaiknya diperiksakan tekanan bola mata
bila mata kemerahan dan sakitkepala berat.
b. Nutrisi yang adekuat (banyak mengandung vitamin A dan Beta Karoten)

Faktor risiko pada seseorang yang bisa menderita glaukoma adalah seperti
diabetesmellitus dan hipertensi, untuk itu bagi yang menderita diabetes mellitus dianjurkan
untuk mengurangi mengkonsumsi gula agar tidak terjadi komplikasiglaukoma, sedangkan
untuk penderita hipertensi dianjurkan untuk diet rendahgaram karena jika tekanan darah
naik cepat akan menaikkan tekanan bola mata.
c. Gaya Hidup (Life style) yang sehat seperti menghindari merokok dan olahragateratur.

Olahraga dapat merendahkan tekanan bola mata sedikit.

d. Pencegahan lanjutan bagi yang sudah menderita glaukoma agar tidak bertambah

parah/untuk mencegah tingginya tekanan intraokuler yaitu :


Mengurangi stress, Hindari membaca dekat karena pupil akan menjadi kecil sehingga
glaucomaakan memblok pupil, Hindari pemakaian obat simpatomimetik karena pupil akan
melebar (dilatasi), Diet rendah natrium, Pembatasan kafein, Mencegah konstipasi,
Mencegah manuver valsava seperti batuk, bersin, dan mengejan karena akan meningkatkan
TIO, Menempatkan pasien dalam posisi supinasi dapat membantu pasien merasanyaman
dan mengurangi tekanan intra okular. Diyakini juga bahwa dengan posisi supinasi, lensa
jatuh menjauh dari iris yang mengurangi blok pupil.
I. Penatalaksanaan
a. Medis
a. Iridektomi perifer.

Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan depan karena telah
terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika
sudut yang tertutup  sebanyak 50%.
b. Trabekulotomi (Bedah drainase)

Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

J. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis menurut .(Brunner & Suddarth’s )
Penatalaksanaan medis glaukoma bergantung pada obat mata sistemik dan topikal
yang menurunkan TIO. Tindak lanjut berkala pemeriksaan sangat penting untuk
memantau TIO, munculnya saraf optik, bidang visual, dan efek samping obat. Terapi me
mperhitungkan kesehatan pasien dan tahap glaukoma.
1. Pasien biasanya mulai dengan dosis obat topikal terendah dan kemudian ditingkatkan
ke konsentrasi yang meningkat sampai tingkat TIO yang diinginkan tercapai dan
dipertahankan.
2. Satu mata dirawat terlebih dahulu, dengan mata lainnya digunakan sebagai control
dalam menentukan kemanjuran obat.
3. Beberapa jenis obat mata digunakan untuk mengobati glaukoma, termasuk miotik
(obat yang menyebabkan pupilkonstriksi), agonis adrenergik (mis., simpatomimetik
agen), penghambat beta, agonis alfa2 (yaitu, agen adrenergik), penghambat karbonat
anhidrase, dan prostaglandin.

Anda mungkin juga menyukai