Penyusun :
NAMA :VIA GESTI ARDIYANTI
NIM : A2R17036
A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari
pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004).
Galukoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan intra okuler yang berakhir dengan kebutaan
(Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intra okuler.( Long Barbara, 1996)
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma merupakan
kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat
mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf
optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan.
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga
terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan (Mayenru
Dwindra, 2009)
Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi. (Mansjoer, Arif : 2001)
Glukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga
terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. (Mansjoer, Arif : 2001). Jadi menurut
kelompok kami glaukoma adalah suatu penyakit mata dimana meningkatnya tekanan intra okuler
baik akut atau kronis, sehingga menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
B. Klasifikasi glaucoma :
Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut ( Sidarta Ilyas, 2003) :
1. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada mata yang
memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma
kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid
jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi
menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi
kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang Disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik
juga dapat terjadi. Gejalaawal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul
b. Glaukoma sudut tertutup / sudut semut (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara
otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras
karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat
nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak
segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma Sekunder
Adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma didalam bola mata, yang
menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume cairan dari dalam mata . Misalnya
glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi / sub laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio
pupil, pasca bedah intra okuler.
3. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata
sistemik jarang ( 0,05 %) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos),
lakrimasi.
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat
tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan
dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa
sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol
retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.
E. PATOFISIOLOGI
Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/ bermuara
aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous humor diproduksi
secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian posterior irisdan mengalir
melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous humordisalurkan melalui canal Schlemm
disekitar mata dan berada pada bagian sudut camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris
perifer dan kornea dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan
penyerapanaqueous humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative
konstan. TIO berkisar 10-20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan
naik sampai 5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat
menimbulkan kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan disebabkan
abstruksi/sumbatan dari penyerapan aqueous humor.
F. PATHWAY
Etiologi
Primer Sekunder
- Akut – Katarak
∞ Trauma – Perubahan lensa
- Kronis – Kelainan uvea
∞ Diabetes mellitus
– Pembedahan
∞ Hipertensi
∞ Arterisklerosis
∞ Pemakaian kortikosteroid
jangka panjang.
∞ Miopia tinggi dan progresif
Peningkatan TIO
Sinekia anterior
- Glaukomakongesif akut Menutup saluran
- Glaucoma sudut terbuka ekskresi HA
- Glaucoma sudut tertutup GLAUKOMA MK : Nyeri Akut
- Glaucoma sekunder
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Iritasi saraf vagus Iritasi saraf trigeminus Tekanan pada saraf Iritasi saraf Iskemia retina Penipisan lapisan serat
dan vagus optik dan retina vagus saraf dan inti bagian
dalam retina
Bronkokontriksi Nyeri
Reflek okulokardiak Kerusakan saraf optik Mual, muntah
dan retina
Visus menurun
Suplai O2 menurun Merangsang N.
Bradikardia Kehilangan trigeminus
Berkurangnya akson di
saraf optik cairan Penglihatan kabur
Peningkatan kerja
napas MK : Resiko Gg. Perfusi Nyeri menyebar ke
jaringan MK : Resiko pelipis, rahang Imobilisasi kurang
Atrofi optik
kekurangan volume
Dyspnea cairan
Anoreksia
MK : Gg. immobilitas
MK : Gg. Persepsi Menurunnya
fisik
MK : sensori (visual) lapang padang
Resiko pola napas tidak MK: Resiko perubahan
efektif nutrisi kurang dari
Hilangnya kebutuhan tubuh
MK:Resiko pandangan
cidera perifer
Pembedahan Trabekulektomi
Kurang Perawatan
pengetahuan tidak adekuat
H. PENATALAKSANAN MEDIS
1. Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
a. Obat-obat miotik
Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari), karbakol (0,75–3 %)
Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %)
b. Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
c. Carbonucan hidrase intibitor
Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
Diklorfenamid (metazolamid)
d. Obat Tetes Mata Lokal
-Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol,
carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.
-Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata. Diberikan
sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
e. Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung kejaringan
trabekuler untuk merubah susunan jaringan dan membuka aliran dari humor Aguos dan
iridektomi.
f. Terapi Bedah
a) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang dan
depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal ini
hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
b) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50%
atau gagal dengan iridektomi.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Peningkatan TIO
2. Gg. Persepsi sensori (visual) berhubungan dengan menurunnya lapang pandang
3. Gg. immobilitas fisik berhubungan dengan penglihatan kabur
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
5. Resiko cidera berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer
6. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
7. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,muntah
8. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan suplai O2 menurun
9. Resiko Gg. Perfusi jaringan berhubungan dengan bradikardia
10. Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan yang tidak adekuat
J. KOMPLIKASI
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata
dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan
dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga
menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang
hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar
untuk menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata
karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, tgl MRS, diagnosa
medis, suku bangsa, status perkawinan.
2. Keluhan Utama
Nyeri hebat di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi nyeri hebat
di kepala, mual muntah, penglihatan menurun, mata merah dan bengkak.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami penyakit glaukoma sebelumnya atau tidak dan apakah terdapat
hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ditemukan beberapa anggota keluarga dalam garis vertikal atau
horisontal memiliki penyakit yang serupa.
4. Pola – pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Persepsi klien dalam menilai / melihat dari pengetahuan klien tentang penyakit yang
diderita serta kemampuan klien dalam merawat diri dan juga adanya perubahan dalam
pemeliharaan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada umumnya klien dengan glaukoma tidak mengalami perubahan. Pada pola nutrisi
dan metabolismenya. Walaupun begitu perlu dikaji pola makan dan komposisi, berapa
banyak / dalam porsi, jenis minum dan berapa banyak jumlahnya.
c. Pola eliminasi
Pada kasus ini pola eliminasinya tidak mengalami gangguan, akan tetapi tetap dikaji
konsestansi, banyaknya warna dan baunya.
d. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat akan menurun, klien akan gelisah / sulit tidur karena nyeri / sakit
hebat menjalar sampai kepala.
e. Pola aktivitas
Dalam aktivitas klien jelas akan terganggu karena fungsi penglihatan klien mengalami
penurunan.
f. Pola persepsi konsep diri
Meliputi : Body image, self sistem, kekacauan identitas, rasa cemas terhadap
penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri.
g. Pola sensori dan kognitif
Pada klien ini akan menjadi / mengalami gangguan pada fungsi penglihatan dan pada
kongnitif tidak mengalami gangguan.
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan
penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan
air mata.
h. Pola hubungan dan peran
Bagimana peran klien dalam keluarga dimana meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain, apakah mengalami perubahan karena penyakit yang dideritanya.
i. Pola reproduksi
Pada pola reproduksi tidak ada gangguan.
j. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien akan merasa cemas terhadap keadaan dirinya dan fungsi penglihatannya
serta koping mekanis yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Didapatkan pada klien saat pengkajian, keadaan, kesadarannya, serta pemeriksaan TTV.
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Meliputi kebersihan mulut, rambut, klien menyeringai nyeri hebat pada kepala, mata merah,
edema kornea, mata terasa kabur.
c. Pemeriksaan Integumen
Meliputi warna kulit, turgor kulit.
d. Pemeriksaan Sistem Respirasi
Meliputi frekwensi pernafasan bentuk dada, pergerakan dada.
e. Pemeriksaan Kardiovaskular
Meliputi irama dan suara jantung.
f. Pemeriksaan Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan glaukoma ditandai dengan mual muntah.
g. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
Meliputi pergerakan ekstermitas.
h. Pemeriksaan Sistem Endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya glaukoma dalam sistem endokrin.
i. Pemeriksaan Genitouria
Tidak ada disuria, retesi urin, inkontinesia urine.
j. Pemeriksaan Sistem Pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensori terjadi gangguan karena terbatasnya lapang pandang.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) :
Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosis.
i. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
B. Diagnosa Keperawatan
Teknik Menenangkan
Observasi:
- Identifikasi masalah yang dialami
Terapeutik:
- Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman
Edukasi:
- Anjurkan berdoa, berdzikir, ibadah sesuai agama yang dianut
- Anjurkan teknik menenangkan hingga perasaan menjadi tenang
Terapi Relaksasi
Observasi:
- Monitor respon terhadap terhadap terapi relaksasi
Terapeutik:
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain
Edukasi:
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (napas
dalam)
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
3. Gg. immobilitas Setelah dilakukan - Gerakan Dukungan Mobilisasi
tindakan terbatas Observasi:
fisik berhubungan
keperawatan menurun - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
dengan penglihatan selama 1x24 jam - Kelemahan fisik - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
diharapkan menurun - Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
kabur
gangguan Terapeutik:
imobilitas fisik - Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (pagar tempat tidur)
dapat teratasi - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Terapeutik:
- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
4. Ansietas Setelah dilakukan - Verbalisasi Reduksi Ansietas:
tindakan kebingungan Observasi:
berhubungan keperawatan menurun - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
selama 1x24 jam - Verbalisasi - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
dengan kurang
diharapkan kwatir akibat Terapeutik:
pengetahuan ansietas dapat kondisi yang - Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
teratasi dihadapi - Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
menurun - Diskusikan perencanaan yang realistis tentang peristiwa yang akan datang
- Perilaku gelisah Edukasi:
menurun - Informasikan secar factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk bersama pasien
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
5. Resiko cidera Setelah dilakukan - Toleransi Pencegahan Cidera
tindakan aktivitas Observasi:
berhubungan
keperawatan meningkat - Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cedera
dengan hilangnya selama 1x24 jam - Kejadian cedera Terapeutik:
diharapkan tidak menurun - Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang rawat
pandangan perifer
terjadi cidera - Luka/lecet (penggunakan telepon, tempat tidur, lokasi kamar mandi)
pada pasien menurun - Sediakan pispot untuk eliminasi di tempat tidur
- Ekspresi wajah - Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
kesakitan - Pertahankan posisi tempat tidur terendah saat digunakan
menurun - Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam keadaan terkunci
- Gangguan - Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan fasilitas
mobilitas pelayanan kesehatan
menurun - Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi pasien
- Tekanan darah - Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
membaik Edukasi:
- Jelaskan alas an intervensi pencegahan jatuh kepasien dan keluarga
6. Resiko perubahan Setelah dilakukan - Porsi makanan Manajemen nutrisi:
tindakan yang dihabiskan Observasi:
nutrisi kurang dari
keperawatan meningkat - Identifikasi status nutrisi
kebutuhan tubuh selama 1x24 jam - Verbalisasi - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
diharapkan untuk - Monitor asupan makanan
berhubungan
kebutuhan nutrisi meningkatkan - Monitor berat badan
dengan anoreksia dapat terpenuhi nutrisi Terapeutik:
meningkat - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Frekuensi - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
makan - Berikan suplemen makanan
membaik Edukasi:
- Nafsu makan - Ajarkan diet yang diprogramkan
membaik Kolaborasi:
- Perasaan cepat - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
kenyang nutrient yang dibutuhkan
menurun
- Membrane
mukosa
membaik
7. Resiko kekurangan Setelah dilakukan - Intake cairan Manajemen Hipovolemia
tindakan membaik Observasi:
volume cairan
keperawatan - Output urine - Periksa tanda dan gejala hipovolemia (frekuensi nadi meningkat, nadi
berhubungan selama 1x24 jam meningkat teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
diharapkan - Kekuatan nadi kulit menurun, membrane mukosa kering, volume uruine menurun)
dengan
kebutuhan meningkat - Monitor intake dan output cairan
mual,muntah volume cairan Terapeutik:
dapat terpenuhi - Hitung kebutuhan cairan
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi:
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis( NaCl. RL)
8. Resiko pola napas Setelah dilakukan - Frekuensi nafas Manajemen Jalan Nafas
tindakan menurun Observasi:
tidak efektif
keperawatan - Saturasi oksigen - Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
berhubungan selama 1x24 jam menurun - Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
diharapkan resiko - Monitor sputum
dengan suplai O2
pola nafas tidak Terapeutik:
menurun efektif dapat - Posisikan semi-fowler atau fowler
teratasi - Berikan minum hangat
- Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml perhari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
9. Resiko Gg. Perfusi Setelah dilakukan - Warna kulit Perawatan Sirkulasi
tindakan pucat menurun Observasi:
jaringan
keperawatan - Pengisian - Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
berhubungan selama 1x24 jam kapiler suhu, ankle brachial indexs)
diharapkan resiko membaik - Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi (diabetes, perokok, orang tua,
dengan bradikardia
gangguan perfusi - Akral membaik hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)
jaringan dapat Terapeutik:
teratasi - Lakukan pencegahan infeksi
Edukasi:
- Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur
- Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, hilangnya rasa)
10. Resiko infeksi Setelah dilakukan - Demam Pencegahan Infeksi
tindakan menurun Observasi:
berhubungan
keperawatan - Nyeri menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
dengan perawatan selama 1x24 jam - Kemerahan Terapeutik:
diharapkan tidak menurun - Batasi jumlah pengunjung
yang tidak adekuat
ada infeksi pada - Bengkak - Pertahankan teknik aseptic pada pasien
pasien menurun Edukasi:
- Nafsu makan - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
meningkat - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
- Kadar sel darah - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
putih membaik - Anjurkan meningkatkan asupan cairan
D. IMPLEMENTASI
Implementasi/tindakan keperawatan dilakukan sesuai intervensi/rencana tindakan.
E. EVALUASI
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan glaukoma diharapkan sebagai
berikut:
a. Nyeri akut berhubungan dengan Peningkatan TIO dapat teratasi
b. Gg. Persepsi sensori (visual) berhubungan dengan menurunnya lapang pandang dapat teratasi
c. Gg. immobilitas fisik berhubungan dengan penglihatan kabur dapat teratasi
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dapat teratasi
e. Resiko cidera berhubungan dengan hilangnya pandangan perifer dapat teratasi
f. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dapat
teratasi
g. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,muntah dapat teratasi
h. Resiko pola napas tidak efektif berhubungan dengan suplai O2 menurun dapat teratasi
i. Resiko Gg. Perfusi jaringan berhubungan dengan bradikardia dapat teratasi
j. Resiko infeksi berhubungan dengan perawatan yang tidak adekuat dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/231479230/LAPORAN-PENDAHULUAN-
GLAUKOMA#download
http://linaayupramatasari.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html
https://www.academia.edu/37854485/Askep_glaukoma.docx
https://nanopdf.com/download/askep-pada-pasien-dengan-glukoma_pdf
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
KASUS
Ny. O (45 tahun) saat ini sedang dirawat di ruang Matahari RSUD ISKAK dengan keluhan mata
kanan terasa sakit, penglihatan kabur padahal Ny.O sudah menggunakan kaca minus 4 pada mata
dextra dan sinistra, Ny.O mempunyai riwayat DM. Klien mengeluh mual dan muntah serta tidak
nafsu makan. Klien mengeluh badannya lemas. Klien mengatakan BB turun 3 kg. Klien mengeluh
penglihatannya menurun. Oleh dokter spesialis mata dilakukan pemeriksaan Tonometri dan ukur
lapang pandang. Hasil pemeriksaan ternyata Ny.B menderita Glaukoma. Tanda-tanda vital saat ini
TD : 140/90 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 37 oC , Pernapasan : 20x/menit. Tekanan intra okuli
25 mmHg.
24
FORMAT PENGKAJIAN
ASKEP DATA DASAR DAN FOKUS
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
MAHASISWA STIKES “HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
25
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
I. IDENTITAS
1. Nama : Ny. O
2. Umur : 45 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
6. Bahasa : Jawa & Indonesia
7. Pendidikan : S1
8. Pekerjaan : PNS (Guru SD)
9. Alamat : Serut, Tulungagung
10. Alamat yg mudah dihubungi : RT 01/RW 02, Dsn. Pelem, Serut, Tulungagung
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri
1
menerus, skala 5, nyeri bertambah pada saat kepala lebih rendah / saat untuk sujud dan
ruku, tidak begitu jelas melihat objek disekitarnya, demam, lemas, bila diraba pasien
mengatakan nyeri pada mata yang sakit, sejak satu hari yang lalu. Mata yang kanan
terlihat lebih menonjol dan membesar. GCS 4-5-6. Pada saat dilakukan pengukuran
tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 140/90 mm/Hg, RR 24x/ menit, S 37 C, N 90 x/
menit. Pasien mengalami peningkatan tekana intra okuli 25 mmHg diagnosa sementara
pasien menderita glaukoma.
Pada pukul 09.30.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang Matahari untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut sampai sekarang.
5. Hal-hal yang
mempermudah pasien Kebisingan/kegaduhan Saat nyeri datang dan
terbangun kegaduhan
B. Pola Eliminasi
1. B A B
- Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
- Bau Khas feses Khas feses
- Konsistensi Lembek Lembek
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi 1x sehari 1x sehari
- Masalah BAB Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
2. B A K Spontan Spontan
- Warna Kuning Kuning
- Bau Ammonia Ammonia
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi ±3x sehari ±4x sehari
- Masalah BAK Tidak ada Tidak ada
2
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
F. Kebiasaan
- Merokok Tidak Tidak
- Alkohol Tidak Tidak
- Jamu, dll Tidak Tidak
3
IV. KONSEP DIRI
A. Gambaran Diri
Pasien suka dengan semua anggota tubuhnya
B. Harga Diri
Pasien tidak bersikap menarik diri dari ligkungan
C. Ideal Diri
Seharusnya pasien bekerja mengajar murid-muridnya dan sebagai ibu yang mengurus
suami dan anak-anaknya di rumah
D. Identitas Diri
Pasien mengatakan dia seorang perempuan dan bekerja sebagai PNS
E. Peran
Pasien sebagai istri dan seorang ibu
V. DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Pasien tetap beribadah saat di rumah sakit walaupun di atas tempat tidur
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Pasien meyakini sehat dan sakit merupakan pemberian dari Alloh SWT, dan saat sakit
harus tetap menerima dengan iklas
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Pasien yakin dengan berdoa kepada Alloh SWT dan mendapat terapi dari dokter pasien
akan segera sembuh dan pulang
b. Lubang telinga :
bersih
c. Ketajaman pendengaran :
normal, pasien mampu mendengar detak jam tangan dengan telinga ka/ki
5. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir :
kering
b. Keadaan gusi dan gigi :
gusi bersih dan berwarna merah muda, gigi lengkap dan tidak caries
c. Keadaan lidah :
kotor
d. Orofarings :
tidak ada tonsil dan tidak ada selaput pseudo membran
6. Leher
a. Posisi trakhea : simetris
b. Tiroid : tidak ada pembesaran
c. Suara : tidak ada kelainan
d. Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : tidak ada bendungan
f. Denyut nadi Carotis : teraba
Pemeriksaan Integumen ( Kulit )
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : akral hangat
c. Warna : sawo matang
d. Turgor : baik
e. Tekstur : halus
f. Kelembaban : lembab
5
g. Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan pada kulit
D. Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk payudara :
normal, simetris ka/ki
b. Warna payudara dan areola :
sawo matang, aerola berwarna coklat
c. Kelainan-kelainan payudara dan puting :
tidak ada kelainan, tidak ada benjolan dan luka
d. Axila dan clavicula :
normal, simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
F. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : normal, tidak ada tanda-tanda acites
- Benjolan / Massa : tidak ada
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen
Tidak terlihat
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 5x/menit
c. Palpasi
6
- Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
- Benjolan / massa : tidak ada
- Tanda-tanda ascites : tidak ada tanda-tanda acites
- Hepar : tidak ada pembesaran & nyeri tekan hepar
- Lien : tidak ada pembesaran & nyeri tekan lien
- Titik Mc. Burne : tidak nyeri tekan Mc. Burne
d. Perkusi
- Suara Abdomen
Timpani
- Pemeriksaan Ascites
Tidak ada ascites
I. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :
Composmentis, 4-5-6
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :
Tidak ada kaku kuduk
3. Syaraf otak( Nervus cranialis ) :
Tidak ada parese (kelemahan)
4. Fungsi Motorik :
Normal, mampu berjalan, bergerak bebas, berbicara, bernafas,mencengkeram
5. Fungsi Sensorik :
Pasien bisa mendengar,mengenal bau, meraskan rangsang sentuhan, suhu, rasa nyeri,
ada gangguan pada penglihatan
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis : reflek patella normal
b. Refleks Patologis : tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Glaucoma
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium
DL
Leukosit = 13.000
Hemoglobin = 11 mg/dl
Miotik (Pilocarpine) : tiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian 1 tetes tiap jam selama 6 jam
obat tetes mata untuk mengecilkan pupil mata, mengobati glaukoma
Carbonic anhidrase inhibitor/ azetazolamid : @ 250 mg tab sekaligus, kemudian tiap 4 jam 1
tab sampai 24 jam
Mencegah dan meringankan gejala penyakit ketinggian.
Menangani glaukoma dan epilepsi.
Morfin 10 mg inj.
Obat pereda nyeri dan sakit dengan intensitas sedang hingga parah
Mahasiswa
8
ANALISA DATA
KEMUNGKINAN PENYEBAB
NO KELOMPOK DATA MASALAH
(Pokok Masalah)
1 DS : Peningkatan TIO
- Pasien mengeluh nyeri
pada matanya
- Pasien mengatakan Glaukoma
kepalanya sangat pusing
DO :
- Pasien tampak meringis Pelepasan Bradikinin dan
- Pasien tampak gelisah Histamin
- Pasien sulit tidur
- Ny.O tidak nafsu makan
- Ny. O berkeringat dingin Nosiseptor
- P: Nyeri mata dan kepala
- Q : nyeri cenut-cenut Nyeri akut
- R : Pada mata kanan dan Saraf Efferent
seluruh kepala
- S : skala nyeri 5
- T : Nyeri hilang timbul, Persepsi Nyeri
bertambah saat dibuat
membungkuk dan
menghadap ke bawah
- TTV:
TD :140/90 mm/Hg
RR :24x/ menit
S : 37 C
N : 90 x/ menit
2 DS : Glaucoma Gg. Persepsi sensori (visual)
- Ny. O mengatakan
penglihatannya kabur, tidak
jelas, buram, dan sakit Kerusakan saraf optic dan retina
- Pasien terlihat kesal
DO :
- Ny. O cenderung Berkurangnya akson di saraf optic
menutup mata
- Penurunan kemampuan
identifikasi lingkungan
(benda, orang, tempat) Atrofi optic
- Ny. O sulit
membedakan warna
- Pemeriksaan lapang Menurunnya lapang pandang
pandang Ny. O menurun
- Ny. O tidak bisa
berkonsentrasi
- Saat dirangsang cahaya
yg terang pasien mengeluh
silau dan melihat pelangi
- Mata tampak merah
- Mata kanan terlihat
lebih menonjol
- terjadi udema kornea
- konjungtiva bulbi
9
kemotik
- lensa menjadi keruh
- Kornea mata kanan
terlihat keruh
- tekanan intra okuli 25
mmHg
3 DS : Menurunnya lapang pandang Resiko Cidera
- Ny. O mengatakan
penglihatan kabur,buram,
tidak jelas dan pusing Hilangnya pandangan perifer
DO :
- Ny. O terlihat
sempoyongan
- Ny. O lebih sering
menutup mata
- tekanan intra okuli 25
mmHg
4 DS : Nyeri
- Ny. O mengatakan tidak
nafsu makan
- Ny.O mengatakan terasa Merangsang N. Trigeminus
mual
DO :
- Ny. O tampak lemah Nyeri menyebar ke pelipis, rahang Resiko perubahan nutrisi kurang
- Muntah ≥3x sehari dari kebutuhan tubuh
- BB Ny. O turun 3kg
- Makan hanya 5 sendok Anoreksia
BB sebelum sakit : 68 kg
BB sesudah sakit : 65 kg
- Mukosa bibir Ny. O
kering
10
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
11
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny. O
Umur : 45 Tahun
No. Register : 01 02 03
12
teratasi - Ajarkan cara meminimalisasi stimulus ( mengatur
pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan)
Teknik Menenangkan
Observasi:
- Identifikasi masalah yang dialami
Terapeutik:
- Ciptakan ruangan yang tenang dan nyaman
Edukasi:
- Anjurkan berdoa, berdzikir, ibadah sesuai agama yang
dianut
- Anjurkan teknik menenangkan hingga perasaan menjadi
tenang
Terapi Relaksasi
Observasi:
- Monitor respon terhadap terhadap terapi relaksasi
Terapeutik:
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis lain
Edukasi:
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi
yang tersedia (napas dalam)
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih
3 Resiko cidera Setelah dilakukan - Toleransi Pencegahan Cidera
berhubungan dengan tindakan aktivitas Observasi:
hilangnya pandangan keperawatan meningkat - Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
perifer selama 1x24 jam - Kejadian cedera menyebabkan cedera
diharapkan tidak menurun Terapeutik:
terjadi cidera - Luka/lecet - Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan
13
pada pasien menurun ruang rawat (penggunakan telepon, tempat tidur, lokasi
- Ekspresi wajah kamar mandi)
kesakitan - Sediakan pispot untuk eliminasi di tempat tidur
menurun - Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
- Gangguan - Pertahankan posisi tempat tidur terendah saat digunakan
mobilitas - Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam keadaan
menurun terkunci
- Tekanan darah - Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan
membaik fasilitas pelayanan kesehatan
- Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat
mendampingi pasien
- Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien,
sesuai kebutuhan
Edukasi:
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh kepasien dan
keluarga
4 Resiko perubahan Setelah dilakukan - Porsi makanan Manajemen nutrisi:
nutrisi kurang dari tindakan yang dihabiskan Observasi:
kebutuhan tubuh keperawatan meningkat - Identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan selama 1x24 jam - Verbalisasi - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
anoreksia diharapkan untuk - Monitor asupan makanan
kebutuhan nutrisi meningkatkan - Monitor berat badan
dapat terpenuhi nutrisi Terapeutik:
meningkat - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Frekuensi - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
makan - Berikan suplemen makanan
membaik Edukasi:
- Nafsu makan - Ajarkan diet yang diprogramkan
membaik Kolaborasi:
- Perasaan cepat - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kenyang kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
menurun
- Membrane
mukosa
14
membaik
15
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Ny. O Umur : 45 Tahun No. Register :01 02 03 Kasus : Glaukoma
16
pasien sudah dikurangi dan suasana intensitas nyeri
tidak bising (tenang) 2. Indentifikasi skala nyeri
nonverbal
6. Memfasilitasi istirahat dan tidur 3. Identifikasi respons yang
08.20 WIB pasien sudah dianjurkan untuk memperberat dan memperingan
istirahat dan tidur nyeri
4. Control lingkungan yang
7. Menjelaskan penyebab, periode, dan memperberat rasa nyeri
pemicu nyeri (pencahayaan, kebisingan)
08.25 WIB pasien memperhatikan penjelasan 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
dari perawat 6. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
8. Mengajarkan teknik 7. Kolaborasi pemberian analgetik
nonfarmakologis untuk mengurangi
08.30 WIB rasa nyeri E:
mengajarkan teknik distraksi - Pasien masih merasakan nyeri
(imajinasi terbimbing) dan relaksasi dan pusing namun sudah
(nafas dalam, massage) berkurang
- Pasien sudah melakukan teknik
9. Berkolaborasi pemberian analgetik nonfarmakologis yang diajarkan
Pemberian terapi obat: perawat saat nyeri datang
08.40 WIB - Miotik (Pilocarpine) : tiap menit
1 tetes selama 5 menit, kemudian
1 tetes tiap jam selama 6 jam
- Carbonic anhidrase inhibitor/
azetazolamid : @ 250 mg tab
sekaligus, kemudian tiap 4 jam 1
tab sampai 24 jam
- Morfin 10 mg inj.
2 DX 2 Selasa, 1. Memeriksa status sensori dan tingkat Selasa, S:
28-07-2020 kenyamanan 28-07-2020 - Ny. O mengatakan sudah bisa
penglihatan pasien buram,kabur, melihat objek dan orang didepannya
08.00 WIB tidak jelas, dan sakit 13. 30 WIB namun masih sedikit buram
- Pasien mengatakan sakit pada
17
2. Mendiskusikan tingkat toleransi matanya mulai berkurang
08.05 WIB terhadap beban sensori (bising, O:
terlalu terang) - Ny. O sudah mulai membuka
pasien sudah mengetahui mata
kondisinya tidak bisa terlalu bising - Kemampuan identifikasi
dan pencahayaan tidak bisa terlalu lingkungan (benda, orang, tempat)
terang. mulai kembali
- Ny. O mulai bisa membedakan
3. Membatasi stimulus lingkungan warna
08.10 WIB (cahaya, suara, aktivitas) - Pemeriksaan lapang pandang
ruang rawat pasien sudah tenang, Ny. O masih menurun
cahaya sudah dikurangi, dan pasien - Saat dirangsang cahaya yg
dianjurkan bedrest) terang pasien masih mengeluh silau
dan melihat ada pelangi
4. Mengajarkan cara meminimalisasi - Kemerahan pada mata mulai
08.15 WIB stimulus ( mengatur pencahayaan berkurang
ruangan, mengurangi kebisingan) - Oedema pada kornea berkurang
dianjurkan untuk menutup tirai, - Konjungtiva masih mengalami
mematikan lampu saat malam hari, bulbi kemotik
dan pembatasan penjenguk) - tekanan intra okuli 23 mmHg
A: Masalah gangguan persepsi sensori
08.15 WIB 5. Mengidentifikasi masalah yang (visual) teratasi sebagian
dialami P: Perawatan gangguan persepsi
penglihatan kabur, tidak jelas, sensori (visual) dilanjutkan sesuai
mual, pusing dengan intervensi keperawatan
I:
08.20 WIB 6. Menciptakan ruangan yang tenang 1. Periksa status sensori dan
dan nyaman tingkat kenyamanan
ruangan tidak bising, suhu normal 2. Diskusikan tingkat toleransi
terhadap beban sensori (bising,
7. Menganjurkan berdoa, berdzikir, terlalu terang)
08.25 WIB ibadah sesuai agama yang dianut 3. Batasi stimulus lingkungan
Pasien beribadah di tempat tidur (cahaya, suara, aktivitas)
08.30 WIB 8. Menganjurkan teknik menenangkan 4. Identifikasi masalah yang
18
hingga perasaan menjadi tenang dialami
pasien mendengarkan anjuran 5. Ciptakan ruangan yang tenang
perawat dan mengikuti anjuran dan nyaman
perawat 6. Anjurkan berdoa, berdzikir,
ibadah sesuai agama yang
9. Memonitor respon terhadap terhadap dianut
08.35 WIB terapi relaksasi 7. Gunakan relaksasi sebagai
pasien mau melakukan tarik nafas strategi penunjang dengan
dalam analgetik atau tindakan medis
lain
10. Menggunakan relaksasi sebagai 8. Anjurkan mengambil posisi
08.35 WIB strategi penunjang dengan analgetik nyaman
atau tindakan medis lain 9. Anjurkan sering mengulangi
pasien melakukan teknik relaksasi atau melatih teknik yang dipilih
dan juga minum obat yang diberikan
E:
11. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, - Kemampuan identifikasi
dan jenis relaksasi yang tersedia lingkungan (benda, orang, tempat)
08.40 WIB (napas dalam) mulai kembali
pasien mendengarkan penjelasan - Pasien melakukan anjuran
perawat perawat untuk mencegah
keparahan pada matanya
12. Anjurkan mengambil posisi - Tekanan bola mata berkurang
08.40 WIB nyaman
Pasien terbaring
19
mengidentifikasi (benda, orang,
08.05 WIB 2. Mensosialisasikan pasien dan tempat)
keluarga dengan lingkungan ruang - Ny. O terlihat sempoyongan saat
rawat (tempat tidur, lokasi kamar berdiri
mandi) - Pasien masih terbaring
pasien dan keluarga mendengarkan - Ny. O masih merasa pusing saat
perawat bergerak terutama saat
membungkuk
3. Menyediakan pispot untuk eliminasi
08.10 WIB di tempat tidur A: Masalah resiko cidera teratasi
pasien mau menggunakan pispot sebagian
P: Perawatan resiko cedera dilanjutkan
4. Memastikan barang-barang pribadi sesuai dengan intervensi
mudah dijangkau keperawatan
barang pribadi sudah di dekat I:
08.15 WIB pasien 1. Identifikasi area lingkungan
yang berpotensi menyebabkan
5. Mempertahankan posisi tempat tidur cedera
terendah saat digunakan 2. Sosialisasikan pasien dan
tempat tidur yang digunakan pasien keluarga dengan lingkungan
rendah ruang rawat ( tempat tidur,
08.15 WIB lokasi kamar mandi)
6. Memastikan roda tempat tidur atau 3. Sediakan pispot untuk eliminasi
kursi roda dalam keadaan terkunci di tempat tidur
roda tempat tidur sudah dikunci 4. Pastikan barang-barang pribadi
mudah dijangkau
08.20 WIB 7. Menggunakan pengaman tempat 5. Pertahankan posisi tempat tidur
tidur sesuai dengan kebijakan terendah saat digunakan
fasilitas pelayanan kesehatan 6. Pastikan roda tempat tidur atau
memasang pagar tempat tidur kursi roda dalam keadaan
terkunci
08.25 WIB 8. Mendiskusikan bersama anggota 7. Gunakan pengaman tempat tidur
keluarga yang dapat mendampingi sesuai dengan kebijakan fasilitas
08.30 WIB pasien pelayanan kesehatan
20
pasien didampingi oleh suami dan 8. Diskusikan bersama anggota
anaknya keluarga yang dapat
mendampingi pasien
9. Meningkatkan frekuensi observasi 9. Tingkatkan frekuensi observasi
dan pengawasan pasien, sesuai dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan kebutuhan
08.35 WIB observasi dan pengawasan pasien E:
sudah ditingkatkan - Resiko cedera pada pasien
menurun
10. Menjelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh kepasien dan
08.35 WIB keluarga
pasien dan keluarga mendengarkan
penjelasan perawat
4 DX 4 Selasa, 1. Mengidentifikasi status nutrisi Selasa, S:
28-07-2020 28-07-2020 - Ny. O mengatakan tidak nafsu
2. Mengidentifikasi kebutuhan kalori
08.00 WIB makan
08.05 WIB dan jenis nutrient 13. 30 WIB - Ny.O mengatakan merasa mual
O:
3. Memonitor asupan makanan
08.10 WIB - Ny. O tampak lemah
08.15 WIB 4. Memonitor berat badan - Muntah 1x sehari
- BB Ny. O turun 3kg
5. Memberikan makanan tinggi serat
08.15 WIB BB sebelum sakit : 68 kg
untuk mencegah konstipasi BB sesudah sakit : 65 kg
- Makan habis setengah porsi
6. Memberikan makanan tinggi kalori
08.20 WIB - Mukosa bibir Ny. O kering
dan tinggi protein
08.25 WIB A: Masalah perubahan nutrisi kurang
7. Memberikan suplemen makanan
dari kebutuhan tubuh teratasi
08.30 WIB 8. Mengajarkan diet yang sebagian
diprogramkan
P: Perawatan perubahan nutrisi kurang
08.35 WIB 9. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk dari kebutuhan tubuh dilanjutkan
sesuai dengan intervensi
21
menentukan jumlah kalori dan jenis keperawatan
I:
nutrient yang dibutuhkan
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
5. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
6. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
7. Berikan suplemen makanan
8. Ajarkan diet yang diprogramkan
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
E:
- Nafsu makan meningkat dari
sebelumnya
- Pasien masih merasa mual
- Muntah berkurang, hanya 1x
sehari
22
- Ny. O nyeri dan pusing hanya saat
08.05 WIB 2. Mengidentifikasi skala nyeri dibuat membungkak
nonverbal O:
Pasien tampak rileks - Ekspresi Ny. O terlihat rileks
- Ny. O sudah tidak gelisah
08.10 WIB 3. Mengidentifikasi respons yang - Ny.O sudah bisa tidur
memperberat dan memperingan - Skala nyeri 2
nyeri - TTV:
Nyeri bertambah saat dibuat TD :130/80 mm/Hg
menunduk,membungkuk dan RR :20x/ menit
berkurang saat dibuat berbaring S : 36,4 C
N : 80 x/ menit.
08.15 WIB 4. Mengkontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri A: Masalah nyeri akut teratasi
(pencahayaan, kebisingan) sebagian
Pencahayaan pada ruang rawat P: Perawatan Nyeri akut dilanjutkan
pasien sudah dikurangi dan suasana sesuai dengan intervensi keperawatan
tidak bising (tenang) I:
1. Identifikasi lokasi,
08.15 WIB 5. Memfasilitasi istirahat dan tidur karakteristik, durasi, frekuensi,
pasien sudah dianjurkan untuk kualitas, intensitas nyeri
istirahat dan tidur 2. Indentifikasi skala nyeri
nonverbal
08.20 WIB 6. Mengajarkan teknik 3. Identifikasi respons yang
nonfarmakologis untuk mengurangi memperberat dan memperingan
rasa nyeri nyeri
mengajarkan teknik distraksi 4. Control lingkungan yang
(imajinasi terbimbing) dan relaksasi memperberat rasa nyeri
(nafas dalam, massage) (pencahayaan, kebisingan)
5. Fasilitasi istirahat dan tidur
7. Berkolaborasi pemberian analgetik 6. Kolaborasi pemberian analgetik
08.30 WIB Pemberian terapi obat:
- Miotik (Pilocarpine) : tiap menit E:
1 tetes selama 5 menit, kemudian 1 - Nyeri berkurang
23
tetes tiap jam selama 6 jam - Pasien tetap melakukan teknik
- Carbonic anhidrase inhibitor/ nonfarmakologis yang diajarkan
azetazolamid : @ 250 mg tab perawat saat nyeri datang
sekaligus, kemudian tiap 4 jam 1 tab
sampai 24 jam
- Morfin 10 mg inj.
2 DX 2 Rabu, 1. Memeriksa status sensori dan tingkat Rabu, S:
29-07-2020 kenyamanan 29-07-2020 - Ny. O mengatakan sudah bisa
penglihatan mulai membaik, namun melihat objek, orang, dan
08.00 WIB masih sedikit kabur, sakit berkurang 13. 30 WIB membedakan warna,
dan hanya hilang timbul penglihatannya mulai membaik
ditambah memakai kacamata
08.05 WIB 2. Mendiskusikan tingkat toleransi - Pasien mengatakan sakit pada
terhadap beban sensori (bising, terlalu matanya mulai membaik, namun
terang) jika dibuat membungkuk masih
pasien sudah mengetahui kondisinya sedikit sakit
tidak bisa terlalu bising dan O:
pencahayaan tidak bisa terlalu terang. - Ny. O membuka mata
- Kemampuan identifikasi
3. Membatasi stimulus lingkungan lingkungan (benda, orang, tempat)
08.10 WIB (cahaya, suara, aktivitas) kembali
ruang rawat pasien sudah tenang, - Ny. O mulai bisa membedakan
cahaya sudah dikurangi, dan pasien warna
dianjurkan bedrest) - Pemeriksaan lapang pandang
Ny. O mulai bertambah
4. Mengidentifikasi masalah yang - Saat dirangsang cahaya yg
08.15 WIB dialami terang pasien masih mengeluh
penglihatan kabur, tidak jelas, mual, silau dan tapi sudah tidak melihat
pusing pelangi lagi
- Kemerahan pada mata tampak
5. Menciptakan ruangan yang tenang dan menghilang
08.15 WIB nyaman - Kornea terlihat mulai normal,
ruangan tidak bising, suhu normal kekeruhan tampak menghilang
- Konjungtiva mulai normal dan
24
6. Menganjurkan berdoa, berdzikir, berwarna merah muda
ibadah sesuai agama yang dianut - tekanan intra okuli 21 mmHg
08.20 WIB Pasien beribadah di tempat tidur A: Masalah gangguan persepsi sensori
(visual) teratasi sebagian
7. Menggunakan relaksasi sebagai P: Perawatan gangguan persepsi
strategi penunjang dengan analgetik sensori (visual) dilanjutkan sesuai
08.25 WIB atau tindakan medis lain dengan intervensi keperawatan
pasien melakukan teknik relaksasi I:
dan juga minum obat yang diberikan 1. Periksa status sensori dan
tingkat kenyamanan
8. Menganjurkan mengambil posisi 2. Diskusikan tingkat toleransi
08.30 WIB nyaman terhadap beban sensori (bising,
Pasien terbaring terlalu terang)
3. Batasi stimulus lingkungan
08.35 WIB 9. Menganjurkan sering mengulangi atau (cahaya, suara, aktivitas)
melatih teknik yang dipilih 4. Identifikasi masalah yang
pasien mengikuti anjuran perawat dialami
5. Ciptakan ruangan yang tenang
dan nyaman
6. Anjurkan berdoa, berdzikir,
ibadah sesuai agama yang
dianut
7. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain
8. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
9. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang dipilih
E:
- Kemampuan identifikasi
lingkungan (benda, orang, tempat)
25
sudah kembali
- Pasien melakukan anjuran
perawat untuk mencegah
keparahan pada matanya
- Tekanan bola mata berkurang
- Masih agak pusing jika dibuat
membungkuk
3 DX 3 Rabu, 1. Mengidentifikasi area lingkungan Rabu, S:
29-07-2020 yang berpotensi menyebabkan 29-07-2020 - Ny. O mengatakan penglihatannya
cedera sudah mulai jelas dan dengan
08.00 WIB terdapat tembok yang bisa 13. 30 WIB bantuan kacamatanya
mengakibatkan pasien cidera O:
- Ny. O sudah bisa
08.05 WIB 2. Mensosialisasikan pasien dan mengidentifikasi (benda, orang,
keluarga dengan lingkungan ruang tempat)
rawat (tempat tidur, lokasi kamar - Ny. O sudah bisa duduk dan
mandi) berdiri
pasien dan keluarga mendengarkan - Ny. O Ny.O tidak pusing saat
perawat bergerak, namun kepalanya masih
pusing jika dibuat membungkuk
3. Menyediakan pispot untuk eliminasi
08.10 WIB di tempat tidur A: Masalah resiko cidera teratasi
pasien mau menggunakan pispot sebagian
P: Perawatan resiko cedera dilanjutkan
4. Memastikan barang-barang pribadi sesuai dengan intervensi
08.15 WIB mudah dijangkau keperawatan
barang pribadi sudah di dekat I:
pasien 1. Identifikasi area lingkungan
yang berpotensi menyebabkan
08.15 WIB 5. Mempertahankan posisi tempat tidur cedera
terendah saat digunakan 2. Sosialisasikan pasien dan
tempat tidur yang digunakan pasien keluarga dengan lingkungan
rendah ruang rawat ( tempat tidur,
lokasi kamar mandi)
26
08.20 WIB 6. Memastikan roda tempat tidur atau 3. Sediakan pispot untuk eliminasi
kursi roda dalam keadaan terkunci di tempat tidur
roda tempat tidur sudah dikunci 4. Pastikan barang-barang pribadi
mudah dijangkau
7. Menggunakan pengaman tempat 5. Pertahankan posisi tempat tidur
08.25 WIB tidur sesuai dengan kebijakan terendah saat digunakan
fasilitas pelayanan kesehatan 6. Pastikan roda tempat tidur atau
memasang pagar tempat tidur kursi roda dalam keadaan
terkunci
08.30 WIB 8. Mendiskusikan bersama anggota 7. Gunakan pengaman tempat
keluarga yang dapat mendampingi tidur sesuai dengan kebijakan
pasien fasilitas pelayanan kesehatan
pasien didampingi oleh suami dan 8. Diskusikan bersama anggota
anaknya keluarga yang dapat
mendampingi pasien
9. Meningkatkan frekuensi observasi 9. Tingkatkan frekuensi observasi
08.35 WIB dan pengawasan pasien, sesuai dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan kebutuhan
observasi dan pengawasan pasien E:
sudah ditingkatkan Resiko cedera pada pasien menurun
4 DX 4 Rabu, 1. Mengidentifikasi status nutrisi Rabu, S:
29-07-2020 29-07-2020 - Ny. O mengatakan sudah ada
2. Mengidentifikasi kebutuhan kalori
08.00 WIB nafsu makan
08.05 WIB dan jenis nutrient 13. 30 WIB - Ny.O mengatakan mual
08.10 WIB berkurang
3. Memonitor asupan makanan
O:
08.15 WIB 4. Memonitor berat badan - Ny. O tampak lemah
- Ny. O sudah tidak muntah
5. Memberikan makanan tinggi serat
08.15 WIB - BB Ny. O turun 3kg
untuk mencegah konstipasi BB sebelum sakit : 68 kg
BB sesudah sakit : 65 kg
6. Memberikan makanan tinggi kalori
08.20 WIB - Makan 1 porsi tidak habis
dan tinggi protein - Makan 3x sehari
08.25 WIB - Mukosa bibir mulai lembab
27
7. Memberikan suplemen makanan
08.30 WIB A: Masalah perubahan nutrisi kurang
8. Mengajarkan diet yang
dari kebutuhan tubuh teratasi
diprogramkan sebagian
08.35 WIB
9. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
P: Perawatan perubahan nutrisi kurang
menentukan jumlah kalori dan jenis dari kebutuhan tubuh dilanjutkan
sesuai dengan intervensi
nutrient yang dibutuhkan
keperawatan
I:
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
5. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
6. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
7. Berikan suplemen makanan
8. Ajarkan diet yang
diprogramkan
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
E:
- Nafsu makan meningkat dari
sebelumnya
- Mual berkurang
- Pasien sudah tidak muntah
28